NovelToon NovelToon

LIABILITY

LIABILITY; 1

AYO ABSEN SIAPA YANG LEBIH DULU MENEMUKAN CERITA SYUGERR INI?

.

.

.

.

.

"Udahlah, Vio. Gue tahu apa yang terbaik untuk makalah kita, serahin aja semuanya sama gue, biar gue yang ngurusin."

Seorang Viola Oksana memang sangat bersikukuh mengambil alih tugas makalah yang tiga hari lalu diberikan profesor Maxcel. Sedangkan, seorang Nayla Kayana tidak puas jika bukan dia yang mengerjakan makalah itu sendiri sudah jelas tidak akan memberi Viola ijin. Mereka memang berkelompok, tapi persaingan untuk menjadi primadona kampus menjadi sekat di antara mereka.

"Apa kata lo! Enak aja, gue tau pikiran licik lo itu, Nay. lo pasti bakal muji-muji diri lo sendiri dan nebar ke semua orang kalo makalah lo sendiri yang ngerjain." Terdengar dengusan napas kasar di seberang sana. Nayla terkikik geli lalu membekap mulut, berusaha agar Viola si gadis sempurna dalam segala hal itu tidak mendengar cekikikannya.

"Lo udah raih banyak penghargaan. Lo nggak boleh terlalu egois, biarin makalah ini gue aja yang ngerjain, sebagai gantinya lo gue maafin."

"Cih! Gue nggak perlu maaf dari lo si4lan! Lo 'kan, tau gue gimana? Gue manusia yang nggak pernah puas dalam segala hal, gue macem vampir-lah yang ngincar darah lagi dan lagi."

Nayla ingin sekali membanting mulut tanpa filter milik Viola. Viola selalu saja berbicara seenaknya, lalu mengambil perbandingan yang mampu membuat Nayla mati kutu. Duduk di pinggir ranjang, Nayla melepas bandana merah di atas kepalanya lalu merebahkan tubuh dengan posisi menyamping.

"Gue yang ngerjain selama tiga bulan, dan yang jelas gue nggak bakal ngasih lo secara cuma-cuma!"

"Itu karena lo nggak ngasih tau gue. Profesor Maxcel juga inginnya kita yang ngerjain bukan cuma lo. Tapi, lo malah ngegoda profesor supaya cuma lo yang ngerjain." Suara Viola semakin meninggi. Nayla tahu jelas jika Viola sangat kesal, atau mungkin sangat marah.

Makalah itu memang ditugaskan untuk mereka. Nayla dan Viola berteman sejak SMP, karena sama-sama memiliki otak yang cerdas dan cemerlang Nayla dan Viola bukan lagi teman, melainkan musuh yang memiliki ambisi besar untuk saling menjatuhkan. Setiap hari di kampus yang mereka lakukan hanyalah bersaing, memanjat popularitas agar disegani banyak warga kampus. Mereka bermain cantik dan anggun sebab, mereka mendapatkan kepopuleran itu melalui olimpiade dan IPK nyaris sempurna di setiap semester.

Sebelum membaca kisah ini lebih lanjut, lebih baik kalian mengenal terlebih dahulu siapa pemeran utamanya. Namanya, Nayla Kayana; umur 19 tahun, mahasiswi jurusan management bisnis di fakultas swasta ternama di kota elit ini dan juga peraih IPK 4,0 berturut-turut, kebanggaan para dosen dan memiliki masa depan yang sangat cerah. Yah, dia masih menginjak semester empat tetapi, beberapa perusahaan besar dan ternama sudah menawarkan kontrak yang dilangsungkan setelah dia lulus nanti. Dan, tentu saja itu berlaku juga untuk sahabat rasa musuhnya yaitu seorang Viola Oksana.

Tangan Nayla terulur untuk mematikan lampu kamar. Dia berasal dari keluarga sederhana tetapi, berkat pekerjaan sampingan yang selama ini dia lakukan dapat menunjang keluarganya dari primer menjadi sekunder dan semoga saja segera menjadi tersier.

Bahkan, Nayla sudah bisa menyewa apartemen sendiri tanpa sepengetahuan keluarganya di kampung. Sudah satu minggu ini Nayla tidur di kasur empuk dan merasakan enaknya menjadi seorang yang kaya raya, mau apapun akan tersedia walau sunyi seringkali hinggap karena kesendirian.

Brak!

Apa itu?

Netranya yang baru saja ingin terpejam sontak terbuka sebab, suara dorongan pintu yang terlampau keras membuatnya terkejut. "Apaan, tuh? Suaranya berasal dari luar," gumamnya sekecil mungkin.

Dari luar?

Astaga! Nayla baru ingat, jika pintu apartemen belum terkunci setelah membeli beberapa jenis makanan di luar. Jadi, suara itu berasal dari pintu apartemennya? Tapi siapa? Apa yang ingin dia lakukan malam-malam seperti ini.

"Sekarang pukul berapa, yah?" Meraih ponsel yang sempat Nayla buang sembarangan setelah telfon dengan Viola terputus, netranya terbelalak kaget setelah mengetahui pukul berapa sekarang. "Satu dini hari, dan gue lupa ngunci pintu? Di apartemen ada penjahat nggak, yah?"

Maklum. Nayla pindah ke apartemen ini belum lama jadi, masih sangat takut dan tidak tahu kehidupan orang kaya.

Dengan takut-takut Nayla melangkah pada pintu kamarnya yang tertutup, tak lupa meraih sapu di dekat sana dan menggenggamnya erat-erat sebagai senjata yang menentukan nasibnya malam ini. Dalam hati Nayla terus berdoa, semoga dia bukan orang jahat.

"Lo buat gue gila Agatha."

Mendengar erangan frustasi itu Nayla langsung membuka pintu kamar lebar-lebar. Terkejut karena seorang cowok bertubuh tinggi, berbaju putih dan berkulit tidak terlalu putih sedang mengerang sembari mencengkeram erat kepalanya. Tetapi yang tidak Nayla mengerti, kenapa cowok yang sedang frustasi itu masuk ke apartemennya?

Brugh!

Tak Sengaja sapu di tangan Nayla terjatuh hingga menimbulkan suara yang cukup keras, cowok itu menoleh ke arahnya, iris hitamnya yang tajam bersinggungan dengan iris coklat Nayla yang layu. Maklum, Nayla sudah mengantuk sedari tadi, tapi cowok ini datang dan mengacaukan tidurnya.

"Siapa lo?" tanya Nayla, berani.

Cowok itu berdiri tegak. Nayla menatap mata cowok itu sekali lagi, ada amarah yang berkobar di sana, amarah yang mampu memancing adrenalin untuk jauh dari kata positif. Nayla bisa menebak, jika cowok itu baru saja melalui masa-masa sulit dalam hidupnya lalu kembali terjebak dan akhirnya depresi. Tapi sekali lagi kenapa harus apartemennya yang dimasuki?

"Kenapa lo sejahat itu Agatha? Apa salah gue? Gue bahkan udah banyak berkorban untuk lo tapi lo malah nyia-nyiain gue seperti sampah yang nggak berguna."

Dia bermonolog frustasi. Bibir tipisnya mendesis sebelum mengukir seringai yang mengerikan. Nayla masih tidak mengerti saat nama 'Agatha' yang cowok tampan itu sebutkan, siapa Agatha? Dan apa hubungannya perempuan itu dengannya. Nayla menelan ludah gugup saat cowok tampan itu melangkah maju, mengikis jarak di antara mereka.

Nayla akui wajah cowok itu memang tampan dan menawan tetapi, tetap saja tidak mampu membuat seorang Nayla Kayana tertarik apalagi dipandangan pertama. Seraya memegang sapu erat-erat, Nayla membalas tatapan mata cowok itu yang memerah, bukan karena berkaca-kaca tetapi, 'sesuatu' yang lain.

"Ngapain lo masuk apartemen gue? Dan siapa Agatha? Gue nggak kenal. Jadi tolong, lo ninggalin apartemen gue sekarang." Suara Nayla masih tenang. Namun, saat kaki panjang cowok itu kembali mengikis jarak saat itu pula Nayla sadar jika kondisi seperti ini sangat tidak baik.

"Gue nggak akan biarin lo lolos lagi Agatha!" Suaranya meninggi dan terdengar sangat menakutkan.

Nayla menodongkan sapu di tangannya dengan gesit hingga langkah cowok itu langsung terhenti.

"Gue nggak akan segan-segan buat mukul, kalo lo berani ngelangkah lagi! Terlebih-lebih gue nggak kenal siapa Agatha apalagi lo. Jadi, gue mohon lo pergi sekarang juga."

.

.

.

.

.

.

.

GIMANA PART PERTAMANYA?

UDAH BUAT TERTARIK?

MENURUT KALIAN SIFAT NAYLA SEPERTI APA?

LIKE YAH GUYS:)

SALAM DARIKU,

SYUGERR

LIABILITY; 2

"Gue nggak akan segan-segan buat mukul, kalo lo berani ngelangkah lagi! Terlebih-lebih gue nggak kenal siapa Agatha apalagi lo. Jadi, gue mohon lo pergi sekarang juga."

Nayla terkejut saat cowok itu tertawa layaknya iblis. Dan dengan gerakan gesit cowok itu mencengkeram sapu yang Nayla todongkan padanya, Nayla membulatkan mata, terlebih-lebih saat cowok itu menarik keras sapu di tangan Nayla hingga refleks Nayla ikut terdorong ke depan--- nyaris menubruk dada bidangnya.

Nayla mundur ... tetapi, lagi-lagi dia dibuat tak bisa berkata-kata saat tangan kekar ber-jam tangan mahal milik cowok tampan itu mencengkeram erat pergelangan tangannya. Tentu saja dia langsung memberontak sejadi-jadinya, pacarnya saja tak pernah menyentuhnya selancang itu dan kenapa cowok itu bisa seberani ini?

"Lo nggak akan pernah bisa kabur dari gue Agatha!"

"Gue bukan Agatha Cowok gila! Nama gue Nayla Kayana, tidak ada kata 'Agatha' di nama gue, jadi berpikirlah seribu kali sebelum nyebut nama itu di depan gue!"

Cengkeramannya semakin erat hingga bibir Nayla tiba-tiba saja mengeluarkan ringisan. "Lepasin pergelangan tangan gue Cowok gila! Pacar gue bisa ngabisin lo kalo tau lo ngelakuin sama gue." Nayla menjerit di depan wajahnya setelah menjinjitkan kaki. Dan, cowok itu nampaknya terpancing dengan jeritannya

"Nama lo ialah Agatha Queenera dan gue adalah pacar lo. Siapa yang lo sebut bakal nyakitin gue kalo gue ngelakuin ini?"

Cowok gila ini!

"Gue udah bilang nama gue bukan Agatha, BUKAN!" Nayla menegaskan kata 'bukan' berharap cowok ini mengerti dan meninggalkannya. Apalagi ada aroma yang menguar hebat dari tubuhnya sebab, jarak di antara mereka semakin menipis dan hanya orang bodoh yang tidak tahu jika aroma yang menguar hebat itu merupakan alkohol.

"Lepasin tangan gue Cowok gila! Cengkraman lo nyakitin gue!" Nayla memberontakkan diri tetapi, nampaknya percuma saja karena cowok ini terlalu bertenaga dibandingkan dirinya. "Apa lo udah gila, hah?" Nayla membalas tatapan elang cowok itu dengan sengit. Dia lemparkan percikan api permusuhan.

"Gue gila juga karena lo Agatha, kenapa lo ngehianatin gue? Padahal gue cinta banget sama lo!"

"SIAPA AGATHA COWOK GILA? SIAPA??!" Nayla frustasi. Pikiran jernihnya sudah ternodai, dia jarang emosi dalam menanggapi suatu hal namun, cowok ini benar-benar menguji kesabaran.

"Lo pikir, gue bodoh sampai nggak tau semuanya?"

Astaga! Kenapa pembahasannya jadi melindur kemana-mana? Apa cowok ini tidak memiliki otak sama sekali sampai-sampai pertanyaan Nayla tak dijawab dengan benar. Nayla tahu jika cowok itu orang baik, hanya saja terlalu gila dalam menanggapi masalah hingga berakhir seperti ini.

Hey! Nayla orang pintar, dia tahu dari ekspresi wajah cowok itu yang kusut jika ada amarah yang meledak-ledak di dadanya yang sampai kapan dapat ditahan sebelum akhirnya meledak.

"Ingat 'yah, Cowok gila. Gue nggak kenal siapa lo, dan lo pun begitu. Dan yang harus lo tau dan dengar baik-baik, kalo gue bukan Agatha, bukan! Gue bukan gadis yang lo sebut sedari tadi!"

Entah sudah berapa kali Nayla menegaskan kalimat itu sampai tenggorakannya sakit dan tercekat. Bukannya mengerti cowok gila itu malah memojokkannya ke dinding, kedua tangan kekarnya mengurung Nayla sampai kehabisan akal ingin melarikan diri.

"Apa yang lo lakuin?"

"Lo milik gue Agatha, gue bahkan nggak pernah nyentuh lo karena gue cinta sama lo, tapi kenapa lo malah ciuman sama cowok lain?" Wajahnya memancarkan kemarahan yang pekat, kekecewaan yang dalam tulus dari lubuk hati. Perlahan kepalanya mendekat, Nayla refleks menutup wajah dengan kedua telapak tangan, berusaha melindungi ciuman pertamanya yang hanya akan dia persembahkan untuk suaminya kelak.

"Ngapain lo nutup wajah gitu?"

"Apa yang bakal lo lakuin? Gue bahkan udah capek ngasih tau lo kalo gue bukan Agatha."

"Kenapa lo bohong?" Suaranya sarat akan rasa kecewa.

"Gue nggak bohong Cowok gila!" Nayla kembali menegaskan suaranya, netranya sudah berkaca-kaca karena ketakutan yang mulai merambat ke seluruh tubuhnya. Terlebih-lebih dari aroma tubuh cowok itu yang memabukkan, membuat perut Nayla bergejolak tidak enak.

"Lo benar-benar menghindar dari gue? Setelah gue tau semua itu? Setelah pengorbanan gue selama ini? Lo udah tau bukan jika gue sampai ngelawan ortu gue karena nggak ngijinin kita bersama. Rasa cinta gue terlampau besar jadi gue milih lo."

Bulu kuduknya meremang saat jari-jari besar cowok itu menjelajahi wajahnya, mengusap pipinya dengan sangat lembut dan hati-hati sampai akhirnya jempol besar milik cowok itu berhenti di atas permukaan bibir Nayla yang sudah pucat.

"Apa yang akan lo lakuin?" Nayla menepis tangan cowok itu dengan keras, setelah itu berusaha membebaskan diri dengan mendorong-dorong dada cowok itu sekuat tenaga. Tetapi nihil, bahkan dia tidak bergerak sedikitpun.

"Gue cinta sama lo dan benci juga di waktu yang sama." Tatapan matanya menajam, hembusan napasnya terdengar kasar hingga menerpa wajah Nayla yang hanya berjarak beberapa senti saja. Jika dilihat dari arah belakang orang-orang akan salah paham dan menganggap mereka sedang berciuman.

"Gue bukan Agatha, sadar 'dong, gue takut nih!" Suara Nayla terdengar bergetar hingga membuat ekspresi cowok itu berubah, satu alis tebalnya terangkat, lalu tangan kekarnya mengusap sesuatu yang jatuh di bawah mata Nayla. Nayla menangis? Benarkah, Nayla bahkan lupa kapan terakhir kali dia menangis.

"Lo Agatha gue!"

"Gue bu---hmptt!"

Belum sempat Nayla mengucapkan kalimat protesannya, cowok itu sudah lebih dulu membungkam bibir Nayla secara kasar. Refleks tangan Nayla memukul-mukul dada cowok itu, berusaha melepas ciuman sepihak yang mampu membuatnya terisak.

Dia melepas ciuman sepihaknya. Nayla menyeka kasar air mata dan bibirnya berusaha menghilangkan jejak cowok itu di sana. "Apa yang lo lakuin? Lo udah nyuri ciuman pertama gue yang seharusnya gue sembahin ke suami gue kelak--- hiks."

"Ciuman pertama? Apa lo pikir gue sebodoh itu sampai nggak tahu yang sebenarnya?"

Apa lagi ini? Kenapa semuanya terasa sangat rumit. Air mata kembali turun membasahi pipi Nayla dengan deras saat cowok itu kembali menciumnya dengan kasar, kedua tangan Nayla yang memberontak dicengkeram erat-erat bersama dengan tangan kekarnya di dinding.

Jika mimpi tolong bangunkan Nayla!

"Apa aja yang udah lo kasih sama cowok itu?"

"Gue nggak ngerti ... hiks .... Lepasin gue."

Tubuh Nayla tremor parah. Sudah tidak punya kekuatan lagi untuk melawan. Harga dirinya sudah hancur, cowok itu menciumnya dua kali tanpa bisa dia cegah. Bahkan, cowok yang menemani Nayla selama satu tahun lamanya tidak pernah memperlakukan Nayla seburuk ini, dia selalu menjaga dan melindunginya.

"Agatha jangan nangis, gue cinta sama lo ...." Suaranya tiba-tiba melembut, kedua tangan kekarnya membelai pipi Nayla dengan sangat hati-hati, menghapus jejak air mata di sana, sebelum smirk terukir di bibirnya. "Karena gue cinta sama lo, lo nggak boleh sama cowok lain, dan untuk itu gue ingin lebih."

Lebih?

Apa maksudnya itu?

"Lepasin gue bodoh! Lo nggak boleh ngelakuin 'itu', kita nggak saling kenal dan gue bukan Agatha. Gue mohon sadar b3go dan lepasin gue!"

Brugh!

Dia membanting tubuh Nayla ke ranjang lalu menanggalkan kaos putih di tubuhnya, kesempatan itu Nayla gunakan sebaik mungkin untuk merangkak turun dari ranjang namun, belum sempat Nayla meraih pinggiran ranjang dia mencengkeram pergelangan kaki Nayla dan menariknya ke tempat semula.

Dia mencengkeram erat kedua bahu Nayla dengan tubuh atas yang tak tertutupi sehelai benang. "Dengarin gue B3go... hiks .... Gue bukan Agatha, gue mohon lepasin gue," isak Nayla memohon.

Nayla memejamkan mata erat-erat saat tangan kekar cowok itu menjelajahi belakang lehernya. Itu titik lemahnya. Tidak, hidupnya hanya akan hancur jika berlama-lama di posisi ini, ponsel--- iya ponsel, dimana benda itu?

"Lo geser dikit, Bisa? Gue sesak napas Cowok gila!" Cowok itu benar-benar bergeser, Nayla segera meraih ponselnya di atas bantal namun, belum sempat dia menekan nomor pacarnya, cowok itu sudah lebih dulu merampas ponselnya. "KEMBALIKAN!"

"Lo mau hubungin cowok itu?" Dari nada suaranya terdengar seperti tidak percaya.

"Gue mau nelfon pacar gue!"

Cowok itu membanting ponsel Nayla hingga pecah berkeping-keping. Nayla menatap nanar benda itu, dia beringsut ingin turun dari ranjang tetapi, cowok itu menariknya dengan kasar sampai Nayla terhuyung menubruk tubuhnya.

Dan ..., kisah Nayla baru akan dimulai malam ini.

.

.

.

.

.

.

.

ADA YANG PENASARAN PART SELANJUTNYA?

BAGAIMANA RASANYA BERADA DI POSISI NAYLA?

OH, IYA AKU BARU PERTAMA KALI BUAT CERITA YANG DIALOGNYA BAKU+SUDUT PANDANG PERTAMA.

JADI KALO SALAH-SALAH MAAFKEUNN, YAH.

SALAM DARIKU,

SYUGERR

LIABILITY; 3

FOR YOU INFORMATION; AKU UBAH DIALOG BAKU JADI NON-BAKU. LO KOK DI UBAH? AKU KAGAK NGERTI DIALOG BAKU, TERLALU KAKU DAN FEEL-NYA MENURUTKU KURANG DAPET. ADA YANG NGGAK SETUJU? YA UDAH DARI KALIAN.

KEMARIN SEMPAT MIKIR PAKE POV-3 KARENA SEMUA CERITA AKU MEMANG POV 3, TAPI KARENA PENGEN SESUATU YANG BEDA AKHIRNYA GUE BERTAHAN DI POV 1. JUJUR, PAKE POV 1 LEBIH SULIT DARI POV 3 MENURUT AKU.

DAN SATU LAGI, JUDULNYA YANG 'THEATRICAL' AKU UBAH JADI 'LIABILITY'. CERITA INI AKU BUAT KARENA ISENG, JADI KONSEP MASIH AMBURADUL.

ABSEN DULU YANG BACA SIAPA AJA?

UDAH ABSEN?

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK!

.

.

.

.

.

.

.

Nayla tidak pernah menyangka hal 'semengerikan' itu akan terjadi di dalam hidupnya. Hidupnya yang damai dan tentram, hidupnya yang penuh keseriusan dan hitam putih, kini bertambah semakin kelam saat 'sesuatu' yang telah dijaganya selama ini direnggut secara paksa. Apa yang harus dia lakukan setelah peristiwa mengerikan itu terjadi? Selain duduk dengan tubuh dibaluti selimut dan menangis terisak-isak.

Di sampingnya cowok gila yang sudah merenggut secara paksa kehormatannya tertidur dengan pulas. Dia seperti iblis yang memporak-porandakan hidup Nayla, dan mengirimkannya ke jurang api. Dia menghancurkan hidup Nayla. Dia Cowok gila dan Nayla sangat membencinya.

Setelah ini, apa yang harus Nayla lakukan? Mengurung diri dan melupakan kejadian semalam? Atau bersikap biasa-biasa saja menganggap hal 'mengerikan' itu tidak terjadi?

Nayla tidak bisa.

Dia mencengkeram erat rambutnya, menariknya dengan emosi yang menggelegak di dada. Karena kejadian semalam akan banyak hati yang terluka, hati orang tuanya yang memberi kepercayaan besar dengan mengijinkannya menempuh pendidikan di kota ini, dan juga hati pacarnya yang menemaninya selama satu tahun, sabar, dan selalu mengerti di setiap keadaannya

Kini ..., semua hati itu akan hancur karena ulah cowok gila itu! Dia melenguh, Nayla meliriknya sekilas dengan kilatan benci yang teramat. Tubuh bagian atasnya terlihat, atletis dan kotak-kotak, tetapi, sama sekali tak mampu menarik perhatian seorang Nayla Kayana. Karena di hatinya, dia tetaplah cowok gila.

"Gue dimana?"

Pengen gue getok palanya!

Nayla mendengar suaranya. Sepertinya, dia sudah bangun dari tidur panjangnya setelah semalam .... Nayla bahkan, tak sanggup untuk mengingatnya kembali.

"Di apartemen gue!" Nayla menjawab datar.

Cowok itu beringsut duduk dan terkejut mendapati tubuhnya yang polos. Nayla memalingkan wajah ke arah lain saat iris hitam cowok itu seakan ingin menusuknya dengan belati. Dia ..., terlihat sangat marah.

"Kenapa lo ngelakuin ini sama gue? Gue punya salah?" Suara Nayla terdengar bergetar, tidak dibuat-buat.

"Memangnya apa yang gue lakuin? Gue nyakitin lo, enggakan! dan kenapa gue bisa ada di sini?"

Mungkin, cowok itu sudah lengkap dengan pakaiannya, maka dari itu Nayla kembali menatapnya. "Lo merenggut 'hak' gue sebagai seorang cewek secara paksa, dan manggil-manggil dengan nama Agatha padahal, gue udah teriak-teriak ngasih tau lo, kalo nama gue sebenernya Nayla Kayana."

Cowok itu menggeleng frustasi. Dia tidak terima atas ucapan Nayla padahal, itu sebuah kebenaran. Nayla meliriknya marah. "Gue punya orang tua yang pasti akan sangat kecewa sama gue. Kalo tau anak gadis yang selama ini mereka bangga-banggain udah nggak suci lagi tanpa ikatan pernikahan."

"Gue nggak tahu yang lo ucapin benar atau nggak, yang jelas gue nggak ingat sama sekali." Suaranya menegas, dia menghirup udara kasar dan kembali duduk di pinggiran kasur. "Lo mau berapa? Gue akan bayar lo!" ujarnya tanpa beban.

B3rengsek!

Netra Nayla terbuka sempurna, harga dirinya hancur sehancurnya saat kata 'bayar' meluncur tanpa beban dari mulut cowok itu. Apa dia pikir Nayla seorang wanita murahan yang dapat diperlakukan seenaknya hanya karena segepok uang?

"Ingat 'yah, Cowok gila! Yang gue butuhin itu tanggung jawab lo bukan uang lo!"

"Dengan ngasih lo uang sama aja gue udah tanggung jawab!"

Ya Tuhan! Kenapa di dunia ini ada makhluk tak punya hati yang sama sekali tak berperikemanusiaan. Semua ucapan tenangnya menggores perasaan Nayla sebagai seorang perempuan. Nayla semakin menggulung selimut yang melilit tubuhnya agar tidak terlepas. Dia melirik Nayla sekilas --- hanya sekilas --- setelah itu kembali membuang muka.

"Semalam lo datang ke apartemen gue, manggil-manggil dengan nama Agatha. Apa lo sama sekali nggak ingat?" Nayla meninggikan suaranya, memaksa cowok itu mengerti bahwa yang korban adalah Nayla dan dia harus bertanggungjawab.

"Sama sekali enggak!" Dari suaranya dia terdengar sangat serius. Dari belakang, Nayla dapat melihat jika dia mengeluarkan dompet dari saku celana levis yang dikenakannya. Entah apa yang dia lakukan hingga selang beberapa detik dia menyimpan secarik kertas kecil di atas nakas. Nayla menatapnya murka, kertas kecil itu sebuah cek. "Lo bisa nulis berapapun yang lo mau namun, lupakan yang tlah terjadi, anggap aja kita nggak pernah ketemu dan selamanya akan begitu!"

"LO NGGAK TAU APA YANG GUE RASAIN SEBAGAI SEORANG PEREMPUAN?!!" Nayla berteriak, netranya kembali berkaca-kaca namun, tidak ada air di sana. Dia membalikkan badan, melirik Nayla rendah. "Hentikan tatapan rendah lo itu! Sebelum gue colok mata lo!"

Dia berkedip dua kali. "Bisa saja 'kan, semalam lo yang jebak gue, lo sebenarnya bukan gadis lagi hanya saja lo ngaku-ngaku. Cewek yang gue tidurin bukan cuman lo juga selama ini, dan nggak ada yang 'selebay' lo!"

Lebay? Dia mengatakan bahwa Nayla lebay sedangkan, Nayla hanya menagih dan meminta pertanggungjawabannya sebagai perempuan yang telah dia rusak. Nayla berdiri, tentu saja dengan tubuh yang dililit selimut. Tatapan murka masih setia dilayangkan. "Dengar gue baik-baik! Hidup lo nggak akan tenang sebelum lo bertanggungjawab atas kelakuan yang telah lo lakuin. Lo harus nikahin gue dan persetan dengan caranya!" tegasnya murka.

Mereka beradu pandang, menyalurkan emosi masing-masing. Dari raut wajahnya Nayla bisa menebak, jika ucapkan kembali memancing emosi cowok itu. Semalam Nayla sempat berpikir dia cowok baik, tapi sekarang tidak lagi --- karena yang sebenarnya dia tidak lebih dari cowok br3ngsek yang gila.

"Siapa yang nyuruh lo?"

Nayla mengerutkan kening. "Apa maksud lo?"

"Pasti ada yang nyuruh lo 'kan, buat jebak gue, dibayar berapa lo sama dia? Kasih tau gue biar gue lipat gandain!"

Nayla maju selangkah, menatap menulusuk iris hitam cowok itu, telunjuknya teracung tepat di depan wajah, cowok itu melirik telunjuk Nayla sekilas sebelum membalas tatapannya. "Gue emang berasal dari kampung, dari keluarga yang nggak punya, seandainya aja gue nggak dapat beasiswa mungkin sampai kapanpun gue nggak akan pernah bisa ke kota ini!" Nayla sengaja menekan setiap kata dalam kalimatnya.

Menurunkan jari telunjuk, Nayla membuang muka ke arah lain. "Karena gue berasal dari kalangan bawah, bukan berarti lo boleh memperlakukan dan menghina gue seperti itu!" Tanpa Nayla sadari air matanya kembali jatuh, dia menyekanya dengan kasar sebab, tidak ingin terlihat lemah. Menangis akan semakin merendahkan harga dirinya.

Cowok itu bertepuk tangan dengan meriah dan berjalan ke hadapan Nayla, senyum miring terbit di bibir tipisnya namun, menyimpan banyak 'bisa' yang mematikan. Ucapannya sama seperti ular menurut Nayla.

"Akting lo bagus, tadi gue sempat percaya."

Akting?

Akting dia bilang?

"Itu bukan akting atau semacamnya, gue serius Brengs3k! Dan lo harus bertanggungjawab."

"Lo udah punya pacar?"

.

.

.

.

.

.

.

GIMANA? GIMANA? NGESELIN BANGET KAN SI COWOKNYA?😂 SABAR YAH, NAY.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!