DI HALTE BUS
Seorang pria berpakaian serba rapi tengah berdiri di bibir jalan, menenteng segelas kopi bermerek yang tentu harganya 5 kali lipat dari kopi hitam biasanya.
Pria itu bergeming sebentar setelah mobil sedan merah melintasinya, lalu meneguk kopinya dengan gaya orang kaya.
Berkali-kali Ia menatap kearah jam tangannya yang memancarkan kilauan tidak bisa, Pria itu seperti sedang menunggu sesuatu.
Saat hendak meneguk kopinya untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba.....
BRAK!!
Suara tabrakan terdengar keras memecah kesunyian malam itu.
Seorang gadis menabrak pria tadi hingga tubuhnya sedikit terhuyung.
Kejadian itu terlalu cepat, sehingga pria itu telat menghindar. Alhasil tabrakan tak terhindarkan.
Gadis remaja dengan rambut yang sudah acak-acakan seketika terpental, reflek Pria itu segera menangkap pinggang gadis itu. Pinggangnya yang ramping membuat Pria itu mudah menangkapnya, membuat gadis itu gagal jatuh.
Mata mereka saling bertemu, setelah jarak keduanya yang sangat dekat. Ada desiran aneh di hati keduanya.
Deg, deg! deg! deg!
Hati gadis itu berdebar, jantungnya berdetak sangat cepat, apalagi Ia masih mengingat jelas adegan film Korea yang dilihatnya minggu lalu.
Kejadian ini sangat mirip dengan adegan-adegan mesra di drama korea, sangat manis, romantis dan dramatis, tapi hanya terjadi sepersekian detik.
Segelas kopi pun melayang yang langsung
membasahi kemeja putih pria tadi, membuat dadanya yang bidang terlihat menerawang.
"Aw!" Rintih Pria itu sesaat setelah melepaskan pinggang sang gadis, alhasil gadis itu pun terjatuh.
Ia segera mengibaskan kemejanya yang terasa panas, tanpa memperdulikan gadis mungil yang kini sudah ambruk, membuat pelipisnya terbentur trotoar sampai mengeluarkan darah segar.
"Awh!" Rintih gadis itu dengan suaranya yang lembut sembari memegangi kepalanya yang terasa nyeri, Pria itu segera menghadap ke bawah dan menyadari keberadaan sang gadis yang tengah mengernyit kesakitan.
Baru saja Pria itu akan mengumpat dan memarahi gadis itu, dua orang dari arah berlawanan terlihat menunjuk-nunjuk kearah sang gadis sembari berlari kencang seperti sedang memburu sesuatu.
Sesaat pria itu bingung, belum sempat mencerna apa yang sebenarnya terjadi, gadis dengan perawakan mungil itu sudah meraih kakinya.
"Tolong aku!" Ucap gadis itu dengan ekspresi ketakutan, rambutnya sudah benar-benar berantakan dan menutupi sebagian wajahnya.
Gadis itu sudah bersimpuh penuh permohonan, pria itu semakin di buat bingung dengan keadaan ini, sedangkan dua pria bertubuh kekar berlari semakin dekat, hanya berjarak sekitar seratus meter dari mereka.
Merasa tak punya pilihan, Pria itu segera menarik gadis itu berdiri lalu menggandeng tangannya dengan erat.
Tak ada pikiran apapun di kepala pria itu sekarang, selain menolong gadis dengan dandanan menor yang terus merangkul kakinya erat.
"LARI!!" Teriak pria itu memberikan aba-aba.
Adegan ini sangat dramatis, apalagi kedua pria bertampang jahat mempercepat langkahnya mengejar mereka.
Misinya saat ini adalah mengikis jarak sejauh mungkin dengan orang yang tengah mengejar mereka.
Pria itu berlari sekencang mungkin menggandeng tangan sang gadis yang tampak kesusahan dengan roknya yang pendek dan cekak.
Mereka berlari semakin jauh dari halte, menyeberangi jalan dan mulai memasuki area perumahan padat dengan lorong-lorongnya yang ada dimana-mana.
Malam yang larut membuat mereka kesusahan mencari tempat yang ramai, apalagi kawasan itu memang terkenal sepi.
Nafas mereka sudah mulai ngos-ngosan, di tambah dengan kejaran orang yang tak mau kehilangan mereka.
"Stop!" Teriak gadis itu menghentikan lajunya, otomatis pria yang menggandengnya ikut berhenti.
"Aku mau ganti rok!" Ucap gadis itu di sela-sela nafasnya yang naik turun, jantunya menggebu dan berdetak sangat cepat.
Pria itu segera melepas genggamannya.
WEKK!!
Gadis itu langsung menyobek roknya yang memperlihatkan paha mulusnya, pria yang tak menduga aksinya langsung melengos malu.
Gadis yang kepepet itu sampai lupa ada pria di sampingnya saking gugupnya, untuk ada celana kowor di balik rok cupet yang di pakainya itu.
Ekspresi pria itu sangat kawatir, takut jika tiba-tiba mereka tertangkap kalau kelamaan berhenti.
Ia memasang tatapan waspada, mengedarkan pandangannya ke belakang.
Saat Pria itu kembali mengarahkan pandangannya pada sang gadis, Ia melihat gadis itu tengah melepas gulungan celananya sampai menutupi lututnya.
Deg!
2 pria jahat itu terlihat tak jauh dari mereka, menemukan keberadaan mereka sekarang, apa yang di kawatirkan pria itu terjadi.
"Woyy!!" Teriak penjahat itu.
Gadis itu kaget tatkala tangannya langsung di tarik oleh pria itu, padahal celana sebelahnya belum turun sempurna.
Mata gadis itu memicing, berlari sembari menurunkan celana sebelah kanannya.
keadaan malam itu benar-benar sepi, semua orang sudah tertidur karena sudah larut malam.
Mereka berlari sejauh mungkin, hingga terhenti di perapatan lorong.
Gadis itu sudah kehabisan nafasnya, tangannya langsung memegangi perutnya yang mulai terasa sakit.
Pria itu segera menoleh ke samping, kebetulan ada lemari bekas kecil yang tak jauh dari sana.
Tanpa berkata apapun, pria itu menarik tangan Senja karena tak punya waktu lagi, mengingat dua orang itu semakin dekat.
"Ini hanya muat satu orang" gadis itu protes.
Pria itu segera membungkam mulut sang gadis dan memangkunya masuk ke lemari yang sangat sempit, tepat waktu. Karena sedetik kemudian, dua orang itu sudah tiba disana.
"Tadi aku liat mereka disini!" Kata pria yang berambut gondrong sambil menunjuk tempat yang mereka pijak tadi.
Deg, deg! deg! deg! jantung gadis itu berdegup semakin kencang, mungkin pria yang memangkunya juga mendengarnya, pipinya perlahan merona. Antara rasa takut, grogi, dan salting campur menjadi satu.
"Kita cari ke sebelah sana" Ucap Pria satunya yang berambut cepak dengan tato yang memenuhi lengannya.
"Mampus kita kalau itu bocah sampai lolos!" Sahut Pria satunya dengan nada suara ketakutan.
"Mereka belum jauh, ayo kita telusuri lagi"
Kedua pria yang terlihat seperti preman itu akhirnya pergi.
Gadis itu mulai di lepaskan dari bungkaman dan keluar seperti orang sesak nafas..
"Aku hampir mati tau?" Gerutu gadis itu megap-megap karena kehabisan oksigen, pasalnya hampir 3 menit pria itu membungkamnya.
"Yang penting kita selamat" Balas pria itu angkuh, yang langsung ngeloyor pergi tanpa menghiraukan gadis dengan pakaian serba seksi yang masih megap-megap.
"Tunggu!" Gadis itu menyusul langkah Pria itu, karena Ia tak tau sama sekali tempat itu. Ia akan tersesat kalau tidak mengikuti pria yang menolongnya.
"Aku ikut ya, aku gak tau jalan" Jelas gadis itu, yang segera mensejajarkan langkahnya dengan pria tampan yang dengan suka rela menolongnya.
"Hem.. " Jawab Pria itu singkat tanpa menoleh dan terus berjalan.
Gadis itu sangat kewalahan karena langkah pria itu sangat lebar, berbeda dengan kakinya yang mungil, maklum karena Ia pendek. Tingginya saja hanya sepundak pria itu.
Gadis itu akhirnya mengikutinya dari belakang sambil sesekali berlari karena tertinggal.
Gadis itu sesekali menoleh ke belakang, siapa tahu kedua penjahat itu tiba-tiba muncul dan menangkapnya.
"BTW, makasih ya udah nolongin aku" Ucapan gadis itu yang sekali lagi mensejajarkan langkahnya dengan susah payah dan setengah berlari.
"Hem.. "
Gadis itu jengkel sekali karena hanya di jawab hem... tapi bagaimanapun juga pria itulah yang menyelamatkan hidupnya, jadi tak masalah.
10 menit kemudian, mereka sudah kembali ke jalan raya.
Pria itu segera mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang, beberapa detik kemudian mobil sedan hitam mendekat.
Pria itu segera memberi isyarat pada gadis itu untuk segera masuk ke kursi belakang, sedangkan Ia duduk di samping sopir.
Gadis itu hanya menurut, karena memang tak ada tawar menawar untuk keselamatannya. Walau Ia sebenarnya masih tak yakin pria itu orang yang baik, mukanya dingin persis seperti penculik. Ia malah membatin kalau pria itu hanya pura-pura menyelamatkan dirinya, padahal pria itu bagian dari penjahat tadi.
Gadis itu menghela nafas panjang, Ia sudah pasrah kalau memang Pria itu seorang penculik.
10 menit kemudian, sopir mulai menginjak rem.
"Berhenti Pak" Perintah Pria tadi pada Pak sopir.
"Baik Den"
Setelah mobil berhenti sempurna, Pria itu menyuruh sopirnya membuka pintu belakang.
"Suruh wanita itu turun" Ucap Pria itu tak peduli dengan ekspresi sangat gadis yang seperti tak mau.
Gadis mungil itu tak bisa melakukan penawaran, Ia dengan cemas dan takut menurut.
Bukan Ia tak mau turun, tapi melihat jalanan yang sepi serta beberapa orang pria yang sedang mabuk-mabukan di depan membuatnya sangat ketakutan. Terlebih Ia tak mau harus kemana? dia juga tak punya saudara, atau tahu jalan. Ia sama sekali tak tau apapun tentang Jakarta, Ia baru menginjakkan kaki di jakarta baru tadi pagi.
Dengan langkah yang berat, gadis itu mulai turun. Pemandangan di hadapannya membuat bulu kuduk nya berdiri, sungguh sangat mengerikan bagi gadis polos seperti dirinya. Malam itu sangat mencekam, apalagi tak ada orang lewat karena memang sudah lewat tengah malam.
Gadis itu menatap sang sopir yang mulai menutup pintu kembali, berharap mau menolongnya. Sang sopir yang tampak sama cemasnya tak bisa berbuat apa-apa, selain menuruti anak majikannya yang super dingin itu.
Mobil mulai melaju meninggalkan gadis malang itu sendirian, para pria yang sudah mabuk mulai menghampirinya, mulai menggoda.
***
Mobil yang di tumpangi Pria itu akhirnya sampai di sebuah rumah mewah dengan gradasi warna emas yang indah.
Pria itu segera mengetuk pintu tiga kali.
"Tok... tok.... tok.."
"Ma..... " Panggil pria itu dari luar.
Tak lama setelahnya, gagang pintu mulai di putar dari dalam. Wanita cantik dengan piamanya membuka pintu, wajahnya tampak sangat kawatir menatap sang anak.
"Kamu kemana aja sih Nak, sampai pulang selarut ini?" Wanita yang bernama Ami Iyu langsung menodongkan pertanyaan.
Tapi sang anak hanya diam dan berlalu begitu saja, tanpa memperdulikan pertanyaan ibunya.
Wanita cantik berumur 35 tahun itu hanya berdecak melihat tingkah anak sulungnya itu, pandangannya langsung teralihkan pada baju kemeja anaknya yang kotor dan lusuh.
"Baju kamu kenapa Kenzo?" Wanita paruh baya itu kembali bertanya, seperti tak mau menyerah sebelum ada jawaban dari anaknya itu.
"Aku capek Ma, aku mau tidur" Sahut sang anak dengan malas dan terpaksa, lalu pergi begitu saja m meninggalkan Ibunya yang geleng-geleng Kepala.
"Kenzo-kenzo... " Keluhnya.
Saat akan menutup pintu, Ia melihat sopir pribadinya masih berdiri di sana, seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan tapi tak berani bicara.
"Maman, sini kamu!" Panggil wanita itu yang membuat Maman langsung tergagap dan segera menghampiri.
"Kenapa Kenzo bisa pulang selarut ini?" Tanyanya dengan nada penuh ancaman.
"Anu nya, anu... tadi waktu saya menjemput Aden, dia sedang bersama seorang gadis. Saya tidak tahu itu siapa?, tapi kemudian Aden menyuruh saya menurunkan di tengah jalan. Gadis itu sempat menangis karena ketakutan nya" Jelas Maman gugup.
"Astaga Maman! kenapa tidak bilang dari tadi?"
"Sa-saya takut nya"
Sang majikan lagi dan lagi menggelengkan kepalanya pusing menghadapi anak satunya itu.
"Ya sudah, kamu jemput gadis itu sekarang!" Perintahnya.
"A-anu nya, anu"
"Apa lagi Maman...?"
"bahan bakarnya abis nya"
"Ya audah, kamu istirahat aja, biar aku suruh Kenzo yang pergi"
"Ba-baik nya"
Wanita itu dengan ekspresi penuh amarah menghampiri kamar anaknya yang kebetulan tidak di kunci.
"Kenzo!!" Teriaknya, membuat Kenzo menutup telinganya.
"Apaan sih Ma, berisik tau?" Protes Kenzo kesal.
"Sekarang juga, kamu jemput gadis yang kamu tinggalkan di jalan!"
"Kenzo capek Ma" Kenzo menolak.
"Cepat!! atau_
" Ya ya, Kenzo susul" Akhirnya Kenzo mengalah, Ia segera memakai jaket kulit hitam kesayangannya.
Kenzo kesal sekali dengan Pak Maman sopir pribadinya, kenapa menceritakan hal ini pada Mamanya. Padahal Ia sama sekali tak peduli dengan gadis itu.
Kenzo menaiki mogenya, melaju dengan kecepatan penuh.
Saat sampai di tempat dimana Ia menurunkan gadis itu, gadis tadi sudah menghilang.
Saat menoleh di ujung jalan, baru Ia melihat gadis itu sedang di goda tiga berandalan.
"Hey cantik, sendirian aja nih" Goda salah satu pria, dua lainnya ikut mendekat.
Gadis yang sendirian itu mulai menggigil ketakutan, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.
"Abang temenin yuk" Sahut pria satunya yang tengah meneguk minuman keras, baunya sangat menyengat membuat gadis itu ingin muntah.
"Ikut Abang yuk?" Ucap pria ketiga yang langsung meraih tangan gadis dan menciumnya, gadis itu semakin ketakutan setengah mati.
"Lepaskan!!" Teriak gadis itu meronta, beruntung tangannya bisa lepas.
Gadis yang semakin ketakutan itu langsung ambil ancang-ancang lari, tapi naas kedua tangannya berhasil di raih oleh kedua pria di kedua sisiNya, sedangkan satunya menatapnya penuh gairah di depannya.
"Tolong! tolong aku!" Gadis itu berteriak sekeras mungkin sambil meronta-ronta, tapi percuma. Ia tak akan sanggup melawan tiga orang pria sekaligus.
"Tak kan ada yang menolongmu cantik, tak akan ada yang mendengar! percuma" Ucap pria pertama penuh kemenangan, lalu tertawa.
"Hahahah.. "
Kini air mata gadis itu mulai jatuh, Ia tak pernah menyangka bahwa akhir hidupnya seperti ini. Ia benar-benar tak ada harapan untuk hidup, karena tak ada orang sama sekali disana yang akan menolongnya.
Pria pertama yang sepertinya adalah bos mulai mendekat, sedangkan kedua anak buahnya semakin menguatkan genggamannya agar gadis itu tidak kabur.
Gadis itu mulai sesenggukan, memohon-mohon agar di lepaskan. Tapi ketiga pria yang sudah di kuasai alkohol tak mungkin melepaskan dirinya, naluri nya sudah berubah menjadi naluri binatang. Bias, kejam dan tak berperasaan.
Peluh kini sudah memenuhi jidat dan ubun-ubunnya tatkala tangan pria itu menghapus air matanya, membuatnya ingin pingsan saking takutnya.
"Cup..... cup, jangan menangis sayang. Aku tak akan bermain kasar kok" Ucap pria itu yang di sambut gelak tawa kedua anak buahnya yang memegangi di kanan kiri.
"Aku mohon, lepaskan aku... " Gadis itu memohon dengan suaranya yang lirih dan bergetar, nada bicaranya mengandung keputus-asaan.
Tapi pria itu malah tertawa seperti orang gila melihat gadis yang semakin ketakutan itu. Membuatnya semakin gemas dan bergairah.
"Woy!! lepaskan dia!" Teriak seorang pria dari arah belakang, gadis itu segera menoleh diikuti ketiga pria itu secara bersamaan.
Secercah harapan kini kembali hadir ketika Ia tahu, itu adalah Pria yang tadi menolongnya tadi.
"Jangan ganggu dia!" Bentaknya sekali lagi, tanpa rasa takut berhadapan dengan ketiga berandalan itu.
"Cari masalah kau rupanya, hajar dia!" Bos berandalan memerintah, kedua anak buahnya pun langsung menyerang.
Perkelahian pun tak terhindarkan, gadis itu terpejam tak berani melihat pemandangan di depannya yang amat mengerikan. Suara pukulan demi pukulan terdengar jelas di telinganya, membentuk ekspresi ketakutan di wajahnya yang ayu.
Lima menit kemudian, gadis itu memberanikan diri membuka matanya setelah suara pukulan terhenti. Di lihatnya, kedua pria berandalan itu sudah KO, merintih kesakitan di atas aspal. Wajahnya sudah memar di sana sini.
"Brengsek!!" Teriak bos berandalan tak terima, lalu melepas gadis itu dan menghampiri Pria tampan yang menolong gadis itu.
Gadis itu kembali menutup matanya, tapi baru sedetik Ia langsung membukanya ada perasaan tak enak di hatinya.
Benar saja, saat Pria berkemeja putih tengah menghajar bos berandalan, satu anak buahnya mengendap-endap dengan pisaunya, siap menikam dari arah belakang.
Gadis itu tak tinggal diam, Ia mengambil botol anggur di sampingnya. Tepat saat Bos terkapar, anak buahnya sudah menghunuskan pisaunya yang tajam. Tinggal beberapa senti pisau itu menembus kulit, tapi gadis itu segera memukul pria berandalan itu dengan botol anggur sampai pecah. Sehingga pisau itu meleset dan hanya melukai pergelangan tangan pria tampan itu.
"Awh!!" Darah segar mengalir dari luka sayatan yang timbul, gadis itu segera menyobek bajunya dan membungkus tangan pria yang telah menolongnya untuk kedua kalinya.
Pria itu kaget, terlebih seumur-umur Ia tak pernah mengalami hal yang tek terduga ini, dari pelarian bersama sang gadis, berkelahi dengan preman, dan terakhir memandang wanita yang dengan cekatan membalut lukanya hingga berhenti dari pendarahan.
Ada perasaan aneh di hati pria itu, perasaan yang tak pernah ada sebelumnya ketika gadis itu menyentuh lembut lukanya. Desiran aneh yang menghangatkan hatinya, tapi Ia segera melupakan dan melepaskan tangannya dari sang gadis.
"Bener-bener malam yang menyebalkan dan aneh!" Gerutu pria itu kesal dalam hati.
"Terimakasih sekali lagi, aku berhutang budi padamu" Ucap Zahra penuh ketulusan.
"Hem... " Balas pria itu, masih sama seperti sebelumnya.
Kini gadis itu sudah terbiasa dengan sikap arogan dan cuek pria yang menolongnya itu sehingga Ia tak mempermasalahkan. Yang terpenting dia selamat dan pria itu yang lagi-lagi jadi malaikat penolongnya.
"Naik!" Perintah pria itu, menyuruh gadis itu segera menaiki motor gedenya.
Setelah gadis itu naik, pria itu melepaskan dan memberikannya jaketnya karena melihat gadis itu menggigil kedinginan.
"Sepertinya kau kedinginan" Ucapnya lalu memencet starter.
"Terimakasih"
"Hem... "
Gadis itu sagera memakai jaket kulit itu, aroma parfum menyerbak membuatnya nyaman. Kehangatan pun mulai menyelimuti tubuhnya yang menggigil.
Gadis itu hanya menurut, kini tak ada prasangka buruk tentang pria itu. Dalam hati Ia terus bersyukur telah bertemu pria itu, kalau tidak mungkin Ia sudah jadi mayat yang mengenaskan.
Di jalan sangat sepi, hanya ada mereka berdua yang berkendara. Gadis itu menatap ngeri pada sudut-sudut jalan yang terdapat orang-orang yang sedang main judi dan minum-minum.
Gadis itu tak tau kemana laki-laki itu akan membawanya, yang pasti sekarang Ia sudah merasa aman.
***
Setelah berkendara sekitar 15 menit, akhirnya mereka sampai di rumah Pria yang bernama Kenzo.
"Turun!" Ucap Kenzo masih dengan nada kesal.
Gadis polos itu turun dengan mulut menganga, menatap rumah megah semacam Istana. Di kampungnya, tak ada rumah sebesar dan semewah ini.
Ia terus menatap kagum tiang-tiang besar yang menjulang tinggi, menopang bangunan besar yang entah bagaimana cara membangunnya.
Buk!!
Gadis itu terjatuh setelah menyandung undakan pintu masuk, karena saking sibuknya matanya jelalatan melihat ke atas, ke samping, ke kiri, ke kanan lalu ke atas lagi saking kagumnya melihat interior yang megah. Sampai tak sadar ada undakan besar di depannya yang malangnya membuatnya jatuh.
"Awh... " Rintihnya tanpa suara, lalu segera berdiri.
Gadis itu segera mengelap-elap bajunya yang tak kotor saking malunya, lalu melihat ke depan, mengelus dadanya bersyukur karena pria itu tak melihatnya jatuh secara frontal dan konyol, sungguh Ia sangat malu sekali sekarang.
"Untung beruang kutub itu tak melihatku" Batinnya dalam hati.
Tanpa sepengetahuan gadis itu, Kenzo sebenarnya terkikik geli melihat kepolosan gadis itu, jika Ia sedang sendirian mungkin Ia sudah tertawa ngakak, apalagi membayangkan bagaimana gadis itu terjatuh. Benar-benar membuat perutnya geli dan menggelitik, tapi Ia menyembunyikan itu, dia harus terlihat cool seperti biasanya.
Gadis itu segera menyusul langkah Kenzo, karena Ia tertinggal cukup jauh.
Mereka masuk ke ruang utama, ruangan itu sangat luas dengan pilar-pilar emas yang mengkilat. Sofa-sofa empuk yang indah, lemari antik, jam antik, guci antik, aquarium yang sangat besar, turut memeriahkan ruangan itu. Sekali lagi mulutnya menganga, sampai melupakan kejadian mengerikan yang baru di alaminya.
Ruangan itu kosong, tak ada siapapun. Gadis itu memandang jam antik yang menunjukkan pukul 2 dini hari, seketika Ia tersadar ini sangatlah larut. Kalau di rumahnya, jam 9 pun Ia sudah terkapar di atas kasur.
"Kamu tunggu di sini, duduklah dulu. Akan ku panggil Mama" Ucap Kenzo dengan suara dinginnya, sama sekali tak ada hangat-hangat nya malah membuatnya merinding.
Gadis itu mengangguk, sebelum Kenzo benar-benar pergi dari hadapannya. Ia kemudian duduk di sofa
"Ah... " Gadis itu mendesah, "Sofa ini sangat empuk sekali"
Gadis itu dengan polosnya berguling-guling di atas sofa seakan-akan itu kasur busa yang empuk sekali, maklum di desanya Ia tak punya kursi semewah itu. Jangankan sofa mewah, kursi plastik pun Ia tak punya,ia hanya punya kursi kayu.
Dengan senangnya ia berguling-guling sambil senyum-senyum sendiri, tanpa sadar di sampingnya sudah berdiri Kenzo yang menatap geli. Ingin sekali Ia tertawa saat itu juga saking gelinya melihat sikap polos yang di tolongnya,
"Tuhan... kenapa lucu sekali, apa dia sinting?" Gumam Kenza dalam hati, seumur hidupnya Ia baru kali ini bertemu gadis yang sangat-sangat polos.
"Ehem!" Kenzo berdehem, yang langsung membuat gadis itu melonjak kaget.
Hampir saja Ia terjatuh untuk ke berapa kalinya, tapi lagi-lagi Kenzo seperti malaikat penyelamat untungnya. Menangkap tepat waktu.
Muka gadis itu sudah merah padam, saat tubuhnya ada di pangkuan Laki-laki itu. Sungguh Ia ingin pingsan saat itu juga saking malunya, pria tampan itu pasti melihat kekonyolannya tadi.
Mama Ami yang sudah berada di ujung pintu terpana dengan pemandangan itu, baru kali ini Ia melihat anaknya melakukan adegan mesra dengan seorang perempuan.
"Ehem-ehem!" Mama Ami gantian berdehem, Kenzo yang kaget langsung melepas tangannya. Gadis itupun terjatuh dan terjatuh lagi, sungguh malang sekali.
"Awh!!" Jerit gadis itu kesakitan, sedangkan Kenzo yang bingung hanya bengong saja. Tak tau harus apa?.
Mama Ami yang sigap langsung membantu gadis itu berdiri, "Kau tidak apa-apa sayang?"
Tanpa sadar, Mama Ami memanggil gadis itu dengan sebutan sayang.
Gadis mungil itu mengangguk sambil memgangi kepalanya, Mama Ami yang tak sengaja melihat darah mengalir di pelipis gadis itu segera berteriak histeris.
"Kenzo, ambil kapas dan antiseptik sekarang!" Perintah Mama Ami.
Baru beberapa langkah, Mama Ami kembali berteriak.
"Satu kotak P3K aja semua di bawa!"
Satu menit kemudian, Kenzo datang dengan kotak P3K di tangannya. Saat memberikan pada Mama Ami, tak sengaja sang Mama melihat tangan Kenzo yang di balut kain. Setelah melihat bagian bawah baju gadis itu yang robek, Mama Ami mengerti.
"Duduk Kenzo!"
"Mama bisa ngomong pelan gak sih, ini sudah malam tau" Kenzo terus menggerutu.
"Ya ya" Jawab Mama Ami singkat.
Alhasil gadis yang kikuk itu duduk bersanding dengan Kenzo.
Mama Ami mengobati luka mereka, dengan terus mengomel tanpa sadar gadis itu bukan bagian dari keluarganya, tapi perlakuan Mama Ami mereka berdua seperti anaknya yang dimarahi karena habis berkelahi.
"Kalian ini kenapa sih, kok bisa luka-luka gini. Bikin Mama panik aja"
"Ceritanya panjang Tan" Jawab gadis itu dengan suaranya yang lembut, seketika membuat Mama Ami tersadar bahwa gadis itu adalah orang asing.
"Oh iya, apakah kau teman Kenzo sayang?" Tanya Mama Ami pada si gadis karena penasaran, setelah selesai membalut luka keduanya dengan perban. Kini Ia duduk di tengah, antara Kenzo dan gadis asing.
"Bukan Tante" Jawab gadis itu dengan polosnya.
"Lalu?"
Mama Ami semakin di buat tidak mengerti.
Kenzo pun menceritakan secara detail dari dia di tabrak gadis itu sampai akhirnya dia terluka karena berkelahi dengan tiga begundal yang di bantu gadis itu saat Ia hendak di tusuk.
Mama Ami mendengarkan secara seksama, kemudian menelan ludah setelah Kenzo mengakhiri ceritanya yang pada panjang kali lebar.
Mama Ami bukan kaget karena adegan pertemuan, mesra atau perkelahian yang melibatkan keduanya. Terkejut karena Kenzo bicara panjang lebar, setahunnya Kenzo jarang berbicara dan menjawab jika pertanyaan itu terasa penting. Tapi ini apa?.
"Namamu siapa Sayang?" Mama Ami menatap serius ke arah gadis yang kini di rangkulnya.
"Nama Saya Zahra adiwiyata Tante"
Mama Ami manggut-manggut, "Nama yang indah sayang"
"Rumahmu dimana sayang?
Kenzo tampak kepo melirik dan mendengarkan dengan teliti setiap jawaban gadis itu.
"Saya tidak punya rumah tante"
"Bagaimana bisa?"
"Saya baru ke Jakarta pagi tadi tante"
"Apa?!!" teriak Mama Ami kaget.
"Iya tante, ceritanya sangat panjang sekali. Sebenarnya saya dari kampung, bukan orang jakarta asli"
"Lalu siapa yang membawamu ke Jakarta sayang?"
"Bude saya tante"
"Besok biar Kenzo antar kamu ke rumah bude kamu ya? sekalian berangkat ke kantor"
Zahra seketika berubah ketakutan, matanya langsung menerawang jauh.
"Ja-jangan tante, saya mau pulang aja ke kampung"
Kini gadis itu benar-benar ketakutan, Mama Ami segera memeluknya.
"Kenapa sayang, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan budemu? kenapa kau tak mau kembali ke budemu"
Zahra menatap kosong pada lampu yang bergantung, dia mulai menceritakan kejadian 30 menit sebelum dirinya menabrak Kenzo dan Kenzo menolongnya dari kejaran 2 penjahat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!