HALO
SELAMAT DATANG DI KARYAKU🤗
BAGI YANG BARU TAU KARYA OTHOR DI JUDUL INI, BACA JUGA KARYAKU YANG LAIN BERBAU WANITA TANGGUH BEIBZ.
BIASAKAN TAP LOVE, LIKE, KOMENTAR POSITIF, VOTE JUGA HADIAHNYA YA😉
SEMOGA TERHIBUR
HAPPY READING😘
"Dasar resek, sialan. Buat apa ada pembagian kamar kalo ujung ujungnya milih sendiri. Modus bilang temen se SMA padahal mo wik wikan tiap malem" gerutu Ardy sambil menggeret kopernya kearah kamar di sisi selatan gedung asrama. Sedangkan kamar awalnya berada di sisi utara.
Ardy heran dengan teman temannya yang tak bisa lepas dari hal yang berbau 'kebebasan'. Tak tahukah mereka jika dia mendamba peraturan rumah, omelan dan amarah kedua orang tua karena dia melanggar peraturan rumah?
Seandainya dia tinggal setidaknya bersama salah satunya, dia akan sangat bersyukur.
Namun apa daya, Tuhan berkehendak dia terlahir sebagai korban broken home.
Tak hanya itu, kedua kakaknya pun mengalami kegagalan dalam pernikahan. Dan itulah yang membuatnya memantapkan hati untuk tidak mempunyai hubungan dengan lawan jenis.
klek
Ardy menemukan nomor kamar yang tertera dalam gantungan kunci.
Setiap kamar memiliki 2 kunci untuk masing masing penghuni karena 1 kamar diisi 2 orang dalam asrama kampus tersebut.
Ardi membukanya namun langsung tercengang.
Bagaimana tidak.
Menurut informasi yang dia dapat dari pasangan teman sekamar.. emm.. mantan teman sekamarnya mengatakan jika dia malas harus sekamar dengan jalu.
Bukankah 'jalu' adalah istilah dengan arti laki laki?
Tapi..
Tanpa dia sadari keringat bercucuran dipelipis. Sesuatu yang tak pernah ia alami dan rasakan.
Wanita itu dengan santainya membuka kaus longgar bagian atasnya menyisakan pembungkus kembaran yang tampak.. rata, kalau boleh mencibir, sambil melirik acuh pada Ardy yang baru membuka pintu.
Tak ada raut terkejut ataupun malu. Justru dengan tenangnya dia menggantinya dengan yang baru dari lemari tanpa menutup bagian atas tubuhnya. Setelah itu dia mengganti bagian bawahnya lalu memasukkan apapun yang dia perlukan kedalam tas ranselnya.
"Hanya 2 aturan di kamar ini. Pertama, tidak melakukan 5eks didalam kamar. Ke dua, tidak ada aturan lain. Selamat datang" sambutnya diakhiri senyum dipaksakan lalu melengos pergi dengan tergesa.
"What?! peraturan macam apa itu?" tukas Ardy tak percaya sambil terus menatap punggung yang sedikit tertutupi rambut yang diikat ekor kuda dengan asal itu menjauh.
"Can't believe it. What a great first day" (Sulit dipercaya. Hari pertama yang luar biasa) dengus Ardy yang kemudian masuk lebih ke dalam kamar barunya itu.
"My god.. pantesan cewek si Edo gak mau sekamar sama orang ini" Ardy melongo dengan kondisi ruangan yang sangat berantakkan.
Kamar itu tanpa sekat. Berukuran 5mx6m tipe studio. Hanya ada 2 bed yang letaknya bersebrangan, dipisahkan oleh meja panjang untuk belajar, juga lemari pakaian dan lemari buku pada masing masing sisi, dan satu kamar mandi untuk digunakan bergantian. Tidak ada kata privasi antara wanita dan laki laki karena mereka akan berganti pakaian dihadapan satu sama lain.
Entah akan bagaimana hari harinya selama kuliah karena untuk menyewa kamar kos diluar kampus sangatlah mahal.
glek
Ardy tiba tiba membayangkan harus melihatnya seperti tadi setiap harinya. Bahkan diapun harus melakukan hal yang sama karena tak mungkin berpura pura masih tidur. Jadwal kuliahnya sangatlah padat dari pagi hingga siang, bahkan bisa sampai sore pada hari tertentu.
"Fuhh.. nasib memang tak adil padaku" keluhnya meringis.
Ardy lantas merapikan bagiannya saja. Sedikit risih memang melihat pemandangan disebrang tempat tidurnya.
Pakaian luar dan dalam berserakan dimanapun bisa tersangkut, lalu bungkus keripik dan camilan lain yang belum sepenuhnya habis hampir memenuhi meja belajar.
Ardy tak yakin apa dia bisa bertahan tinggal sekamar dengan gadis ini.
"Aturan pertama, tidak melakukan 5eks di dalam kamar" ledek Ardy menirukan suara perempuan.
"Cih, siapa juga yang mo nge5eks. Otaknya dah gak beres tuh cewek. Belom apa apa ngomongin begituan. Tapi.. setuju, bener juga. Coba kalo gue jadi sekamar sama Edo, bisa insomnia gue tiap malem harus dengerin suara laknat" monolog Ardy sambil manggut manggut membenarkan aturan pertama yang disampaikan wanita itu. Tangannya bergerak membersihkan sebagian meja untuknya menyimpan laptop dan menaruh beberapa peralatan menulis.
Dia sengaja tak membereskan kekacauan yang gadis itu sebabkan, selain bukan tanggung jawabnya, dia takut jika ada hal yang penting yang tak boleh berpindah tempat.
Perkuliahan dimulai dua hari lagi, namun Ardy sudah mulai membuka beberapa referensi untuk menunjang mata kuliahnya di fakultas kedokteran.
tring
Notifikasi ponsel berbunyi, tanda ada pesan masuk. Ardi mengalihkan perhatiannya sejenak pada benda pipih yang tengah diisi daya nya di sebelah laptop.
Edo : "Bro, ngafe yok"
Ardy : "Ga da duit. Belom cair beasiswa gue"
Edo : "Ah elah, sok miskin lo. Anak pengusaha sok sok an nunggu beasiswa cair. Jan sok miskin deh"
Ardy : "Terserah gue dong. Lagian yang pengusaha kan bokap gue"
Edo : "Elo mah paling pinter ngeles. Iya gue yang traktir deh. Tau aja gue baru dapet duit dari bebep"
Ardy : "Sarap lu. MOKONDO"
Edo : "Sialan, kualat lo gue sumpahin kayak gue. Lo belom tau aja enaknya begituan🖕👉👌"
Ardy : "Sumpahan elo gakan di kabulin, ashu. Makanya jadi orang sholeh dulu biar bisa nyumpahin gue😏"
Edo : "Bacot.. nge ue yuk"
Ardy : "Dasar sarap ngajakin gue begituan, najis lo"
Edo : "🤣🤣🤣🤣🤣🤣"
"Bro, ayo jalan" tiba tiba Edo membuka pintu itu mengejutkan Ardy yang tengah mengetikkan sesuatu pada benda pipihnya.
"Astaga, ngagetin lo. Dasar sarap" tukas Ardy mengusap dadanya. Edo hanya terbahak melihat keterkejutan sahabatnya.
"Dasar temen ga da ahlak. Ketok dulu kek kalo mo masuk kamar orang. Main nyelonong aja" ketus Ardy sambil mencabut kabel pengisi daya dan mengambil dompetnya.
"Lo juga tadi kek gitu kan? ayo ngaku, lagi bu gil gak? eh te teknya gede ga?" cerocos Edo memberondong pertanyaan absurd pada Ardy, membuat wajahnya memerah karena otomatis otaknya memutar balik adegan pertama membuka pintu itu.
"Cungur lo mesti di lem pake lem tikus kek nya. Girang amat ngomongin begituan. Dah ah, lo pergi aja sendiri. Males gue dengerin bacot lo bahas begituan mulu" ketus Ardy dibalas gelakan Edo. Namun Ardy berangkat juga mengikuti langkah Edo.
Di cafe yang ramai, mereka memilih duduk di luar karena diperuntukkan bagi perokok.
"Selamat siang, mau pesan apa?" sapa seorang waitress cantik tanpa menampilkan senyum manis nan ramah nya.
Ardy dan Edo berlomba mengangakan mulutnya.
Jika dalam pikiran Edo, melihat penampilan cool 'n sexy -nya pramusaji yang tengah menunggu mereka memesan, Edo selalu membayangkan adegan 21+ dan bentuk polos tubuhnya.
Berbeda dengan Ardy yang tak percaya akan bertemu lagi dengan perempuan cuek yang tadi dilihatnya membuka pakaian dengan cuek.
"Millie" gumam keduanya kala membaca name tag yang tersemat di dada sebelah kanannya.
HOLAAA KARYA BALU OTHOR NII
SEMOGA SYUKAAA😘
JANGAN LUPA SELALU TINGGALKAN JEJAK POSITIF YA
TAP LOVE DULUU
LIKE
COMMENT
GIFT
VOTE
🤸🏻♀️🤸🏻♀️🤸🏻♀️🤸🏻♀️
HAPPY READING😘
"Ada yang ingin dipesan?" ulang Millie yang tak kunjung mendapat respon dari keduanya.
"Ah.. iya.. saya pesan.. matcha coffe sama mmm.. green tea donuts" pesan Ardy sambil membaca daftar menu.
"Dan anda?" tanya Millie pada Edo.
"Saya Edo" tukas Edo menyodorkan tangan kanannya memperkenalkan diri.
"Siapa yang nanya nama lo, bego. Mo pesen apa" desis Ardy sambil nyengir kaku pada Millie.
"Ah, iced capuccino aja" lanjut Edo nyengenges.
"Baik, untuk donat nya kami sedang ada promo buy one get one free. Jadi satu lagi donat rasa apa?" tanya Millie menawarkan.
"mmmm... brown sugar aja.. sugar" tukas Edo diakhiri godaan dengan mengedipkan sebelah matanya. Edo menyangga kepalanya dengan sebelah tangan. Matanya lekat menatap Millie.
Millie yang ditatap tampak tak terganggu, dia malah mengulang menyebutkan pesanan mereka memastikan jika benar yang dipesan sesuai dengan apa yang dia catat. Setelah itu pergi tanpa senyum.
"Gosh.. she's so gorgeous.."(Ya Tuhan, dia sangat menawan) desah Edo terkulai di meja, terpesona oleh kecantikan alami Millie.
"Ck, elo mah semua cewek dibilang menawan. Ati ati kena penyakit menular" cebik Ardy.
"Aku sudah tertular virus cintanya" tukas Edo merebahkan kepalanya pada sebelah lengannya.
"Sarap lo. Si Linda mo dikemanain?" Ardy mengingatkan.
"Linda? siapa Linda?" sanggah Edo masih dengan senyum konyolnya menatap arah punggung Millie yang sudah tak tampak.
"Beneran sarap lo" protesan Ardy terpotong oleh datangnya pesanan.
"Totalnya 382.000( $25)" ucap Millie memberikan bon tagihan setelah menyimpan pesanan mereka.
"Ah, ini.. sisanya untukmu" Edo memberikan uang 500.000, namun Millie merogoh kantong apronnya untuk mengambil kembalian.
"Saya bayar sendiri aja, mbak. Berapa tagihan saya?" tukas Ardy membuat Millie mengernyitkan dahi dan menghitung ulang.
"Tagihan anda 214.000($14)" jawab Millie lantas memberikan kembalian untuk Edo.
Ardy segera mengelurkan uang dari dalam dompetnya dan membayar dengan uang pas.
"Bro, kan gue yang traktir gimana sih?" sergah Edo pada Ardy. Edo enggan menerima uang kembalian itu karena sudah dia berikan pada gadis cantik dihadapannya ini sebagai tips. Berharap hatinya akan luluh dan mau jalan dengannya.
"Najis gue pake duit haram elo. Hasil jual diri juga" desis Ardy menjaga harga diri Edo yang tak seberapa.
Millie tak perduli. Dia bahkan menyimpan uang kembalian Edo yang tak diterimanya di atas meja lalu bergegas kembali karena pengunjung mulai memadati cafe.
"Sialan lo. Jatohin harga diri gue" ketus Edo yang memasukkan uang kembaliannya.
"Dih. Udah dikasiin malah diambil lagi" cibir Ardy yang tak percaya Edo mengambil uang kembalian. Aturan di cafe itu jika ingin memberi tips, tinggalkan di meja. Dan para pelanggan tak ada yang berani mengambil uang yang tergeletak di meja.
"Kan sayang, dapet 'ngesang'" tukas Edo cuek.
Ardy sengaja tak memberitahu Edo jika gadis itu adalah teman sekamarnya. Bisa dipastikan Edo akan memaksanya untuk pindah bergantian asrama lagi.
No way. Ardy malas jika harus sekamar dengan cewek hiper seperti Linda. Bisa habis keperjakaan dia tak bersisa untuk calon istrinya kelak.
'Calon istri? heh.. mikir apaan sih gue?' batin Ardy menolak.
Ardy kembali ke kamar asramanya. Dia malas berlama lama nongkrong, terlebih dengan Edo yang topiknya seputaran hubungan bebas.
Suatu hal yang sia sia menurutnya. Lebih baik membaca dan mempelajari buku tentang mata kuliahnya. Setidaknya saat kuliah dimulai, dia sudah faham dengan sebagian istilah di bidang kedokteran.
Konsentrasi Ardy terganggu karena pemandangan di depannya.
"hhh... sabodo tuh cewek mo ngamuk. Salah sendiri jorok. Udah tau tinggal di asrama, gak sendiri. Kan belom tentu temen sekamarnya sefrkuensi sama dia, sama sama jorok. Nasiib.. nasib" gerutu Ardy sembari membereskan kekacauan di area Millie.
Dia mengumpulkan pakaian dan dalaman milik Millie yang tercecer dimana mana lalu menggulungnya dalam selimut. Lalu membuang bungkus kripik dan kawan kawan kedalam tong sampah yang berada di dalam kamar lalu membuangnya ke trash chute atau lubang tempat pembuangan sampah yang berada di luar kamar tepatnya berada diujung koridor setiap lantai.
Ardy lanjut membersihkan meja dan menyapu ruangan tak lupa mengepel nya agar bebas dari serangga kecil seperti semut atau kecoa.
"Nah.. kalo gini kan nyaman. Susah amat jadi cewek buat beberes. Gak kebayang suaminya entar bakalan kesiksa diginiin mulu" cibirnya.
Ardy melanjutkan sesi belajarnya setelah dirasa ruangan itu sudah rapi dan nyaman.
Tak terasa waktu berlalu. Ardy tak menyadari jika jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dia merenggangkan otot punggungnya yang kaku karena duduk membaca selama beberapa jam.
"Belom balik, ya. Emang kerjanya full time?" gumamnya melirik area Millie.
Ardy mengedikkan bahu, masa bodo cewek itu mo pulang jam berapa, toh bukan urusan dia.
Ardy lantas mengunci pintu dan mencabut kuncinya, lalu mematikan lampu dan berbaring.
"Hhh.. hari pertama yang melelahkan. Semoga malam pertama tidur disini gak ada hal yang macem macem" gumamnya sambil menyelimuti diri.
Sering dia mendengar cerita horror tentang asrama.
Tak menunggu lama kesadaran Ardy tertarik ke alam mimpi.
bughh
Ardy merasa sesak nafas. penglihatannya gelap gulita. Sesuatu yang berat menimpa tubuhnya sehingga dia tak bisa menggerakkan badannya.
Dalam ingatannya dia merutuki diri sendiri jika dia lupa membaca do'a sebelum tidur.
Mencoba merapalkan doa pengusir setan pun dia kesulitan.
Kenapa dia harus mengalami hal ini di tempat baru, pikirnya.
Ardy berusaha membuka matanya namun sulit.
Samar samar dia melihat wajah di depannya. Dengan rambut menjuntai mengenai wajahnya, berharap mata itu tak terbuka dan melihat sesuatu yang lebih mengerikan dari ini.
Ardy terus berusaha mengembalikan kesadarannya sendiri, dan berhasil menggerakkan tangannya.
Sekuat tenaga ia mencoba menyingkirkan mahluk yang mengganggunya dengan mendorongnya kesamping.
brukk
"Hah..hah..hah.. sialan.. hari pertama udah 'ketindihan'" monolognya yang merasa kesialan selalu mengikutinya seharian ini.
"Hah.. gadis ini.." Ardy terkejut kala menyalakan lampu kecil yang berada di kepala ranjang. Dia mendapati sosok gadis yang dia tebak adalah teman sekamarnya tengah tidur terlentang di lantai samping bawah tempat tidurnya dengan mulut menganga.
"Ya Tuhan.. gue pikir lo setan erep erep" Ardy mengusap wajahnya kasar karena merasa tak percaya dengan kelakuan teman sekamarnya ini yang tampaknya tak takut diapa apakan oleh lelaki asing.
Tanpa mau menyentuh tubuhnya, Ardy menyelimutinya dengan selimut milik Millie yang sebelumnya pakaian dan dalaman yang sudah dibungkus selimut itu dia kumpulkan di pojokan tempat tidur Millie.
Bukan bermaksud baik dan gentle dia melakukan hal itu, namun kaki Millie yang tertidur pulas diposisi mengangkang menampilkan area pribadinya yang membuat kepala Ardy berdenyut. Meski area itu tertutup bungkusnya, tetap saja membuat sesuatu dibawah sana jedag jedug.
"Dasar cewek aneh" gumamnya meringis.
"Waaaaaaa....." Millie berteriak histeris di pagi buta.
Ardy yang baru saja bisa terlelap tidur terperanjat bangun karena teriakan histeris seorang gadis yang dia lupa sekamar dengan siapa.
"Apaan lagi sih.." ketusnya dengan mata merahnya karena belum sempat tidur gara gara kelakuan aneh Millie.
"Kemana camilan camilan gue?" tanya Millie panik menyingkap sprei dan membuka sarung bantal nya satu per satu.
"Ooh.. dah gue buangin. Makanya jangan jorok jadi cewek. Banyak kecoa tau rasa lo" jawab santai Ardy lantas kembali merebahkan diri.
Sungguh, rasa kantuknya sudah diambang antara hidup dan mati.
"Apa... lo buang..?!" pekiknya lantang.
"Sssttt.. pelan pelan napa.. digedor tetangga entar" kesal Ardy. Kapan dia bisa tidur dengan tenang jika gadis ini tak bisa tenang. Bahkan cara tidurnya pun membuat Ardy kewalahan.
Beberapa kali Ardy mendapati Millie tidur sambil berjalan dan kembali menimpa tubuhnya kala hendak memejamkan mata.
"Napa lo buang?" bisiknya mengetatkan rahang karena kesal.
"Yang namanya sampah bukannya harus dibuang ya, lagian camilan lo itu udah melempem, gak layak makan" balas Ardy ikut berbisik.
"Udah ah, gue mo tidur. Awas kalo-"
"Kata siapa itu sampah? lo pasti gak liat dalemannya" rengek Millie hampir meneteskan air mata.
Ardy terheran. Apa semiskin itukah gadis ini, pikirnya.
"Ya.. emang sampah kan? keknya udah berhari hari ngebuka gitu" jawab Ardy sedikit ada rasa tidak enak.
"Di dalemnya ada duit, bego.. napa nyentuh barang gue sii" tukas Millie meneteskan air mata.
"Duit? maksud lo.. duit hadiah camilan, gitu? palingan juga isinya gopek, paling gede noban. Udah nih gue genti, gausah mewek kek bocah gitu kali" sungut Ardy yang lantas menaruh uang pecahan 5000 ke atas meja. Lalu kembali memposisikan diri tidur membelakangi Millie.
"Setan sayur gopek, duitnya ada 2 juta, gilak. Gue mo transfer sama emak gue di kampung" tukas Millie mulai meneteskan air mata.
Ardy tertegun dan membalikan tubuhnya menghadap Millie, dia melihat betapa nelangsanya nasib gadis di depannya ini. Namun seulas senyum terbit di bibirnya kala melihat Millie menangis bak anak kecil yang kehilangan uang jajan.
"Gue gak mau tau, lo harus cari tu bungkus camilan gue. Kalo enggak, lo gantiin duitnya" ancam Millie masih mempertahankan tangis nya dengan telunjuk mengarah pada Ardy.
"Gila lo. Jam segini mesti kasak kusuk di tempat sampah? dipikir gue tukang kindeuw apa, ngacak ngacak sampah" tolak Ardy.
"Ya itu resiko elo. Salah sendiri megang barang orang. Kan bisa di liat liat dulu bener gak isinya sesuai kemasan" sungut Millie masih setia dengan rengekannya.
"Kalo tau isinya duit ya gue kantongin lah. Gue pake foya foya" goda Ardy yang merasa tertarik melihatnya lemah seperti ini. Membuatnya ingin semakin mengganggunya karena ekspresi lucu yang Millie tampilkan.
Tanpa Ardy duga Millie langsung menjambak rambutnya dan mengancamnya lagi.
"Bilang sekali lagi, gua gak segan buat botakin elo" ancam Millie di telinga Ardy.
Tubuh Ardy yang menerima beban tubuh Millie dari belakang membuat tubuh Ardy condong kedepan.
"Aaaargghh... lepasin gue, dasar cewek gila" pekik Ardy sambil berusaha melepaskan cengkraman Millie dari rambutnya.
Ardy lantas membanting tubuh Millie ke ranjangnya dan dia membalikan keadaan, mengungkung tubuh Millie dan mencekal kedua tangannya diatas kepala.
Millie terengah karena emosinya, sedangkan Ardy tetap menatap mata yang penuh emosi itu dengan ketertarikan.
"Apa lo gak takut gua apa apain, hah?" desis Ardy tersenyum licik.
"Emang lo bisa ngapain?" jawab Millie menantang Ardy.
Seketika senyum Ardy surut.
"Emang gua mo ngapain?" tanya Ardy dalam hati. Seumur umur, dia tak pernah punya niatan negatif pada wanita. Pun jika seorang wanita telanjang bulat di depannya, Ardy hanya bergeming. Tak sedikitpun merasakan sesuatu yang bisa membuatnya kehilangan kontrol.
"Cih, sok sok an ngancem mo ngapa ngapain gue. Elo aja gak bisa apa apa, kan?" decih Millie menyindir Ardy yang terdiam.
"Jangan bilang sekarang lo mau ngapa ngapain gue, berdiri juga kagak bisa kan lo?" lanjut Millie lantas menyikut burung Ardy dengan lututnya.
"Hemmpp..." Ardy menahan nafas karena sakit dan ngilu yang teramat membagongkan di area pribadinya. Cekalan tangannya sontak terlepas dan memegangi si burung kutilang yang berbunyi.
"Dari awal juga gue dah tau, lo itu cowok abnormal. Liat gue buka baju aja gak bereaksi. ck ck ck.. kesian amat masa depan lo" sindir Millie lagi menyingkirkan tubuh Ardy yang menghalanginya bangkit.
"Be te we, gue Millie, mungkin lo udah tau. Dan elo gua panggiiil.. mmm.. Abi.. alias abnormal.. haha.." kikik Millie yang lantas membuka seluruh penutup tubuhnya dan menutupnya dengan handuk tanpa perduli Ardy yang mengangakan mulutnya sambil menahan rasa sakit.
Millie dengan cueknya melenggang ke kamar mandi menggunakan handuk yang dililitkan sebatas dada semi rata nya.
"Dasar cewek gila" desisnya mengaduh.
Millie selesai dengan mandi ekspress nya. Ekspresi paniknya masih setia menghiasi wajahnya.
Tanpa rasa canggung Millie membuka handuk dan memakai pakaiannya tanpa menghiraukan sosok Ardy.
Ardy yang memanglah sudah mengantuk tak kunjung bisa memejamkan matanya. Hanya saja dia berbaring membelakangi Millie untuk melindungi harga dirinya. Berpura pura tidur lelap adalah jurus yang tepat yang bisa dia ambil saat ini. Biarlah dia pikirkan untuk selanjutnya. Tak mungkin setiap hari dia berpura pura tertidur kan?
tring tring
tring tring
Suara dering ponsel mengusik kepura puraan Ardy. membuka matanya berharap suara yang mengganggu itu menghilang. Namun suara dering itu enggan pergi.
Secara perlahan Ardy memutar kepalanya sesikit mengintip apa yang tengah Millie lakukan. Apakah gadis itu masuk kembali ke kamar mandi, batin Ardy. Namun saat baru saja menoleh, Ardy memutar kembali kepalanya dengan keringat bermunculan.
"Sialan tuh cewek, napa belon pake baju sih?" keluh Ardy membatin dengan kesal.
Yap, Millie tengah menggenggam ponselnya yang menyala namun hanya menatapnya dengan tangan lain yang bertolak pinggang.
Namun bukan itu yang jadi masalah. Millie hanya memakai ********** saja setelah Ardy pikir Millie sudah memakai pakaian dengan lengkap.
"Ya Tuhaaan... tolong akuuu..." gumamnya penuh harap dalam hati.
"Halo mak" sapa Millie yang tampaknya memutuskan untuk menjawab panggilan itu.
Namun ada yang aneh dengan suaranya.
"Napa tiba tiba serak?" pikir Ardy.
"Iya maap. Aku lagi sakit nih" lanjut Millie.
"pppppffftt..." Ardy hampir menyemburkan tawa.
"Iya, ntar kalo aku udah mendingan aku transferin duitnya. Inget ya mak, jangan kirim si om kesini, bisa berabe, yang ada malah cepet mati.. uhuk.. uhuk.." tukas Millie yang tampaknya tengah memberikan alasan untuk mengelak.
"Batuk.. minum-"
peletak
Godaan Ardy terpotong karena lemparan sandal bulu pada kepalanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mon maap baru bisa up, cuma 1 bab lagi. Othor lagi banyak keperluan mak. Harap bersabar yak, tunggu kisah seru selanjutnya Ardy dan Millie.
😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!