NovelToon NovelToon

Cinta Setelah Perjodohan

Bagian 1 : Prolog

Happy Reading and Enjoy Guys.

Alea Putri Wicaksono, 28 tahun.

Alea adalah anak kedua, anak pertama keluarga Wicaksono bernama Aulia Putri Wicaksono berusia 31 tahun dan sudah menikah.

Meskipun kelakuannya sedikit absurd dan sering menghambur-hamburkan uangnya untuk berpesta dan menenggak alkohol, serta membeli barang-barang mahal yang tidak terlalu penting. namun, Alea tidak pernah lalai dalam tugasnya sebagai seorang dosen muda.

Usianya yang sebentar lagi akan menginjak kepala 3 membuat orang tua Alea khawatir. Perempuan itu sama sekali tidak memikirkan masalah pernikahan.

"Menikah? Aku bisa kok menghidupi diriku sendiri, aku tidak butuh laki-laki!. " Ujar Ale, ketika orang tuanya bertanya tentang pernikahan kepada Alea.

Hal tersebut membuat orang tuanya sangat cemas, karena melihat pergaulan Alea yang semakin hari semakin ada saja tingkahnya dan teman-teman baru yang mengajak lalu membawa perempuan itu untuk berpesta, lalu pulang dalam keadaan mabuk.

Seperi yang terjadi malam ini.

"Mama, papa, aku tidak akan pernah menikah sampai tua, sampai mati, hahahaha. " Racau Alea. Perempuan itu berjalan dengan gontai menuju ke kamarnya di bantu dua pelayan di sisi kanan kirinya.

Gadis itu baru saja pulang dalam keadaan mabuk. Lagi.

Pak Putra dan Bu Dewi orang tua Alea hanya bisa pasrah dan menggelengkan kepala melihat kelakuan anak perempuannya itu.

"Makin ada-ada saja kelakuan anak itu. " Pekik Pak Putra.

"Sepertinya kita harus mencari laki-laki yang tepat untuk dinikahkan dengan Alea, Pa. " Saran Bu Dewi.

"Huhhh! Siapa juga yang mau nenikah dengan perempuan pecandu seperti anak itu. " Balas Pak Putra.

"Maka dari itu kita harus memilih laki-laki yang bisa menerima Alea apa adanya. " Ujar Bu Dewi.

"Memangnya ada?. " Tanya Pak Putra.

"Keluarga Prasetyo, mereka sedang mencari calon istri untuk anak laki-laki nya juga. " Balas Bu Dewi.

"Keluarga Prasetyo? Maksudmu anak dari sahabatku itu? . " Tanya Pak Putra.

Bu Dewi hanya mengangguk.

"Tapi, aku sedikit ragu bagaimana jika Alea menolak? Melihat pergaulannya semakin hari semakin aneh saja. " Ujar Pak Putra lagi.

"Kita ancam saja!. " Ujar Bu Dewi.

Pak Putra mengernyitkan wajahnya.

"Ancam?. " Tanya Pak Putra.

"Kita bilang saja, dia tidak akan mendapatkan sepeserpun dari keluarga ini jika tidak ingin menerima perjodohan. " Turut Bu Dewi.

"Tapi... "

Pak Putra sedikit ragu, melihat anak perempuannya itu sudah bisa menghasilkan uangnya sendiri.

"Pasti Alea akan setuju, sedari kecil anak itu tidak terbiasa hidup sendiri, jika kita memaksanya hidup sendiri tanpa campur tangan keluarga Wicaksono dan mencari pekerjaan di tempat lain, pasti Alea tidak memiliki pilihan selain menerima perjodohan ini. " Jelas Bu Dewi.

"Apakah itu tidak terlalu kejam?. " Ujar Pak Putra perasaannya sebenarnya lebih lembut dari pada istrinya yang sedikit lebih tegasdibanding dirinya.

"Ini demi kebaikan Alea pa, anak kita hanya ada dua orang, toh Aulia juga dulunya di jodohkan . " Balas Bu Dewi.

"Tapi Aulia dan Alea memiliki karakter berbeda, Aulia anak yang penurut sementara Alea? Mama tidak ingat kelakuannya saat masih kuliah sering ikut berdemo dan Alea sangat kritis terhadap sesuatu yang menurutnya tidak sesuai. " Ujar Pak Putra.

"Ya sudah, kalau papa berat untuk menjodohkan Alea, anak itu tidak akan pernah menikah untuk selamanya, papa pasti tidak tau akhir-akhir ini Alea sering menghadiri workshop wanita anti menikah. " Balas Bu Dewi.

"Hah?. " Pak Putra terkejut mendengar ucapan istrinya. Sepertinya Alea benar-benar memiliki prinsip dan jalan hidupnya sendiri. Entah apa yang ada di pikiran perempuan itu. Pak Putra benar-benar pusing di buatnya.

"Kalau papa setuju, mama akan mengatur pertemuan dengan keluarga Prasetya. " Ujar Bu Dewi.

"Baiklah, tapi sebelum itu kita harus berbicara dengan Alea terlebih dahulu. " Balas Pak Putra pasrah menyetujui saran istrinya.

Ini semua dilakukan untuk kebaikan Alea, perempuan itu sama sekali tidak menunjukkan minatnya kepada laki-laki apalagi berpikir untuk menikah. Selain berpesta dan Alkohol, Alea hanya suka mengajar di dalam kelas.

Meskipun sering berpersta dan menenggak alkohol lalu pulang dalam keadaan mabuk, Alea tetap akan melakukan tugasnya sebagai dosen yang profesional di siang hari.

Mungkin karena pergaulan dan wawasannya yang terlalu luas membuat perempuan itu merasa tidak membutuhkan laki-laki disisinya.

Alea tidak membutuhkan pasangan hidup, karena perempuan itu merasa bisa melakukan apapun seorang diri.

###

Andika Prasetya, 31 tahun terlahir dari keluarga pebisnis membuat Andika sudah di ajarkan untuk menemani papanya melakukan perjalanan bisnis sejak muda.

Hal tersebut kemudian membuat Andika menjadi orang yang sangat pandai memikat klien ataupun para investor hanya dalam sekali pertemuan.

Wajahnya yang tampan dan kasrismatik membuat kesan yang di tampilkan Andika sangat meyakinkan.

Andika yang sudah di ajarkan berbisnis sejak usia muda menjadikan laki-laki itu tidak punya waktu untuk merajut sebuah hubungan asmara. Untuk sekedar menjalin hubungan asmara saja Andika tidak memiliki waktu bagaimana mungkin laki-laki itu akan menemukan seseorang menjadi istrinya?.

Hingga suatu hari orang tua Andika, Pak Anton Prasetya dan Bu Widia memutuskan mencarikan jodoh untuk anak laki-lakinya itu.

Pak Anton dan Bu Widia berinisiatif untuk mengabari beberapa teman-teman lama mereka, untuk mencari tahu apakah salah satu di antara teman lama mereka itu ada yang memiliki anak perempuan yang masih lajang.

Bersambung....

Bagian 2 : Awal Mula

Beberapa hari yang lalu, Bu Widia tidak sengaja bertemu dengan Bu Dewi di salah satu acara Arisan ibu-ibu kaya.

Mereka berdua yang ternyata sudah lama saling mengenal kemudian saling menyampaikan keluh kesah tentang anak-anak mereka.

"Ah anakku sekarang sedang menjalankan bisnis keluarga kami, usianya sudah hampir 33 tahun, aku sedikit khawatir anakku itu akan kesulitan bertemu dengan jodohnya karena terlalu sibuk bekerja. " Curhat Bu Widia.

Bu Dewi yang mendengar curahan hati Bu Widia pun segera menimpali.

"Memangnya anakmu itu juga belum menikah?. " Tanya Bu Dewi.

"Iya belum, seandainya saja ada perempuan dengan latar belakang yang jelas yang ingin menikah dengannya, pasti akan langsung ku nikahkan anak itu. " Ujar Bu Widia.

"Hmm boleh tidak aku melihat poto anakmu?. " Ujar Bu Dewi kemudian.

Bu Widia mengeluarkan ponsel dari tas Hermes nya dan memperlihatkan poto anak laki-lakinya, Andika.

"Wuah, tampan juga, akan cocok dengan Alea. " Batin Bu Dewi.

"Hmm, kenapa tidak kita jodohkan saja anak kita. " Ujar Bu Dewi kemudian.

Mendengar hal itu Bu Widia langsung merespon dengan antusias.

"Beneran? Tapi tau sendirikan anakku itu pasti sangat membosankan karena hari-harinya hanya di penuhi dengan pekerjaan, aku ragu anakmu yang sangat ceria itu mau. " Balas bu Widia yang beberapa kali memang pernah bertemu dengan Alea.

"Itu bisalah di atur, saya akan bicara terlebih dahulu dengan papanya, kalau dia setuju urusan perasaan anak-anak kita bisalah di atur, aku saja dulunya waktu baru di nikahkan dengan Putra tidak langsung jatuh cinta kepadanya tapi seiring waktu perasaan itu tumbuh karena sering bersama dan jadilah anak-anak itu dari buah cinta kami. " Oceh Bu Dewi panjang lebar.

"Hahahah iya yah, aku sangat waktu pertama kali bertemu kalian di acara pernikahanmu 34 tahun yang lalu, kau dan Putra terlihat sangat canggung, bahkan aku ragu apakah malam pertama kalian malam itu berlangsung dengan lancar?. " Balas Bu Widia dengan nada menggoda.

"Oh tentu saja tidak, kami butuh berbulan-bulan untuk melakukan itu, hahaha. " Balas Bu Dewi sambil tertawa malu mengingat-ingat masa lalunya.

"Jika dinikahkan dengan Alea, hidup Andika mungkin akan lebih berwarna mengingat anak perempuanmu itu sangat ceria dan pandai membangun suasana. " Ujar Bu Widia memuji Alea.

"Ahahaha, tentu saja mereka akan jadi pasangan yang serasi. " Balas Bu Dewi.

"Aku akan menunggu kabar baik darimu Dewi, tolong segera hubungi aku dan kita akan langsung mengadakan pertemuan keluarga jika anak-anak sudah setuju. " Tutur Bu Widia kemudian.

"Baiklah, aku akan menghubungimu secepatnya, Widia. " Balas Bu Dewi.

Kedua teman lama itupun mengucapkan salam perpisahan, setelah acara arisan selesai di laksanakan.

Beberapa waktu kemudian. Bu Widia yang sudah sampai di rumahnya langsung masuk ke ruang kerja anak laki-lakinya.

Andika terlihat sedang membaca sebuah buku, namun aktivitasnya segera ia hentikan karena melihat mamanya masuk.

"Andika... " Sapa Bu Widia.

"Hmm, mama? Mama dari mana saja? kenapa baru pulang? " Balas Andika.

Bu Widia yang keasikan mengonrol dengan Bu Dewi hingga lupa waktu dan melewatkan makan malam bersama keluarganya.

"Tadi mama berbincang-bincang sebentar dengan istri teman lama papamu. " Jelas Bu Widia.

"Oh begitu. " Balas Andika, mengangguk.

"Andika.. " Panggil Bu Widia lagi.

"Apa lagi ma?. " Jawab Andika.

"Hmm mama kayaknya udah mau momong cucu lagi deh, kayaknya bagus kalau rumah kita yang sepi ini ramai. " Ujar Bu Widia to the point..

"Sepi apanya ma? Orang pelayan mama kayaknya aja ada 10 orang lebih. " Balas Andika.

"Ya itukan orang-orang dewasa maksud Mama kan anak-anak kecil Dika. " Tutur Bu Widia.

"Suruh saja Agnes mengirim anak-anak nya kesini. " Balas Andika menyebutkan nama kakaknya.

"Agnes? Ya gak bisalah Dika, mereka harus tetap tinggal disana karena suaminya kakak kamu usahanya lagi berkembang disana, emangnya kamu pikir gampang misahin seorang ibu dengan anak-anak nya, lagian anak-anak nya kakak mu itu udah besar semua. " Oceh Bu Widia.

"Ya kan katanya mama ngerasa sepi karena gak ada anak kecil, bilang aja sama Agnes bikin anak lagi yang banyak. " Ujar Andika.

"Kamu tuh gak peka-peka yah, mama maunya kamu yang ngelahirin anak buat mama. " Ujar Bu Widia.

Andika mengernyitkan wajahnya.

"Aku gak bisa hamil mama, aku ini tuh laki-laki bukan perempuan, gak bisa ngasih mama cucu dari perut Andika, ada-ada aja mama ini. " Balas Andika.

"Ya ampun Dika, maksud mama itu kamu mestinya udah nikah, terus istri kamu ngasih mama cucu gituloh. " Jelas Bu Widia.

"Oh hahaha, lagian mama sih ngomongnya gak di perjelas. " Balas Andika sambil terkekeh pelan.

Bersambung....

Bagian 3 : Rencana Perjodohan

"Oh hahaha, lagian mama sih ngomongnya gak di perjelas. " Balas Andika sambil terkekeh pelan.

###

"Jadi gimana Dika?. " Tanya Bu Widia lagi.

"Gimana apanya mama? Dika lagi sibuk gak ada waktu nyari calon istri, dari pada mama maksa minta cucu kenapa gak mama cariin aja istri buat aku. " Ujar Andika.

Mendengar hal itu perasaan Bu Widia sangat senang dan antusias.

"Beneran? kamu mau mama yang cariin?. " Tanya Bu Widia antusias.

"Hmm terserah mama aja, kalau mama yang nyariin pasti itu pilihan yang terbaik buat Dika. " Jawab Dika.

Bu Widia langsung kegirangan mendengar ucapan anaknya barusan. Perempuan setengah baya itu merasa pembicaraannya dengan Bu Dewi tadi tidak sia-sia.

"Tenang aja, mama bakalan siapin calon istri terbaik buat kamu. " Ujar Bu Widia kemudian berlari keluar dari ruangan kerja anaknya untuk menemui suaminya.

Andika yang melihat kebahagiaan mamanya juga ikut tersenyum. Tidak ada yang lebih penting baginya selain senyum dari mamanya itu.

Andika tidak ingin ambil pusing dengan siapa dirinya nanti akan di jodohkan. Baginya urusan perempuan itu bisa di atur belakangan.

Cukup memberikanya uang belanja yang banyak, rumah mewah dan pelayan yang siap siaga selama 24 jam maka tidak akan ada masalah dalam kehidupan rumah tangganya nanti.

Seperti itulah pemikiran Andika tentang perempuan yang akan mamanya pilih.

"Apa yang tidak mampu aku lakukan?. " Lirih Andika menyombongkan keahliannya yang selama ini mampu memikat para klien dan investor.

Andika yakin mampu membuat perempuan pilihan mamanya nanti mau bernegosiasi dengannya seperti para invesornya. Agar kehidupan rumah tangga yang mereka jalani berjalan dengan lancar.

###

Pagi Hari di kediaman Wicaksono.

Keluarga Wicaksono yang terdiri Pak Putra, istrinya, Aulia bersama suami dan anak-anak nya terlihat sedang asik menikmati sarapan pagi bersama, kecuali Alea yang baru bangun dari tidur nyenyak nya setelah pulang berpesta.

Dengan langkah gontai dan rambut yang masih sedikit acak-acakan Alea berjalan menuju meja makan.

Liana dan Liani, anak kembar dari Aulia langsung menyambut Alea dengan ekspresi senang.

"Bibi.... " Sapa Liana.

"Selamat pagi Bibi Alea. " Timpal Liani.

Kedua anak kecil itu sangat antusias melihat bibinya.

"Halo sayang-sayangku, kalian happy pagi ini?. " Balas Alea menghampiri keponakannya dan menciumi mereka satu persatu.

"Yah tentu saja. " Balas Liana.

"Hihihi." Liani nampak cekikikan karena geli, Alea menciumi lehernya dengan kasih sayang.

"Alea, tadi malam kamu abis minum kan? Anak-anak jangan langsung di ciumin gitu dong"Tegur Aulia.

" Kenapa sih emangnya kan baunya udah ilang, aku udah sikat gigi kok, iyakan sayang-sayangku? Bibi bau gak?. " Tanya Alea kepada kedua keponakannya.

"Tidak, bibi wangi anggur, hmmm enak. " Ujar Liana setelah mencium pipi Alea.

"Tuh kan!. " Pekik Aulia. Aulia memang anak yang penurut kepada orang tuanya namun bagi Alea kakak perempuannya itu seperti nenek sihir yang sering mengomelinya.

Liana dan Liani langsung berubah murung karena melihat mamanya marah.

"Udah dong sayang, lagian juga kan Liana sama Liani gak bakalan ikut mabuk kalau cuman di cium sama bibinya. " Ujar David, suami Aulia.

"Tuh dengerin, jangan ngomel mulu baru pagi juga, nanti keriputnya nambah loh. " Balas Alea.

"Dasar!. " Aulia berdecak kesal. Kalau sudah di terus oleh suaminya Aulia akan langsung menurut meskipun perasaan sebal terhadap Alea tetap masih ada.

"Sudah-sudah, Alea duduk. " Ujar Pak Putra menengahi pertengkaran anak-anak nya.

"Iya pa, ini udah duduk kok. " Balas Ale duduk di samping mamanya.

"Alea, kamu bisa nggak sih kurang-kurangin pergi ke pesta-pesta gak pe tinggi kayak gitu, ingat gak semalam kamu abis ngapain aja? Kamu gak takut di culik sama teman-teman kamu itu terus diapa-apain?. " Oceh Bu Dewi.

"Di apa-apa gimana ma? Yang ada aku yang bakalan apa-apain mereka. " Balas Alea.

"Tadi malam kamu tuh ngomong gak jelas dan ngata-ngatin papa sama mama tau. " Ujar Aulia.

"Masak sih? Emang iya ma? Pa?. " Tanya Alea.

Pak Putra hanya menghela nafasnya.

Sementara Bu Dewi langsung mengangguk.

"Duh maaf ya ma, pa, lain kali aku gak bakalan minum banyak lagi deh, janji, hehehe. " Ujar Alea.

"Bukannya tobat malah di tawar.. . " Ujar Aulia sinis.

"Yeee, sibuk banget sih ngurusin hidup orang, uang-uang aku juga kok. " Balas Alea.

"Sudah-sudah, selesaikan makanan kalian, jangan berdebat di depan makanan. " Tegur Pak Putra. Jika tidak seperti itu, kedua anak perempuannya akan terus berdebat.

"Iya pa.. "

"Iya pa.. "

Alea dan Aulia serentak.

Sarapan pagi itu kemudian berlangsung sunyi, hanya terdengar suara piring dan sendok yang beradu.

Setelah sarapan Aulia dan David langsung berpamitan untuk mengantar anak-anak mereka kesekolah sekaligis langsung mereka akan langsung pergi ke kantor mereka masing-masing.

Aulia bekerja sebagai seorang pengacara sementara suaminya memiliki lembaga hukumnua sendiri.

"Alea, kamu gak ada jadwal mengajarkan hari ini?. " Tanya pak Putra.

"Hmmm nggak ada pa, soalnya ada kegiatan expo, paling Alea nanti cuman ngadain kuliah via Zoom aja nanti sore, kasian kalau mereka mesti capek-capek ikut kegiatan expo terus mesti masuk kuliah juga, yang ada pelajaran gak bakalan ada yang masuk ke otak mereka. " Ujar Alea.

"Baguslah, kalau gitu ada yang mau mama dan papa omongin sama kamu. " Ujar Bu Dewi.

Alea yang mendengar itu menatap heran sekaligus penasaran kepada orang tuanya.

Bersambung.. .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!