Sebuah pernikahan megah diselenggarakan. Pernikahan itu dihadiri banyak tamu undangan. Beberapa tamu terlihat memberikan hadiah dan ucapan selamat untuk sepasang pengantin baru itu.
Terlihat seorang pria tampan dengan mengenakan stelan jas hitam. Di samping pria itu, berdiri seorang wanita cantik yang tersenyum lebar menyambut para tamu undangan.
"Apa aku harus tersenyum? Kurasa tidak perlu," batin pria itu.
Pria tampan itu bernama, Edward Alexander. Seorang Direktur perusahaan yang bergerak dibidang elektronik. Ia menikahi seorang model, wanita yang dijodohkan orang tuanya. Karena kasih sayangnya pada kedua orang tua, ia tidak menolak dan langsung menyetujui pernikahan tanpa banyak bicara.
"Kamu senang, Edward?" tanya wanita di samping Edward, yang tak lain adalah istrinya.
"Apa aku terlihat senang?" jawab Edward dengan ekspresi wajah yang datar.
Wanita itu langsung menoleh menatap Edward, "Aku tahu ini sulit. Tapi, aku mohon kali ini saja. Tersenyumlah, meski hanya sebentar dan hanya senyuman tipis" pinta wanita itu.
"Aku tak suka dipaksa, Bella. Kamu tahu itu, kan." jawab Edward.
Wanita yang bernama Bella itu pun kaget mendengar jawaban suaminya. Ia tahu, Edward memang tidak mencintainya. Edward bersikap ramah dan baik hanya untuk dilihat kedua orang tua Edward dan orang lain yang melihat.
"Masa bodoh dengan kamu mencintaiku atau tidak. Yang terpenting, kini aku telah menjadi istrimu. Aku sudah memilikimu. Ah, maksudku ... uangmu." batin Bella tersenyum.
Bella tahu, untuk mencapai tujuannya. Ia harus memiliki banyak uang. Kecantikan saja bukanlah sesuatu yang cukup untuk bisa mengendalikan dunia. Beruntungnya, ia bisa dinikahi pria tampan yang kaya raya. Tak dapat cinta, uang pun pasti akan ia dapatkan. Itulah yang terpikirkan oleh Bella.
"Ya, terserah kamu saja. Tersenyum atau tidak, bukan urusanku." gumam Bella.
Bella tersenyum menyambut tamu. Sebagai Nyonya Alexander sekaligus model ternama, ia pun menunjukkan pesonanya. Bella tak mau pusing memikirkan Edward. Cinta itu nomor sekian bagainya nomor satu adalah uang dan reputasi. Mau Edward cinta ata tidak, itu bukanlah masalah besar.
***
Di lain tempat. Di hari, waktu dan tanggal yang sama. Sebuah pernikahan juga diselenggarakan. Kali ini adalah pernikahan seorang putri konglomerat. Banyak yang menyebutkan, jika putri konglomerat itu sangat, sangat beruntung. Dengan tubuh yang kurang ideal, dia bisa dinikahi pria tampan meski pria itu hanya beraasal dari keluarga sederhana.
Paras dari putri konglomerat itu memanglah cantik. Akan tetapi, wanita itu memiliki kelebihan berat badan dan menjadikannya terlihat sebagai wanita gemuk. Meski sebenarnya tidak terlalu gemuk, tetap saja yang namanya berlebih itu tidak nyaman dipandang oleh mata.
Wanita itu bernama, Tania. Tania merupakan putri tunggal seorang pengusaha sukses kaya raya. Dan ia dinikahi oleh Andrew, yang hanya seorang Manager. Bagaimana, bisa? Tania yang polos dan pendiam, memang tidak mempunyai banyak teman. Kebetulan, pada saat Tania datang ke kantor Papanya. Ia hampir jatuh dan diselamatkan oleh Andrew.
Pada saat itulah, Tania mulai jatuh cinta pada Andrew. Namun, Andrew dengan sengaja mendekati Tania. Merayu dan menggoda Tania bukanlah hal yang sulit bagi Andrew karena Tania memiliki kepercayaa tinggi terhadapnya. Ternyata, Andrew memiliki suatu tujuan. Ia yang memiliki ambisi besar, ingin lebih terlihat dan terpandang oleh orang lain. Andrew tidak mau lagi direndahkan, juga dipermainkan seperti saat ia masih kecil dulu.
Keluarga Andrew bukanlah keluarga berada. Bahkan keluarga Andrew tergolong keluarga sederhana. Andrew tidak memiliki seorang Ayah, dan hanya memiliki seorang Ibu. Ibu Andrew, merupakan seorang yang sombong dan serakah. Ia selalu menuntut putranya untuk menghasilkan banyak uang untuknya.
Awalnya Ibu Andrew menolak, saat Andrew berencana menikahi Tania. Namun, setelah tahu Tania adalah putri tunggal orang kaya, Ibu Andrew langsung setuju bahkan mendorong putranya untuk cepat-cepat menikah. Meski ia tidak suka melihat fisik Tania, tetapi ia melihat Tania memiliki kekayaan dan status kedudukan yang terpandang.
Bahkan di hari pernikahan itu. Ibu Andrew tampil bersinar. Bagaimana tidak, ia bahkan memamerkan pada teman-temannya, jika ia mempunyai menantu orang kaya. Pemikiran yang norak dan kolot itu menuai beberapa gosip. Namun, nyatanya itu tidak membuat Ibunda Andrew ciut hati.
Andrew dan Tania berdiri berdampingan, mereka berdua menyambut para tamu undangan yang datang memberi doa dan ucapan selamat.
"Apa kamu lelah, sayang?" tanya Andrew.
"Tidak, tidak. Aku baik-baik saja. Apa kamu lelah?" tanya balik Tania.
"Tidak sama sekali. Bagaimana bisa lelah. Inikan hari bahagiaku," dusta Andrew dengan senyuman penuh kepalsuan.
Tania tersenyum cantik, "Terima kasih. Aku juga sangat bahagia." ucap Tania.
"Akulah yang seharusnya berterima kasih, Tania. Karenamu aku akan menuju puncak kesuksesanku." batin Andrew.
Tania sama sekali tidak sadar, bahkan ia sama sekali tidak curiga dengan Andrew. Baginya, ia sangat beruntung bisa menikah dengan pria yang ia cintainya itu.
Wanita cantik dan polos itu terbuai akan rayuan pria yang hanya bermodalkan tampang yang berbicara dengan kata-kata manis. Padahal pria itu hanya ingin mengeruk semua harta kekayaan keluarga istrinya. Bahkan ia sudah memiliki banyak rencana kedepannya, bagaimana ia dan Ibunya akan menghabiskan semua uang istrinya.
***
Pesta pernikahan telah usai siang tadi. Malam harinya, kedua pasang pengantin baru ini tidak melakukan malam pertama pada umumnya.
Pasangan Edward dan Bella. Melewatkan malam pertama dengan kesibukan masing-masing. Edward bekerja dan Bella menonton film di kamar. Bella yang memang tidak ingin bercinta dengan Edward sangat senang, saat Edward memilih kerja sampai larut malam.
"Dia akan terus bekerja kan? itu lebih baik, daripada aku melihat wajahnya yang dingin tanpa ekspresi." batin Bella.
Sedangkan Edward yang memang tidak mencintai Bella. Menganggap jika malam pertama yang panas, harusnya dilakukan oleh sepasang suami-istri yang saling mencintai satu sama lain. Jadi, jika ia melakukannya begitu saja hanya karena keinginan sesaat, rasanya akan hambar.
***
Di lain tempat. Pasangan Andrew dan Tania juga sepertinya melewatkan begitu saja, malam panas mereka. Dengan alasan pekerjaan, Andrew justru pergi meninggalkan Tania. Andrew tahu istrinya itu pasti mengharapkan sentuhannya, tapi ia mewasa risih dan muak hanya dengan melihat bentuk tubuh tak ideal istrinya itu.
"Hahh ... yang benar saja. Aku tidak akan pernah melakukannya," batin Andrew kesal.
Tania tidak ingin membuat Andrew kecewa dengan melarang kepergian Andrew. Mau tidak mau, rela tidak rela. Ia membiarkan sang suami pergi meninggalkannya. Tania hanya berdiam diri di dalam kamar. Berharap suaminya segera pulang dan mereka bisa melakukan malam pertama.
Tania pun menunggu kepulangan sang suami sampai tertidur. Dan apa yang diharapkan Tania tidak terjadi. Andrew malah tidur di Hotel dan pulang pagi, sengaja menghindari malam pertamanya dengan Tania.
Dua jam sebelum kepergian Andrew ....
Andrew dihubungi teman dekatnya. Temanya itu sedang mengadakan pesta ulang tahun dengan skalai kecil di bar, di tempat biasa mereka beramai-ramai datang dan menghabiskan waktu untuk mengobrol juga minum.
Mereka sebenarnya hanya iseng saja. Teman-teman Andrew mengira, jika Andrew tidak akan datang karena sedang sibuk dengan sang Istri. Namun, semua orang terkejut dengan kedatangan Andrew malam itu.
"Oh, kamu datang? kami kira kamu sibuk di dalam selimut dengan istrimu." sahut seorang teman Andrew yang bicara secara terang-terangan.
"Itu tidak penting. Tidak harus dilakukan malam ini juga, kan." jawab santai Andrew. Ia juga tidak ingin teman-temannya curiga. Jika ia hanya memanfaatkan Tania.
"Lalu, apa istrimu tidak merajuk?" tanya seseorang yang duduk di samping Andrew.
"Tidak sama sekali. Dia justru tersenyum saat melepas kepergianku." jawab Andrew lagi berbohong.
"Wah, wah. Istrimu orang yang sangat baik dan berhati lapang, ya. Jika itu istriku, pasti aku sudah ditahan. Dia pasti akan menangis dan meraung memintaku tidak pergi." Sahut seseorang yang berada di sisi lain Andrew.
"Ayolah, teman-teman. Bukankah ini pesta ulang tahun? kita hanya perlu bersenang-senang tanpa memikirkan sesuatu yang merepotkan." kata Andrew mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya, ya. Andrew benar. Ayo, minum. Kita tidak boleh melewatkan kesempatan baik ini. Jarang sekali kita berkumpul seperti ini, kan. Ini momen langka, kita harus puas minum malam ini." kata seseorang yang duduk di hadapan Andrew, ia bicara dengan menggebu-gebu.
Andrew tersenyum tipis, "Uhh, siapa juga yang ingin menghabiskan malam panas dengan wanita berlemak seperti Tania. Meski cantik, tetapi tubuhnya ... ah, memikirkannya saja aku langsung tidak berselera. Tidak perlu dilihat juga aku sudah bisa tahu bentuk tubuhnya itu. Ck, sampai kapan aku akan menghindarinya seperti ini." batin Andrew.
Malam itu, Andrew minum sampai mabuk bersama teman-temannya. Karena tidak tahu di mana alamat rumah Andrew yang ditinggali, salah seorang teman Andrew membawa Andrew ke Hotel. Di sana temannya itu memesan kamar atas nama Andrew dan pergi meninggalkan Andrew setelah membantu Andrew berbaring di tempat tidur.
Temannya itu meninggalkan catatan. Ia menuliskan permintaan maaf karena meninggalkan Andrew begitu saja di Hotel.
***
Edward telah menyelesaikan pekerjaanya. Ia lantas berdiri dari duduknya dan berjalan ke sofa yang ada di ruang kerjanya. Ia ingin merebahkan tubuhnya yanh lelah.
"Cukup untuk sekarang. Saatnya beristirahat. Ah, lelahnya." gumam Edward mengusap lembut tengkuk lehernya yang terasa kaku.
Ia langsung duduk lalu, berbaring. Edward yang lelah, sudah malas untuk kembali ke kamarnya. Meski ia dan Bella akan tidur berpisah tempat tidur, tetap saja mereka akan berada di dalam satu ruangan yang sama. Hal itu dilakukan untuk menjaga nama baik keluarga.
Edward dan Bella tidak ingin ketahuan bersandiwara. Maka dari itu, Edward memilih menempatkan satu ranjang lagi di kamarnya untuk Bella. Menghindari, kalau-kalau ada seseorang yang datang bertamu ke rumahnya. Terutama kedua orang tua Edward dan Paman dari Bella.
Setelah berbaring, nyatanya Edward tak kunjung bisa memejamkan mata. Ia menatap langit-langit kamarnya dan berpikir. Apakah pernikahan ini akan bertahan lama tanpa adanya rasa ketertarikan satu sama lain? atau pernikahan tanpa cinta ini akan menjadi pernikahannya yang pertama dan terakhir?
Edward terlalu sibuk bekerja, sehingga ia tidak sempat memikirkan wanita, apalagi berkencan. Bagi Edward, waktuny sangat berharga. Dan pekerjaanlah prioritasnya. Ia tidak senang menunda pekerjaan dan akan menyelesaikannya sampai tuntas, meski itu harus lembur. Dan karena itulah orang tua Edward yang khawatir pun akhirnya menjodohkan Edward dengan Bella.
Edward dan Bella beberapa kali bertemu untuk kencan buta. Sejak awal keduanya memang tidak saling menyukai dan saling jujur akan hal itu. Bella hanya menurut apa kata Pamannya yang merupakan walinya, begitu juga Edward yang menurut apa kata Papa dan Mamanya karena malas berdebat, jika menolak. Keduaya latas menjalin kesepakatan untuk bersandiwara dengan tujuan untuk menyenangkan masing-masing keluarga.
Karena Bella mencintai uang lebih daripada apapun. Ia pun meminta bayaran, jika ingin mengjaknya bersandiwara. Edward yang tidak mempermasalahkan itu pun setuju. Ia bahkan langsung mentransfer uang mukanya pada Bella.
Edward mendengar ponselnya berdering. Ia memalingkan pandangan menatap ponselnya di atas meja kerja. Edward segera bangun dan berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil ponselnya. Ia mendapatkan panggilan dari Asistennya.
Edward pun menghubungi Asistennya itu. Ia tahu, pasti ada hal penting kalau sampai Asistennya menghubunginya, apalagi di waktu yang tak biasa seperti saat itu.
"Hallo, Pak." jawab si Asisten.
"Ya, ada apa?" tanya Edward.
"Pak, sepertinya ada masalah di kantor. Bisa Anda datang ke kantor sekarang? Maaf, bukannya saya berniat mengganggu waktu istirahat Anda. Akan tetapi ... " kata-kata Asisten terhenti begitu saja.
Edward menatap jam di dinding ruang kerjanya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Kamu ada di mana?" tanya Edward.
"Saya di ruang kemananan melihat kamera pengawas, Pak. Saya tadi dihubungi kepala keamanan dan diminta datang. Ruangan Bapak pintunya terbuka dan keadaan dalam ruangan berantakan. Dokumen dan pembukuan yang tersusun rapi di lemari berserakan di lantai. Karena itulah saya langsung menghubungi Anda dan mencari tahu apa yang terjadi lewat kamera pengawas." jelas Asisten.
Edward kaget, "Sampai seperti itu? baiklah, aku akan datang sekarang. Periksa dengan baik rekaman kamera penngawas." kata Edward.
Edward pun mengakhiri panggilan Asistennya dan bergegas pergi meninggalkan ruang kerja. Karena ia hanya mengenakan kaus, ia pun masuk dalam kamar untuk mengambil mantel. Ia melihat Bella sudah terlelap di tempat tidurnya. Ia pun segera mengeluarkan mantel dari dalam lemari dan pergi dari kamar.
Tidak lama Edward keluar dari kamar, Bella pun terbangun dan melihat sekitaran. Ia merasa ada seseorang masuk dalam kamar.
"Apa itu Edward?" batin Bella.
Karena masih mengantuk, Bella pun lanjut tidur. Ia tidak peduli siapa yang masuk dalam kamar dan sedang melakukan apa. Ia hanya ingin istirahat agar esok hari bisa menjalankan rutinitasnya lagi.
***
Di kantor. Asisten Edward sibuk memeriksa rekaman kamera pangawas bersama para petugas keamanan.
"Apa kalian tidak bertemu atau melihat seseorang yang mencurigakan?" tanya Asisten Edward menatap semua orang di dalam ruangan.
"Tidak, Pak." jawab salah seorang.
"Tidak ada orang yang mencurigakan. Semua yang saya temui adalah staf dan karyawan perusahaan. Mereka mengenakan kartu tanda pengenal pekerja." kata petugas lain.
Sisanya hanya menggeleng tanpa suara. Mereka semua tidak mencurigai siapapun. Asisten Edward menatap layar monitor dan terus fokus. Ia mengeryitkan dahi karena penasaran siapa orang yang sudah masuk dan mengacak-acak ruang kerja Bossnya. Ia juga penasaran apa tujuan penjahat itu melakukannya.
Tania terbangun dari tidurnya. Rupanya ia tertidur di sofa saat menunggu suaminya yang nyatanya tak kembali sampai dini hari. Ia lantas menghubungi ponsel Andrew, tetapi tidak ada jawaban.
"Ke mana dia?" batin Tania, terus menghubungi ponsel Andrew.
Sampai pukul lima pagi, Tania masih terus berusaha menghubungi suaminya. Ia khawatir, terjadi sesuatu pada suaminya itu. Panggilannya, satupun tidak ada yang diterima oleh Andrew.
Tania lantas memutuskan untuk menghubungi Mama mertuanya. Namun, bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan ejekan. Mama Andrew menilai Tania tidak becus mengurus suami, sampai-sampai suaminya tidak pulang ke rumah.
Tentu saja, hal itu membuat Tania sedikit kecewa dan sedih. Ia tidak menyangka akan mendapatkan cibiran dari Mama mertuanya. Ia lekas meminta maaf dan mengakhiri panggilannya dengan Mama mertuanya.
Tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi. Dengan sigap Tania berlari karena mengira itu adalah suaminya, Andrew. Ternyata dugaannya salah. Yang datang bukan Andrew, melainkan pelayan rumah yang dikirim oleh Papa Tania.
"Hallo, Nona. Selamat pagi," sapa pelayan.
"Hallo, Bi. Kenapa pagi sekali datang?" tanya Tania.
"Ya, Tuan ingin saya lekas datang agar bisa membuatkan Nona dan Tuan Muda sarapan." jelas Bibi pelayan.
"Oh, baiklah. Silakan masuk. Aku mau ke kamar dulu, Bi. Kamar Bibi ada di belakang." kata Tania memberitahu.
"Baik, Nona." jawab Bibi pelayan.
Tania langsung pergi ke kamarnya. Ia kembali menghubungi Andrew. Tapi, lagi-lagi Andrew tidak menerima panggilannya. Tentu saja, itu membuat Tania semakin sedih dan sedikit kesal.
***
Andrew datang ke kantor lebih awal. Karena ponselnya terus berdering, ia memutuskan untuk menerima panggilan tersebut. Andrew sudah mengira itu adalah panggilan dari Tania. Tapi, pikirannya salah. Itu adalah panggilan dari Mamanya.
"Mama," batin Andrew. Menatap layar ponselnya.
Andrew lantas menerima panggilan dari Mamanya. Dari situlah, Andrew mendapatkan kabar, jika Mamanya dihubungi oleh Tania.
"Ada apa, Ma?" tanya Andrew.
"Kamu di mana? Tania tadi menghubungi Mama pagi-pagi sekali. Gara-gara dia, Mama tidak bisa tidur lagi. Kamu tahu, apa yang dia katakan? dia mengatakan, jika kamu tidak pulang semalam. Dia juga bertanya apakah kamu pulang ke rumah Mama. Hah, mengesalkan sekali." Mama Andrew sedang mengeluh pada Anaknya.
"Ya, aku tidur di hotel. Siapa juga yang mau tidur dengan wanita berlemak." sahut Andrew.
"Ck, ck, ck. Jika kamu bersikap seperti itu, bisa-bisa wanita itu membencimu. Minta maaflah dengan benar. Meski itu membuatmu muak, kita butuh uangnya, Nak. Kamu mengerti?" kata sang Mama menenangkan hati Anaknya.
"Ma, apakah aku bisa bertahan? sehari saja sangat menyiksa." keluh Andrew.
"Kamu ini bagaimana? bukankah kamu yang berambisi mengeruk harta kekayaan wanita gemuk itu? apa sekarang kamu sudah mau menyerah, Andrew? ingat tujuan awalmu. Kamu harus bisa setidaknya mendapatkan setengah dari miliknya, ok." jawab sang Mama yang memberikan semangat.
"Ya, baiklah. Ma, kurasa dia menghubungiku. Kumatikan dulu telepon Mama, ok. Dahh ..." kata Andrew.
Andrew mengkhiri panggilan dari Mamanya dan langsung menerima panggilan dari Tania.
"Ya, sayang. Maaf, aku baru menghubungimu. Ponselku tertinggal di dalam mobil dan aku tertidur di hotel karena temanku membawaku ke sana." jelas Andrew tanpa diminta.
"Apa kamu baik-baik saja, sayang? aku sangat mengkhawatirkanmu." tanya Tania yang memang sedang khawatir.
"Aku baik-baik saja, sayang. Maafkan aku. Kamu pasti kecewa. Aku sungguh menyesal." dusta Andrew meminta maaf pada Tania.
"Tak apa. Aku bisa mengerti. Apa kamu sudah makan? aku akan bawakan sarapan yang Bibi masak." tanya Tania.
"Ya, bawalah. Aku ada di kantor saat ini. Aku juga ingin sekali bertemu denganmu karena aku merindukanmu, sayang." ucap Andrew manis. Tentu saja ucapannya hanyalah kebohongan semata.
"Aku juga merindukanmu. Aku tutup dulu, aku mau siapkan sarapanmu. ok." kata Tania berpamitan ingin mengakhiri panggilan.
"Ok," jawab Andrew.
Panggilan diakhiri oleh Tania. Andrew langsung menghela napas panjang. Ekspresi wajah yang sebelumnya tersenyum, berubah menjadi suram. Ia tidak menyangka, berpura-pura bahagia dan mencintai seseorang yang tidak dicintainya sangat menyesakkan.
***
Edward bangun lebih awal dan langsung berolahraga. Itu adalah kegiatan rutin Edward untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya. Edward adalah, seseorang yang menerapkan pola hidup sehat. Ia menjaga dan memperhatikan pola makan dan istirahatnya.
Bella juga ingin berolahraga. Ia melihat Edward baru saja selesai berolahraga dan hendak pergi untuk mandi.
"Apa kamu sudah selesai?" tanya Bella.
"Hm," gumam Edward menjawab.
"Oh, ya. Berikan aku uang, aku mau pergi belanja. Kamu kan sudah berjanji, memberikan apapun yang aku minta karena kamu tak bisa memberikan hati dan cintamu." kata Bella.
"Ya, aku akan mentransfermu. Belanjalah sesukamu," jawab Edward yang langsung pergi.
Bella tersenyum seakan mengejek. Ia menatapi kepergian Edward. Ia lalu menyalakan musik di ponselnya.
"Dasar pria dingin. Jika bukan karena perjodohan yang menguntungkan Pamanku, aku tak akan mau menikah denganmu. Kamu kira kamu siapa? hanya bertampang tampan saja tidaklah cukup. Memangnya aku hanya butuh tampan? aku butuh seseorang yang perhatian dan peduli padaku, bukan pria dingin sepertimu. Huh ... " batin Bella mengeluh.
Bella meletakan ponselnya di atas meja. Ia melakukan gerakan pemanasan, sebelum melakukan olahraga.
***
Bella selesai mandi dan pergi meninggalkan kamar menuju meja makan. Ia melihat Edward sudah sarapan lebih dulu. Bella duduk, ia mulai untuk sarapan.
"Aku sudah mentransfer uang yang kamu minta," kata Edward.
"Ya," jawab Bella.
Bella mengambil roti isi sebagai menu sarapannya. Ia sarapan sambil bermain ponsel. Bella sedang membalas chat temannya, mereka membuat janji temu untuk pergi belanja bersama.
Edward berdiri dari tempat duduknya. Ia lantas pergi meninggalkan Bella di meja makan. Rupanya Edward hendak pergi ke kantor.
Bella melirik, ia menatap kepergian Edward. Dalam hati Bella merasa kesal. Ia mengklaim Edward seperti jijik saat berada di sisinya.
"Menyebalkan. Memangnya dia akan terlambat, jika duduk semeja denganku lebih lama? apa dia pikir aku jamur beracun yang harus dihindari? Hahhhh ... (menghela napas) mengesalkan. Membuatku tidak selera makan saja." batin Bella kesal.
Ponsel Bella berdering. Ia mendapatkan panggilan dari teman lamanya. Bella pun menerima panggilan tersebut dan mereka berbincang. Ternyata temannya mengundang Bella ke pesta ulang tahun seseorang yang dikenal oleh teman Bella. Yang tidak lain, temannya itu ingin mengajak Bella bersenang-senang.
Tentu saja Bella langsung setuju. Ia sudah lama menanti-nantikan ingin bersenang-senang. Temannya memberitahu lokasi yang harus Bella datangi dan waktu dimulainya acara. Bella tahu lokasinya, ia mengiakan ucapan temannya itu. Sesudahnya, teman Bella pun mengakhiri panggilan.
Bella tersenyum, "Yeah ... akhirnya, akan akan bersenang- senang." gumam Bella.
Ia dengan lahap memakan roti isi yang sebelumnya ia abaikan. Kini nafsu makannya sudah kembali membara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!