NovelToon NovelToon

Derita Anak Angkat

Bab 1. Derita Risty Mahalini

''Ampun Mah, Lini tidak akan ulangi lagi,'' teriaknya dengan menahan sakit akibat di pukul oleh seorang wanita yang sudah belasan tahun mengangkat nya sebagai anak.

''Sudah Mah, jangan dengerin dia. Lini tidak akan berhenti kalau tidak di kasih pelajaran,'' seru seorang gadis yang tengah duduk di sofa dengan menyilangkan kaki nya, dia adalah kakak nya yang memang tidak menyukai Lini di kehidupan nya.

Karena menurut Almira, Mahalini sudah merebut kasih sayang dari Ayah nya. Sang Ayah begitu menyayangi Mahalini di bandingkan kepada anak kandung nya sendiri.

''Mama sudah, cukup!!'' teriak seorang anak laki-laki yang berusia belasan tahun, dia adalah adik Mahalini. Hanya Farel yang menyayangi Mahalini di rumah besar itu selain Ayah nya.

''Apa Mama nggak kasihan dengan kakak Lini, Mama selalu menyiksa kak Lini hanya gara-gara kak Lini tidak cepat pulang dari kampus! sedangkan Mama pura pura nggak melihat jika kak Almira pulang malam, apa itu adil,'' teriaknya membuat sang Mama menghentikan cambukan ke arah tubuh Mahalini yang sudah pada biru semua.

''Pukulan Mama saja yang kemarin belum hilang dari tubuh kak Lini Ma, tapi sekarang Mama sudah membuat luka lagi,'' tambahnya dengan memeluk sang kakak yang sudah ia anggap sebagai kakak kandung nya sendiri.

''Kenapa kamu selalu membela Lini ketimbang aku kakak kandung kamu sendiri Farel!'' Teriak Almira kepada sang adik yang selalu membela Lini, sedangkan dia selalu di jelek jelekkan di depan Mama nya.

''Karena kak Lini pantas di bela,'' sahutnya seraya membawa Mahalini pergi dari hadapan dua wanita yang begitu ia sayangi. Tapi sifat dan tingkah lakunya yang bikin Farel benci kepada dua wanita tersebut.

Agnes menghempaskan cambuk yang di pegang nya ketika sang Putera lebih memilih Mahalini di timbang keluarga nya sendiri.

''Mama bisa lihat sendiri kan kelakuan Farel yang selalu membela wanita sampah itu,'' Ucap Almira dengan nada jengkel nya.

''Iya, Mama juga nggak ngerti kenapa Farel dan Papa kamu lebih menyayangi Mahalini ketimbang Mama dan juga kamu.'' jawab sang Mama dengan menahan emosi nya yang sedang menggebu-gebu.

Di dalam kamar, Farel membantu sang kakak mengoles salep di lengan nya. ''Dek, kenapa kamu selalu bantu kakak?'' tanya Mahalini dengan lirih.

''Karena Farel sudah berjanji kepada Papa, akan selalu menjaga kak Lini dari Mama dan kakak,'' jawab nya yang terus mengoles salep ke lengan kakak angkat nya.

''Terima kasih sudah mau membela kakak, tapi kakak takut kamu di apa apain sama Mama dan juga kak Almira,'' gumam Mahalini yang terus mengusap air mata nya yang terus saja mengalir di kedua pipinya.

''Tak usah di pikirkan kak, aku bisa jaga diriku sendiri, dan mungkin mereka berdua tidak akan berani menyakiti aku,'' sahut Farel lembut. ''Lebih baik kakak tidur dulu,'' tambahnya dengan membaringkan tubuh kakaknya ke kasur yang menurut Farel tidak layak untuk kakaknya, namun Farel tidak bisa berbuat apa apa, karena dia sendiri masih tinggal bersama Mama dan juga kakak nya yang begitu jahat kepada kakak angkat nya.

''Tapi pekerja'an ku belum beres? aku harus...''

''Tidurlah, biar aku dan Mbak Wina yang kerjakan semua nya,'' Farel memotong ucapan dari Mahalini sang kakak.

''Tapi...''

''Kak Lini sebaiknya tidur saja, jangan ngebantah atau Farel tidak akan pernah membela kak Lini lagi kalau Mama berbuat jahat kepada kak Lini,'' lagi lagi Farel memotong ucapan Mahalini. Dan dengan berat hati Mahalini menuruti ucapan dari sang adik yang begitu ia sayangi.

...****************...

Flashback on

Mahalini kecil di bawa oleh Pak Setiawan ke kediaman nya ketika dia sedang menangis seorang diri di pinggir jalan waktu itu, Pak Setiawan yang sedang fokus menyetir mobil melihat Mahalini kecil segera menepikan mobilnya dan langsung menghampiri nya.

Dengan nada lembut dan aura kebapa'annya membuat Mahalini nyaman ketika tengah di tanyain oleh Pak Setiawan tersebut.

''Adik kenapa sendirian?'' tanya nya dengan lembut.

''Aku di tinggalkan di sini Paman.'' jawab nya dengan suara yang begitu lucu, karena dia masih sangat kecil karena isinya baru menginjak yang ketiga tahun.

''Apa kamu terlalu jauh main nya sampai di tinggalkan di sini,'' tanya pak Setiawan lagi.

''Lini ndak tau Paman,'' jawab nya lagi yang begitu menggemaskan. ''Ayo ikut Paman sekarang, besok kita baru cari rumah kamu, gimana,'' ajak Pak Setiawan dengan penuh kasih sayang.

Mahalini kecil mengangguk patuh, dia tidak pernah mengira kehidupan yang akan ia jalani akan sepahit ini, Mahalini kecil sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil kalau sang Ayah sedang tugas keluar kota, sedangkan jika ada sang Ayah Mahalini kecil akan mendapatkan kasih sayang seperti kakak nya yang selalu di sayang boleh Mama nya, tapi tidak dengan dia.

Kehidupan nya tidak berhenti serta merta ketika Mahalini tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan banyak para laki-laki yang terpesona dengan kecantikan Mahalini, Almira malah membuat ulah dengan menjelek jelekkan Mahalini, agar semua laki-laki yang ingin mendekati Mahalini menjauh dan malah terpikat oleh dirinya.

Flashback off

''Kenapa aku harus hidup dengan berbagai siksa'an seperti ini ya Allah?'' keluh Mahalini yang sedari tadi tidak bisa memejamkan matanya, setiap dia memejamkan matanya dia selalu teringat dengan perlakuan sang Mama yang ia sayangi sejak ia pulang ke rumah yang di tempati sekarang.

Mahalini merubah posisi nya menjadi duduk, di buka baju yang kini masih melekat di tubuh nya. Banyak bekas luka di sana dan sebagian ada yang masih membiru akibat pukulan yang tadi di berikan oleh sang Mama.

''Ya Allah, kalau seperti ini terus hamba tidak akan kuat menjalani semua coba'an yang engkau berikan, tapi hamba mohon kuatkan hamba untuk menjalani semua ujian yang engkau berikan ini, dan semoga engkau segera memberikan kebahagia'an kepada hamba di saat yang tepat ya Allah,'' gumam Mahalini di dalam hatinya seraya memejamkan matanya agar dia segera mendatangi alam yang indah, di mana lagi kalau bukan di alam mimpi, pikir Mahalini.

Dua detik kemudian Mahalini sudah mengitari alam yang sangat indah dan bertemu dengan orang orang yang begitu baik kepada nya, Mahalini nampak mengulas senyum ke semua orang di depan nya, ada pula seorang gadis kecil yang berlarian kesana kemari hanya mengejar kupu kupu yang beterbangan bebas.

Mahalini pun tak pernah tidak tersenyum melihat semua orang yang ada di sana bahagia, namun di saat kemudian Mahalini terkejut dengan air yang mengenai wajah nya.

Terima kasih kakak yang sudah sudah dukung karya Almahyra.

Jangan lupa like, komen dan favorit kan ya, makasih 🙏🙏🙏🙏

Bab 2. Kasih sayang Papa Setiawan

''Bangun anak pemalas!!'' teriak Agnes membuat Mahalini buru buru merubah posisi tidur nya dengan duduk, walaupun dia masih merasa ngantuk tapi apa boleh buat, sang nyonya sudah bertindak dan sebentar lagi pasti akan ada drama yang akan di mulai oleh puteri kesayangan nya.

''Bersihkan tempat tidur kamu dan cepat masakin kita berdua sekarang,'' lagi lagi Agnes berteriak tepat di samping telinga Mahalini yang membuat Mahalini menutup matanya menghadapi sang Mama.

''Iya Mah,'' Ucap Mahalini dengan tanpa tenaga di dalam tubuh nya, karena dia sudah melewatkan makan malam nya karena mendapatkan siksaan yang begitu memilukan baginya.

''Kerjakan sekarang, awas saja kalau sampai lama!'' sahutnya dengan ketua dan berjalan menuju pintu kamar Mahalini yang berukuran kecil. Agnes menutup pintu dengan begitu kasar sehingga menimbulkan bunyi.

Brakkk

Mahalini mengelus dadanya seraya mengambil hijab yang biasa dia lilitkan ke perutnya ketika rasa lapar sedang menyerang.

''Sabar Lini,'' gumamnya pelan seraya mengelus dada, dan memakai baju yang ada di sampingnya.

Mahalini berlari dari kamar nya menuju ke arah dapur, di mana di sana sudah ada Farel yang sedang membuat sarapan nya sendiri.

''Kamu nggak mau nunggu kakak bikin nasi goreng?'' tanya Mahalini kepada sang adek, sedangkan tangannya sudah mengiris bawang dan juga beberapa bahan yang akan menjadi campuran nasi goreng nya nanti.

''Tidak usah kak, harusnya kakak istirahat di kamar bukannya masak begini,'' seru Farel yang melihat wajah pucat kakak nya.

''Nggak apa apa kok dek, kalau kakak tiduran terus nanti makin sakit, lagian kakak juga nggak sakit kan,'' gumam nya seraya terus mengaduk nasi yang sudah ada di penggorengan.

Sesekali Lini mengetes rasa masakan nya, apakah sudah pas atau masih kurang. ''Sudah enak kok kak, jadi ngiler?'' kata Farel ketika mencium bau nasi goreng yang begitu menggoda.

''Kamu bawa ke sekolah saja ya,'' Mahalini memberi ide kepada adeknya.

''Okelah kalau kak Mahalini memaksa,'' balasnya seraya mengambil tempat makan persegi kotak berwarna biru.

''Terima kasih kak?'' Ucap Farel ketika Mahalini sudah memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas sekolah nya. ''Farel berangkat sekolah dulu ya,'' pamit Farel seraya mencium punggung tangan Mahalini.

Farel lebih memilih lewat pintu samping ketimbang lewat pintu utama rumah nya, Farel paling malas bertemu dengan Mama dan juga sang kakak yang biasa duduk di ruang tamu.

''Lama banget sich Lini, gue sudah lapar!!'' teriak Almira ketika dia sudah berada di ruang makan, namun tak nampak makanan di meja makanan nya yang membuat Almira geram.

''Sebentar kak, ini sudah selesai kok,'' jawab Mahalini melangkah menuju meja makan dengan memegang dua piring di tangan nya.

''Ini kak?'' Mahalini menaruh nasi goreng bikinan nya di atas meja, tepat di depan Mama dan kakak nya.

Mereka berdua nampak mulai menikmati sarapan nya, sedangkan Mahalini langsung beberes di dapur, membersihkan semua ruangan dan alat alat masak yang ia gunakan tadi. Setelah itu Mahalini membersihkan rumah dan di lanjutkan dengan mengepel seluruh rumah nya, tanpa ada yang terlewat kan sama sekali.

...****************...

Di sisi lain Pak Setiawan sedang mengawasi anggota keluarga nya dari jarak yang lumayan dekat, agar dia tau dengan jelas semua perlakuan dari istri beserta puteri yang sangat ia sayangi.

Setelah hampir satu jam Pak Setiawan barulah menemukan perlakuan yang menurut dia sudah melewati batas yang di lakukan oleh istri nya.

''Kamu buta ya, baju ini sangat mahal. Kenapa kamu menjemur nya di sini,'' Ucap nya dengan ketus sembari menarik rambut Mahalini dengan kuat, sehingga mau tak mau kepala Mahalini juga ikut karena tarikan tersebut.

''Maaf Ma, Lini tidak tau kalau baju ini tidak boleh di jemur langsung?'' jawab nya dengan lirih, sedangkan air matanya sudah mengalir di kedua pipinya.

Agnes terus saja menarik rambut Mahalini yang panjang, tanpa mau melepaskan genggaman nya dari rambut hitam gadis yang begitu menyedihkan di mata Pak Setiawan.

Pak Setiawan mencoba menarik nafas panjangnya, karena dia sudah merasa sesak di dadanya ketika melihat puteri angkat nya di perlakukan seperti itu oleh sang istri. Terkadang Agnes bersikap baik kepada Mahalini ketika ada Pak Setiawan di rumahnya.

Sedangkan Pak Setiawan tak pernah berada di rumah, dia selalu berangkat pagi dan pulang malam, sampai akhirnya dia hanya bisa menengok putera dan juga puteri nya ketika weekend saja, itupun hanya satu hari.

Pak Setiawan memejamkan matanya untuk tidak terlalu emosi ketika sudah masuk ke rumah nya. Pak Setiawan menyalakan mesin mobil nya menuju gerbang rumah yang sudah 25 ia tempati bersama Agnes istrinya.

Satpam pun yang melihat mobil tuannya pun segera membuka lebar lebar, namun sang tuan masih saja membunyikan klakson nya, agar Agnes bisa mengetahui kedatangan nya.

Pak Setiawan tidak akan tega melihat puteri angkat nya di perlakukan semena mena seperti itu di hadapan nya.

''Selama ini Mama sudah sangat kejam kepada kamu sayang?'' Gumam Pak Setiawan sebelum membuka pintu mobil nya.

''Papa,'' sapa Agnes kepada suaminya yang baru sampai di rumah nya.

''Tumben siang siang gini sudah sampai rumah,'' tanya Agnes penasaran, yang membuat Agnes di landa rasa khawatir. Khawatir kalau suaminya tau perlakuan dia terhadap anak angkat nya, dan Agnes juga khawatir? kalau suaminya tau kalau Mahalini hanya di jadikan babu oleh nya, dan tidak di ijinkan untuk meneruskan sekolah nya.

''Apa Papa tidak boleh pulang cepat?'' sahut Pak Setiawan yang langsung masuk begitu saja, setelah memberikan tas kerjanya kepada sang istri.

''Bukannya gitu Pa, Mama hanya nanya saja,'' balasnya seraya mengikuti langkah suaminya. ''Biasanya Papa kan selalu pulang malam kalau weekend seperti ini,'' tambah nya lagi, tanpa mau meninggalkan suaminya sedetik pun.

'Aku harus sabar menghadapi Agnes? agar dia tidak merasa curiga kalau aku pulang cepat karena ingin tau kelakuan kamu di belakang ku,' gumam nya dalam hati seraya memandang wajah istri nya.

''Papa sengaja menyelesaikan pekerja'an Papa kemarin, karena Papa ingin melihat putera-puteri Papa yang sudah sangat lama tidak bertemu,'' jawab nya dengan senyum paksa nya.

''Mereka masih sekolah dan di kampus nya Pa, di rumah ini hanya ada Mama sama Mahalini saja,'' sambung Agnes yang kini sudah membawa minuman dingin, itupun suaminya yang memaksa untuk mengambilkan minuman nya, kalau tidak di paksa nggak mungkin Agnes akan melayani suaminya, walau hanya sekedar mengambilkan air minum untuk nya.

''Memang nya Mahalini tidak kuliah?'' tanya Pak Setiawan setengah menyelidik.

'Gawat, aku harus bilang apa nich sekarang,' batin Agnes.

Bab 3. Hanya tipuan semata

''Mahalini sedang sa-sakit Pa, iya sakit?'' jawab nya dengan gugup dan perasa'an yang campur aduk menjadi satu, sedangkan otaknya sedang memikirkan sesuatu kepada Mahalini agar dia tidak mengadu kepada suaminya, yang akan berakibat perceraian, pikir Agnes.

''Sakit, kok Mama tidak memberi tahu Papa kalau Mahalini sedang sakit,'' Ucap Pak Setiawan pura-pura terkejut mendengar kalau Mahalini sakit, padahal seingat Pak Setiawan, tadi istrinya masih menyiksa puteri angkat nya itu.

''Papa mau kemana?'' seru Agnes ketika melihat suaminya beranjak dari duduknya dan akan pergi dari sisinya.

''Papa akan jenguk Mahalini dulu Ma, Papa juga kangen sama dia,'' balasnya yang terus saja melangkah pergi dari hadapan sangat istri.

''Tapi Pa, kayak nya Mahalini sedang istirahat dech? kasihan kalau Papa sampai ganggu istirahat dia sekarang,'' Agnes mencoba mencegah suaminya menuju ke kamar anak angkat nya yang sedang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

'Tunggu Papa sayang? Papa akan segera menolong kamu agar kamu tidak pernah mendapatkan perlakuan tidak adil seperti ini,' batin Pak Setiawan dan dia pun mengikuti permainan yang sedang di mainkan oleh istri nya tersebut.

''Ya sudah, kalau gitu Papa ke kamar dulu mau mandi sebelum jenguk Mahalini Ma,'' ucapnya dengan pasrah. Agnes mengangguk bahagia karena dia sudah bisa menghalangi suaminya untuk menemui anak pungut nya.

''Bagus, berlama lama lah di dalam kamar Pa, sehingga aku bisa menjalankan semua rencanaku ini, agar anak yang Papa pungut dari jalan tidak berani memberi tahu kelakuan ku selama ini sama dia,'' gumam nya pelan, sampai sampai hanya dirinya lah yang mendengar gumaman tersebut.

Di dalam kamar yang sempit Mahalini sedang meringkuk sembari terus memegang kepalanya yang masih terasa berdenyut karena tarikan yang di lakukan oleh Mama angkat nya.

''Ya Allah, kuatkan hamba untuk menjalani semua coba'an yang engkau berikan saat ini, hamba tau kalau engkau memberi coba'an di batas kemampuan hambanya,'' Mahalini selalu memanjatkan do'a di dalam hatinya, sedangkan air mata nya kini sudah tidak lagi keluar dari pelupuk matanya.

...****************...

Di sekolah Farel sedang berkemas untuk segera pulang, agar dia segera melihat kakak nya di rumah.

''Farel, kita nongkrong dulu yuk sebelum pulang ke rumah,'' ajak salah satu teman sekolah nya.

''Maaf bro, hari ini tidak bisa ikut kalian nongkrong dulu, so kakakku sedang sakit,'' jawab Farel yang terus memasukkan bublku bukunya ke dalam tas punggung nya.

''Baiklah, tapi kapan kapan kita tunggu lho di tempat biasa oke, dan salam buat kakak lho yang super cantik itu,'' balasnya seraya mengangkat jempol nya ke atas.

''Farel, jadikan aku kakak ipar kamu saja dech,'' goda teman lainnya yang masih menunggu Farel di dalam kelas nya.

''Bro, lho pada masih minta uang ke nyokap dan bokap lho. Sudah mikirin anak orang!'' seru Farel tak terima dengan candaan temannya yang menginginkan sang kakak. Farel hanya menginginkan suami yang terbaik buat kakak nya, agar dia selalu bahagia di dalam rumah tangganya kelak.

''Gue duluan ya bro, assalamu'alaikum,'' pamit Farel yang sudah selesai merapikan alat alat sekolah nya.

''Waalaikum salam,'' jawab mereka serempak, dan juga ikutan beranjak keluar kelas untuk mengambil motor dan segera melesat ke tempat tongkrongan nya.

Farel memacu kuda besinya di jalanan yang sedikit lengang, karena hari sudah mulai sore, tak lupa Farel membelikan sebuah makanan kesuka'an sangat kakak ketika dia sedang melewati jalanan tersebut.

Farel mengulas senyum bahagia, setelah dia cukup lama mengantri hanya untuk membelikan makanan untuk sang kakak. Meski Mahalini bukan kakak kandung nya, Farel begitu menyayangi nya.

''Pasti kak Lini senang dengan makanan ini,'' gumam nya sembari memasang kembali helm yang tadi di buka.

Sepanjang perjalanan Farel selalu berpikir kalau kakak nya bisa hidup lebih baik, ketimbang hidup di rumah nya yang seperti neraka bagi Farel.

Tak butuh lama kini Farel sudah memarkirkan motor nya di teras rumah nya, nampak di sana sebuah mobil yang terparkir rapi. Mobil yang begitu ia kenal.

''Ternyta Papa sudah pulang, tumben sekali pulang begitu cepat dari biasanya,'' gumamnya seraya tangannya meraih handle pintu rumah utama nya.

''Assalamu'alaikum Pa?'' sapa Farel ketika dia melihat sang Papa sedang ngopi di ruang tamu bersama Mama dan juga Almira kakak kandung nya.

Farel menghampiri ketiganya yang sedang duduk santai di ruang tamu, Farel mencium punggung tangan Mama dan juga Papa nya, tiba tiba Almira nyeletuk karena dia tidak di cium punggung tangannya.

''Farel kok kakak tidak di cium juga sich tangan nya,'' seru Almira yang di acuhkan oleh Farel.

''Lihat tu Pa, kelakuan anak Papa. Nggak sopan banget,'' adu Almira kepada Papa nya, agar Farel mendapatkan hukuman dari sang Papa. Tapi di luar dugaan, Papa nya malah bertanya bungkuaan yang sedang di pegang Farel saat ini.

''Farel, kamu bawa apa?'' tanya Pak Setiawan lembut kepada putera nya yang selalu memberi kabar tentang Mahalini di rumahnya.

''Och ini makanan buat kak Lini Pa? ya sudah Farel mau ke kamar kak Lini dulu ya,'' pamit nya sambil nyelonong begitu saja, tanpa menunggu jawaban dari ketiga orang yang sedang berkumpul.

''Kurang ajar banget si Farel Pa, masak aku yang kakak kandung nya tidak pernah sama sekali di belikan makanan sama Farel, sedangkan Mahalini yang hanya anak pungut saja selalu mendapatkan makanan dari Farel ketika pulang dari sekolah,'' Almira mengadu kepada Papa nya.

''Kamu kan bisa beli sendiri, lagian uang jajan Farel lebih sedikit ketimbang uang jajan kamu setiap bulannya,'' sahut Pak Setiawan yang berujung kekesalan dari puteri kandungnya.

''Emang Papa cuma sayang dengan Mahalini saja, ketimbang aku yang jelas jelas anak kandung Papa,'' Almira berkata sedikit keras, agar semua orang tau kalau dialah anak kandung nya bukan Mahalini itu.

Almira beranjak pergi menuju kamarnya yang berada di lantai atas. ''Papa jangan keterlaluan gitu dong? Farel sudah tidak peduli dengan Almira, sekarang Papa juga tidak peduli juga, dan lebih memilih membela Mahalini,'' Ucap Agnes yang mengikuti langkah puteri nya.

''Terserah Mama saja,'' jawab Pak Setiawan dengan nada ketusnya.

Pak Setiawan lebih memilih menghampiri puteri angkat nya di dalam kamar.

''Papa?'' panggil Mahalini ketika melihat Papa nya berdiri di ambang pintu. ''Masuklah Pa?'' tambahnya dengan mengulurkan tangan nya dan mencium punggung tangan sang Papa.

Pak Setiawan tersenyum melihat keceria'an dari puteri angkat nya, dia tidak pernah memperlihatkan air mata nya ketika di depan Pak Setiawan.

Terima kasih yang sudah like, komen dan favorit ya.

makasih 🙏💕🙏💕🙏💕🙏💕

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!