NovelToon NovelToon

THE MAFIA BRIDE 3

BAB 1 - MB 3

Kenzi dan Siena di nobatkan oleh Guinness World Records, sebagai manusia yang memilki umur panjang sepanjang sejarah tahun ini oleh pemerintah Hongkong.

Sejak di nobatkan, Kenzi dan Siena memilih mengasingkan diri di sebuah pulau terpencil di perbatasan Hongkong.

Dipulau tersebut, Kenzi membangun rumah sederhana untuk Siena. Hidup tenang dan damai di masa tuanya, menarik diri dari hiruk pikuknya dunia dan meninggalkan dunia hitam.

Seiring waktu, nama Kenzi dan Siena seolah tenggelam dan sepak terjang mereka di dunia hitam hanyalah sebuah legenda yang di ceritakan sebagai dongeng pengantar tidur.

Enam belas tahun sudah, mereka berdua hidup dalam kedamaian di pulau tersebut, namun Siena tidak dapat menyembunyikan kegelisahannya. Kabar dari Ryu mengenai Althea dan cucunya tak kunjung ada kabar baik. Membuat Siena makin hari makin tidak tenang memikirkan mereka berdua yang hilang tanpa jejak sampai sekarang.

Siena duduk di taman, menatap matahari tenggelam di temani secangkir teh panas di atas meja. Ia sedng memikirkan mereka yang entah ada di mana, apakah mereka masih hidup atau tidak.

"Sayang, apa kau memikirkan putra putri kita?" tanya Kenzi dari arah belakang seraya mengalungkan kedua tangannya di dada Siena.

Siena tersenyum dan mengusap lengan Kenzi dengan lembut.

"Aku merindukan mereka, apa kau tidak merindukan anak anak?" tanya Siena, tengadahkan wajahnya menatap Kenzi.

Kenzi menghela napas panjang, lalu duduk di samping Siena. Keduanya menatap ke arah matahari yang tenggelam di ufuk barat.

"Aku juga merindukan mereka, apalagi Jiro dan Angela" jawab Kenzi.

Keduanya tenggelam dalam lamunan masing masing, teringat masa lalu dan bayangan wajah putra putrinya.

"Genzo, aku juga merindukannya dan Altheo..." timpal Siena.

Kenzi menganggukkan kepalanya, menatap wajah Siena dan mengusap rambut istrinya yang sudah berubah warna menjadi putih semua, namun kecantikan Siena tidak pernah pudar di mata Kenzi.

"Sekarang pasti mereka sudah besar." Kata Kenzi.

"Altheo..Gio..Xavier..Daniel..Khai..dan..?" Siena tidak melanjutkan ucapannya.

Mereka berdua mengingat masa masa jaya dulu, saat masih terlibat di dunia hitam. Terkadang Kenzi tertawa mengingat semua kecerobohannya di saat muda dulu, kisah romantis yang terjalin diantara mereka.

"Sayang, haruskah kita mencari tahu sendiri di mana keberadaan Althea dan cucu kita?" usul Siena.

Kenzi terdiam sesaat, memperhatikan raut wajah serius istrinya.

"Apa kau masih sanggup?' tanya Kenzi.

"Kau menggodaku?" jawab Siena.

Kenzi tersenyum mengembang, lalu mencium puncak kepala istrinya dengan lembut.

"Idemu boleh di coba, kebetulan aku juga sudah jenuh di sini." Pungkas Kenzi.

"Benarkah, kau setuju?" tanya Siena.

Kenzi menganggukkan kepalanya.

"Rasanya tidak lucu kalau kita mati disini tanpa melakukan apapun untuk putra putri kita." Kata Kenzi.

"Tapi kita tidak boleh membahayakan keluarga kecil Genzo dan Ryu," ucap Siena.

"Kau jangan khawatir, lagipula tidak akan ada yang mengenali kita lagi." imbuh Kenzi.

Setelah mereka sepakat, ke-esokan paginya mereka meninggalkan pulau terpencil menuju kot Hongkong untuk mencari tahu keberadaan Jiro dan Angella. Selama ini, mereka mempercayakan hilangnya kedua anak mereka pada pihak berwajib dan putranya Ryu.

Namun sayang, sampai detiik ini baik dari pihak berwajib maupun ryu tidak ada kabar baik tentang Althea dan cicitnya. Bahkan Kenzi dan Siena sengaja merahasiakan kedatangannya ke kota Hongkong kepada putra dan cucunya.

Kenzi mengajak Siena menggunakan bus untuk sampai di kota Hongkong. Setiap jalan yang mereka lalui sudah bbanyak mengalami perubahan, namun tidak dengan kenangan masa lalu. Setiap jalan yang mereka lalui mengingatkannya pada masa lau.

"Selamat datang...aku kembali.." batin Kenzi.

BAB 2-MB 3

Suasana berkabung menyelimuti sebuah mansion. Di halaman terdapat mobil mewah berwarna hitam berjajar rapi. Setiap yang datang ke mansion itu rata rata pria semua dari usia muda hingga tua. Mereka masuk ke dalam mansion, berdiri sejajar dengan yang lainnya menghadap ke sebuah foto yang di kalungi bunga.

Foto tersebut tak lain adalah Althea dan bayi perempuannya yang di nyatakan mati dan jasadnya di temukan di sebuah jurang, kedua jasad itu terbakar bersama mobil yang di tumpanginya.

Genap 16 tahun lamanya, hari ini mereka memperingati kematian Althea dan bayi perempuannya.

Ryu dan Davira berdiri di barisan paling depan. Genzo berdiri tegap di samping Davira.

Sementara di belakang, mereka yang hadir dari kalangan pembisnis, dan pihak berwajib. Mereka hadir hanya untuk memperingati 16 tahun kematian Althea dan bayinya.

Nampak dari depan, Ryu berbisik kepada Davira. Ia bertanya, mengapa cucu cucunya tak kunjung datang. Namun Davira hanya menjawab dengan gelengan kepala.

Tak lama, semua mata tertuju pada pintu utama. Sosok pria memasuki ruangan dengan raut wajah tenang, rambutnya yang gondrong sebahu tertata dengan rapi, dia adalah Altheo putra pertama pasangan Genzo dan Altheo. Detik berikutnya putra kedua, Gio. Mengikuti langkah kaki kakak pertama dengan kepala tertunduk, sesekali matanya melirik tajam ke arah barisan tamu undangan. Di susul putra ke tiga, Xavier yang selalu berpenampilan paling rapi.

Terakhir, putra ke empat Daniel dan putra kelima Khai Ozora di ikuti oleh Kaila, putri satu satunya yang tersisa setelah kembarannya hilang bersama sang ibu. Mereka semua berdiri berjajar rapi di belakang orang tua dan kakek neneknya.

Saat acara hendak di mulai, Kitaro dan Ariela datang paling akhir. Mereka ikut bergabung dengan putra putri Genzo. Kemudian acara pun di mulai.

Ryu memimpin doa, mereka semua menundukkan kepalanya. Tak butuh waktu lama, acara memperingati kematian Althea dan bayinya telah usai.

Mereka yang datang, satu persatu meninggalkan mansion. Ada juga yang menghampiri Genzo dan berbincang bincang sesaat.

"Terima kasih kau mau datang," ucap Ryu memeluk Kitaro sesaat, lalu Ariela.

"Aku tidak bisa berlama lama, masih ada pekerjaan yang harus aku kerjakan." Kata Kitaro.

Ryu menganggukkan kepalanya, menatap sayang pada mereka berdua.

Sepeninggal Ariela dan Kitaro, kelima putra Genzo, satu persatu meninggalkan ruangan dan pindah ke ruangan lain.

Semua anggota keluarga berkumpul dalam satu ruangan, masing masing duduk di sofa.

Beberapa detik hanya tercipta keheningan, semua larut dalam kesedihan. Meski sudah enam belas tahun yang lalu, namun semua kenangan yang tersisa mengenai Althea masih hangat dalam bayangan mereka.

Terutama Genzo, ia menyesali kejadian naas yang menimpa istri dan putri bungsunya yang baru saja lahir kedua. Kejadian naas itu saat usia Altheo empat tahun dan masing masing adiknya hanya selisih satu tahun dan dua tahun. Adik adik Altheo tidak mengingat bagaimana rupa ibunya, andai tidak ada foto kenangan yang msih terpajang di ruang keluarga.

"Relakan, semua usaha sudah di coba. Jangan larut dalam kesedihan, anak anak masih membutuhkanmu," ucap Davira memecah keheningan.

Ke-enam putranya menoleh ke arah Genzo yang menundukkan kepala, Altheo sangat ingin memeluk dan menenangkan ayahnya. Namun, Genz saat ini tidak membutuhkan itu.

"Aku butuh sendiri dalam beberapa hari..." ucap Genzo, lalu beranjak daro sofa dan melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya.

"Sampai kapan ayah seperti itu?" tanya Daniel dan Khai ozora secara bersamaan.

"Kalian belajar saja dengan tenang, ayahmu biar kakek yang urus." Jawab Ryu menatap ke arah khai dan Kaila.

"Baiklah kek!" sahut mereka berdua.

khai dan Kaila, meninggalkan ruangan dan masing masing masuk ke kamr pribadinya. Sementara Altheo sibuk dengan ponselnya begitu juga Gio dan Xavier.

"Kek, panti rehabilitasi kita saat ini melebihi kapasitas. Aku khawatir, panti kita tidak bisa mengatasinya." jelas Altheo.

Ryu mengangguk anggukkan kepalanya, sambil berfikir.

"Kau tenang saja, aku akan meminta bantuan pemerintah setempat." Balas Ryu.

"Satu lagi kek, perusahaan kita bermasalah. Kakek pasti sudah tahu," sela Gio.

Ryu menganggukkan kepalanya, ia masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Setelah sekian lama mereka hidup tenang.

"Kita butuh bantuan kakek kenzi." kata Ryu.

Davira hanya diam mencermati aapun yang mereka bicarakan, Ryu mencoba menghubungi salah satu anak buah Kenzi yang bertugas menemani mereka selama berada di pulau. Raut wajah Ryu berubah bingung setelah menghubungi anak buah kenzi.

"Ada apa?" tanya Davira menatap wajah Ryu.

"Ayah dan Ibu, sudah meninggalkan pulau sejak dua hari yang lalu. Tapi kemana mereka, kenapa tidak datang ke rumah kita?" tanya Ryu bingung.

Semua orang yang ada di ruangan ikut bingung setelah mendengar kabar dari Ryu.

BAB 3 - MB 3

Altheo, sosok pria yang penyayang dan selalu ingin melindungi keluarganya dari ancaman bahaya dari manapun. Tapi juga memiliki rasa empati yang tinggi terhadap lingkungannya. Akhir akhir ini, di kota tempat ia tinggal seringkali terjadi unjuk rasa. Mereka mengkampanyekan tentang bahayanya Narkoba untuk generasi anak muda mau pun yang sudah tua. Maraknya obat obatan terlarang, mudahnya mendapatkan obat tersebut. Pusat panti rehabilitasi yang dulu di bangun oleh Ryu, di penuhi oleh pecandu. Bahkan melebihi kapasitas daya tampung.

Saat ini, panti rehabilitasi itu di kelola oleh Gio. Namun Altheo selalu membantu pekerjaan Gio, di sela sela kesibukannya.

Hari ini, Altheo dan Gio kedatangan dua sahabat Ayahnya yaitu Kitaro dan Ariela. Sepasang suami istri yang sudah lama bekerja di Kepolisian. Mereka mendatangi panti rehabilitasi milik Ryu untuk melihat kondisi pasien.

Altheo dan Gio melangkah di depan. Perawakan mereka yang tinggi, membuat Kitaro dan Ariela harus tengadahkan wajah untuk bicara dengan mereka.

"Lihat itu paman." Tunjuk Gio ke arah ruangan.

Kitaro menatap arah tunjuk Gio, ia melihat seorang bayi tengah menangis keras di samping ibunya.

"Bayi itu sudah terkena virus AIDS sejak dalam kandungan, karena ibunya seorang pecandu." Timpal Altheo.

"Sungguh memprihatinkan, mereka menghancurkan masa depannya, dan masa depan putranya. Ini tidak bisa di biarkan," ucap Ariela.

"Tapi sayang, perusahaan berkedok obat obatan herbal. Di belakangnya mereka mengedarkan obat terlarang. Tapi tak seorang pun bisa mencegahnya." Kitaro menimpali ucapan Ariela.

"Bagaimana mungkin? bukankah kalian Polisi? sudah pasti mengantongi bukti?" tanya Gio, menatap ke arah Kitaro.

"Alexa, satu satunya wanita yang menjadi ketua mafia dan itu sejarah baru di dunia hitam, dia sangat licin dan licik. Meskipun catatan hitam sudah kami kantongi, tapi sampai detik ini. Alexa tidak pernah menginjakkan kakinya di kantor Kepolisian." Jelas Kitaro panjang lebar.

"Alexa?" Altheo mengulang ucapan Kitaro.

"Ya, Alexa. Sahabat kami dan..?" Ariela tidak melanjutkan ucapannya karena mendapatkan isyarat dari Kitaro.

"Siapa Alexa paman?"

Kitaro menjelaskan latar belakang Alexa secara garis besarnya saja, mereka tidak mau putra putra Genzo tahu mengenai masa lalu keluarganya atas keinginan Ryu dan Kenzi termasuk Genzo.

Gio dan Altheo menganggukkan kepala, mendengar penjelasan Kitaro.

"Oke, kalau kalian butuh informasi dan bisa bekerjasama. Tolong hubungi kami untuk kasus obat obatan ini." Kitaro mengulurkan tangannya, di balas jabatan erat oleh Gio dan Altheo.

"Terima kasih paman!" ucap Altheo membungkuk hormat sesaat.

Kitaro menganggukkan kepalanya, lalu mereka berdua beranjak pergi meninggalkan tempat.

Sementara itu di lain tempat.

Xavier dan Daniel yang mengelola perusahaan obat obatan untuk di kirim ke berbagai rumah sakit, mendapatkan satu box obat untuk di kirim terselip dua gram obat obatan terlarang. Detik itu juga mereka melakukan sidak, namun mereka belum menemukan bukti adanya pelanggaran yang di lakukan para pekerja. Kemudian, Xavier dan Daniel mengajak Gio dan Altheo bertemu di sebuah kafe untuk membicarakannya.

Semua mata wanita pengunjung kafe, diam diam memperhatikan ke empat pria tampan yang sedang berbincang sambil menikmati secangkir kopi.

Gio memperhatikan layar monitor, mencari informasi tentang sindikat mafia yang di pimpin oleh Alexa.

Sementara Altheo, Xavier dan Daniel berdiskusi bagaimana baiknya, apakah harus melibatkan Genzo, namun niat mereka di urungkan mengingat Genzo masih belum stabil mentalnya akibat kehilangan istri dan putri bungsunya.

Sementara di lain pihak.

Khai Ozora, si anak ceroboh. Baru saja pulang dari sekolah, langsung pergi ke sekolah Kaila untuk menjemputnya. Tak lama ia telah sampai di pintu gerbang sekolah, Khai keluar dari pintu mobil menghampiri Kaila.

"kebiasaan!" rutuk Kaila kesal.

"Ya maaf, tadi aku-?" Khai tidak melanjutkan ucapannya. Ia menyadari ada yang mengawasinya. Khai menoleh ke arah lain. Terlihat dua pria kekar menggunakan setelan jas hitam, memakai kaca mata hitam sedang berdiri tegap memperhatikan mereka.

Khai menarik tangan Kaila, lalu masuk ke dalam mobil.

"Simpan kekesalanmu, kau bisa marah nanti kalau sudah di rumah." Kata Khai.

"Ada apa?" tanya Kaila, menoleh ke luar jendela kaca mobil.

"Sudah, kita pulang." Kata Khai lalu menjalankan mobilnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!