NovelToon NovelToon

Wanita Cadar Destiny With Mas Duda

Rumah mewah Adam Xavier

Dari atas terlihat gedung pencakar langit yang begitu mewah dan sangat bagus. Meskipun hanya memiliki dua lantai saja, rumah itu terlihat cukup tinggi, hampir seluruh dinding hanya di lengkapi dengan dinding kaca, sedikit menggunakan tembok beton di rumah mewah tersebut.

"Daddy...!" teriak seorang bocah dari arah kamar nya yang terdapat di lantai satu, dan bocah ini duduk di tepi ranjang, dengan kaki nya yang menyilang, serta tangan di lipat 'kan di dada.

"Tuan muda, biarkan sus yang mandiin ya" bujuk baby sitter yang sejak tadi sudah duduk di lantai sembari membujuk Malvin, yang setiap hari merajuk dan bertingkah berlebihan di depan mereka.

"Tidak mau, aku mau Daddy!" tegas Malvin,

"Ayo lah Tuan muda, Sus janji setelah Tuan muda mandi, Sus akan membawa Tuan muda bertemu dengan Daddy, Oke!" bujuk Baby sitter yang lain nya. Namun, Malvin belum juga beranjak dari tempat tidur nya, sehingga membuat dua baby sitter itu lelah untuk membujuk Malvin.

Malvin yang sejak bayi telah di tinggal oleh ibu nya membuat Malvin menjadi anak yang kurang kasih sayang dari seorang ibu. Padahal Adam sang Ayah sangat menyayangi anak nya, semua keinginan Malvin di penuhi oleh Adam.

"Daddy..!" teriak Malvin sekali lagi, saat belum melihat batang Adam ada di depan mata nya.

"Tinggalkan kamar ini!" titah Adam yang baru saja datang, dengan baju mandi nya, berjalan masuk ke dalam kamar anak nya.

"Apa yang membuat kamu terus berteriak?" Adam berdiri tepat di depan Malvin, Anak kecil tersebut mengerucutkan bibirnya sembari menunjuk ke arah baby sitter yang baru saja berlalu.

"Malvin mau ibu !" tegas Malvin, tentu saja permintaan itu, tidak membuat Adam syok, karena dia sudah terbiasa dengan permintaan konyol sang anak.

"Turun dari ranjang, dan pergi mandi, hari ini Daddy ada rapat penting, dan tidak bisa di tinggal !" Adam berjalan ke arah lemari baju milik Malvin.

"Sudah lah. Daddy pergi saja, Daddy tidak perlu memperdulikan Malvin, toh Malvin ini hanya anak pungut bukan ? Malvin juga tidak berharap Daddy mau sayang kepada Malvin lebih dari apapun!" tukas Malvin yang saat ini mulai membaringkan tubuh nya di atas kasur king size milik nya.

Adam yang sudah terbiasa dengan drama sang anak, ia pun hanya bisa menggelengkan kepala nya, lalu berbalik dan berjalan ke arah ranjang Malvin.

"Sudah, Daddy pergi saja" sembari melambaikan tangan ke arah Adam, yang saat ini berdiri di samping ranjang, sembari berkacak pinggang.

Adam langsung mengendong tubuh Malvin, dan membawa nya ke kamar mandi.

"Daddy, turun 'kan Malvin, aku bukan bocah lagi, Daddy!" teriak Malvin, yang memberontak di atas bahu Adam.

Tiba di kamar mandi, Adam meletakkan Malvin di dalam bathub. Lalu, ia menuangkan sabun serta aroma terapi untuk Malvin, agar menyegarkan otak dan pikiran Malvin.

Malvin telah di dewasa 'kan oleh keadaan, sejak umur Malvin dua bulan, Adam telah membesarkan nya, kehilangan istri tercinta, membuat Adam tidak ingin menikah lagi, dan lebih fokus untuk membesarkan sang Anak, yang di tinggal oleh istri nya.

Istri Adam mengalami pendarahan setelah dua bulan melahirkan, dan tidak sempat tertolong, waktu itu Adam meninggalkan sang istri karena perjalanan bisnis, tiba dia kembali malah mendapati sang istri dalam keadaan tak bernyawa di rumah sakit.

Hati Adam hancur, bahkan waktu itu dia sempat kehilangan semangat hidup. Malvin lah, orang yang mengembalikan semangat hidup Adam, serta Malvin lah yang membuat Adam lebih bersemangat lagi, dan Adam sangat menyayangi anak nya.

Tangan Adam cukup kekar, namun ia bisa lembut kepada Malvin, bahkan pijatan Adam di kepala Malvin, membuat Malvin lebih rileks.

"Berdiri lah sayang, Daddy akan membasuh sabun yang ada di tubuh mu"

Malvin segera berdiri, dan sangat patuh terhadap Adam, karena sejak bayi, Malvin sudah di besarkan oleh Adam.

Anak seusia Malvin, seharusnya tidak tahu soal kematian sang ibu. Namun, tidak butuh waktu lama, Malvin sudah mengerti dan sangat paham, jika orang yang pergi tidak akan kembali lagi.

"Daddy, kapan Daddy mau membawa Mommy baru untuk Malvin, aku sepi, aku rindu sama Mommy, aku ingin seperti anak-anak lain, yang sekolah di temani sama Mommy nya!" ujar Malvin dengan raut wajah nya yang sedih.

"Tapi Malvin 'kan punya sus yang antar Malvin sekolah. Malvin tidak akan sepi, ada Daddy dan disini ada banyak orang, apa yang membuat Malvin bersedih coba? kehidupan Malvin lebih layak dan lebih mewah dari teman - teman Malvin, semua keinginan Malvin bisa Daddy wujudkan!"

Adam mengeringkan tubuh Malvin, setelah Malvin selesai mandi, lalu membawa nya keluar dari kamar mandi.

"Ada satu hal yang belum bisa Daddy wujud 'kan. Yaitu memberikan Mommy baru untuk Malvin. Daddy tahu, kata guru Malvin, yang pergi tak akan kembali, yang pergi jangan di tangis 'kan tapi di ikhlas 'kan kita hanya perlu mengirim doa agar Mommy tenang dan bahagia di sisi Tuhan!" ucap Malvin, Adam tercengang mendengar perkataan sang anak.

"Siapa yang katakan itu pada Malvin?" Adam berjongkok di depan Malvin yang saat ini duduk di tepi ranjang.

"Guru Malvin, dia Guru baru di sekolah Malvin, orang nya sangat tertutup, bahkan Malvin tidak bisa melihat wajah nya, alis dan mata nya sangat cantik, Malvin yakin dia adalah bidadari yang di kirim 'kan Mommy untuk Malvin" jawab Malvin antusias.

Adam menghela nafas nya sekali lagi, lalu berdiri.

"Daddy akan meminta Sus untuk memakaikan baju untuk mu, Daddy harus kembali ke kamar untuk bersiap-siap" ujar Adam, Malvin pun menuruti keinginan Adam, karena dia tahu Daddy nya adalah seorang pekerja keras.

Setelan Adam pergi, tak lama Sus pun datang untuk mempersiapkan Malvin pergi ke sekolah.

" Mommy, doakan semoga Malvin dapat Mommy baru yang baik, dan sayang sama Malvin dan sama Daddy. Malvin tetap akan mencintai Mommy, meskipun nanti Malvin mendapatkan Mommy baru" ucap Malvin sembari menengadah 'kan kedua tangan nya untuk berdoa.

"Ayo, Tuan muda Sus pakai 'kan baju, sopir sudah menunggu Tuan muda di luar"

"Oke, siap!" Malvin segera berdiri dengan penuh semangat.

Siapa sangka, anak seusia Malvin yang baru berumur empat tahun, sudah mengerti dengan pemikiran orang dewasa, bahkan Adam sendiri kewalahan menangani sifat dan sikap Malvin yang seperti orang dewasa.

Malvin tidak mudah dikibuli oleh orang lain, di sekolah dia juga jarang main seperti anak pada umum nya, dia lebih senang duduk dan menghabiskan waktu untuk belajar dan membaca di dalam kelas pada jam istirahat.

Berangkat sekolah

Setelah sarapan bersama dengan Adam di meja makan, Malvin terlihat begitu tenang, dia tidak akan mengeluarkan suara nya saat sedang sibuk menikmati sarapan nya.

Dua orang baby sitter berdiri di belakang kursi Malvin, karena bocah ini tidak ingin waktu sarapan nya di ganggu oleh mereka. Apalagi sang ayah sudah berulang kali mengatakan untuk sarapan membiarkan Sus yang menyuapi nya, agar tidak mengotori baju sekolah.

Namun, Malvin tidak senang dengan saran sang ayah, ia lebih senang sarapan sendiri.

"Biarkan mereka menyuapi mu" Adam masih berusaha untuk menyuruh Malvin patuh pada perintah nya.

"Malvin bukan bocah lagi pa, Malvin udah besar, dan bisa sarapan sendiri, saat sedang sarapan tidak boleh berbicara, Guru Malvin mengajari tata cara makan yang baik!"

Adam mengernyitkan alisnya, ia menatap anak yang baru berumur empat tahun tapi berulang kali mengajari nya saat sedang bersama dengan nya.

Begitu selesai sarapan, dua orang baby sitter mengambil tas sekolah Malvin, dan membawa nya bersama.

Sementara, Malvin segera turun dari kursi dan mengikuti Adam yang berjalan ke arah pintu utama. Di luar sudah ada dua orang sopir yang menunggu di mobil yang berbeda.

"Damang, antar Tuan muda sampai ke sekolah, kamu tunggu dia sampai pulang!"

"Baik Pak. Mari Tuan muda" Damang sang sopir telah membuka pintu mobil untuk Malvin, dan Sus.

Baru saja Malvin menggerakkan langkah kaki nya untuk masuk ke dalam mobil, tapi gerakkan itu di hentikan oleh sebuah mobil yang baru saja masuk ke halaman rumah mereka.

Ceklek !

"Keponakan Tante!" seru seorang wanita cantik, dengan pakaian minim nya. Wanita itu adalah adik dari mantan istri nya Adam yang telah meninggal.

"Ada apa Tante pagi-pagi sudah keluyuran kemari? Oma mana tidak datang?" Malvin berdiri di depan pintu mobil dengan ke dua tangan di lipat 'kan di dada dan mulai menginterogasi adik ipar Adam. Mulut Malvin yang tajam sudah terbiasa bagi Melisa yang berusaha mendekati Kakak ipar nya.

"Adu sayang, jangan galak begitu dong, Tante 'kan rindu sama Kamu" Wanita itu, mencubit pipi Malvin dan membuat Malvin marah.

"Tante Melisa apa-apaan sih, Malvin sudah besar ya enggak bocah lagi, jangan main cubit aja!" ketus Malvin yang geram.

"Malvin, tidak boleh seperti itu sama Tante sendiri" Adam memarahi Malvin, karena kurang sopan sama orang yang lebih dewasa.

"Eeemmm" sahut Malvin, membuang muka nya, Adam hanya bisa menghela nafas melihat sikap Malvin yang kurang sopan terhadap adik ipar nya itu.

"Tidak apa-apa mas, aku ngerti kok, dia begini karena kurang kasih sayang dari seorang ibu, seperti nya Malvin membutuh 'kan sosok wanita yang bisa menjadi ibu untuk nya" ujar Melisa yang tersenyum ke arah Adam, pria ini hanya menanggapi nya dengan dingin.

"Kamu tahu 'kan Mel, sampai saat ini aku masih belum bisa melupakan Kakak mu, jadi sampai kapan pun aku tidak akan menikah lagi" tegas Adam, dan saat itu Malvin masih ada di sana, tentu saja jawaban Adam membuat Malvin kesal dan sedih.

Dengan keadaan masih kesal kepada Adam, Malvin segera masuk ke dalam mobil, dan menyuruh Sus juga ikut masuk.

"Pak Damang, jalan 'kan mobil nya"

"Baik Tuan muda"

Mobil Malvin pun pergi meninggalkan halaman rumah, dan Adam yang masih mengobrol dengan Melisa.

"Ada apa dengan Malvin, seperti nya dia sangat kesal?"

"Begitu lah Malvin, Mel. Dia terus memaksa ku untuk menikah lagi, jika aku menolak dia akan mogok makan, dan berhenti berbicara dengan ku, sementara Malvin punya riwayat penyakit lambung yang di warisi dari Mommy nya. Tentu saja itu membuat aku stres " pungkas Adam, yang terlihat bingung dengan permintaan Anaknya.

"Mas tenang saja, tidak perlu khawatir, menikah lagi itu tidak sesulit yang mas bayangkan, Mas hanya perlu memberi seorang ibu untuk Malvin, maka dia akan senang!" Melisa mengusap lengan Adam, pria ini menghindar saat merasakan sesuatu yang tak pantas terjadi antara dia dan Adik ipar nya.

"Eeeheem. Melisa, aku harus segera pergi ke kantor, pagi ini ada klien dari perusahaan lain!"

"Baik lah Mas, hati-hati. Jika butuh teman curhat hubungi aku saja"

Adam hanya tersenyum datar tanpa ekspresi. Adam sebenarnya malas untuk mengobrol dan dekat dengan Melisa, namun hubungan Melisa dan Malvin masih keluarga dari Mommy Malvin, yang tidak bisa di cegah oleh Adam, jika Melisa datang untuk bertemu dengan Malvin.

Meskipun terkadang, Melisa sering menganggu ketentraman nya, saat datang ke rumah mereka.

Setelah kepergian Adam, Melisa yang masih berada di tempat itu, berbalik dan menatap rumah besar yang ada di depan nya, ia memeluk ke dua tangan nya di dada sembari berkhayal jika kelak dia yang akan menjadi Nyonya di rumah itu.

"Aku akan berusaha untuk masuk ke dalam rumah ini, apapun resiko nya akan ku lewati dan ku jalani, asal mas Adam menjadi milik ku, dan aku bisa menikmati semua harta nya" gumam Melisa yang berdiri sembari berkhayal di halaman rumah Adam.

"Non Melisa..." panggil seorang pembantu yang tak sengaja melihat Melisa di depan pintu.

"Aah, iya. Bibi manggil saya?" Melisa menoleh, ke arah wanita tua yang sudah lama bekerja di keluarga Adam, wanita ini adalah orang ke dua yang sangat di percayai oleh Adam, setelah ibu nya. Bahkan, Adam kurang menaruh simpati pada orang lain, Adam sangat berhati-hati pada orang lain, dia tidak mudah mempercayai seseorang dalam hidup nya.

Tentu saja, Melisa harus bersikap baik dan sopan di depan wanita ini, agar meninggalkan kesan baik.

"Apa Non Melisa datang untuk bertemu Tuan muda? "

"Tidak, aku hanya mampir saja, tadi kebetulan bertemu Malvin saat dia akan pergi ke sekolah"

"Tidak mau masuk dulu Non, biarkan Bibi buat 'kan minum"

"Tidak usah Bi Rosna, aku sangat terburu - buru, karena aku harus pergi bekerja juga!"

"Baik lah Non"

Melisa pun pergi meninggalkan Rosna yang masih menatap ke arah mobil Melisa.

"Non Melisa sangat berbeda dengan Nyonya, Nyonya sangat lembut dan berpenampilan apa ada nya, tidak suka berpura-pura. Tapi, Non Melisa, kebalikan dari Nyonya, mereka berdua tidak lah sama, semoga saja Tuan dapat menemukan jodoh nya yang seperti Nyonya, jangan yang seperti Non Melisa, karena sejauh yang ku liat Non Melisa bukan lah tipe Mommy yang di cari oleh Tuan muda selama ini" gumam Rosna, yang masih betah berdiri di luar rumah.

Rosna pun kembali masuk ke dalam rumah, dan mempersiapkan makan siang untuk Malvin dan juga untuk di kirim ke kantor Adam.

Sekolah

Malvin baru saja tiba di sekolah, dan langsung turun dari mobil, dengan di temani oleh Sus.

Hari ini hanya Baby sitter Novi yang ikut Malvin, karena Malvin tidak ingin merepotkan banyak orang.

"Sus, tunggu di mobil saja, Malvin bisa sendiri" ujar Malvin, merebut tas di tangan Novi,

"Tuan muda, Tuan besar berpesan menemani anda sampai ke dalam kelas" Novi masih berusaha mengambil kembali tas di tangan Malvin.

"Ini adalah perintah, jangan membantah!" tegas Malvin, Novi pun hanya bisa terdiam dan menunduk.

Akhirnya Malvin pergi dan meninggalkan Novi dengan dengan sopir nya. Baru saja mau masuk, Malvin melihat mobil guru yang baru mengajar dua hari di sekolah tersebut, Malvin menunggu nya sebentar.

Malvin, tahu cara bagaimana untuk mengambil hati wanita bercadar itu, ia sangat paham bagaimana cara mendekati wanita itu.

Dari jauh, terlihat wanita tersebut sedang berbicara dengan ponsel nya, sembari berjalan ke arah kelas, yang akan ia segera mengajar, seseorang berlari dan menabrak nya.

Dugh!

"Aah" semua barang bawaan wanita itu berserakan di lantai lorong menuju kelas Malvin.

Tanpa menoleh bocah itu langsung berlari meninggalkan Wanita itu, dan dia terpaksa mengutip semua barang nya yang jatuh. Malvin yang melihat itu pun bergegas untuk membantu nya.

"Lain kali, lebih berhati-hati, jika memang ada sesuatu yang lebih penting, alangkah baik nya berhenti dulu sebentar, dan selesaikan obrolan anda di telepon" ucapan Malvin, terdengar begitu tegas, wanita ini sampai tercengang, dan cukup heran, bahkan ia tersenyum.

Namanya Najwa Syahira, panggilan nya Najwa. Malvin sangat mengagumi wanita bercadar nya, ia menyukai semua yang ada pada diri wanita ini, meskipun baru bertemu dua hari.

Tutur bahasa lembut Najwa, membuat Malvin ingin menikah 'kan Najwa dengan Adam. Malvin sudah selesai mengumpulkan semua barang Najwa yang jatuh, lalu ia menyerahkan semua itu kepada Najwa.

"Ter..."

"Jangan ucapkan terimakasih, kita adalah teman " Malvin langsung memotong ucapan Najwa, meskipun terdengar kurang sopan, sikap Malvin, membuat Najwa gemes, dan langsung mencubit Malvin.

"Iiis, gemes sekali, anak siapa ini ?" tanya Najwa sembari bercanda dengan Malvin.

"Anak Daddy Adam Xavier, Pria duda yang sudah berumur tiga puluh tahun, tapi tenang saja, dia masih tampan dan cukup kuat, dan satu lagi Daddy Adam cukup mampan" pungkas Malvin, sekali lagi membuat Najwa tersenyum. Malvin melipatkan ke dua tangan di dada sembari memperlihatkan kesombongan nya, yang bikin Najwa semakin gemes.

Bagaimana bisa, ada anak seusia Malvin bisa begitu lancar melakukan promosi, dan tidak ada sedikit pun ucapan Malvin yang tidak di mengerti oleh orang lain, bahkan ia cukup lancar dalam berbicara, jangan salah, Malvin juga pandai bahasa Inggris. Karena, mereka pernah tinggal di London selama dua tahun, dan kini menetap di Indonesia, tepat nya di Bogor.

Setelah usai waktu belajar, Malvin izin ke toilet sama Baby sitter nya, dan langsung pergi sendiri, tanpa di ketahui Baby sitter, Malvin menyelinap masuk ke dalam mobil Najwa Syahira, wanita cadar yang baru menjadi guru TK selama tiga hari ini.

Mobil Najwa sudah pergi meninggalkan sekolah, dan ia berencana akan pergi ke sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari tempat itu, kafe itu di dirikan oleh Kakak Najwa, sebagai mata pencarian keluarga mereka setelah di tinggal mati oleh orang tua mereka sejak umur lima belas tahun Najwa.

Najwa memarkirkan mobil nya di tempat parkiran, tanpa sadar ternyata Malvin ketiduran di dalam mobil Najwa, dan wanita itu sendiri tidak tahu jika murid nya menyelinap masuk ke dalam mobil nya.

"Assalamualaikum Kak" ucap Najwa, begitu ia masuk,

"Waalaikumsalam" Najwa mencium punggung tangan Kakak laki-laki nya.

Dan terlihat kafe begitu ramai di pagi Senin, selain minuman, mereka juga menyediakan berbagai macam sarapan untuk di nikmati oleh pekerja kantoran di waktu pagi. Namun, saat ini sudah sekitar jam 11:00. Terlihat banyak orang yang sudah bergegas pergi untuk bekerja, dan di ganti dengan pelanggan baru, seperti mahasiswa dan juga para pelanggan seperti warga disekitar kafe.

"Bagaimana mengajar di sekolah TK, apa menyenangkan ?"

"Tentu saja, banyak murid - murid yang lucu dan gemes, Kakak tau, ada satu murid cowok, yang bikin aku tidak habis pikir, dia pandai bicara dan pandai dalam belajar, dia sangat genius, dan berbeda dengan murid yang lain!" ungkap Najwa, dengan antusias.

"Eeemm, seperti nya kamu sangat senang dengan anak-anak"

"Begitu lah Kak, guru TK memang di hadapkan dengan Anak-anak bukan? jadi, aku harus bisa lebih menguasai mereka, dan mengerti kemauan dari mereka, agar interaksi aku dan mereka tidak terganggu" ujar Najwa, yang kini sedang membantu Kakak nya membersihkan meja, yang habis di tinggal pelanggan.

"Kakak, mau pergi ambil kopi dulu dirumah, kamu jaga kafe bentar ya"

"Iya, hati-hati kak"

"Iya adek Kakak yang cantik" sembari mengusap kepala Najwa, Najwa memang bukan anak kecil lagi, namun Romi tetap memperlakukan sang adik seperti bayi yang mengemas 'kan.

Romi segera pergi meninggalkan kafe, untuk kembali ke rumah, karena stok Kopo mereka habis.

Di tempat lain...

Masih di sekolah TK prima, baby sitter Malvin sedang mencari Malvin, yang tak kunjung kembali ke mobil setelah di tunggu kurang lebih sekitar dua puluh menit.

"Dimana Tuan muda?" gumam Novi, yang berjalan ke arah toilet, lalu ia menemui seorang guru yang kebetulan guru Malvin juga.

"Loh, Sus Novi masih di sini?" tanya guru tersebut, saat melihat Novi.

"Iya Saya mau mencari Tuan muda Malvin, dia tadi ijin ke toilet, tapi belum kembali sampai sekarang" ujar Novi yang kebingungan.

"Loh, anak-anak sudah pulang semua, saya baru dari toilet, dan tidak ada siapa pun disini"

"Jadi, dimana Tuan muda" Novi, semakin bingung, lalu ia berbalik ke mobil, dan meminta sopir untuk membantu nya mencari Malvin.

Novi dan sopir telah mencari Malvin sekitar sepuluh menit, dan di bantu oleh guru lain juga. Namun, mereka tidak menemukan Malvin di pekarangan sekolah.

"Apa jangan-jangan Tuan muda di culik?" cetus Sopir itu, Novi langsung panik, dan mengeluarkan ponsel dari dalam saku baju nya.

Orang pertama yang di hubungi Novi adalah, Adam ayah nya Malvin.

Saat ini Adam sedang mengikuti rapat di kantor nya, ponsel Adam silent, sehingga ia tidak tahu Novi menghubungi nya.

"Gimana Nov, di angkat enggak?" tanya sopir,

"Tidak kang, seperti nya Tuan sedang rapat, bagaimana ini ya" Novi semakin panik, lalu ia mencoba menghubungi Adam lagi.

Adam langsung membuka laptop nya, lalu ia melirik ke arah ponsel yang tidak jauh dari nya ada panggilan dari Novi.

"Hallo Novi"

[Tuan, Tuan muda hilang]

Adam terkejut, dan langsung berdiri. "Rapat di bubarkan, Alvin siapkan mobil "

"Baik Tuan"

Adam sudah memutuskan panggilan Novi, sejak tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!