NovelToon NovelToon

In My Dream

First Meet

Kredit Pinterest.com

Langit kelam bergelayut di atas sana. Rintik hujan gerimis mulai membasahi bumi. Di bawah mega kelabu itu tampak seorang gadis tengah menatap titik-titik hujan yang mulai turun. Gadis itu menarik nafasnya pelan. Lantas menghembuskannya kasar.

Hari ini jadi hari paling menyakitkan bagi seorang Fantasia Delavega, gadis berusia 23 tahun itu tidak menyangka jika hari ini, dia akan mengetahui belang dari kekasihnya. Kekasih yang sudah dipacarinya selama dua tahun ini. Sang kekasih Sia, begitu dia biasa dipanggil, ketahuan mendua dengan putri bos tempatnya magang.

Sia magang di sebuah butik terkenal di kota itu, setelah menyelesaikan kuliah sebagai designer tahun lalu. Sia mengusap kasar kristal bening yang mulai turun di pipinya. Merapikan kertas-kertas berisi design miliknya ke dalam sebuah map khusus. Selain mengetahui kekasihnya mengkhianatinya. Hari ini dia juga dipecat dari tempatnya magang.

Sia mungkin tidak terlalu masalah jika kehilangan kekasih. Tapi yang membuat hati Sia sakit, putri bosnya mencuri design-nya lantas mengakui kalau itu miliknya. Padahal banyak saksi mengetahui kalau itu dia design-nya. Tapi mereka bisa apa. Menentang putri bos mereka berarti pemecatan yang bakal mereka terima.

Karena itulah, Sia memilih mundur daripada menyerahkan design-nya pada putri bosnya. Hari ini dia dikeluarkan dari tempatnya bekerja. Gadis itu melangkah gontai meninggalkan halte bus yang sejak setengah jam lalu menjadi saksi bisu kesedihannya.

Seikat mawar merah berada di tangan kiri gadis cantik itu. Hari menjelang sore ketika tangan Sia mulai membersihkan makam ayah dan ibunya. Ya, hari ini genap satu tahun kematian ayah dan ibunya. Kecelakaan merenggut kesempurnaan keluarga Sia. Tidak sampai dua jam, kejadian itu mengubah nasib Sia. Dia yang dulu hidup bahagia dengan sebuah keluarga yang lengkap, tiba-tiba berubah. Dia menjadi yatim piatu. Harta ayahnya tiba-tiba saja sudah beralih nama. Hingga kini dia harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri.

"Ayah, Ibu....Sia datang. Kalian apa kabar? Sia...tidak baik-baik saja. Semua...tidak berjalan seperti yang Sia mau."

Bahu gadis itu bergerak naik turun. Mawar itu dia bagi dua. Lalu dia letakkan di atas vas yang tersedia di sana. "Ibu....aku rindu Ibu." Sia memeluk makam sang ibu. Gadis itu menangis sejadi-jadinya di makam kedua orang tuanya. Di tengah rintik hujan yang terus menerpa bumi.

*

*

Sebuah cahaya terang melesat masuk ke atmosfer bumi. Gesekan dengan atmosfer seharusnya menimbulkan percikan api. Tapi hal itu tidak terjadi. Cahaya itu bukan cahaya biasa. Sinar terang itu berisi sebuah entitas atau lebih tepatnya seekor entitas. Bunyi ledakan tertahan terdengar. Dari dalam sinar itu perlahan bangkit, sesosok makhluk berkaki empat, sepasang sayapnya tampak gagah meski jelas ada luka di sana.Namu itu bukan kuda biasa. Kuda bersayap yang sering kita sebut sebagai Pegasus.

Kredit Pinterest.com

Pegasus tersebut melangkah tertatih. Tubuhnya jelas lemah. Sebuah luka dalam harus segera dia sembuhkan. Mata biru Pegasus itu mulai mencari "rumah" yang bisa dia tinggali. Dia harus segera bersembunyi, atau mereka akan menemukannya.

Berjarak dua blok dari tempatnya jatuh, Pegasus itu melihat cahaya putih yang berpendar. Dalam sekelip mata makhluk itu menghilang. Dan muncul di alam mimpi seorang gadis. Sia, gadis itu terkejut melihat sesosok makhluk yang dia tahu berjuluk Pegasus.

"Siapa kamu?"

"Bolehkah aku tinggal di sini? Di mimpimu?"

Mata biru Pegasus itu menatap manik hitam milik Sia. Keduanya saling menatap untuk beberapa waktu.

Pagi menjelang, Sia bangun di kamar sederhananya. Setelah ayah ibunya meninggal dan harta bendanya diambil, gadis itu hanya mampu tinggal di sebuah rumah kecil. Di kawasan perumahan di pinggiran kota. Meski di pinggiran kota, tapi fasilitas di sana lumayan lengkap. Yang jelas dekat dengan stasiun kereta api dan halte bus. Hingga Sia tidak perlu bersusah payah memesan taksi.

Sia berjalan masuk ke kamar mandi. Mencuci wajahnya. Wajah ayunya akan memikat siapa saja yang melihatnya. Namun Sia selalu mengabaikan hal itu. Selesai dengan rutinitasnya, gadis itu duduk termenung. Hari ini dia ada janji dengan temannya.

Satu panggilan masuk ke ponselnya, sesaat gadis itu terdiam. Hingga kemudian dia melesat masuk ke kamarnya. Mengganti bajunya lalu keluar rumah dengan tergesa. Berlari menuju halte bus. Beruntung ada bus yang tengah berhenti. Hingga Sia bisa langsung masuk ke dalamnya.

"Maaf Sia, kami tidak bisa mempertahankan aset terakhir dari ayahmu. Kalung itu akan dilelang dua bulan lagi. Jika kamu tidak bisa menebusnya."

"Berapa yang harus saya bayar untuk kalung itu. Itu hadiah ayah untuk ibu. Saya tidak bisa kehilangannya."

Hening sejenak, hanya terdengar kertas yang dibalik beberapa kali dan mesin hitung tengah bekerja.

Tubuh Sia mendadak lemas mendengar jumlah uang yang harus dia kumpulkan untuk menebus kalung sang ibu. "30 juta." Gumam Sia sepanjang jalan. Di mana dia harus mencari uang sebanyak itu. Dia punya tabungan, tapi tidak sebanyak itu. Itu pun cadangan Sia untuk bertahan hidup sampai dia mendapat pekerjaan lagi.

Kembali gadis itu berjalan gontai, berjalan tak tentu arah. Tidak tahu ke mana kaki Sia membawa tubuhnya. Hingga sebuah senggolan di bahu Sia membuat gadis itu mendongak.

"Hei, tukang plagiat! Di sini kau rupanya!"

Satu suara membuat emosi Sia melompat naik. Tatapan matanya nanar, melihat Cherry menggamit lengan Aska mesra. Tingkah Cherry seolah ingin menunjukkan kalau dialah pemenangnya. Mendepak Sia dari tempat ayahnya. Mengambil design-nya. Dan merebut kekasih Sia. Cherry tersenyum puas melihat keadaan Sia yang tampak kacau.

"Aku bukan plagiat! Itu semua design-ku!"

Desis Sia penuh penekanan. Kalau dia dulu masih menjaga sikap pada Cherry, tapi sekarang tidak. Apa lagi setelah melihat wajah Aska, ingin sekali Sia mencakar wajah mantannya itu.

"Kau ingin mencakarnya? Aku bisa melakukannya untukmu."

Sia terkejut mendengar suara yang ada di kepalanya. "Siapa?" Batin Sia. Tidak ada jawaban. Sia pun diam, hanya bisa melihat Cherry yang mengomel tiada henti. Sia berusaha menulikan telinganya. Berusaha menahan emosinya. Sampai di satu titik, gadis itu hanya bisa membatin. "Aku ingin menyumpal mulutnya dengan kain pel!"

Sia berbalik, ingin pergi dari tempat itu. Mengabaikan adalah cara paling ampuh menurut Sia. Baru beberapa langkah Sia menjauh. Sebuah teriakan membuat gadis itu berbalik. Mata Sia membulat melihat apa yang terjadi pada Cherry.

"Apa yang kau lakukan padanya, ha?"

Teriak Aska. Sementara Sia bergeming. Tidak percaya dengan kejadian di depannya.

****

Pegasus adalah makhluk dalam mitologi Yunani Kuno. Berwujud kuda jantan bersayap, yang konon katanya adalah putra Poseidon dan Medusa.

Karya baru guys,

Slow up, semoga kalian suka. Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Ritual jempolnya ditunggu.

*****

Bermula

Kredit Pinterest.com

Beberapa waktu sebelumnya.

Istana Mimpi, di wilayah bulan.

Ledakan hebat terjadi. Kerusakan nyata terjadi di mana-mana. Istana megah yang bernaung di bawah sinar bulan itu hancur berkeping-keping. Bukan karena serangan pasukan. Namun serangan yang dilakukan oleh seorang Dewa Kegelapan, Seth.

Sesuai namanya, Seth sangat membenci sinar bulan yang selalu menerangi malam umat manusia. Dia benci sinar bulan yang memberi kekuatan pada kristal mimpi. Hingga umat manusia mampu memiliki mimpi indah dalam tidurnya. Dia benci melihat kristal mimpi bersinar semakin terang tiap harinya. Dia ingin menghancurkan benda berbentuk prisma itu. Seth, ingin para manusia mengalami mimpi buruk dalam tidurnya.

Namun untuk menghancurkan prisma kristal bulan, dia harus melewati penjaganya lebih dulu. Elyos, pangeran mimpi yang ditugaskan untuk menjaga kristal berkilau itu. Bertahun-tahun mencoba, Seth selalu mengalami kegagalan. Hingga dia menemukan cara untuk menghancurkan benda itu.

Membunuh penjaganya. Seperti saat ini, Elyos bertarung mati-matian melawan Seth. Dua makhluk beda dunia itu berduel dengan serangan yang berasal dari tenaga dalam mereka. Kali ini Elyos tidak menduga kalau kekuatan Seth meningkat pesat. Seth juga dikenal sebagai pengendali mimpi, karena kemampuannya dalam memanipulasi mimpi seseorang. Seth kali ini mampu melukai Elyos.

Pangeran mimpi itu terpelanting ke belakang, menghantam tembok di belakangnya. Bunyi bedebam terdengar cukup keras, menandakan betapa kerasnya benturan yang Elyos alami. Melihat keadaan tuannya yang tidak baik-baik saja, En, tangan kanan Elyos bergerak maju menyerang Seth. Pertarungan pun kembali terjadi. Kemampuan En lumayan juga. Terbukti pria itu mampu menangkis serangan mematikan dari Seth. En bahkan berkali-kali bisa membuat Seth terpojok. Satu hal yang membuat Seth geram.

"Kau hanya membuang waktuku!"

Suara berat dan tidak berbelas kasih terdengar dari bibir Seth. Wajah tampan Seth tidak mampu menutupi betapa jahatnya sifat pria itu. Kedengkiannya pada Elyos membuat pria itu gelap mata. Satu hentakan kekuatan Seth, dan En ikut terbanting ke lantai marmer yang langsung ambyar saat tubuh En menimpanya.

"El, larilah. Kau terluka cukup dalam."

Elyos terdiam. Meski dia terlihat baik-baik saja, tapi nyatanya tidak. Dia harus menyeimbangkan dirinya. Elyos harus bisa membuat dirinya tetap hidup. Atau prisma mimpi itu akan ikut mati bersamanya. Serta kegelapan akan meliputi mimpi manusia.

"El, pergilah!" Desak En. Pria itu berusaha membangun lapisan pelindung untuk tuan sekaligus sahabatnya. "Aku tidak bisa pergi, En!" Tolak Elyos. Pria bermata biru meneduhkan itu melihat ke arah Seth yang telah menghunus pedangnya. Bersiap mengeksekusinya. Hal yang sudah lama ingin Seth lakukan.

"Elyos, si pangeran mimpi bersiaplah menerima kematianmu. Dan melihat prisma mimpi menjadi milikku!"

Tawa Seth menggema di istana megah dengan dominasi batu pualam berwarna putih. "Pergilah, Yue akan segera tiba!" En kembali mendesak Elyos. Mendengar nama Yue, Elyos menoleh ke arah En.

"Kalau begitu aku akan bertahan sampai dia datang!"

En berdecak kesal. Ini yang tidak dia suka dari tuannya. Keras kepala. "Sebelum dia sampai kemari, jiwamu sudah terbang bebas ke nirwana!"

Desis En marah.

Satu gelombang kekuatan datang. Baik Elyos maupun En kembali terlempar. Kali ini En langsung diam tidak berkutik. Punggungnya serasa remuk setelah menghantam salah satu pilar istana mimpi. Sementara Elyos langsung menyemburkan darah segar. Separuh kristal mimpi dalam dirinya retak. Dia harus pergi. Elyos harus menyelamatkan diri.

"Kau tahu kenapa aku begitu membencimu. Seharusnya aku yang berada di tempatmu. Bukan kau!"

Seru Seth marah. Dia seharusnya melayangkan protes pada Yue, si Dewa Bulan. Tapi berhubung Yue adalah sosok yang sangat disegani di dunia atas. Seth tidak bisa menemui pria itu sembarangan. Rasa kesal Seth, dia alihkan pada Elyos. Kandidat yang terpilih untuk menjaga prisma kristal mimpi beserta istananya.

"Kalau kau memang pantas berada di tempatku. Kau seharusnya yang mendapat kedudukan ini. Tapi tidak, hatimu terlalu picik untuk sekedar menyentuh kristal mimpi. Kau....aaargghhh."

Elyos meringis ketika Seth menginjak dadanya tanpa ampun. Terdengar bunyi retakan samar dalam tubuh Elyos. "Tidak, dia tidak boleh hancur." Mata biru Elyos menatap penuh kode pada En. Teleportasi adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya saat ini. Elyos harus pergi dari tempat ini.

"Sudah mau mati tapi masih banyak bicara. Aku akan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku!"

Seth semakin kuat mengusak dada Elyos. Dua tangan Elyos berusaha menahan kaki Seth. Elyos sedang menunggu En membuka portal dimensi ke bumi. Tempat paling dekat yang bisa dijangkau Elyos. "Kau akan mati malam ini....."

Pedang Seth siap menghunjam jantung Elyos. Pangeran mimpi itu siap menerima tikaman pedang Seth ketika En berteriak. "El, sekarang!"

Elyos memejamkan mata. Berusaha fokus pada portal dimensi yang sudah En buka. Sinar terang menyelimuti tubuh Elyos, membungkus tubuh pria yang mulai melemah kekuatannya. Dalam sekejap, sosok Elyos berubah wujud menjadi seekor kuda bersayap, Pegasus.

Dalam satu kedipan mata, Elyos bergerak cepat. Melesat ke arah pintu dimensi yang terbuka. "Jleb!" Pedang Seth menusuk lantai marmer tempat Elyos sebelumnya berada.

"Brengsek kau En!" Seth langsung mengarahkan serangannya pada En. Satu pukulan dari Seth membuat En terkapar tidak berdaya. Nafas En tinggal satu-satu. Setidaknya Elyos selamat. Itu sudah cukup baginya. Kalaupun dia harus mati, akan dia terima.

"Aku benar-benar benci pada ras kalian!"

Teriak Seth, memukul udara kosong di depannya, saat bola api hitam keluar dari pukulan Seth, seluruh tempat itu seketika hancur berkeping-keping. Atap runtuh dengan pilar-pilar mulai ambruk, tumbang, saling menindih.

Dalam keremangan udara akibat debu yang beterbangan, sebuah kemilau cahaya tertangkap oleh ekor mata Seth. Separuh prisma kristal mimpi, gumam Seth. Pria itu melangkah mendekati benda yang berpendar dalam kehancuran istana mimpi.

Senyum penuh kemenangan terukir di bibir Seth. Melemahnya kekuatan Elyos akan membuat dirinya bisa mengambil kristal mimpi tersebut. "Tanpa ini, Elyos pasti akan mati!"

Kata Seth di depan prisma yang bersinar sangat terang. Sinarnya mampu terlihat dari tempat tergelap di dunia atas. Saat tangan Seth terulur untuk meraih kristal mimpi itu, suara En mengganggunya. "Kau tidak akan pernah bisa menyentuhnya! Makhluk hina dari dunia iblis!"

En seketika mengerang saat pedang Seth merobek lengannya. Seth sengaja tidak membunuh En. Keberadaan tangan kanan Elyos itu akan sangat berguna di masa depan.

"Kau lihat saja En. Bagaimana benda ini akan jadi milikku!" Tangan Seth baru saja akan menyentuh prisma bersinar itu, ketika satu lesatan anak panah terarah padanya. Seth reflek melompat mundur. Wajahnya seketika kembali marah.

Sementara En langsung tersenyum lebar. Meski detik berikutnya mata En tertutup. Seiring darah yang membanjiri lantai marmer putih. En cukup tenang untuk menutup mata, saat melihat siapa yang datang.

"Semua berawal dari hari ini."

Kredit Pinterest.com

Ilustrasi Seth, Dewa Kegelapan

****

Up lagi readers,

Tinggalkan jejak ya guys, like dan teman-temannya jangan lupa. Terima kasih.

***

Manis VS Brengsek

Kredit Pinterest.com

Meet Fantasia Delavega

Sia masih menggelengkan kepalanya, tidak percaya. Bagaimana bisa kain pel itu benar-benar menyumpal mulut Cherry. Bukankah dirinya hanya membatin dalam hati, kenapa semua menjadi nyata. Sia berjalan menuju sebuah kafe, tempat dia akan bertemu dengan teman akrabnya, Abby.

Sia baru saja berbelok ke arah kafe ketika satu teriakan membuyarkan lamunan Sia. Abby, teman Sia sekaligus rekan kerja di butik. Gadis cantik dengan rambut panjang itu tersenyum manis, sambil menggandeng lengan Sia.

Senyum Abby langsung menular pada Sia. Keduanya memang terkenal sebagai pribadi yang ceria. Hanya saja kejadian akhir-akhir ini, membuat senyum di bibir tipis Sia sedikit berkurang.

"Masih patah hati?" tanya Abby. Setelah keduanya mendapat moccacino masing-masing. Selain ceria. Dua gadis itu cocok karena banyak memiliki kesamaan. Keduanya sangat menggemari jenis kopi yang satu ini.

Sia menggeleng pelan mendengar pertanyaan Abby. Bagi Sia, hubungannya dengan Aska terputus saat pria itu terang-terangan memilih Cherry ketimbang dirinya. Abby tentu senang saat mendengar kalau Sia sudah bisa move on dari Aska.

"Pria seperti dia tidak layak dipertahankan dan diperjuangkan. Kau akan dapat ganti yang lebih baik darinya. Siapa tahu seperti model Xu Zhi Bin." Kekeh Abby, yang langsung mendapat keplakan dari Sia.

"Jangan mimpi terlalu tinggi."

"Hei, bukankah kamu sangat percaya pada mimpi?" Abby mengingatkan. Sia menarik ujung bibirnya. Seolah membenarkan perkataan Abby. Sia adalah gadis yang sangat percaya pada mimpi. Dia selalu berpikir kalau mimpi bukan sekedar bunga tidur. Ada hal mengagumkan tersembunyi di balik mimpi. Sebab berkali-kali, Sia seperti dibawa berjalan-jalan ke alam lain saat dia bermimpi. Seperti dunia mimpi.

"Apa dia gadis yang di maksud Yue. Rumah di bumi yang bisa aku tinggali dan bisa membantuku saat aku kesulitan."

Perkataan Abby, membuyarkan angan Sia soal mimpi. Gadis berhidung mancung itu lantas bercerita soal design milik Sia yang dicuri Cherry. Gadis itu menuduh kalau Aska pelakunya. Semua hasil design Sia disimpan di flash disk dengan password nama pria itu. Sudah pasti Arka bisa mengakses file milik Sia.

"Dia benar-benar menyebalkan! Banciii! Bisanya nyolong!" Maki Abby. Selanjutnya Sia membiarkan Abby memaki Aska dan Cherry sepuas hati. Yang menjadi tujuan Sia sekarang adalah mencari pekerjaan. Bagaimanapun dia harus bekerja untuk bertahan hidup dan tentu saja, menebus kalung ibunya.

"Di mana aku bisa mendapatkan 30 juta dalam dua bulan. Bahkan jika semua designku aku jual. Tidak akan cukup 30 juta."

Batin Sia bingung. Wajah ceria Sia benar-benar tenggelam dalam kebingungan yang tengah dia hadapi. Pada siapa dia akan minta tolong. Dia tidak punya siapa-siapa.

Di sisi lain, seorang pria dengan wajah bermasker dan bertopi tampak keluar dari bandara secara diam-diam. Pria itu tengah bersembunyi dari orang-orang suruhan sang ayah. Dipaksa pulang untuk mengurusi bisnis keluarga yang jauh dari minatnya, membuat pria itu ingin melarikan diri. Tidak ingin pulang ke rumah.

Beberapa pria berpakaian hitam tampak menunggu di pintu keluar. Bisa dipastikan itu adalah orang yang dikirim sang papa. Bersusah payah menghindar, akhirnya pria itu bisa keluar dari bandara. "Jalan, Pak." Perintah pria itu setelah bisa mendapat taksi. Sebuah helaan nafas lega terdengar dari bibir tipisnya.

Pria itu membuka topi dan maskernya, hingga terlihatlah wajah tampan nan rupawan pria itu. Pria itu bisa bebas dari sang ayah. Sebuah teriakan terdengar di hati pria berhidung mancung tersebut.

Archie Aodra, putra bungsu dari keluarga Wijaya. Dia seharusnya meneruskan usaha wedding organizer yang dimiliki sang ibu. Tapi pria 27 tujuh tahun itu menolak. Dengan alasan WO bukanlah bidangnya. Padahal sang ibu hanya ingin Arch, panggilan untuk pria itu, meneruskan usaha itu sampai dia menikah. Arch yang masih single dan suka hidup bebas tentu menolak. Bukankah itu sama dengan sang ibu sedang memaksanya menikah. Arch bisa menjamin, setelah ini akan ada perjodohan ala-ala zaman dahulu kala. Arch jelas tipe yang susah diatur.

"Kita mau ke mana, Pak?"

"Muter-muter aja dulu deh, Pak."

Sedikit kesal karena supir taksi itu memanggilnya pak, masak muka imut begitu dipanggil pak. Oppa kek, Hyung kek. Setelah beberapa lama berputar-putar. Arch memutuskan untuk turun dari taksi. Kembali mengenakan topi dan maskernya, pria itu berjalan santai di jalanan yang lengang. Hanya ada beberapa pejalan kaki yang lalu lalang di sekitar Arch.

Awalnya semua tampak biasa saja, hingga satu teriakan membuat Arch menoleh, detik berikutnya pria itu sudah berlari bak sprinter dikejar waktu. Beberapa kali dia menabrak pejalan kaki, tapi pria itu tidak menghiraukannya. Berbelok di sebuah gang kecil, Arch muncul di kawasan padat pengunjung. Bagus! Kata Arch dalam hati.

Pria itu mulai berjalan santai. Membaur dengan pejalan kaki lainnya. Arch menurunkan topinya agar menutupi wajahnya. Sesekali melihat ke arah depan. Sial! Arch mengumpat dalam hati, beberapa orang dengan pakaian hitam tampak berpatroli di depan sana. Mereka mulai berjalan ke arah Arch. Pria tinggi kembali mengumpat dalam hati. Hingga pria itu melihat seorang gadis tengah berjalan sendirian. Tanpa pikir panjang, Arch langsung menggandeng tangan gadis itu. Membawa tubuh ramping itu dalam dekapannya.

Gadis itu yang tak lain adalah Sia, langsung memberontak. Satu sikutan di perut Arch membuat pria itu meringis. Tingkah keduanya menarik perhatian semua orang. "Itu tuan muda!" teriak seorang pria.

Arch mengumpat, lantas berlari tanpa melepaskan gandengannya pada Sia. Sia melotot, melihat bagaimana seorang pria asing membawanya lari. Berusaha melepaskan diri. Tapi Arch justru semakin menguatkan tarikannya.

"Lepaskan aku, brengsek!"

Maki Sia di tengah pelarian mereka. Beberapa kali Arch membawa tubuh ramping Sia melewati belokan dan menabrak beberapa pengunjung. Sampai Arch melihat sebuah gang sepi di tengah kerumunan pengunjung. Arch menarik Sia ke tempat itu. Arch menghimpit tubuh Sia, menutupi wajah gadis itu. Sesaat Arch menatap wajah Sia yang bingung bercampur panik. Cantik dan manis, itulah kesan pertama yang Arch tangkap soal Sia.

"Kau menemukan tuan muda?" sebuah ucapan terdengar, membuat Arch menoleh ke sumber suara. Mata Arch membulat melihat beberapa orang mendekat ke tempatnya. Sia berusaha mendorong jauh tubuh Arch, berusaha melepaskan diri dari himpitan tubuh besar Arch. Tapi tubuh Arch bergeming.

Arch panik melihat dua orang berjalan ke arah gang mereka berada. Akal Arch buntu, dia harus secepatnya mencari cara untuk mengalihkan perhatian orang itu. Hingga Arch menyadari wajah Sia di hadapannya.

"Maaf." Kata Arch lirih. Detik berikutnya, tangan Arch menarik dagu Sia. Dan sebuah ciuman mendarat di bibir Sia. Mata Sia membulat menyadari tindakan Arch. Gadis itu berontak, tapi Arch justru memperdalam ciumannya.

"Manis."

"Brengsek!"

Kredit Pinterest.com

Perkenalkan Archie Aodra

****

Up lagi readers.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Ritual jempolnya jangan lupa.

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!