Aku Angelina sering di sapa Angel gadis berumur lima belas tahun hidup dengan segala keterbatasan kasih sayang setelah sepuluh tahun yang lalu sebuah kejadian yang cukup membuat perasan ku begitu sakit, tak terima dengan keadaan namun aku sedikit bingung mengenai permasalah keluarga ku waktu itu.
" Bu kenapa kita pergi dari sini? kenapa ayah tidak ikut Bu? Bu ibu ! ."
begitu Angelina kecil merengek saat tangan mungil ku di paksa ikut pergi dari rumah dengan tumpukan koper yang di masukkan kedalam bagasi mobil hitam milik ibu.
" Sayang maafkan ibu ya ? kita harus pergi dari sini , ibu ."
kata ibu ku dengan mata yang berkaca dan tak melanjutkan Kalimatnya.
Dari jauh ku lihat wajah ayah yang berdiri di ambang pintu dengan dinding kokoh berwarna putih. Matanya menatap ku dengan dalam seolah ini memang perpisahan untuk kita.
" Ayah? ".
panggil ku pada laki-laki yang tak bergerak sedikitpun.
" Ikutlah dengan ibu mu , kalau Angel kangen Ayah minta ibu mengantar mu kemari ya "
katanya dengan tenang atau mungkin itu hanya dibuat-buat karena ku lihat kedua tangannya sesekali terkepal entah menahan apa.
" sudah ya Angel kita harus pergi sekarang, nanti biar ibu jelaskan jika sudah sampai dirumah nenek."
Ucap ibu ku berusaha mempercepat waktu entah itu benar atau mungkin saat di jelaskan pun aku tidak akan faham.
Mobil hitam melaju dengan santai ku buka kaca jendela sedikit lebar agar udara segar masuk serta angin yang meniup rambut panjang yang tergerai. ku lihat pepohonan yang berjalan cepat seolah mereka mempunyai kaki panjang .
" Bu ? boleh Angel beli gula-gula !".
tanya ku dengan mata penuh binar setengah memohon saat pedagang gula kapas tengah menggulung makanan yang menyerupai awan pada gagang yang terbuat dari kertas.
Hela nafas ibu ku cukup ku fahami tertunduk sudah wajah ku lalu menekan tombol pada pintu yang membuat kaca ikut merangkak naik.
Mataku terbuka lebar dengan senyum yang memamerkan gigi ompong yang membuat mata ku menyipit.
" untuk kali ini ibu mengizinkan Ngel , tapi sesampainya dirumah nenek ibu mau Angel membersihkan gigi coklat mu ."
seru ibu dengan gemas menyentuh ujung hidung ku.
Celotehku begitu banyak saat mobil kembali melaju menerobos lampu berwarna kuning yang siap berganti merah dengan satu tangan asik memegangi gagang gula kapas berwarna pink.
tidak butuh waktu lama kini pekarangan rumah dengan satu pohon mangga yang tidak begitu tinggi namun begitu banyak buah dan bisa di ambil hanya dengan mengulurkan tangan saja.
Bruukk
" Nenek !"
teriak ku begitu tubuh kecil ku menapak pada paving block lalu berlari menghambur pada rentangan kedua tangan wanita paruh baya .
" Ealah cah ayu , jangan lari-lari toh nduk bisa jatuh nanti kamu !"
Tuturnya namun wajah yang masih terlihat segar itu tersenyum sembari memeluk erat tubuh ku dan mengusap sayang pucuk kepala ku .
" Nenek Angel kangen banget sama nenek ."
ucap ku khas suara anak berusia lima tahun lalu melirik ke ke arah pintu mencari sosok laki-laki yang ku panggil kakek .
" Kakek mu sedang mandi , baru pulang dari pasar tadi ."
ucapnya seolah tau pikiran ku.
Mengusap sayang rambut panjang yang sudah di kuncir dua dengan pita lucu di atasnya sebelum aku melahap gula kapas supaya tidak menempel di rambut cantik ku kata ibu
" masuk dulu sana , nenek mau bantu ibu mu dulu."
perintahnya lalu berdiri mendekat kearah ibu yang tengah memutari mobil hitam hendak mengambil beberapa koper yang kita bawa.
" biar ibu bantu."
ucap nenek dengan bibir tersenyum hangat seperti biasa.
***
" Angel?"
panggil ibu membuyarkan lamunan ku . bingkai kecil ku taruh kembali lalu menatap kearah pintu yang terbuka.
" ibu."
ucap ku lalu berjalan mendekat kearah wanita dengan rambut tak begitu panjang.
perkenalkan dia Riska wanita berumur hampir empat puluh tahun yang ku panggil ibu.
" Ada apa Bu?"
Tanya ku begitu sampai tepat di ambang pintu berdiri dihadapannya .
" Seharian kamu didalam kamar ayo duduk didepan kita nonton bersama."
Ajak ibu berusaha membujuk ku untuk ikut bergabung bersama mereka , ya ibu sudah menikah kembali dengan sosok laki-laki yang mungkin menurut ibu adalah sosok laki-laki dengan segala tanggung jawabnya dan mampu menerima keadaan ibu yang saat itu berstatus singel parents.
Tujuh tahun yang lalu aku sudah cukup tau bagaimana keadaan dari kedua orang tua ku dan ibu memutuskan untuk menikah kembali dan kini seorang putri kecil berusia lima tahun masuk kedalam kehidupan kita, aku tidak marah hanya saja aku merasa kasih sayang ibu ku banyak terbagi setelah kedatangan laki-laki yang seharusnya aku panggil Ayah.
" Angel masih mengerjakan tugas sekolah Bu."
jawab ku menolak ajakan ibu dan berusaha tetap berada dalam zona nyaman kalau kata anak remaja jaman sekarang.
Ibu menggangguk tak berani memaksa dan mungkin sulit untuknya sekedar mengajak ku berkumpul diruang keluarga.
Hai! ma****u tau kelanjutan kisah ku? ayo ikuti terus cerita yang akan ku bagi untuk kalian ! :)
Pagi telah datang matahari muncul dari ufuk timur , aku sudah siap dengan setelan putih biru serta dasi yang melingkar di kerah baju yang ku pakai , tas gendong siap ku bawa menuju sekolah dengan buku-buku tebal yang akan ku jadikan sebagai alat untuk menuntut ilmu juga bisa untuk ku jadikan bantal jika sewaktu-waktu malas mengerjakan tugas atau alasan lainnya, intinya aku malas dengan rutinitas yang begitu membuat ku pusing dalam kurung jika suasana hati sedang tidak terkendali.
" Bu ? Angel berangkat!"
Seru ku pada wanita yang tengah menyisir rambut gadis kecil kesayangannya.
Aulia anak kedua ibu juga pertama untuk ayah kedua ku , sedikit iri kerena semenjak kehadirannya aku merasa prioritas ibu kini hanya Aulia juga dia , laki-laki yang menurut ku merebut cinta ibu dari ku .
Sepanjang perjalanan aku berusaha untuk tak membawa rasa tak nyaman dari rumah , membiarkan semua masalah yang tak bisa aku ucapkan dan , ya mungkin disini aku yang egois.
motor metik melaju sedikit ugal-ugalan nama ku mungkin tak sebagus perangai ku ! Bagaimana bisa ? Ya nama yang di juluki sebagai malaikat dengan hati suci nyatanya disini aku menjadi sosok malaikat berjubah hitam .
Dari ujung jalan gerbang tinggi sudah nampak dengan beberapa anak murid yang berbondong-bondong mulai masuk ke area sekolah menengah pertama dengan ekspresi yang berbeda.
Ttiinnn
" selamat pagi mang Ujang ?"
Sapa ku pada security sekolah yang tengah mengatur lalu lintas.
" Selamat pagi neng Angel ! Hati-hati bawa motornya ya!"
Sindir laki-laki dengan tubuh sedikit kurus pada ku.
" Misi misi !"
Ucap ku saat jalan trotoar dipenuhi anak-anak berseragam putih biru dan sesekali klakson ku bunyikan.
Masuk pada area parkir dan disitulah aku menempatkan si biru kesayangan, bukan sekolah elit bukan juga sekolahan yang memiliki segudang fasilitas seperti di kota-kota besar , ini sebuah sekolah yang letaknya sanga strategis juga lebih murah tentunya , dan itu pilihan ku. Jujur saja tak diperbolehkan kita anak dibawah umur untuk mengendarai kendaraan sendiri , belum cukup pengetahuan dalam berlalu lintas juga kerap membuat geger jalanan karena mungkin belum ada rasa tanggung jawab dengan apa yang kita lakukan. Namun hampir sembilan puluh persen kita menggunakan kendaraan dengan sendiri , agar mudah sampai tujuan alasannya.
Kaki melangkah memasuki koridor yang akan membawa ku pada ruang kelas yang berada di tengah-tengah lokasi , tepatnya sepuluh meter dari tiang bendera yang terlihat kosong kerena memang kita belum mengadakan upacara bendera .
" Hei Ngel?"
Sapa laki-laki yang mengenal ku saat kaki kanan hampir menyentuh lantai kelas.
" ya kak !"
Ucap ku ramah dengan senyum manis berbanding terbalik dengan sikap ku didalam rumah.
" Kau cantik ."
Katanya memuji wajah mulus ku yang memang berbeda dengan teman yang lain.
" Udah ngegombalnya ? nanti kalau kak Nindi tau bagaimana !"
Kata ku tertawa membawa serta nama gadis yang begitu tergila-gila dengan sosok Rio yang cukup populer dikalangan gadis remaja seusia ku.
Sedikit bertegur sapa barulah aku masuk lalu meletakkan tas di atas meja , merapihkan sedikit rambut yang terurai dengan sisir kecil di saku baju.
" Pagi malaikat ?"
" Hai gaiss ?!"
" Selamat pagi ?"
Ramai sapa dari semua yang baru memasuki pintu kelas . Wajah segar serta ekspresi yang terlihat siap untuk menyambut hari .
Tak lama setelah itu bel berbunyi menandakan upacara bendera segera di laksanakan , semua berlari mencari posisi di masing-masing kelas , tiga barisan dalam satu kelas dan satu baris untuk para anak laki-laki yang berada disisi kanan.
cukup lama upacara digelar hingga bendera merah putih kini telah berkibar di ujung tiang dengan meliuk sempurna.
Pembina upacara telah berdiri di atas panggung kecil siap untuk memberi sedikitnya lima menit untuk memberi amat , pidato pendek terdengar lantang namun sudah pasti delapan puluh persen dari siswa yang mendengar berdo'a untuk segera selesai.
hampir satu jam kegiatan rutin di hari Senin telah usai , sebagai memilih untuk cepat masuk kedalam kelas dan sebagainya lagi m milih untuk singgah sebentar menuju kantin untuk mengisi perut atau sekedar melepas dahaga .
" Pr gimana pr?".
Tanya Ades begitu masuk dengan es dalam plastik di genggamannya.
" Belum ! tapi tadi aku liat pak Bambang tidak ada , apa mungkin dia terlambat ya?"
Kata Dian yang memperhatikan barisan para guru.
" Yes ! Jam sembilan kan jam pak Bambang kan selesai berarti kita free pagi ini!"
Indah ikut menyambung.
" Selamat pagi!"
Deg
" Gila kamu Mat! kita kita pak Bambang tadi!".
Kata ku yang terkejut setengah mati saat suara yang dibuat-buat terdengar dari balik pintu yang sengaja di tutup.
" Ye kesenengan ya pak Bambang gak ada? Dia lagi sakit jadi enggak Dateng. Ini!"
Cicit Rahmat ketua kelas di kelas depan B.
" Kepsek ngasih tugas katanya dari pak Bambang."
Sambungnya lalu membagi lembaran kertas putih berisi soal yang mengisi pelajaran pagi.
" kumpulin hari ini ya ! sama tu , Pr juga ditanyain suruh ngumpulin bareng."
" Hah! ".
" Yahh!"
Sorak semua yang belum menyelesaikan tugasnya.
Jam terus berdetak hingga angka sembilan menjadi waktu akhir untuk pelajaran pertamanya.
Istirahatkan pertama tengah berlangsung , beberapa sudut belakang kelas menjadi tempat favorit bagi siswa . Kantin yang menyediakan berbagai menu kini penuh bak rumah semut dengan berbagai macam pesanan yang mengantri untuk dibuatkan.
" Hiihh !! males banget kalau disuruh antri begini!".
Keluh ku saat melihat padatnya latar di area kantin.
" Balik dulu lah yuk , sepuluh menit lagi paling udah senggang."
Ujar ku kembali berbalik menuju kelas .
Deru mesin motor ku semakin pelan tepat di bawah pohon jambu yang tengah berbunga , motor biru kesayangan milik ku terparkir asal sejajar dengan satu mobil yang bisa ku kenali itu milik siapa . Ayah! sangat terpaksa ku sebut begitu saat berpapasan dengannya saat acara kumpul keluarga yang begitu membanggakan sosok laki-laki pekerja keras seperti dia.
" Sudah pulang kak?"
Tanya ibu begitu langkah ku melintasi pintu yang terbuka.
" Iya Bu ."
Kata ku singkat , sebenarnya tak nyaman untuk ku lakukan tapi ada rasa tak rela saat melihat wanita yang dulu begitu perhatian dan sekarang terasa mulai mengacuhkan ku.
" Ibu mau belanja sebentar kak , tolong jaga Aulia sebentar ya."
kata ibu tanpa menoleh , bayangkan aku saja belum melepas seragam ku ibu sudah berteriak meminta aku menjaganya.
Aku tidak menjawab tapi tetap kulakukan walau dengan perasaan dongkol.
Begitu pakaian ganti sudah melekat ditubuh ku , aku berjalan enggan menuju ruang tamu dimana Aulia tengah bermain dengan mainan baru yang entah sudah berapa kali dalam seminggu ayah menghadiahinya.
Brukk
tubuhku tergeletak di atas sofa , buku yang ku bawa ku taruh sedikit kasar di atas meja kayu berwarna coklat yang di lapisi pelitur sehingga begitu mengkilap saat terkena cahaya.
Dari balik pintu kamar ibu, laki-laki berpawakan cukup tinggi dengan rambut pendek bersetelan kaus oblong dengan celana bahan panjang keluar dengan ponsel di tangannya.
" Angel? Dimana ibu?"
Tanyanya dengan posisi ku masih setengah terduduk aku mendongak mengedar suara yang mengajakku berinteraksi.
" Pergi ke warung!"
Jawab ku singkat tanpa menoleh.
" Oh ."
" ya sudah Aulia biar Ayah yang jaga ."
Deg
kalimat yang terdengar cukup membuatku merasa dongkol seolah takut jika putri kecilnya ku buat menangis, seolah tak percaya jika aku bisa menjaga bayi besar itu.
" Iya ."
Jawab ku dengan begitu singkat tanpa menyambung nama panggilan di belakangnya.
Aku berdiri dengan segera , melangkah malas tanpa menoleh untuk memastikan Ayah benar-benar bermain dengan anak itu.
Aku berjalan menuju dapur mencari makanan untuk mengisi perut yang sedari tadi terasa lapar.
Glekk
" Hah! ".
Hela nafas ku terasa berat saat ku buka tudung saji yang dulu selalu tersimpan beberapa menu makanan kesukaan ku kini sering kali ibu lupa bahwa aku masih ada di rumah ini . Mata ku menatap tajam kearah wadah sampah yang terlihat bungkus kotak berwarna putih terlihat seperti bekas nasi box tanpa menyisakan untuk ku . Aku berusaha berfikir baik walau tetap saja jantungku berdetak dengan kepala yang sudah dipenuhi luapan emosi , hanya saja mulut ku tak mampu berucap walau hanya sekedar untuk mengutarakan ketidak nyamanan ku.
cclleeteekkk
kompor gas ku nyalakan memanaskan secukupnya air untuk menenggelamkan mie instan sebagai menu makan siang ku hari , duduk dengan tenang sembari menuangkan bumbu kedalam mangkuk sebelum kepulan asap yang menandakan air sudah memanas.
" Angel ?"
Aku menoleh ternyata ibu sudah datang dengan kantung keresek di tangannya.
" Kau makan mie instan lagi kak?"
Tanyanya yang cukup sering melihat ku menyantap menu siap saji.
" Tidak ada pilihan lain Bu , tidak ada makanan di sini jadi Angel terpaksa memakannya."
Kata ku sedikit menekan kata terpaksa sekedar untuk menyadarkan ibu bahwa aku juga butuh makanan sehat seperti yang lain.
Namun sayang ibu tak mendengar ucapan ku , dia sibuk dengan barang-barang yang dibawanya seolah ucapan ku hanya angin yang terhembus pelan tak bisa menyentuh permukaan , tak berwujud juga tak bisa di genggam.
Duduk dengan diam tangan sibuk mengaduk bumbu yang sudah ku taburkan di atas rebusan mie dengan kuah yang menurutku begitu menggiurkan.
" maaf ya kak , ibu tadi harus jemput adik terus di toko barang baru juga sampai jadi ibu bantu Ayah untuk mengecek nota."
Ibu berucap namun aku menjawab hanya anggukan kecil dengan mulut terus meyeruput kuah yang terasa nikmat berusaha tak terpancing emosi ku sendiri.
ku bawa mangkuk kosong itu lalu mencucinya segera , tak ada asisten rumah tangga , dan itu menjadi alasan ibu yang tak sempat mengerjakan ini itu juga banyak alasan sekedar membuatkan makanan untuk ku.
Dulu kita hanya hidup berdua namun ibu begitu telaten mengurus ku juga rumah dengan jam yang di bagi untuk bekerja. Jika bisa ku putar ulang ingin rasanya aku memberontak keras saat ibu memperkenalkan dia untuk menjadi Ayah sambung ku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!