"Aku ingin keluar dari sini." ucap seorang wanita cantik pada teman nya.
"Kenapa? Dian ada apa dengan mu? Bukannya kau sudah 7 tahun, setidaknya pas kan 8 tahun, setelah itu di DO."
"Hahaha.." Keu teman Dian tertawa dengan cukup keras, mereka berdua memang selalu seperti ini pada Dian. Dian sendiri tidak pernah mengambil hati apa yang temannya katakan.
"Lia dan Zia, aku sudah lelah, aku ingin bebas bekerja tanpa ada tanggungan kuliah seperti ini."
"Hmmm ya terserah mu, tahun ini kami juga lulus, dan kalau kau tidak lanjut kita akan main di luar," ucap Lia.
"Nah bagus seperti itu." Dian membuang nafasnya dengan kasar.
Ia bangkit dari tempat duduknya, dan bersiap untuk pergi.
"Mau kemana," tanya Zia.
"Cafe, lelah aku di sini, apalagi setelah ini ada kelas yang paling tidak aku suka," jawab Dian.
"Eh kau tau, hari ini bapak itu tidak datang, kalau tidak salah bapak itu sudah mengundurkan diri karena ulah mu," ucap Lia.
"Hahaha karena ulah ku, lalu siapa yang akan menggantikan nya," tanya Dian.
"Aku juga tidak tau, katanya sih dosen dari luar kota," jawab Lia.
"Wah keren, tapi aku tetap tidak tertarik." Dian pergi meninggalkan tempat itu, ia memang sudah tidak tertarik dengan apapun di kampus ini.
Saat ingin ke kelas untuk mengambil tasnya, seseorang pria juga masuk ke dalam kelas itu, pria tampan yang membuat Dian menghentikan langkah kakinya.
"Mau kemana," tanya pria itu.
"Anu, mau keluar."
"Setelah ini kelas saya, jangan kemana mana."
"Maaf anda siapa ya," tanya Dian.
Pria itu menghiraukan apa ucap Dian tanyakan, ia berjalan menuju tempat duduk ya di pojok ruangan itu.
"Ah dia dosen pengganti, apa peduli ku… Tapi dia tampan sekali, sangat sayang melewatkan ketampanan nya." Dian yang sebelumnya ingin pergi meninggalkan kelas itu, tidak jadi pergi demi melihat ketampanan dosen baru, ia langsung jatuh hati pada dosen pengganti itu.
Tak lama mahasiswa dan mahasiswi yang lainnya masuk ke dalam ruangan itu. Zia dan Lia terkejut melihat Dian yang sudah duduk di tempat nya, mereka berdua pikir Dian sudah pergi meninggalkan kampus.
"Kenapa tidak jadi," tanya Zia.
"Tu.." Dian mengarahkan mata nya ke arah pria di depan sana.
"Dosen pengganti," tanya Zia.
"Iya jangan gatal kau, dia milik ku," jawab Dian.
"Wah ganas sekali kau Dian, selamat mengejar cinta mu."
Setelah semuanya sudah masuk, pria tampan itu berjalan ke tengah ruangan itu, sepertinya ia akan memperkenalkan dirinya.
"Selamat siang semua, perkenalkan nama saya Harry, saya menggantikan dosen sebelumnya. Semoga kita dapat bekerja sama dengan baik."
"Selamat datang pak." Beberapa orang mulai bersuara, termasuk para wanita gatal yang membuat Dian kesal.
"Ada beberapa hal yang sudah saya tetapkan di kelas saya, pertama tidak ada yang telat satu detuk pun, tidak ada yang cabut, tidak ada izin tanpa alasan yang jelas. Nilai di mata kuliah saya harus di atas rata rata, kalau ada salah satu yang di langgar sudah dapat di pastikan kalian mengulang mata kuliah saja tahun depan… Dapat di mengerti," ucap Harry dengan tegas.
"Aku harus mendapatkan nya," batin Dian.
"Iya Pak.." Saut mereka semua.
"Oke kita mulai, sebelumya apa ada pertanyaan?"
"Pak bagaimana kalau sakit, apa tidak boleh izin?"
"Sudah saya katakan tanpa alasan yang jelas, jika sakit bukannya itu sebuah alasan yang kelas."
"Pak nomor wa nya berapa," tanya Zia.
Dian yang mendengar itu langsung menatap tajam Zia.
"Kau ya, jangan macam macam." Tatapan mata Dian pada Zia, seakan mengatakan hal itu.
"Pak apa sudah punya pacar," tanya Lia, ia tidak mau kalah dengan bestie nya.
"Saya tidak akan menjawab pertanyaan di luar topik. Dan saya sudah menikah," ucap Harry.
"Apa.." Dian benar benar terkejut mendengar hal itu.
Setelah kelas selesai, Dian tidak langsung pergi meninggalkan kelas seperti yang lainnya, ia masih ingin melihat dosen tampan yang langsung menggoda hatinya.
"Tampan sekali, walaupun sudah punya istri tetap berkarismatik," ucap Dian.
"Ayah.." Seorang anak kecil berjalan masuk ke ruangan itu, anak kecil itu langsung memeluk Harry dengan erat.
"Sayang," ucap Harry.
"Iya ayah, ayah sudah selesai? Vito mau jajan," tanya anak itu.
"Vito ayah belum selesai, kamu bisa tunggu sebenar ya."
"Mau sekarang ayah, Vito mau jajan sekarang." Anak itu mulai merengek.
Segera Dian berjalan mendekati mereka berdua, ia ingin mengambil hati Harry dengan cepat. Kalau begini otak nya bisa bekerja dengan sangat baik, tetapi untuk belajar dirinya tidak bisa membuat otaknya bekerja dengan baik. Seperti nya memang Dian hanya bisa membuat otak nya bekerja saat dia jatuh cinta.
"Pak kalau anak bapak ingin ke kantin bisa bersama dengan saya."
"Hmmm." Harry melihat ke arah Dian, ia sedikit tidak percaya dengan Dian, tetapi karena Harry terus menangis hal itu membuat Harry harus percaya dengan Dian.
"Ya sudah jaga anak saya dengan baik, saya tidak ada uang cas, kamu bisa pakai uang kamu dulu nanti saua ganti," ucap Harry.
"Siap pak, nanti anak bapak saya pulangkan kemana?"
"Ke ruangan saya, kamu tau ruangan dosen sebelum nya,itu ruangan saya sekarang."
"Baik Pak.. Ayo tampan."
Entah kenapa Vito mau saja dengan Dian, padahal sebelum nya mereka berdua tidak pernah bertemu, entah kenapa Vito mau di ajak oleh wanita seperti Dian.
"Siap Dian, jadikan dia sebagai batu lompatan agar bisa dekat dengan ayahnya, mana tau dia mau memiliki istri dua," batin Dian, ia seperti wanita gila yang berharap bisa menjadi istri kedua pria beristri.
"Vito perkenalkan nama aku kak Dian, kamu bisa panggil aku dengan sebutan kakak."
"Tidak tante," tanya Vito.
"Tidak dong, kakak saja lebih baik." Dian cukup kesal jika kita mencari dengan sebutan tante. Dirinya marah sama si muda dan belum layak di panggil dengan sebutan tante.
Keduanya mau ke jalan menuju kantin kampus, Dian mempersiapkan banyak uang untuk membelanjakan anak ini. Untuk mendapatkan hati Vito ia harus membuat Vito nyaman bersama dengan dirinya.
"Kamu boleh ambil saja yang kamu inginkan," ucap Dian.
"Wah tante baik sekali, tidak seperti mamah," kata Vito.
"Ada apa dengan mamah kamu," tanya Dian, ia kepo setelah mendengar apa yang Vito katakan.
"Mamah tidak ada waktu untuk Vito, mamah dan ayah selalu bertengkar dan mamah tidak pernah memberikan Vito jajan seperti ini."
Dian terdiam mendengar apa yang Vito katakan, jujur dirinya cukup terharu, ia tau bagaimana rasanya menjadi Vito karena dirinya sendiri juga terlahir di keluarga brokenhome. Tidak ada anak yang ingin lahir di keluarga seperti itu, mereka tidak bisa memilih mau lahir di keluarga seperti apa.
"Aku akan menggantikan posisi mamah kamu sayang, mamah kamu sudah tidak baik." Dian bertekat untuk menjadikan Vito anak sambung nya, ya walaupun tidak mungkin ia untuk melakukan nya. Ada banyak rintangan yang akan ia lalui, termasuk menyingkirkan istri sah Harry.
"Pasti Harry sudah lama tidak di belai, apa ini saatnya aku melepaskan masa lajang ku," batin Dian.
"Tante, aku ambil itu ya."
"Iya Vito, ambil saja yang kamu mau," ucap dian.
Setelah membelikan berbagai macam makanan dan jajan yang Vito inginkan, Dian langsung membawa Vito ke ruangan ayahnya, ini akan menjadi kesempatan besarnya untuk mendapatkan apa yang dirinya inginkan.
"Vito kamu dengan ayah kamu dekat," tanya Dian.
"Dekat, tapi ayah sangat sibuk," jawab Vito.
"Kamu mau main dengan kakak setiap hari tidak," tanya Dian.
"Mau… Kakak cantik sekali, sudah begitu baik pula," jawab Vito.
"Oh sudah pasti, kakak memang cantik." Dian cukup senang dengan Vito, Vito tidak seperti anak seumuran lainnya, selain ayahnya ternyata Vito memiliki pesona tersendiri.
"Ayahnya taman sekali, anaknya mengemaskan, semoga ibunya sudah tidak memiliki harapan. Hahaha aku siap menggantikan posisi nya." Dian tersenyum sendiri membayangkan bagaimana kehidupan nya bersama dengan Vito dan Harry.
Di depan pintu ruangan Harry jantung Dian semakin tidak tenang, ia belum pernah seperti sebelumnya, jatuh cinta dengan Harry seperti anugrah yang datang di tengah kekeringan hatinya.
"Ayah.." Vito berjalan masuk ke dalam ruangan ayahnya.
Di ikuti Dian dari belakang Vito, ia membawa makanan dan jajan yang Vito beli tadi.
"Eh.." Harry terkejut dengan kedatangan mereka berdua, ia yang sedang terlanjanh dada langsung memakai pakaian nya kembali.
"Seksi." Dian benar-benar takjub dengan bentuk tubuh Harry, walaupun sudah mempunyai anak Harry sangat hot seperti anak abg 20 tahunan.
"Sayang kenapa tidak panggil ayah dulu," ucap Harry.
"Maaf ya Dian, benar nama kamu Dian?"
"Iya Pak benar, tidak masalah pak, saya suka kok," ucap Dian.
"Ha??"
"Eh tidak pak, ini anak bapak banyak jajan, beruntung saja banyak uang."
"Oh iya habis berapa, saya transfer sekarang," ucap Harry.
Inilah kesempatan yang ingin Dian manfaatkan dengan baik, ia akan mendapatkan nomor Harry agar bisa terus berhubungan dengan Harry.
"Maaf pak saya tidak ingat nomor rekening saya dan saya tidak membawa handphone, bapak bisa catat nomor saya setelah itu bapak chat saya, nanti kalau saya sudah di cafe akan mengiringi nomor handphone saya."
Harry diam sejenak, ia seperti tahu dian rencanakan. Tetapi karena ia memiliki hutang pada dian dirinya tidak bisa apa-apa selain mencatat nomor yang Dian berikan kepadanya. Lagi pula dian sudah sangat baik kepada anaknya yang terbilang cukup aktif.
"Sudah.. Nanti kamu kirim saja nomor rekening aku nomor yang ini ya."
"Oke pak kalau begitu saya pamit untuk pulang. Bye bye Vito sampai berjumpa lagi." Dian pergi meninggalkan ruangan itu.
"Bukannya dia ada kelas lagi setelah ini, kenapa dia pulang ya. Untuk apa memikirkannya, setelah hutang pulang sepedanya aku tidak akan berhubungan lagi pada wanita itu." Haryy memiliki filsafat yang tidak baik pada Dian.
"Ayah mau mamah seperti kakak itu." Vito memeluk pagi haryy.
"Kenapa kamu seperti, kan kamu sudah punya Mamah di rumah." Haryy mengerutkan dahinya, dirinya bingung kenapa Vito tiba-tiba mengatakan hal itu.
"Mau mamah seperti kakak itu, mamah di rumah tidak sayang Vito."
Haryy tersenyum kecut pada Vito, ia mempertahankan pernikahannya agar Vito tetap mempunyai mamah, tetapi Vito sendiri tidak mendapatkan kasih sayang dari mamahnya, ia seperti percuma menahan sakit dan memperhatikan pernikahan nya.
"Apa masih bisa pernikahan ini bertahan, aku sudah tidak kuat. Tapi masih ada Vito yang memerlukan sosok ibu," batin Harry.
Dian berjalan keluar dari kampus dengan wajah yang sangat senang. Ia tersenyum dengan lebar mengingat dirinya sudah mendapatkan nomor dosen tampan itu.
"Kamu akan jadi milikku tampan."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!