Saat ini kediaman Ummi Ira dan abi Rga sudah dihias sedemikian rupa. Banyak bunga-bunga bertaburan di setiap sudut rumah mereka.
Sedari pagi rumah itu sudah sangat sibuk. Apalagi Ummi Ira dan Abi Raga. Kedua orang itu begitu sibuk tanpa menyadari jika seorang gadis berniqob baru pulang dari satu tempat hingga wajah itu sembab dan juga niqob yang ia kenakan basah seluruhnya.
Oma Alisa yang kebetulan sedang keluar dan ingin menemui sang suami, Opa Gilang. Tertegun melihat cucu sulungnya pulang dengan keadaan yang mengenaskan.
Beliau melangkah cepat menuju cucu nya itu. "Ya Allah Nak.. Kamu kenapa? Kenapa sembab gini wajahnya? Kamu kenapa? Kok nangis? Cerita sama Oma. Ada apa sayang?" tanya nya pada sang cucu yang sedari tadi hanya diam saja.
Ia masuk kerumah dengan langkah gontai. Ummi Ira mematung melihat Putri sulungnya itu tidak seperti biasanya.
"Tunggu kak. Ummi mau bicara!" katanya pada putri sulungnya itu.
gadis cantik berniqob itu sama seperti umminya bernama lengkap Ziara Puteri Hariawan berhenti dan berbalik menhadap Umminya.
"Ceritakan!" seolah Ummi Ira tau apa yang terjadi dengan putri sulungnya itu.
Bukannya bercerita, wakah cantik itu kembali basah dengan air mata. Abi Raga yang tak jauh berada darinya, kini mendekati putri sulungnya itu.
"Duduk dulu. Ambilkan air Ummi." titahnya pada Ummi Ira.
Beliau mengangguk, dengan segera menuju kedapur untuk mengambil minum dan juga makan untuk Ziara yang sering dipanggil Zee itu oleh semua adik-adiknya.
"Ini minum dulu. Baru setelahnya kamu cerita. Ummi bisa menebaknya. Pasti ada hubungannya dengancalon suami kamu, bukan?" terka Ummi Ira yang memang sangat benar adanya.
Zee kembali tersedu. Wajah itu semakin basah dengan air mata. Abi Raga membuka niqobnya dan terlihatlah wajah Zee yang begitu sembab dan memerah.
"Rafli hiks.. Sama seperti pemuda lainnya Abi, Ummi. Kita di tipu lagi.. Hiks.. Hiks.."
"Astaghfirullah ya Allah.." ucap Oma Alisa
"Bagaimana bisa?!" tanya Opa Gilang yang baru saja masuk bersama Kakek Hendra.
Keduanya begitu terkejut saat mendengar ucapan cucu sulung mereka. "Ceritakan. Agar kami tau seperti apa pemuda yang telah berani menipu kita itu. Opa akan tangani penipu sepertinya. Jangan main-main dengan keluarga Bhasakara! Dulu, dia yang sangat ngotot meminta kamu kepada kami. Dan sekarang? Ia berani membuat ulah? Baik. Ceritakan Kak. Opa ingin tau yang sebenarnya!" imbuh Opa Gilang dan diangguki oleh semuanya.
Zee masih saja tersedu mengingat hal yang sangat menjijikkan dilakukan oleh calon suaminya dengan wanita lain di kamar apartemen miliknya yang Zee sendiri baru dua kali datang kesana karena hal penting.
Zee menghela nafas berulang kali. Tetap saja. Rasa sesak itu terus menghimpit dadanya.
Huuufffttt...
"Tadi, Kakak mendatangi apartemen miliknya bersama Asiten kakak, Putri. Kami berdua memasuki apartemen itu sambil berbicara tentang masalah rumah sakit."
Zee menghela nafasnya yang semakin menghimpit dadanya.
Huuuffftttt...
Lagi, hembusan nafas itu begitu jelas terdengar di telinga semua orang.
"Saat Kakak membuka pintu apartemen itu..."
Flashback.
Tit.
Pintu terbuka dari luar.
"Masuk Put-"
"Ughh.. Honey.. Faster! Ughh oh God! Ah.."
Deg!
Deg!
Deg!
Tubuh Zee meremang saat mendengar suara lenguhan wanita dari kamar milik calon suaminya.
Ia melangkahkan kakinya mendekati pintu kamar calon sang suami yang terbuka sedikit itu.
"Ugghh.. Farah.. kamu sangat nik mat! Ah.. Sangat legit! Begini ternyata rasanya bercinta dengan seorang perawan! Ughh.. Faster baby! Faster!"
Dddduuuuaaarrr..
Tubuh itu limbung ke belakang kala melihat sepasang anak manusia tanpa sehelai benang pun sedang melakukan hubungan terlarang tanpa ikatan yang sah.
Dddduuuuaaarrr..
Tubuh itu limbung ke belakang kala melihat sepasang anak manusia tanpa sehelai benang pun sedang melakukan hubungan terlarang tanpa ikatan yang sah.
Zee sangat mengenal siapa gadis yang sedang bersama calon suaminya itu. Gadis itu merupakan teman sekampusnya dulu saat kuliah.
Yang Zee tidak tau ternyata Farah adalah pacar dari Rafli. Calon suaminya.
Melihat Zee mematung, Putri mendekatinya. Ia pun begitu terkejut melihat adegan itu. Dengan cepat ia merogoh ponselnya dan merekam kegiatan panas mereka berdua sambil berdiri membelakangi keduanya yang sedang melakukan aktivitas panasnya.
Zee melangkah mundur dan duduk dengan tenang di sofa apartemen calon suaminya itu. Cukup lama keduanya menunggu hingga setelah empat puluh lima menit kemudian, Rafli.
Calon suami Zee keluar langsung menuju ke dapur dan mengambil minuman dingin tanpa melihat jika ada dua orang gadis yang kini sedang menatapnya dengan jijik.
"Ayo kita pulang Zee. Buat apa lama-lama disarang neraka ini!"
Deg!
Byyuuurr..
Rafli menyemburkan air minumnya saat mendengar suara seseorang yang begitu di kenalnya.
Ia menoleh pada suara itu dan..
Pyarrrrr..
Rafli mematung di tempat melihat jika calon istrinya berada disana. "Zee..." lirihnya dengan raut wajah memucat.
"Ayo Zee!" ajak Putri lagi.
Ia sudah jengah dengan Rafli. Lelaki pengkhianat menurutnya. Masih syukur Zee bisa tau sekarang. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi dengannya.
Rafli mendekati Zee dengan kaki bergetar.
"Cih! Sampai bergetar begitu kaki kamu Raf?? Enak banget ya makan apem legit milik perawan?!"
Deg!
Rafli terkesiap.
Putri terkekeh sinis. "Tidak perlu terkejut seperti itu. Kami sudah melihat adegan LIVE kamu dan pacar mu itu. Bahkan aku sudah merekamnya dan mengirimkan nya ke sosial media!"
Ddduuuuuaaarrr...
Rafli tersentak mendengar ucapan Asisten Zee, calon istrinya. Zee tidak melihat padanya. Ia sibuk meneliti berkas yang saat ini ada ditangannya.
"Zee.." lirihnya dingin bibir memucat.
Zee menoleh. "Kamu sudah selesai? Kalau sudah segera tanda tangani surat pengunduran dirimu dari kantor Bhaskara Group!"
Dddduuuuaaarrrr..
"Zee! A-apa maksudmu?!" serunya tergagap
Putri terkekeh sinis melihatnya. "Baru segitu saja kamu sudah cetek. Gimana berhadapan langsung dengan Tuan Gilang Bhaskara?? Sanggup kamu Tuan Rafli Adijaya?? Saya rasa tidak! Mungkin kamu akan memilih mati! Daripada menyerahkan lehermu untuk di penggal oleh Tuan Gilang Bhaskara karena sudah menyakiti cucu sulungnya!"
Deg!
Rafli semakin gemetar.
Mampus!
Itulah yang saat ini ada di dalam pikirannya. Zee menatap datar dan dingin padanya. Rafli tau itu. Ia bisa melihat dari sorot mata Zee yang kini begitu memancarkan kemarahan terhadapanya.
"Cepat tanda tangani! Saya sibuk! Saya sudah terlalu lama di dalam ruangan penuh dosa ini. Setelah ini kamu masih bisa menikmati apem legit perawan milik pacar kamu itu! Segera tanda tangani!" tegasnya yang begitu menusuk jantung Rafli.
Rafli tidak beranjak sedikit pun membuat Zee dengan spontan bangkit. Rafli mundur. Putri terkekeh-kekeh melihat tingkah Rafli ini.
"Tanda tangani atau anda sendiri yang datang ke perusahaan besok?!" tanya Zee dengan penuh penekanan.
Rafli mengangguk dan mengambil berkas yang di lemparkan Zee diatas meja apartemen nya. Rafli segera membubuhi tanda tanganya di berkas itu. Setelah selesai, Zee segera mengambil berkas itu tanpa melihat lagi pada calon suaminya itu.
Ia bergegas pergi tanpa menoleh lagi kebelakang.
Dimana Rafli mematung melihat kepergiannya.
Putri berbalik. "Nikmati suga duniamu yang sesaat Rafli! Suatu saat kamu akan menyesal karena telah membuang berlian demi batu kali! Dan saat itu terjadi, kita lihat. Siapa yang akan bertahta dan berkuasa! Selamat menikmati apem legit sang perawan mu itu! Padahal jika kamu tau, bahwa Zee, lebih legit dibandingkan tubuh pacarmu itu yang selalu disantap oleh pandangan lelaki hidung belang diluar sana. Selamat menikmati hidup barumu Tuan Rafli Adijaya! Cih!"
Rafli terhenyak. Ia jatuh terduduk di lantai dengan tatapn kosongnya. Sementara Zee trus berjalan tanpa melihat apapun di sekitarnya.
"Zee, tunggu!" teriak Putri asistennya karena melihat Zee berjalan cepat bahkan seperti berlari untuk menuju mobilnya yang terleta di lobi apartemen.
"Zee!" teriaknya lag.
Tetapi tidak menggubris. suara hentakan sepatu dilantai apartemen itu membuat atensi pengunjung Apartemen terkaget-kaget.
Ada apa? Pikir mereka?
Sedangkan kedua orang itu masih saja berlari hingga tiba di lobi apartemen, diaman mobilnya sudah menunggu karena satpam apartemen itu sudah tau siapa Zee.
Yang merupakan tunangan Rafli. Bukan wanita lain.
Tiba di mobil Zee segera masuk ke mobil dan di ikuti oleh Putri. Ia menatap cemas pada Bos serta sahabatnya itu yang begitu cemas.
Zee mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi. Beruntungnya jalan siang itu sedikit lengang. Jadi Zee bsa melakukan aksinya.
Waktu tempuh untuk tiba di kantor sekitar dua puluh menit tapi tembus dalam waktu sepuluh menit.
Zee segera turun dan berlari di ikuti putri. Sedang mobilnya satpam kantor yang sudah memindahkannya.
Braaakk.
"Astaghfirullah! Zee!" Pekik Opa Gilang karena terkejut
Ada juga Oma Alisa dan seseorang yang Zee kenal.
Zee nyengir kuda. "Hehehehe.. Maaf Opa, Oma, dan mama Rani. Kakak baru aja mengambil tanda tangan tikus curut ehm Rafli maksudnya. Hehehe.. Di apartemen miliknya." Ucap Zee sembari menyerahkan berkas yang sudah ditanda tangani oleh tunangannya itu.
Opa Gilang tersenyum misterius. "Bagaimana? Apa ada pertunjukkan menarik disana?" tanya Opa Gilang sengaja
Ia ingin tau apa jawaban Zee, cucu sulungnya itu.
Zee duduk disamping Oma Alisa. "Ada! Seru banget malahan! Pemandangan yang sangat menjijikkan! Hiii.. serem!"
Oma Alisa menoleh padanya, "Memangnya kakak lihat apa disana sampai serem kayak begitu?"
Zee menghela nafas sesak. Ingin sekali menjerit saat ini. Tetapi ia masih bisa untuk menahan nya.
Ia tersenyum dibalik niqobnya. "Tak ada apa-apa sih Oma. Hanya saja tadi kakak sempat melihat permainan kuda sandi yang membuat mata ini sakit dan ternoda tentunya!"
"Hah?" jawab dua orang wanita yang kini sedang menatapnya.
Opa Gilang tertawa dalam hati. "Ya sudah kalau begitu, Kakak pamit harus kerumah sakit lagi. Hari ini ada pasien yang harus kakak periksa! Oma, mama, Opa, kakak pamit. Assalamualaikum.." imbuhnya dengan segera menyalimi ketiga orang itu dan berlalu menuju lobi balik sambil menghubungi satpam untuk mengeluarkan mobilnya.
Dan juga Putri sang asisten masih saja mengikutinya. Putri kebingungan melihat sahabat sekaligus bos nya itu.
Kenapa sejak tadi, gadis cantik tertutup Niqob itu tidak sedih sama sekali. Padahal yang ia tau, jika Zee gadis yang sangat rapuh.
Rapuh dalam hal pasangan. Karena ia sudah berulang kali kecewa karena selalu gagal dalam hal percintaan.
Ada yang saat ingin menikah, tetapi lelaki itu mengundurkan dirinya, ada juga mereka tidak ingin melanjutkan dan terakhir Rafli.
Dengan mata kepala sendiri Zee melihat tunangannya itu sedang bercinta dengan salah seorang gadis yang sangat ia kenal ketika dikampus dulu.
Zee tahu, jika Putri sangat mencemaskan dirinya, tetapi ia berusaha tegar. Ia tidak mungkin menunjukkan sisi rapuhnya seperti dulu menangis satu harian gara-gara laki-laki sialan itu.
Andai Zee bisa memilih, sejak lelaki itu menawarkan pertunangan dengannya setelah melakukan taaruf bersamanya sekitar empat bulan lamanya.
Waktu yang singkat menurut Zee. Tapi apa yang ia dapat hari ini begitu membuatnya hancur. Ditinggal begitu saja saat menikah sudah bisa bagi zee.
Tetapi ini?
Zee melihat dengan mata kepala sendiri bahwa tunangannya sedang bercinta dengan gadis lain tanpa ikatan yang sah.
Hingga Zee sudah memikirkan untuk memutuskan pertunangan itu secara sepihak. Tetapi sebelum itu, ia ingin melihat idtikad baik dari Rafli terlebih dahulu untuk menemuinya dan memberikan jawaban yang pasti padanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!