Niar Maulida dia adalah seorang gadis berusia 25 tahun, anak sulung dari dua bersaudara yang mempunyai adik perempuan bernama Nabila Maulida yang kini berusia 21 tahun, mereka lahir dari pasangan suami-istri yang bernama Bapak Muhamad Maulana dan Ibu Nurlida, mereka tinggal di desa Mekar sebuah desa kecil, di pinggir kota S. Pak maulana bekerja sebagai buruh tani, dan Bu Nur bekerja sebagai tukang jahit, lewat kerja keras yang mereka lakukan, mereka berhasil menyekolahkan kedua putrinya hingga kesekolah menengah atas (SMA).
Niar putri sulung dari dua bersaudara itu kini telah bekerja disalah satu butik dikota S sebagai tukang jahit, berkat ketekunannya belajar menjahit dari sang ibu dan ekstra kulikuler menjahit yang diikutinya selama sekolah menengah atas (SMA), Niar dipercaya oleh bu Andini salah satu disainer terkenal di kota S untuk menjahit baju2 hasil rancangannya bersama beberapa karyawan lainnya. Dari hasil kerjanya itu lah Niar memberikan sebagian penghasilannya untuk membantu orang tuanya untuk membiyayai kuliah adiknya, yah adik Niar yang benama Nabila kini telah menjadi mahasiswi semester 6 disalah satu kampus negeri di kota S. jangan berfikir bahwa orang tua Niar tidak berlaku adil antara Niar dan Nabila, karena Niar hanya tamatan SMA sedangkan Nabila berpendidikan hingga kebangku kuliah, Nabila bersekolah hingga jenjang perguruan tinggi itu semua kerena keinginan Niar, agar adiknya mempunayi pendidikan yang tinggi agar kelak adiknya Nabila bisa memanfaatkan ilmunya agar memperoleh pendidikan yang baik dan bisa membantu meringankan beban orang tuanya, diusia orang tuanya yang sudah tidak mudah lagi.
Dulu saat Niar baru tamat SMA dia juga ingin kuliah, namun nasib berkata lain, karena keadaan perekonomian keluarga yang tidak memungkinkan untuk Niar melanjutkan keperguruan tinggi jadi Niar memutuskan untuk lebih memilih bekerja di kota. Begitu banyak rasa syukur yang Niar panjatkan untuk Allah atas semua nikmat yang telah dia dapatkan, gaji dari hasil kerja Niar selain untuk membantu membiayai keperluan kuliah adiknya diluar biaya kuliah, sebagian gajinya juga dikasihka ke orang tua Niar, sedangkan untuk kebutuhan tempat tinggal dan makan Niar semua ditanggu oleh Bu Andini pemilik butik, Bu Andini sengaja membuat tempat mes di belakang butiknya yang juga sebagai tempat keja para karyawannya untuk menjahit baju-baju hasil disainnya.
Hari ini, senin pagi hari dimana Niar akan berangkat ke kota S untuk bekerja, setiap hari minggu para pekerja penjahit ibu Andini selalu mendapat libur, kecuali pada saat-saat tertentu mereka harus lembur jika banyak pasanan baju. Namun Niar tak selalu pulang setiap sabtu sore, karena Niar kadang meminta lembur kepada Bu Andini untuk berkerja di butik menjadi pramuniaga, karena setiap minggu pasti butik rame.
"Bu, ini ada sedikit uang utuk belanja, ma'af Niar gak bisa kasih banyak." ucap Niar kepada ibunya, Bu Nur, sambil menyerahkan lima lembar uang ratusan ribu.
"Makasih nak, tapi sebaiknya kamu simpan saja uang ini untuk kebutuhanmu." ucap Bu Nurr sambil mengembalikan uang tersebut, tapi Niar menolak uang tersebut dan menaruh digenggaman ibunya sambil tersenyum menatap mata Ibu, Bapak dan Adiknya secara bergantian sambil berkata.
"Bu, Pak. Niar ikhlas memberikan uang ini, niar juga masih ada pegangan dan tabungan sedikit uang yang Niar simpan. lagian utuk makan dan kebutuan mandi dan nyuci Niar sudah disediakan Bu Andini, jadi Niar hanya tinggal membeli kebutuhan Niar yang lain. Jadi ibu simpan aja uangnya, mungkin nanti Bapak dan Ibu butuh sesuatu jadi uangnya bisa digunakan.
bu Nur dan pak Maulana pun berterima kasih kepada Niar. "makasih Nak" ucap Bu Nur, Pak Maulana pun menimpali perkataan istrinya.
"Makasih Niar, kamu sudah mau membantu biaya kuliah adikmu dan kamu juga masih menyisihkan gajimu untuk kebutuhan Bapak dan Ibumu."
" iya Pak, Bu. uang itu tak seberapa dibandingkan dengan kasih sayang Ibu dan Bapak kepada Niar, saat Niar masih kecil sampai sekarang Bapak dan Ibu selalu sayang sama Niar." jawab Niar.
uang pecahan seratus ribuan berjumlah lima lembar pun Niar serahkan kepada Nabila adiknya untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya, karena untuk biaya kuliah Nabila tidak usan membayar karena dia mendapat bea siswa. Nabila dulu sempat berpikir untuk tidak mengambil bea siswa tersebut karena utuk kebutuhan membeli buku kuliah dan lainnya dia mendapat uang darimana? sedangkan Nabila tidak mau membebani orang tuanya untuk kebutuhan kuliahnya. Namun Niar sang kakak menyuruh Nabila untuk mengambil bea siswa kuliah tersebut, dan akan membantu untuk memenuhi kebutuhan kuliah lainnya, ahirnya Nabila pun mengambil bea siswa kuliah tersebut.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06:15 pagi, Niar pun berpamitan kepada kedua orang tuanya dan juga adiknya untuk berangkat bekerja. "Pak, Bu. Niar berangkat kerja dulu ya? Ibu dan Bapak jaga kesehatan." pamit Niar sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya secara bergantian. "Iya nak hati-hati dijalan, jangan lupa beri kabar kalau sudah sampai." jawab pak maulana sambil mengelus kepala putrinya yang tertutup jilbab.
"jaga diri baik-baik, jangan sampai tinggalkan solat" pesan Bu Nur kepada Niar sambil memeluknya, Niar pun berpamitan kepada adiknya.
"Dek, mbak berangkat ya? kamu yang rajin belajarnya.! jangan kecewain Ibu dan Bapak." ucap Niar sambil memeluk adiknya.
"Iya mba, jaga kesehatan, Nabila sayang sama Mbak Niar, makasih Mbak Niar sudah bantu kebutuhan Nabila untuk kuliah." jawab Nabila sambil mengurai pelukannya terhada Niar
"Iya sama-sama Dek, itu sudah jadi tugas Mbak." jawab Niar.
Niar pun segera beranjak pergi untuk bekerja
"Niar berangkat kerja ya? Assalamualaikum. daaahhhh" pamit n
Niar.
"Iya hati-hati.Waalaikumsalam. Daahh" jawab Bapak, Ibu dan Nabila serentak.
Niar pun bejalan kearah jalan raya yang berjarak kurang lebih 500m dari rumahnya untuk menaiki bis menuju kota S, jarak desa Niar kekota S kurang lebih memakan waktu satu jam perjalanan. Niar pun berjalan secara perlahan, dengan sesekali menyapa penduduk desa yang berpapasan dengannya, senyum ramah selalu Niar tunjukkan saat dia berjumpa dengan tetangganya.
"Mau berangkat ke kota Niar" sapa seorang ibu-ibu tetangga Niar yang kebetulan berpapasan dengan Niar.
"Iya bu Siti, mau berangkat kerja." jawab Niar dengan ramahnya
"Dari mana Bu Siti?" tanya balik Niar kepada Bu Siti tetangganya tersebut.
"Habis belanja dari pasar buat jualan nanti. mari Niar?!" jawab Bu Siti seraya pamit berjalan menjauh berlawanan arah dengan Niar.
"Silahkan Bu Siti." Ucap Niar mempersilahkan bu Siti lewat dengan senyum ramahnya. Niar dan Bu Siti pun melanjutkan langkah tujuan masing-masing.
ma'af jika ada bayak typo, ini karya pertama saya, mohon dukung saya untuk terus berkarya,. Terimakasih.l
Niar sudah duduk di dalam bus yang melaju secara perlahan, tak lama bus kembali berhinti untuk mengangkut penumpang yang ingin ke kota.
"Ma'af Mbak saya boleh duduk disini?" Tanya gadis cantik berjilbab biru muda yang ingi duduk di sebelah Niar.
"Silahkan dek duduk saja." Jawab Niar.
"Kalau boleh tau nama Mbak siapa?" tanya gadis berjilbab biru muda itu.
" Nama aku Niar Maulida, panggil saja mbak Niar, namamu siapa Dek?" Tanya balik Niar.
"Nama aku Ayu putri Agustin, panggil saja Putri, Mbak." Jawab Putri sambil tersenyum.
"Dek Putri tinggal dimana?" Tanya Niar.
"Aku tinggal di kota S Mbak, di perumahan kencana, jalan Mawar." Jawab putri.
"Oh, kok tadi mba lihat kamu naik dari kecamatan Suka Asih?." Niar kembali bertanya.
"Iya Mbak, tadi dari rumah nenek dan kakek, habis menginap disana, sambil liburan akhir pekan. Mbak Niar mau kemana?" Tanya balik Putri kepada Niar.
"Aku mau ke kota S, mau kerja di butik Bu Andini, aku kerja sebagai penjahit disana." Jawab Niar
" owh Mbak kerja di butiknya tante Andini! Mama juga sering belanja di butik Tante Andini, gamis dan gaunnya bagus-bagus." Ungkap Putri yang ternyata juga tau butik bu Andini dan mengenal bu Andini.
Obrolan mereka pun terhenti, karena mereka sibuk dan tenggelam dengan pikiran masing masing. Niar teringat tentang mimpinya yang ingin menjadi seorang disainer hebat, seperti Ibu Andini yang pandai membuat gaun-gaun indah, serta gamis-gamis syar'i yang mampu membuat pemakainya terlihat anggun dalam balutan busana tertutup yang indah menawan namun tak menunjukkan lekuk indah badan pemakainya. Niar ingin suatu saat dia juga bisa membuat gaun indah untuk dia pakai dihari sepesialnya, hari dimana dia akan dipersunting kekasih halalnya kelak, meski disaat ini dia belom memiliki calon pendamping, karena Niar masih fokus dengan pendidikan Adiknya di perguruan tinggi. Niar sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan memikirkan tentang kebahagiaannya sebelum sang adiknya Nabila selesai menempuh pendidikan setrata satunya, baru lah dia akan memikirkan pendamping hidup.
Mimpi semua orang pasti memiliki mimpi yang ingin diwujudkan, sebuah mimpi yang menjadi alasan untuk seseorang bersemangat dalam menjalani hidup, begitu pun Niar, dia juga mempunyai mimpi, dari mimpinya terkecil yang ingin bisa membuat busana seragam untuk dipakai keluarganya pada acara wisuda Adiknya Nabila kelak, sampai mimpi terbesarnya untuk mengadakan acara fasion show busana rancangannya sendiri pada suatu hari nanti, semoga Allah subhanahu wataala mewujudkan mimpi Niar kelak, itulah mimpi yang selalu menghiasi malam Niar, dan salah satu do'a yang Niar panjatkan disetiap seper tiga ahir waktu malam setiap kali Niar bersujud. yah meskipun Niar bukan anak seorang ustadz, atau pun Niar juga bukan lulusan sebuah pondok pesantren, namun Niar dalam beribadah cukup taat, bahkan dia sering bangun untuk solat tahajud pada seper tiga waktu akhir dimalam hari.
Orang tua Niar, pak Maulana dan bu Nur selalu berpesa kepada kedua anaknya, "meski pun kita tidak mendapatkan pendidikan pesantren, namun jagan sampai kita minim dengan agama, karena ilmu kita bisa dapatkan dari mana saja, dan iman harus kita tanamkan dalam hati, dan bisa kita pupuk serta kita wujudkan dalam amal sholeh." itulah pesan Pak Maulana kepada dirinya sendiri, istri serta kedua putrinya, untuk rajin beribadah dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada sang penciptaNya.
"Mbak Niar?" Pangilan dari Putri menyadarkan Niar dari lamunannya tentang semua mimpi dan cita-citanya.
"Eh, iya putri ada apa?" Jawab Niar.
"Mbak Niar nanti naik apa dari terminal ke butik?" Tanya putri.
"Mungkin mbak nanti naik angkot, atau gak naik ojek sampai ke butik." Jawab Niar ke Putri.
"Mbak nanti bareng aku aja ke butiknya? Kebetulan mas Ifan mau jemput, kan butiknya searah sama jalan ke rumah aku Mbak!." Tawar putri memberi tumpangan ke Niar.
"Gak usah Putri, nanti malah mbak merepotkan kamu dan Mas Ifan kamu." Jawab Niar menolak ajakan Putri.
"Tidak merepotkan Mbak, lagian kan searah, biar Mas Ifan juga gak ngejailin aku, Mas Ifan suka rese kalo beberapa hari gak ketemu aku, mau ya mba bareng kami kebutiknya, ya? ya.. aku mohon." Melas Putri memohon kepada Niar agar mau diantar ke butik.
"Baik lah mbak mau ke butik sama Kamu dan mas ifan Kamu." Pasrah Niar menerima ajakan putri.
"Makasih Mbak, suddah mau bareng sama aku." girang Putri karena Niar mau ke butik bersamanya.
Beberapa menit kemudian Niar dan putri telah sampai di terminal kota S, mereka pun segera bergegas turun dari bus yang mereka tumpangi.
"Sudah sampai terminal, yuk kita turun Putri!." Niar mengajak Putri untuk segera turun dari bus.
"Ayo Mbak, Kita turun." Putri pun mengaku iyakan ajakan Niar dan segera turun dari bus.
Setelah turun dari bus Niar dan putri segera menuju pintu keluar terminal, Putri mencoba untuk menghubungi kakaknya, Mas Ifan.
"Tut, tut-tut" suara sambungan telepon dari Putri yang sedang menghubungi Mas Ifan, tak lama kemudian sambungan telepon pun diangkat oleh Mas Ifan.
" Hallo, assalamualaikum Dek." jawab mas Ifan
"waalaikumsalam mas, aku sudah di depan terminal ni, Mas Ifan sudah sampai mana?" Putri menanyakan posisi masnya.
"Bentar lagi mas sampai Dek, Kamu tunggu aja di dekat gerbang terminal." jawab Ifan
"Iya Mas, Mas hati-hati ya?! aku tunggu. Assalamualaikum."
"Iya, waalaikumsalam." jawab Ifan mengakhiri sambungan telepon.
Putri dan Niar pun akhirnya menunggu sambil duduk di bangku trotoar dekat dengan gerbang terminal,
"kita tunggu sebentar ya Mbak Niar?!, Mas Ifan masih di jalan sebentar lagi dia sampai, gak papa kan Mbak nunggu sebentar?" Tanya Putri tak enak karena mereka harus menunggu Mas Ifan.
"Iya gak apa-apa, lagi pula juga baru setengah delapan kurang, perjalanan dari terminal ke butik juga gak lebih dari lima belas menit, kamu gak usah gak enak, mbak gak akan telat kok, insyaallah." Jawab Niar.
Putri pun merasa lega setelah mendapat jawaban dari Niar, tak berapa lama datanglah mobil sedan hitam yang datang menghampiri mereka, mereka pun segera beranjak dari duduknya untuk mendekat ke mobil tersebut, dan disaat mereka sampai di samping mobil tersebut, turun lah sesosok lelaki tampan degan kemeja berwarna biru tua, yang lengan panjangnya digulung sampai siku, yang membuat pemuda itu terlihat lebih tampan dan keren.
"Ma'af ya Dek?, Mas Ifan telat, karena tadi sekalian antar Mama dulu ke pasaran." ucap Ifan begitu sampai didepan adiknya, Putri.
"Iya Mas, gak apa-apa kok, lagi pula aku juga gak nunggu terlalu lama." Jawab Putri seraya tersenyum kepada kakaknya.
"Mas kenalin! ini Mbak Niar!" Ucap Putri memperkenalkan Niar kepada Ifan.
Ifan pun langsung mengalihkan pandangan kepada gadis disebelah adiknya, Ifan pun kaget setelah melihat gadis tersebut seraya berkata "Kamu?!" 😊
Ifan pun langsung mengalihkan pandangan kepada gadis disebelah adiknya, Ifan pun kaget setelah melihat gadis tersebut seraya berkata "Kamu?!"
"Mas yang waktu itu kan?" Jawab Niar tak kalah kaget.
"Mba Niar dan mas Ifan sudah saling kenal?" Tanya putri dengan kebingungan
flashback Niar dan mas Ifan
Tepat nya kemarin lusa pada Sabtu sore hari, saat Niar berada di warung lesehan dekat terminal, dia sedang membeli bebek bakar untuk oleh oleh kedua orang tuanya dan juga adiknya, dia melihat seorang pemuda yang sedang kebingungan karena tidak membawa dompet, sedangkan pemuda itu harus membayar bebek bakar yang sudah dipesannya.
"Mas pesanannya dua porsi bebek bakar, semuanya empat puluh ribu." Kata pelayan warung kepada pemuda itu.
"Iya mas sebentar." Jawab pemuda itu seraya mencari dompet di saku celananya, namun dia tidak mendapati dompet disaku celananya.
"Kenapa mas kok kayak bingung gitu?" Tanya mas pelayan warung ke pemuda tersebut.
"Dompet saya kayaknya ketinggalan deh, gimana nih?!" ucap pemuda itu dengan kebingungan
"Mas gimana kalau saya tinggal jam tangan saya, nanti atau enggak besok saya akan balik untuk bayar dan ambil jam saya." Pemuda itu pun melepas jam tangannya.
"Mba ini pesanannya, empat porsi bebek bakar, semuanya delapan puluh ribu." Ucap mba pelayan kepada Niar.
"Ma'af mas gak bisa, saya gak berani mengambil jamnya mas sebagai jaminan." Tolak karyawan laki-laki tersebut saat pemuda itu menyodorkan jam tangannya.
Niar yang melihat kejadian tersebut pun ikut memperhatikan, dengan maksud yang baik tanpa berniat sombong, akhirnya Niar pun berniat untuk membayar pesanan pemuda tersebut.
"Ma'af mas bukan bermaksud lancang, gimana kalau pesanan masnya biar sekalian saya yang bayar, soalnya masnya kelihatan kebingungan dompetnya tidak ada." Ucap Niar kepada pelayan dan pemuda tersebut
"Ma'af mba tidak usah, nanti malah merepotkan." Jawab pemuda itu sungkan.
"Gak apa apa kok mas, lagian kita sesama manusia kan harus saling membantu, dari pada masnya dan mas pelayannya kebingungan karena masnya gak bisa bayar karena dompetnya ketinggalan?!" Tawar Niar kembali untuk membayarkan pesanan pemuda tersebut.
"Berapa mas jadinya pesanan saya dan masnya ini?" Tanya Niar kepada pelayan didepannya.
"Jadi semuanya enam porsi bebek bakar, harganya jadi seratus dua puluh ribu mba." Jawab pelayan memberi tahu jumlah uang yang harus Niar bayar untuk pesanannya dan juga pesanan pemuda tersebut.
"Ini mas uangnya." jawab Niar dengan menyerahkan selembar uang pecahan seratus ribu dan dua puluh ribu kepada mas pelayan tadi.
"Makasih mba" jawab pelayan tersebut seraya menerima uang yang diberikan Niar.
pemuda yang kelupaan membawa dompet tersebut pun tersenyum kepada Niar seraya berkata. "Terimakasih mba, ma'af merepotkan, nanti insyaallah saya ganti uangnya."
"Iya mas sama, sama sekali tidak merepotkan, ma'af mas saya harus segera pergi, takut ketinggalan bus." jawab Niar seraya pergi dari hadapan pemuda tersebut.
"Mba gimana nanti saya ganti uangnya?" teriak pemuda tersebut kepada Niar yang sudah berlari kecil menuju arah terminal.
"Tidak usah diganti mas uangnya." Teriak kembali niat kepada pemuda tersebut dengan senyum manisnya.
flashback off
"Oohh begitu ceritanya mas!." Ucap Putri dengan antusiasnya setelah mendengar cerita pertemuan mas Ifan dengan mba Niar.
"Ma'af nama mbanya siapa? dari tadi kita belom kenalan." Ucap Ifan seraya tersenyum melirik ke kaca spion yang mengarah dibagian belakang kemudi.
"Nama saya Niar Maulida mas, panggil saja Niar. kalau mas namanya siapa?" Tanya balik Niar seraya tersenyum kearah depan.
"Saya Muhammad Ifan Akbar, panggil saja Ifan." Jawab Ifan memperkenalkan dirinya.
"Mas Ifan jangan lupa berhenti di butik Andini." ucap Putri, untuk mengingatkan Ifan untuk mengantar Niar keburukan Andini.
"Iya cerewet, mas belom pikun, mas ingat kalo harus antar Niar ke butik Andini." jawab Ifan sambil mengusap kepala adiknya yang tertutup jilbab.
Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai di depan butik Andini, Ifan pun segera menghentikan laju mobilnya. Niar yang sudah tahu jika mereka telah sampai tujuan pun bergegas untuk turun dari mobil yang ditumpanginya, tak lupa Niar mengucapkan terima kasih kepada adik kakak yang telah memberikan dia tumpangan dari terminal sampai ke butik busana Andini.
"Putri, mas Ifan. terimakasih atas tumpangannya, ma'af sudah merepotkan." ucap Niar kepada Putri dan Ifan.
"Iya sama sama mba, tidak merepotkan kok." jawab putri seraya tersenyum.
"Sama sekali tidak merepotkan kok Niar, kan kita memang harus saling menolong, kamu kemarin juga sudah menolong ku." jawab Ifan tak kalah ramah dari Putri.
"Ya sudah kalau begitu, sekali lagi terimakasih tumpangannya, assalamualaikum. ucap Niar bernjak turun dari mobil tersebut.
"waalaikumsalam." jawab serentak Kaka k beradik tersebut.
Niar pun segera menuju ke bangunan rumah dibelakang butik bu Andini, untuk bersiap-siap bekerja, begitu sampai di dalam rumah tersebut dia segera menaruh tasnya di dalam kamar yang dia tempati bersama karyawan lainnya. waktu baru menunjukan pukul 07:45 yang artinya Niar masih punya waktu lima belas menit untuk istirahat, Niar pun akhirnya memilih untuk membagikan kue yang dia buat semalam dengan ibunya, sebagai oleh-oleh untuk teman kerjanya, dan sebagian lagi akan dia berikan untuk Bu Andini, karena kebetulan cucu Bu Andini sangat senang dengan kue tradisional buatan Niar, cucu Bu Andini selalu senang setiap kali Niar kembali dari desanya dan membawakan dia oleh-oleh kue tradisional, apa lagi kali ini Niar membuat kue putu ayu. kue yang paling disukai Kamila Arsna Khumaira, atau yang akrab dipanggil Kamila, putri tunggal dari anak kedua Bu Andini yaitu mas Arsyil Fatih putra dengan mba Nara Sabrina. gadis cantik berusia kurang dari tiga tahun itu selalu bertanya kepada neneknya, kapan Niar akan membawakan dia oleh-oleh kue tradisional dari desanya.
menurut Kamila kue buatan Niar dan Bu Nur adalah kue yang sangat enak, dan Kamila sangat menyukainya, bahkan Kamila kadang harus merepotkan Niar disela jam kerjanya untuk membuatkan gadis kecil yang cantik nan lincah itu kue, Niar pun dengan senang hati membuatkan kue untuk Kamila, meskipun hanya kue tradisional yang sederhana, namun kue buatan Niar mampu membuat Kamila memakannya dengan lahap. Niar kadang membuatkan kue dadar gulung, kue lapis, kue bolu kukus, kue putri ayu, kadang juga pisang goreng keju, kue yang dibuat Niar tergantung dengan bahan yang tersedia ditempat kerjanya. Niar terkadang harus pergi berbelanja bahan kue kepasar, saat Kamila memintanya membuat kue dan ternyata bahan persediaan kue habis. Bu Andini memang menyediakan dapur dan bahan makanan untuk karyawan, karena saat hari Minggu mereka yang tidak pulang ke rumahnya akan menginap ditempat kerja, dan biasanya mereka suka memasak dan membuat kue untuk mereka makan bersama-sama, dan yang paling sering memasak dan m3mbuat kue tentunya adalah Niar, teman-temannya pun dengan senang hati membantu Niar saat memasak, karena memasak dan membuat kue adalah salah satu hobi Niar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!