Tap .... Tap .... Tap.
Langkah tergesa-gesa seorang wanita cantik bernama Elsa menuju lokasi syuting. Elsa Birdella seorang model terkenal sekaligus artis yang sedang naik daun. Elsa berusia 25 tahun. Ia memiliki paras yang cantik, tubuh langsing dan tinggi yang mampu menyihir siapapun.
Bruukkk.
Seorang anak perempuan berumur tujuh tahun tidak sengaja ditabrak Elsa yang terburu-buru. Lokasi syuting yang tepatnya di desa terpencil juga yang tepatnya di sebuah tempat wisata perbukitan membuat Elsa terlambat.
Hiks ... hiks.
Gadis kecil itu menangis karena ice cream yang dipegangnya jatuh ke tanah, sesaat menempel dan mengotori baju Elsa.
"Kau tidak tahu berapa harga gaunku!' bentak Elsa yang langsung membuat gadi kecil itu semakin menangis keras.
"Oh my God."
Bukannya menenangkan gadis kecil itu Elsa malah memijat pelipisnya yang tegang karena amarahnya. Sementara gadis kecil itu terus menangis dengan keras.
"Hei diam!" bentak Elsa lagi.
Tiba-tiba seorang wanita menghampiri gadis kecil itu yang tidak lain adalah ibunya nya.
"Diam sayang jangan menangis lagi." Wanita itu mencoba menenangkan putrinya dengan memeluknya sementara gadis kecil itu terus terisak sambil menunjuk ice creamnya yang sudah mencair di tanah. Bukan bentakan yang membuat gadis kecil itu menangis melainkan ice cream yang belum sempat dinikmatinya kini malah tidak akan pernah bisa nikmati.
"Dasar miskin," hina Elsa. Melihat adegan mengharukan di depannya, sudah dipastikan dari penampilan mereka adalah orang-orang miskin.
Ibu gadis kecil itu meradang melihat putrinya dibentak-bentak padahal jelas-jelas wanita sombong itu yang menabraknya.
"Kau yang salah kenapa malah membentak putriku!" balas Ibu gadis kecil itu dengan suara lantang.
"Hei kau, tahu berapa harga gaunku ini. Kau lihat aku rugi karena ulahnya!" tunjuk Elsa dengan sinis.
"Kau ini bukannya Elsa artis terkenal itu yang pasti mampu membeli sepuluh baju seperti ini, tapi aku butuh beberapa bulan hanya untuk membelikan ice cream seperti ini!" Ibu anak itu menatap sendu ice cream yang sudah meleleh itu.
Elsa yang geram menginjak ice cream yang sudah meleleh itu dengan tertawa puas lalu melangkah pergi meninggalkan wanita dan anaknya itu.
"Hei kau wanita sombong, aku berdoa untukmu agar kelak kau memiliki nasib yang sama denganku!" Sumpah serapah wanita itu dengan sombong Elsa.
Jgeeerrrr.
Tiba-tiba terdengar petir yang cukup keras, padahal saat itu cuaca sangat terik.
"Kenapa tiba-tiba ada petir?" Elsa menghentikan langkahnya sesaat terkejut dengan suara petir yang begitu keras itu.
"Orang bilang sumpah serapah jika dibarengi dengan petir artinya akan segera terkabul," jawab manager Elsa.
"Itu takhayul, jika itu benar semua orang pasti senang mengucap sumpah serapah demi mengabulkan permintaan," ucap enteng Elsa.
Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju lokasi syuting.
.
.
Syuting sudah berlangsung selama 5 jam dan akhirnya harus dihentikan karena hujan deras.
Semua Kru juga Artis yang mengambil scene hari ini satu persatu meninggalkan tempat itu tidak terkecuali Elsa.
Perjalanan pulang itu pun Elsa kembali lalui. Tanpa disangka-sangka, Ia kembali berpapasan dengan gadis kecil yang ditabraknya tadi. Gadis kecil itu begitu polos dan riangnya bermain dibawah rintik hujan di depan rumahnya.
"Kau lihat betapa lucunya anak itu, anak yang tadi menabrakmu," ucap Manager Elsa.
Elsa yang tadinya fokus ke Tab nya beralih menatap anak itu yang sudah terlalui mobilnya namun Elsa dapat melihatnya sekilas.
"Hah anak itu, anak pembawa sial. Dimana-mana anak kecil selalu berbuat ulah, benar-benar menyebalkan kenapa harus ada anak kecil di dunia ini!" Elsa menatap sinis anak itu lalu kembali ke Tab nya.
"Memangnya kau dulu bukan anak kecil dan kelak kau juga akan punya anak kecil." Manager Elsa hanya menggeleng dengan sikap Elsa.
Sejak lama Elsa memang tidak menyukai anak kecil. Bertemu anak kecil baginya hanya sebuah kesialan. Bagaimana tidak, Ia pernah dikencingi anak dari adiknya saat dipaksa menggendongnya, pernah dijambak oleh anak dari sahabatnya bahkan saat acara makan, makanannya ditumpahkan anak kecil hingga membuatnya sangat membenci anak-anak. Baginya anak-anak hanya membuat onar.
"Kau tidak boleh berkata seperti itu, bagaimana jika Tuhan marah dan menghukum mu," tutur Manager Elsa.
"Tuhan siapa itu, aku hidup dengan kerja keras dan usahaku sendiri bukan bantuan Tuhan!" Lagi-lagi Elsa mengucapkan ucapan menghinanya dan bahkan pada sang pencipta alam ini.
Hujan semakin deras ditambah petir yang bersahutan. Jarak pandang pun semakin sedikit ditambah jalanan perbukitan dengan tanjakan dan turunan tajam. Tiba-tiba sopirnya mengerem mendadak membuat Elsa sampai terhentak begitu keras.
"Hei kau sudah bosan bekerja!" bentak Elsa.
"Maaf Nona." Sopir itu menunduk merasa bersalah.
"Jika masih ingin bekerja maka bekerja dengan benar!" bentak Elsa lagi.
Sopir itu hanya menunduk lalu kembali melajukan mobilnya. Lima menit berkendara semua baik-baik saja namun setelah itu sebuah mobil besar tepatnya sebuah truk memakan sebagian jalan hingga menyisakan space yang sempit membuat sopir Elsa membanting setir ke kiri sementara mobil dalam kondisi kecepatan tinggi ditambah kabur serta hujan deras.
Brakkkkkkkk.
Suara keras saat mobil itu menabrak pembatas jalan begitu keras hingga akhirnya terjun bebas ke jurang.
…
Sementara di mansion cukup mewah. Seorang wanita paruh baya membawa piring yang sudah berisi masakan kesukaan putrinya. Agatha Hoover, mommy dari Elsa Birdella Hoover.
"Putriku pasti makan dengan lahap." Agatha berdecak bahagia menatap makanan kesukaan Elsa ditangannya. Ia membawa menu terakhir yang dimasaknya ke meja makan. Belum juga sampai di meja makan.
Praanng.
Piring tiba-tiba jatuh membuat makanan itu bertebaran ke lantai.
"Nyonya anda baik-baik saja." Kepala pelayan mendekat menatap Agatha dari ujung rambut hingga ujung kaki. Namun Agatha hanya terdiam mematung di tempatnya.
"Nyonya!" sentak kepala pelayan itu.
"Hah ... hah ...." Agatha tiba-tiba merasakan tercekik di lehernya hingga membuatnya sesak. Air matanya juga tiba-tiba menitik deras hingga membuatnya meraung.
"Elsa!" pekiknya dengan suara melengking. Wanita paruh baya itu berlari keluar dari mansion itu menatap hujan yang masih turun dengan derasnya.
"Ada apa Nyonya?" Kepala pelayan itu mengekor di belakang Agatha dengan tatapan bingung.
"Elsa. Elsa!" pekiknya. Mencengkram bahu kepala pelayan itu dan menggoyangkan tubuhnya. Sangat terlihat raut kecemasan juga kesedihan dari wanita paruh baya itu.
"Cepat hubungi Elsa!" perintah Agatha.
Kepala pelayan wanita itu akhirnya masuk ke dalam rumah dan segera menghubungi Elsa namun sayang beberapa kali menghubungi ponsel Elsa tidak aktif.
Baru beberapa saat menutup telepon yang tidak tersambung itu tiba-tiba telepon kembali berdenging.
"Itu pasti Elsa." Agatha yang baru saja masuk berdecak senang ketika teleponnya berdering berharap Elsa yang menghubunginya. Agatha antusias menjawab telepon itu.
"Kediaman keluarga Elsa Hoover." ~ Suara dari seberang telepon.
"Betul ini saya Mommy Elsa, ini dari mana?" ~ Agatha
"Dari kepolisian menginformasikan mobil yang ditumpangi Elsa Hoover mengalami kecelakaan dan dipastikan seluruh penumpang tidak selamat karena mobil masuk jurang." ~ Polisi.
"Apa? Elsa!" pekik Agatha kembali meraung dengan suara melengking hingga akhirnya pingsan tidak sadarkan diri.
BERSAMBUNG.
Di tempat yang sangat gelap Elsa berdiri dengan badan berlumuran lumpur yang sangat berbau. Tempat itu sangat gelap hingga tidak melihat apapun di sana.
"Tolong. Tolong!" pekik Elsa. Ia begitu ketakutan karena di tempat yang gelap itu hanya ada dia seorang diri.
Tiba-tiba cahaya putih mendekat, Kakek tua yang bercahaya membuat kegelapan itu menjadi terang.
"Kau siapa, dimana aku?" tanya Elsa.
(Aku hanyalah utusan untuk memberimu pilihan)
"Kenapa aku harus memilih cepat lepas kan, aku ingin pulang!" tegas Elsa.
(Kau sudah meninggal dan tugasku disini untuk memberimu pilihan. Kau ingin langsung ke neraka atau reinkarnasi untuk menebus dosa-dosa mu yang lalu?)
"Meninggal, aku sudah meninggal Tidak mungkin!" pekik Elsa dengan suara melengking.
(Kau harus memilih jika tidak kau akan jatuh ke bawah sana)
Saat itu Elsa tiba-tiba sudah berdiri di jembatan kecil dengan sungai lahar di bawahnya. Dipastikan tubuhnya akan melebur jika jatuh ke bawah sana.
"Aku mau reinkarnasi," pilih Elsa dengan cepat.
(Kau tebus dosa-dosa mu di masa lalu. Lahirlah menjadi manusia yang baru!)
...
Elsa membuka matanya sembari mengingat kejadian yang baru saja terjadi dimana Ia berada di tempat yang gelap dan berbicara dengan seorang yang begitu bercahaya.
"Itu bukan manusia karena dia bilang aku sudah meninggal," gumam Elsa. Ia melihat sekeliling yang seperti di ruangan rumah sakit.
"Ahh." Elsa kesakitan memegang kepalanya yang diperban.
"Aku merasakan sakit, berarti aku di dunia. Syukurlah aku hanya mimpi." Elsa berdecak senang langsung beranjak dari ranjangnya.
"Ibu sudah sadar?" Tiba-tiba anak perempuan berumur 7 tahun mendekat. Anak itu adalah anak kecil yang pernah menabrak dan mengotori bajunya dengan ice cream.
"Kau kenapa memanggilku Ibu!" sentak Elsa memberi tanda pada anak itu untuk tidak mendekat karena saat itu anak kecil itu ingin memeluknya.
"Aku Kiara anak Ibu," jelas anak kecil itu. Ia mendekat lalu memeluk Elsa.
"Aku saja belum menikah bagaimana punya anak sepertimu dan jika aku menikah pun tidak ingin memiliki anak sepertimu." Elsa menatap hina anak kecil yang bernama Kiara itu.
Kembali Elsa mengingat kejadian yang seperti mimpi tadi. Seperti yang pak tua itu katakan Ia sudah meninggal dan memberinya pilihan untuk masuk ke neraka atau lahir kembali untuk menebus dosa-dosanya.
"Mungkinkah ini wujud diriku setelah lahir kembali?" gumam Elsa. ia bangkit mendekat ke cermin. Ada rasa ketakutan pada dirinya untuk melihat wajahnya di cermin namun Elsa memberanikan diri.
Sosok wajah kusam, tubuh kurus yang kini terpantul di depan cermin. Sosok wanita yang tidak lain ibu dari Kiara yang juga berdebat dengannya.
"Oh tidak!" pekik Elsa. Ia benar-benar lahir menjadi wanita yang Ia hina bukan kembali ke tubuh lamanya.
"Ibu, apa Ibu sakit?" Kiara kembali memeluk tubuh Elsa namun dengan cepat Elsa mendorongnya.
"Kau pasti yang membuatku jadi sial hingga aku terlahir menjadi ibumu!" bentak Elsa. Ia berlari meninggalkan rumah sakit itu lalu menghentikan angkutan umum dan segera naik.
Ya, Elsa masih berpikir Ia bisa menjadi dirinya sebelumnya dengan kembali ke mansionnya
"Mommy, Daddy pasti percaya penjelasanku jika aku menjelaskan pada mereka," gumam Elsa. Ia yakin orang tuanya pasti akan menerimanya kembali walau dengan wujud berbeda.
Semua penumpang di angkot itu menatapnya dengan tatapan aneh. Ya saat itu Elsa berpakaian baju rumah sakit serta luka perban di kepala.
"Pak sopir turunkan wanita sakit ini!" perintah seorang penumpang.
"Hei kau, kau tidak tahu aku ini Elsa Hoover artis dan model terkenal. Aku akan tuntut kau karena berani menatapku dengan tatapan seperti itu!" balas Elsa penuh emosi saat semua orang menatapnya dengan tatapan aneh.
Bukannya takut beberapa orang itu malah tertawa terbahak-bahak dengan ucapan Elsa yang menurut mereka sedang membual.
"Wanita gila bisa-bisanya mengaku Elsa Hoover atau jangan-jangan dia wanita gila yang kabur dari rumah sakit jiwa jelas-jelas Elsa Hoover sudah meninggal. Hahaha." Seorang wanita menghina juga menertawakan Elsa.
Akhirnya Elsa diturunkan dengan paksa oleh sopir itu. Ya mereka menganggap dirinya gila.
Elsa melangkah menyusuri jalanan itu dengan pikiran linglung nya.
"Jadi benar aku sudah meninggal dan lahir kembali di tubuhku yang baru ini. Aku wanita miskin, aku lahir menjadi wanita miskin!" Elsa menatap nanar tubuhnya sendiri dengan air mata menitik.
{Sistem On. Selamat datang di sistem kebaikan, Nyonya Elisa}
"Siapa kau?" Elsa menatap sekelilingnya namun tidak ada siapapun karena jelas-jelas ada suara di kepalanya tadi.
{Saya sistem yang ditanamkan pada diri anda saat anda dilahirkan kembali. Tugas saya membantu anda menjadi orang baik untuk menebus dosa-dosa anda}
Elsa memukul kepalanya berpikir semua yang didengarnya adalah halusinasinya saja.
"Aku pasti sudah gila!" Elsa kembali memukul kepalanya lebih keras. "Pasti suara itu tidak akan ada lagi." Elsa meyakinkan dirinya bahwa dia sudah sepenuhnya sadar.
{Izinkan saya membantu anda, Nyonya Elisa}
Suara itu kembali terdengar di kepala Elsa. Elsa menghentikan langkahnya dan mencerna apa yang terjadi.
"Mungkinkah kau sistem seperti pada game?" Elsa akhirnya sedikit demi sedikit mempercayai semua yang didengarnya adalah nyata.
{Betul Nyonya. Ucapkan STATUS jika Anda ingin melihat status anda}
"STATUS!" ucap Elsa
Tiba-tiba muncul panel di penglihatan Elsa. Beberapa kali mengerjap namun panel itu tetap ada menandakan Ia sadar sepenuhnya.
________________________
STATUS
Nama Pengguna : Elisa Putri
Umur : 25 Tahun
Level : 1/10
Saldo : Rp. 200.000
Misi : 0/10
Ketrampilan : 0
Bank : - ( Level 2)
__________________________
"Baiklah apa aku bisa menarik saldo ku untuk kembali?" Elsa bertanya lagi. Ia masih berada di pinggir jalan, memutuskan untuk kembali ke rumahnya lebih dulu untuk melanjutkan sistemnya.
{Tentu Nyonya silahkan tarik saldo anda. Sementara penarikan bisa secara langsung, saldo anda masih rendah. Saat anda naik ke level 2 setelah misi pertama berhasil, otomatis Akun bank anda aktif. Saat ini cukup ucapkan TARIK}
"TARIK," ucap Elsa.
Ting.
Penarikan berhasil.
_________________________
STATUS
Nama Pengguna : Elisa Putri
Umur : 25 Tahun
Level : 1/10
Saldo : Rp. 100. 000.
Misi : 0/10
Ketrampilan : 0
Bank : - ( Level 2 )
__________________________
Elsa yang sedikit banyak tahu tentang sistem mulai mengerti kerjanya. Panel statusnya masih sama hanya saldonya yang berkurang. Ia mengambil selembar uang seratus ribu yang keluar dari panel itu secara otomatis.
"Tutup!" Elsa menutup panel itu. Lalu Ia menghentikan angkot untuk kembali ke rumah sakit.
.
.
Elsa kembali ke rumah sakit, Dokter langsung memeriksa keadaanya. Keadaan Elsa yang sudah sembuh membuatnya diizinkan pulang.
Sesampainya di rumah Elsa melihat sekeliling rumahnya yang begitu menyedihkan. Tidak hanya dari luar tapi di dalamnya pun juga begitu tidak layak disebut rumah.
"Apa kita tinggal disini?" Elsa menatap tidak suka dengan keadaannya saat ini.
"Bagaimana pun juga ini rumah kita Ibu, selama ini kita sudah tinggal disini dan kita bahagia." Kiara menggenggam tangan Elsa sambil tersenyum namun dengan cepat dihempas Elsa.
"Ibu kenapa, apa ibu merasa sakit?" Kiara masih saja sangat perhatian walaupun Elsa menatap tidak suka dan bahkan berlaku kasar padanya.
"Ibu duduklah, Kiara akan ambil kan Ibu minum." Kiara menarik tangan Elsa memintanya untuk duduk namun lagi-lagi tubuh kecilnya dihempas Elsa dengan kasar.
"Menjauh lah dan jangan sebut aku Ibu!" maki Elsa.
"Ibu kenapa, apa ibu sakit?" Kiara masih berpikir perlakuan kasar Ibunya karena masih sakit.
"Hiks ...hiks." Kiara menangis membuat Elsa sakit telinga.
"Baik lah jangan menangis lagi," bujuk Elsa. Ia terpaksa harus bersikap lembut agar Kiara berhenti menangis.
"Ibu aku lapar," rengek Kiara setelah berhenti menangis.
Elsa yang ingin segera membuka sistem itu akhirnya segera memberi Kiara uang agar segera pergi. "Sana beli!" Elsa memberikan selembar uang 10 ribu kepada Kiara.
Kiara berdecak senang. " Terima kasih Ibu." Kembali memeluk Elsa namun kembali didorongnya. Tanpa berlama-lama Kiara tidak memperdulikan sikap aneh Ibunya yang biasanya lembut berubah kasar.
BERSAMBUNG.
Sepeninggalan Kiara, Elsa fokus membuka kembali panel sistem yang ada di kepalanya.
"Sistem Buka!" perintah Elsa.
{Selamat datang di sistem kebaikan, Nyonya Elisa}
"Status!"
__________________________
STATUS
Nama Pengguna : Elisa Putri
Umur : 25 Tahun
Level : 1/10
Saldo : Rp. 100. 000
Misi : 0/10
Ketrampilan : 0
Bank : - ( Level 2)
___________________________
"Sistem jelaskan bagaimana cara kerjamu!" Perintah Elsa lagi.
{Level adalah tingkatan jika ada berhasil menjalankan misi. Saldo akan otomatis bertambah jika anda dapat menyelesaikan misi. Misi anda adalah merawat anak. Misi pertama Anda membeli baju untuk anak dengan imbalan kekayaan sebesar 2 juta}
"Apa merawat anak! Bagaimana aku merawat anak jika aku tidak menyukai anak-anak." Elsa mengacak kasar rambutnya. Hal yang mustahil yang dapat dilakukan karena Ia sangat membenci anak-anak bagaimana Ia merawatnya.
{Jika anda dapat menyelesaikan misi pertama dan misi selanjutnya, sistem akan terus naik level dapat dipastikan anda akan menjadi kaya. Misi pertama dengan level 1, imbalan yang anda akan dapat adalah 2 juta dan untuk level selanjutnya imbalannya adalah kelipatannya}
"Level satu 2 juta lalu kelipatannya 20 juta dan seterusnya," gumam Elsa dalam hati. Ia tidak bisa bayangkan berapa banyak sistem akan memberikan kekayaan padanya jika bisa menyelesaikan misi-misi itu.
"Baiklah aku mengerti. Aku akan jalankan misi pertama tapi bagaimana jika aku gagal dan tidak menyelesaikan misi itu?" tanya Elsa lagi.
{Setiap anda gagal anda akan turun level dengan level dasar level 1. Anda juga dilarang berbuat jahat atau sengaja menyakiti orang lain jika anda melakukan pelanggaran-pelanggaran lebih dari 3 kali, sistem akan otomatis lenyap dari tubuh Anda}
"Baiklah aku mengerti. Sistem tutup!" perintah Elsa. Ia sudah sedikit mengerti cara kerja sistem yang tertanam di kepalanya.
Setelah sistem tertutup Elsa beranjak dari ranjangnya. Kiara yang baru saja dari luar untuk membeli makanan sudah kembali.
"Ibu makan lah bersamaku, Ibu pasti lapar." Kiara menarik tangan Elsa mengajaknya duduk. Setelah keduanya duduk Kiara membuka bungkusan nasi yang hanya ada satu bungkus.
Saat bungkusan itu terbuka berisi nasi telur juga sayur.
"Makan Bu." Kiara menyuapkan sesendok nasi pada Elsa.
"Aku tidak lapar. Ternyata anak ini baik buktinya walaupun sangat lapar tapi Ia terlebih dulu memberikan suapan pertama padaku." Elsa memilih mengucapkan kalimat terakhirnya dalam hati.
"Ayolah Ibu, bukannya kita selalu makan dengan cara seperti ini. Aku bahagia ibu sadar jika tidak aku akan hidup dengan siapa lagi hanya Ibu yang Kiara miliki." Kiara menatap nanar wajah Elsa seakan menggambarkan bagaimana sedihnya jika dirinya tidak bangun.
Elsa akhirnya menerima suapan pertama dari Kiara lalu mengambil sendok itu dan menyendok makanan yang langsung diarahkan tepat di depan mulut Kiara. Keduanya akhirnya makan dengan cara saling menyuapi. Sungguh kebahagiaan yang sederhana namun begitu terasa terutama bagi Elsa. Pertama kalinya Ia terharu dengan kebaikan yang diberikan seseorang padanya dengan tulus. Kebaikan itu diberikan dari seorang anak kecil yang menurutnya selama ini anak kecil hanya pembuat onar dan sial saja.
"Baiklah Kiara bisa ceritakan apa yang terjadi padaku, kenapa aku bisa pingsan?" Elsa berusaha mencari tahu apa yang terjadi sebelum Ia menjadi wanita yang kini berstatus ibu dari Kiara.
"Ibu kecelakaan karena berusaha menyelamatkan aku yang hampir ditabrak mobil. Untungnya Ibu sekarang baik-baik saja tapi sebenarnya ...." Kiara tidak meneruskan kata-katanya dan terlihat termenung
"Sebenarnya apa?" desak Elsa.
"Tidak, aku hanya senang Ibu bisa kembali bersamaku." Kiara lebih mementingkan saat ini Ia kembali bersama Ibunya daripada menceritakan kejadian yang sebenarnya memilukan saat kembali mengingatnya. Saat kecelakaan itu Elisa mengeluarkan banyak darah di kepala dan saat tiba di rumah sakit Dokter mengatakan jika Ia sudah meninggal namun keajaiban itu datang detak jantung Elisa yang sempat berhenti kembali berdetak.
"Maafkan aku, Kiara. Aku hanya masih sakit. Oh iya apa kita tinggal berdua, dimana ayahmu? Maaf karena kecelakaan itu aku kehilangan ingatan. Aku sama sekali tidak mengingatnya," ucap Elsa.
"Ibu kau pasti sangat kesakitan, maafkan Kiara." Kiara memeluk tubuh Elsa dengan berlinang air mata. "Kita hanya tinggal berdua Bu, hanya Ibu yang Kiara miliki." Kiara terisak-isak dengan ucapannya.
"Ternyata kehidupan mereka begitu menyedihkan dan bahkan aku bukan membantu malah menghina mereka. Mungkin ini karma dari Tuhan yang harus aku terima," gumam Elsa.
Di kehidupan lalu Elsa adalah manusia tersombong. Sejak kecil Elsa tidak pernah merasakan kekurangan karena ia terlahir dari keluarga kaya. Sayangnya kesuksesan dan kekayaannya hanya membuatnya menjadi manusia sombong yang merasa paling tinggi derajatnya hingga menghina orang lain adalah hal biasa. Hal terburuk dalam hidupnya adalah tidak mempercayai adanya Tuhan hingga Ia menggugat keberadaan Tuhan itu hanya bualan.
Perjalanan yang membuatnya sadar dan membuka hati ketika pertemuannya pada Kakek tua yang bercahaya yang memberinya pilihan untuk langsung masuk neraka atau reinkarnasi untuk menebus kesalahannya.
"Baiklah jika ini kesempatan kedua yang Tuhan berikan maka lakukan itu sebaik-baiknya. Kita jalankan misi pertama dengan mendapatkan uang untuk membelikan baju untuk Kiara," gumam Elsa dalam hati. Ia berusaha meyakinkan hati dan jiwanya Ia harus berubah dengan kesempatan kedua yang Tuhan berikan.
"Kiara apa pekerjaanku, kenapa banyak tumpukan baju?" Elsa menunjukkan ranjang baju yang sudah penuh dengan baju yang harus disetrika. Walaupun Ia belum sepenuhnya menyukai Kiara namun Elsa akan berusaha membuka hati dan berusaha dekat Kiara.
Kiara hanya terdiam, disisi lain Ia senang ibunya kembali lembut saat berbicara dengannya namun Ia juga tidak tega karena terlihat wajah ibunya masih pucat menandakan ibunya masih sakit jika harus mengerjakan pekerjaannya kembali.
"Ibu beristirahat saja, biar Kiara yang menyetrika baju-baju itu." Kiara menarik tangan ibunya untuk kembali beristirahat di kamar.
"Aku baik-baik saja Kiara, bagaimana jika aku membantumu," bujuk Elsa.
Kiara mengangguk. Ia mulai menyetrika baju itu sementara Elsa memperhatikannya.
"Kiara berikan padaku, aku sudah bisa menyetrika." Elsa mengambil alih setrika dan berusaha melakukan pekerjaan yang seumur hidupnya belum pernah dilakukannya. Elsa hanya tahu bajunya bersih juga rapi tanpa tahu bagaimana prosesnya.
"Aw," pekik Elsa. Tidak sengaja lengan Elsa menyenggol setrikaan itu membuat lengannya terluka.
Dengan cepat Kiara meniup lengan Elsa lalu berlari ke dapur untuk mengambil garam lalu mengolesnya ke luka bakar itu.
"Kenapa pakai garam untuk mengobatinya?" Elsa merasa heran karena biasanya obat luka bakar itu berupa salep namun Kiara malah mengoles dengan garam dapur.
"Aku belajar dari Ibu, garam akan membuat luka Ibu tidak melepuh," jelas Kiara.
Setelah mengobati ibunya, Kiara bangkit dari duduknya. Ia menuju dapur memeriksa apa ada yang bisa dimakan untuk nanti malam. Hanya ada sebutir telor dan juga segelas beras.
Elsa begitu miris dengan apa yang dilihatnya kini, sebutir telur dan segelas beras sangat berguna bagi hidupnya kini. Dulu Ia bahkan membuang dan melempar makanan yang sudah tersedia di meja makan hanya karena tidak sesuai dengan seleranya.
Sungguh miris kehidupan ini kenapa ada orang yang hidup berlebih dan kembalikannya ada orang yang kesulitan hanya untuk makan. Kenapa Tuhan tidak membagi adil kekayaan yang ada di bumi ini hingga semua orang tidak akan kesusahan seperti ini.
...
Malam tiba.
Kiara membantu ibunya untuk menyiapkan makan malam. Meski lauknya sangat sederhana namun Elsa yang seumur hidupnya tidak melakukan pekerjaan seperti itu sangat kesulitan.
"Bagaimana cara memasak nasi?" Elsa menatap butiran beras yang berada di sebuah wadah.
Dengan sabar Kiara mengajari ibunya walaupun masih kecil Kiara sering membantu ibunya hingga Ia tahu bagaimana cara memasak.
"Aku benar-benar payah sampai anak sekecil ini mengajari aku cara memasak, bagaimana Ia menjalani hidupnya selama ini?" gumam Elsa. Ia menatap Kiara dengan tatapan kagumnya.
Setelah masak nasi selesai, kembali Elsa menatap bingung sebutir telur di tangannya. Hampir saja Ia melempar telur itu untuk mengeluarkan isinya namun dengan cepat ditahan Kiara.
"Berikan pada Kiara, Bu." Kiara mengambil alih telur itu dari tangan ibunya. Kiara menggetok telur dengan perlahan dengan sendok lalu mengeluarkan isi telur itu dengan sempurna karena tidak ada kulit telur yang masuk ke teluk itu.
"Wah kau hebat Kiara!" Elsa mengangkat jempolnya memuji Kiara.
BERSAMBUNG.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!