Plak.
Sebuah tamparan keras didapatkan oleh gadis cantik, namun menyedihkan. Dia jatuh tersungkur ke lantai yang dingin. Tubuhnya menggigil, karena hanya memakai dalaman saja, tubuhnya dipenuhi lebam, seperti bekas cambukan.
Tidak ada air mata yang membasahi wajahnya. Dia sudah terbiasa mendapatkan luka dari wanita tua di hadapannya.
Wanita yang dipanggil ibu, bukan ibu kandung melainkan ibu angkat. Sangat pilu kisah hidup gadis ini. Tak memiliki keluarga, sahabat atau kekasih. Pekerjaannya tak lain adalah wanita malam, alias wanita pemuas dahaga para pria.
Hina memang pekerjaannya, tetapi, bukan kemauan nya bekerja seperti itu. Dia di paksa untuk mengerjakan hal hina itu oleh orang tua angkatnya.
"Dasar tidak berguna! Sudah baik-baik aku pungut kau dulu, bukannya balas jasa, tapi malah bikin aku sakit kepala! Kenapa kamu pingsan semalam, huh?! Kau tahu?! Gara-gara kau pingsan dan tidak bisa melayani, Pak Arif. Dia tidak menarik kembali uang muka yang dia berikan kepadaku?!" bentak wanita tua itu dengan suara tinggi.
Gadis itu mendongak. Dia menatap kosong wajah tua wanita yang memarahinya itu.
"Dia psikopat! Sadomasokis! Gila dan bajingan. Wajar kalau aku pingsan, karena aku nyaris mati saat dia menggauliku!" balas Laras datar tanpa emosi.
Tidak ada tangis, tiada ketakutan, tidak pula kesedihan. Wajahnya terkesan datar, tanpa emosi. Seperti mayat hidup.
Bugh.
Seseorang menendangnya dari belakang. Membuat tubuh Laras tersungkur ke lantai. Seorang gadis seumuran dengannya menatap hina dirinya.
"Dasar lemah! Begitu saja pingsan?! Ha ha … aku lupa! Tentu saja kau lemah, dulu, 'kan, juga begitu. Kau hampir mati karena melihat ibumu bersimbah darah di rumah!" ledek gadis yang bernama Niken itu membuat wajah Laras berubah marah.
Gadis itu paling tidak suka kalau ada yang menyinggung mendiang ibunya. Segera dia bangkit lalu mengambil pot bunga kristal di atas meja, ia hantam ke kepala Niken, membuat gadis itu terkejut dan langsung ambruk ke lantai.
Kejadian itu sangat cepat, membuat Fitri ibu Niken tak dapat menolong anak gadisnya.
"Niken?! Apa yang kau lakukan sialan?!" jerit Fitri segera menemui kedua kakinya di lantai menyentuh pipi anaknya.
Kemudian, dia menatap tajam Laras yang juga menatapnya tak kalah tajam, membuat Fitri takut, karena sorot mata Laras seperti predator ganas yang sikap menerkam mangsanya.
"10 Juni tahun 2012, saat itu usiaku masih sepuluh tahun, kalian datang mengadopsi ku, dan hari ini tanggal 10 Juni tahun 2022, genap sepuluh tahun kalian mengadopsi ku. Aku juga sudah bekerja dari umurku 15 tahun, gaji yang ku dapatkan dari melayani klien kalian rampas. Jadi, jangan cari aku lagi untuk menuntut balas jasa. Karena apa yang kalian dapatkan dariku, lebih dari yang aku dapatkan dari kalian?! Aku pergi?! Jika berani mencari ku! Maka siap-siap saja, di hari pertama kita bertemu, saat itu kalian tidak bernafas lagi?!"
Laras berbicara dengan penuh penekanan. Dia tersenyum layaknya psikopat seraya mengambil pecahan pot bunga tadi, lalu ia sodorkan ke leher Fitri.
"Beraninya kau mengancamku?!" bentak wanita tua itu membuat Laras tersenyum misterius.
"Kamu kira! Selama ini aku cuma diam saja tanpa berencana melawan?! Cih … jangan terlalu polos, Nenek Tua. Kamu tahu betul aku anak siapa? Kalau kau lupa, akan ku ingatkan padamu siapa aku sebenarnya!"
Laras menekan pecahan kaca itu ke leher Fitri, membuat cairan kental keluar dari sana.
"Aku! Anak dari pasangan Leonardo mantan pembunuh bayaran dan Ustadzah Sulisna! Ada darah ayahku yang punya sifat iblis mengalir dalam tubuhku, dan juga ada darah ibuku si malaikat tak bersayap yang membuat pembunuh bayaran seperti ayahku bertaubat! Dan aku bisa menjadi iblis seperti ayahku atau malaikat seperti Ibuku! Tergantung dengan siapa aku berhadapan!"
Gadis itu berbicara penuh penekanan. Setelahnya dia segera bangkit berdiri, saat mendengar suara derap langkah kaki menuju ke arahnya.
Laras mengambil cardigan nya, bergegas keluar dari jendela. Sebelum itu, dia berbalik menatap Fitri dengan sorot mata pembunuh.
"Aku tidak pernah main-main dengan ucapan ku! Kali ini kepala anakmu yang ku pecahkan, lain kali ku pastikan jantungnya berhenti berdetak, kau tidak percaya? Maka silahkan cari aku?!"
Laras tersenyum sinis lalu segera melompat keluar jendela. Bertepatan dengan anak buah Fitri masuk.
"Nyonya!" seru lima sekuriti serempak ketika melihat Fitri tampak sangat menyedihkan.
"Bantu aku bawa anakku ke rumah sakit!" balas Fitri tak menutupi raut wajah khawatir nya.
Mereka segera bergegas melaksanakan perintah. Fitri menoleh ke arah jendela menatap nya dengan sorot mata penuh kebencian.
"Awas kamu, Laras," batinnya penuh amarah dan dendam.
*
*
Laras berlari sekuat tenaga menjauhi pekarangan rumah mewah hasil kerjanya selama lima tahun, dulu saat dia datang ke rumah Fitri, janda satu anak itu, rumah tersebut hanyalah gubuk reyot.
Sepuluh hari Laras berada di sana, dia dipaksa kerja menjadi wanita malam oleh Fitri. Laras yang saat itu masih lugu pun terpaksa mengikuti kemauan Fitri demi "Balas Jasa".
Berbagai macam karakter klien ia dapatkan. Dari yang hyper, impoten, dan sadomasokis juga dominan. Seiring berjalannya waktu Laras sadar kalau dia hanya diperbudak oleh Fitri dengan slogan, "Balas Jasa".
Laras pun menahan pedih di hatimu seraya mengatur rencana kabur. Dia memutuskan untuk pergi saat umurnya genap dua puluh tahun.
Kembali lagi pada Laras, tubuhnya menggigil kedinginan. Perih kulitnya bekas pukulan kliennya. Laras berjalan kaki sampai satu jam, tepat di depan sebuah masjid dia jatuh pingsan, bertepatan dengan suara Iqamah.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar."
Samar-samar terdengar oleh Laras suara indah adzan.
"Allahu Akbar," gumamnya pelan lalu menutup matanya rapat-rapat.
Laras pingsan.
Samar-samar dia mendengar suara seseorang berusaha menyadarkan nya.
"Mbak."
"Mbak."
Orang itu memutuskan untuk membawa Laras masuk ke dalam mobilnya.
*
*
Entah berapa lama waktu berlalu, perlahan pemilik bulu mata lentik itu membuka matanya. Dia melihat ke sekitarnya yang bernuansa putih.
"Eugh." Laras memegang kepalanya yang terasa nyeri.
"Allahu Akbar," gumam seseorang membuat Laras langsung menoleh ke kanan.
Degg.
Laras melihat seorang pria sedang melaksanakan ibadah sholat. Pria itu tampak sangat tampan dan menyejukkan hati saat memandang wajahnya.
"Tampan," batin Laras terpana untuk pertama kalinya dalam hidup.
Dia terus memperhatikan pria itu sholat sampai selesai.
"Assalamualaikum warahmatullah." Pria itu meraup wajahnya, dia menengadahkan tangan untuk berdoa, tidak sadar kalau seseorang memandangnya sedari tadi.
Setelah selesai dia menoleh ke arah Laras. Tatapan mereka bertemu membuat gelenyar aneh timbul dalam hati Laras.
"Alhamdulillah, Mbak sudah sadar!" ujarnya seraya tersenyum lembut.
"Kamu siapa?" tanya Laras tanpa basa-basi penasaran akan jati diri pemuda di hadapannya ini.
*
*
Mohon dukungannya teman-teman 🥰🙏🌹
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
"Kamu siapa?" tanya Laras dengan suara pelan.
Pria itu tersenyum lembut. Dia menarik bangku penjaga lalu duduk di dekat Laras. Senyuman pria itu mampu membius Laras untuk beberapa saat, seumur hidup baru kali ini jantung nya berdetak kencang. Apakah ini yang di namakan jatuh cinta pada pandangan pertama?
Ah … rasanya tidak, terlalu lebay bila menamakan degup jantungnya itu karena jatuh cinta pada pria yang menolongnya.
Tetapi, bila boleh jujur, baru kali ini Laras melihat pria dengan aura sejuk dan adem. Begitu menenangkan hatinya yang sempat galau dan sedih, karena kelakuan keluarga angkatnya.
"Perkenalkan, nama saya Teuku Muhammad Al-Ghazali. Biasanya dipanggil, Al. Kalau nama kamu siapa?" tanya Al dengan lembut, senyuman ramah terbingkai di wajahnya.
Laras terpana, nama pria ini sangatlah indah. Seindah orangnya, berwajah tampan, aura yang dimilikinya sejuk. Laras menilai kalau Al juga pria yang taat agama. Buktinya, pria itu tetap sholat meski berada di rumah sakit.
Al menaikkan sebelah alisnya, saat Laras hanya diam saja. Tidak menjawab pertanyaan nya, segera pria itu melambaikan sebelah tangannya di depan Laras.
"Hai, kok kamu bengong?" tanya Al heran membuat Laras tersadar dari lamunannya. Pipi gadis yang tak lagi perawan itu pun memerah.
Ah … dia benci jantungnya ini. Kenapa berdetak kencang, dadanya juga berdebar-debar seperti remaja yang pertama kali jatuh cinta.
"Nah, sekarang kok kamu diam?" Al lagi-lagi bertanya membuat Laras segera berdehem keras, guna menormalkan ekspresi gugupnya.
"Namaku Laras … Larasati binti Leonardo!" Gadis itu memperkenalkan dirinya pada Al membuat Al mengernyitkan dahinya.
Dia merasa tidak asing dengan nama Larasati binti Leonardo. Sepertinya, dulu dia pernah mendengar nama itu.
"Namamu indah, tapi, Leonardo. Apakah itu nama ayahmu?" tanya Al penasaran membuat Laras menganggukkan kepalanya pelan.
"Iya," balasnya tersenyum miris. Sangat merindukan kehadiran sosok ayahnya.
"Sebelumnya, maaf kalau saya banyak bertanya. Tapi, saya sangat penasaran akan sesuatu. Apa kamu sudah menikah?" tanya Al serius membuat Laras terkejut.
Pipi gadis itu merona, bagaimana bisa dia menikah, sedangkan dirinya terjebak dalam keluarga angkat bejat seperti Fitri dan Niken?
Tanda tanya besar dalam hati Laras, apakah Al bertanya seperti itu karena tertarik padanya? Ah … kenapa kau sangat percaya diri, Laras? Bagaimana mungkin pria setampan dan se Sholeh Al cinta padamu.
Itu sangat tidak mungkin.
"Belum," cicit Laras pelan membuat raut wajah Al langsung menegang.
"Apa kamu di perkosa? Maaf, kalau pertanyaan saya sedikit frontal atau kasar. Tapi, dokter mengatakan kalau luka-luka di tubuhmu seperti korban kekerasan s*ksual. Kalau bisa, kamu ceritakan saja pada saya! Sebisa mungkin saya akan membantumu!"
Al menjelaskan maksud perkataan nya yang ingin membantu Laras. Dia sebagai pria sangat murka ketika melihat luka tubuh Laras yang terdapat lebam, luka cambukan dan gigitan di mana-mana.
Tadinya Al mau sholat jamaah di masjid, seumur hidup baru hari ini dia terlambat ke masjid, biasanya dia yang menjadi imam atau muadzin. Sempat Al menyesal, karena kelepasan tidur, dia terlambat sholat.
Namun, saat bertemu Laras pingsan di tengah jalan, Al sadar, kalau Allah sengaja membuatnya terlambat ke masjid, agar dia bertemu dengan Laras, dan menolong gadis ini.
Terkadang apa yang kita pikirkan buruk, sebenarnya baik bagi Allah. Tergantung sudut pandang kita saja mau memandangnya baik atau buruk.
Kembali lagi pada Laras, dia mencengkram erat selimutnya. Gadis ini takut untuk bercerita pada Al, karena tak ingin melihat respon Al yang pastinya sama seperti kebanyakan orang, selalu saja menghina dirinya yang bekerja sebagai pelacur.
"Laras, saya seorang pria, dan saya pernah punya adik perempuan, walau hanya sementara. Jadi, saya tahu betul bagaimana hancurnya hati seorang gadis saat diperlakukan tak manusiawi. Jangan takut! Katakan saja pada saya, siapa orangnya. Saya pastikan kalau dia mendekam di penjara!" tegas Aku tak main-main.
Pria itu sangat membenci kaumnya yang menyakiti wanita. Apalagi sampai melakukan kekerasan, baik psikis atau fisik.
Dia tak segan memberikan pelajaran pada orang yang seperti itu. Al menatap lekat wajah Laras yang tampak pucat. Gadis itu sepertinya gamang, antara menjelaskan yang sebenarnya terjadi, atau tidak.
Laras memejamkan matanya, dia memutuskan untuk jujur saja. Toh dia dan Al tidak dekat, jadi, apa yang dia harapkan? Tidak mungkin Laras sakit hati hanya karena orang seperti Al memandang rendah dirinya.
"Aku tidak di perkosa …"
Sejenak suasana hening, Al masih setia mendengarkan cerita Laras. Dia penasaran apa yang terjadi pada gadis di hadapannya ini. Dia menemukan Laras dengan hanya memakai pakaian dalam dan memakai cardigan saja. Untung Al yang menemukan Laras, kalau pria lain, lebih tepatnya pria hidung belang, entah apa yang akan terjadi pada Laras.
"Aku adalah p*lacur, aku kotor dan hina, luka di sekujur tubuhku, karena ulah klien ku yang punya kelainan ****! Dia sadomasokis!"
Laras berkata jujur tanpa ada yang dia tutupi, dia tidak lagi berharap banyak pada siapapun di dunia ini. Tak peduli lagi bagaimana orang-orang akan menatap hina dirinya.
Laras membuang wajahnya ke arah lain, dia tidak berani menatap Al, karena takut mendapatkan sorot mata penuh hinaan. Sudah cukup hatinya di lukai oleh orang-orang di masa lalunya.
Sekarang Laras harus kuat, dia ingin menata lembaran baru, dia telah berhasil kabur dari keluarga angkatnya dan berhenti menjadi p*lacur.
Al cukup terkejut mendengar fakta tentang Laras, tidak menyangka kalau gadis muda yang ditolongnya merupakan seorang p*lacur.
Sejenak suasana menjadi hening, tidak ada yang membuka pembicaraan. Al membatu, dia tidak tahu harus menjawab apa, karena otaknya langsung kosong.
Sesaat kemudian, Al tersadar dari lamunannya. Dia menilai Laras dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu menatap wajah muda yang tak berani bertatapan muka dengannya.
Ah … Al mengerti sekarang.
"Pasti sulit ya!" ujar Al membunuh keheningan antara mereka berdua. Sontak saja mendengar ucapan Al, membuat Laras langsung menatap pria di sampingnya.
Mereka berdua saling beradu pandang. Mata Laras berkaca-kaca saat tak mendapati sorot mata jijik atau hinaan dari Al, malah yang ia lihat Al menatap iba dirinya, ada kasih sayang di dalamnya.
Dulu, banyak anak muda yang jatuh hati pada kecantikan Laras. Tetapi, saat tahu kalau gadis ini adalah kupu-kupu malam. Mereka mundur.
Bahkan, tak sedikit yang menghina Laras dengan kata-kata yang sangat menyakitkan.
"Maksud kamu?" tanya Laras serius. Menatap lekat wajah tampan Al.
"Saya tidak tahu seperti apa kehidupanmu. Tetapi, saya tahu betul, pasti bukan kemauan mu buat jadi p*lacur. Di luar sana, ada banyak ayah yang terpaksa mencuri demi menafkahi anak-anaknya, karena mereka tidak punya pekerjaan. Begitu juga dengan perempuan, pasti kalian menjadi p*lacur alasannya sama, yaitu sama-sama menafkahi keluarga atau diri sendiri. Niat kalian benar, tapi, cara kalian salah!"
Al menanggapi masa lalu Laras dengan bijak. Pria itu tidak menyalahkan, juga tidak membenarkan.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰❤️
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🙏
Laras merasa sangat tersentuh mendengar perkataan Al. Tidak menyangka kalau masih ada orang baik yang berpikiran luas seperti Al. Dia tidak merendahkan Laras, karena bekerja sebagai wanita malam. Tetapi, yang dia lakukan adalah merendahkan pekerjaan Laras.
Berbeda antara merendahkan pendosa, dengan merendahkan dosa. Seorang pendosa bisa berubah, sedangkan dosa tidak.
"Kenapa kamu sangat baik, Al? Maksudku … ke-kenapa kamu tidak menghinaku seperti yang lainnya. Aku ini wanita malam, pekerjaan ku cuma melebarkan paha ku untuk para pria!"
Laras berbicara seadanya, belajar dari pengalaman, begitu banyak orang yang merendahkannya. Dia terheran-heran, mengapa Al tidak sama dengan mereka.
Al yang mendengar pertanyaan Laras pun hanya bisa terdiam dan tersenyum lembut. Mungkin bila bisa, dia akan memeluk Laras untuk menenangkan gadis di hadapannya ini.
"Kalau saja saya bisa memelukmu, mungkin akan saya lakukan. Tetapi, Allah melarang pria menyentuh wanita yang tidak halal baginya! Kenapa Allah melarang? Karena derajat wanita sangat tinggi di mata Allah, surga saja ada di bawah telapak kaki wanita. Generasi hebat lahir dari rahim wanita hebat. Jadi, kamu tidak perlu merasa rendah diri! Kalau kamu sadar apa yang kamu kerjakan salah, maka sesali itu dan jangan ulangi lagi!"
"Percayalah, saat kamu memilih hidup di jalan Allah dan meninggalkan jalan setan, maka Allah akan memudahkan segala urusan mu dan derajat mu lebih tinggi di hadapan Allah! Sekarang, saya mau tanya sama kamu, Laras. Apa kamu mau terus-terusan menjadi p*lacur?" tanya Al dengan nada serius, memhat gadis cantik itu menggelengkan kepalanya cepat.
Tentu saja dia tidak akan mau terus-terusan hidup menjadi p*lacur.
"Tidak, dan … aku sudah berhenti menjadi p*lacur sejak tadi malam!"
Laras memperjelas statusnya saat ini. Dia telah lama berniat berhenti dari pekerjaannya, dan tidak pernah bercita-cita menjadi wanita malam, namun, apalah daya. Dia hidup di bawah tekanan keluarga angkatnya. Mereka sangat jahat pada Laras. Tetapi, bukan berarti Laras bodoh.
Dia tampak seperti patuh, padahal dalam otaknya sudah tersusun rencana untuk kabur.
Al yang mendengarnya pun tersenyum senang. Dia bahagia mendengar Laras meninggalkan pekerjaan lamanya. Sungguh, pria itu tidak pernah mau merasa lebih baik dari orang lain.
Al tahu betul, kalau Tuhan si pendosa dan Tuhan si Alim itu sama, yaitu Allah. Mudah bagi Allah menggoda si Alim untuk berbuat dosa, begitupun sebaliknya. Mudah bagi Allah menggoda si Pendosa untuk bertaubat.
"Benarkah? Alhamdulillah ya Allah, saya senang mendengarnya. Terus setelah ini kamu akan ke mana? Pulang ke rumah?" tanya Al semangat membuat wajah Laras berubah sendu.
Rumah? Dia tidak punya. Laras hanya menyusun rencana untuk kabur dari rumah, bukan membuat rumah. Karena semua uangnya, orang tua angkatnya lah yang mengelola dan merampas haknya.
"Aku tidak punya rumah!" Laras menggelengkan kepalanya membuat Al merasa sangat iba.
"Keluarga?" tanya Al serius membuat Laras lagi dan lagi menggelengkan kepalanya cepat.
Saat ini Teuku Muhammad Al-Ghazali sangat iba pada Laras. Andai saja Laras laki-laki, dia pasti akan memeluk Laras saat ini untuk menenangkan gadis ini.
"Lalu, apa tujuan kamu sekarang?" Al bertanya lagi membuat Laras terdiam.
Dia seperti orang kebingungan, sekolah pun cuma lulusan SMP. Ibu angkatnya tidak mengijinkan Laras sekolah. Benar-benar sangat jahat wanita tua setan itu.
Uang anak yatim dia makan, semoga saja perutnya kembung dan bernanah.
"Bagaimana kalau kamu ikut saya? Saya janji, insya Allah kalau saya masih bernafas, kamu akan hidup nyaman!"
Al mengajak Laras untuk ikut bersamanya. Gadis itu menatap Al dengan sorot mata berbinar, layaknya anak kecil melihat super Hero.
"Benarkah? Kamu tidak merasa repot kalau aku ikut denganmu?" tanya Laras seriud dan menggebu-gebu.
Al tersenyum lembut. Dia menggelengkan kepalanya cepat.
"Tidak. Kalau kamu mau, saya juga ingin menawarkan pekerjaan untuk kamu!" jelas Ap membuat Laras tersenyum cerah, dia merasa seperti mendapatkan rezeki nomplok.
Ah … entah amalan apa yang di lakukan Laras, sampai-sampai bertemu dengan pria sebaik Al.
"Aku mau … sangat mau! Terima kasih, Al!" Laras memekik tertahan, dia sangat senang. Gadis itu tanpa sadar langsung menghamburkan pelukan hangat kepada Al. Membuat pria itu langsung bangkit, melepas paksa pelukan itu dan menjauh dari Laras.
Eajhanya berubah kaku dan gugup. Begitupun dengan Laras yang merasa sangat canggung. Lupa sekali kalau ptia di hadapannya ini sangat taat agama.
"Maaf, kita bukan muhrim!" ujar Al terbata-bata.
"O ow … maaf, aku lupa! Hehe."
Laras tertawa cengengesan seraya mengangkat dua jarinya. Mereka berdua pun berubah salah tingkah.
Suara pintu terbuka membuat mereka berdua langsung mengalihkan atensi ke arah pintu.
Seorang perawat berpakaian putih masuk, membawa makan malam dan obat-obatan untuk Laras.
"Silahkan makan malamnya, Mbak. Kata dokter Mbak pingsan karena kelaparan dan dehidrasi. Dan ini salep untuk menghilangkan memar di tubuh, Mbak. Di pakai waktu malam hari saja, biar salepnya cepat bekerja, karena kalau siang, pasti banyak aktivitas! Dan … khusus salep yang ini! Di pakai di bagian v*g*na dan lubang an*s agar memar dan nyeri nya hilang!"
Perawat menjelaskan secara gamblang membuat wajah Al memerah, merah karena malu, tetapi, lebih dominan, karena amarah terpendam.
Bajingan mana yang tega menggauli gadis secara brutal, seperti binatang. Bahkan, lebih parah dari binatang. Sebenarnya, Al sangat penasaran dengan kati diri Laras. Tetapi, dia tidak berani bertanya, karena takut membuat Laras tak nyaman dengan nya.
Sang perawat menatap iba wajah Parah yang lebam. Para tim medis geger saat Aku membawa Laras, karena luka di tubuhnya sangatlah parah. Tak sedikit parawat wanita menangis, karena sedih melihat kondisi Laras.
"Baik, Sus. Terima kasih," balas Laras tersenyum lembut.
"Sama-sama."
Sang perawat ingin pergi, namun dia mengurungkan niatnya. Wanita dewasa itu berbalik menatap Laras.
"Mbak, mau melakukan visum? Kalau mbak mau, kami akan melakukan nya secara gratis, kebetulan suami saya polisi! Kalau Mbak mau, saya dan suami bisa bantu, Mbak buat tangkap pelaku!"
Perawat itu mengeluarkan uneg-uneg nya. Sebagai wanita dia tidak bisa diam saja saat melihat wanita lain tertindas.
Laras menggelengkan kepalanya cepat, dia sendiri tidak berniat menuntut Pak Arif, karena yang salah itu keluarga angkatnya. Pak Arif juga membayar banyak karena telah memakai tubuhnya.
"Tidak apa-apa, Sus! Terima kasih sudah peduli dengan saya!"
"Tapi, Mbak."
"Sus, tidak apa-apa! Ada saya yang akan melindunginya mulai saat ini!" sela Al dengan penuh keyakinan membuat suster itu sedikit tenang. Karena mereka semua mengenal siapa Teuku Muhammad Al-Ghazali.
Suster itu pun keluar dari sana. Al menatap lekat wajah Laras, membuat gadis itu salah tingkah.
"Apa kamu mau bekerja?" tanya Al serius.
"Mau, kerja apa?" Laras mendongak memberanikan diri menatap Al.
"Jadi, istriku, mau?" tawar Al cepat membuat Laras terkejut bukan main.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!