Brak!
Lisa dan Rosa saling pandang, mereka merupakan sahabat dari Elena yang baru saja masuk kelas dan langsung menghempaskan tas nya di atas meja.
"Elen, ada apa. Kenapa Lo melempar tas seperti itu?" tanya Lisa.
"Iya Elen, apa ada sesuatu yang membuat Lo jengkel?" sahut Rose.
Elena mendengus, dia menatap kedua sahabatnya dengan tatapan kesal.
"Kalian tahu gak sih, gue telat dua menit. Tapi, pria ****** itu malah nyuruh gue keliling lapangan!" ucap Elen dengan nada kesal.
Rose dan Lisa mengangguk mengerti, pantas saja Elena terlihat kesal dan sedikit bau keringat. Ternyata gadis itu baru saja terkena hukuman.
"Padahal ketos sok ganteng itu tidak melihat gue, tapi dengan sok ganteng dan menjijikan nya pria tua itu malah memanggil gue dan menghukum gue!!"
"Maksud Lo pak Leo?" tanya Rose.
"Siapa lagi guru narsis yang selalu mengganggu ketenangan gue. Jelas dia lah pelakunya!" jawab Elen masih dengan nada kesal. Nafasnya mulai teratur sekarang.
Lisa dan Rose memutar mata malas, bagaimana tidak. Pria tampan dan muda seperti pak Leo, malah dikatain sudah tua dan menjijikan.
"Ya ampun Elen, setampan dan sexy seperti pak Leo Lo bilang tua?"
"Oh my God Elena, Lo harus ke dokter mata deh, sama ke dokter otak. Biar Lo bisa melihat betapa ganteng nya pak Leo"
"Dia sexy tahu!" ujar Lisa.
Elena bergidik ngeri melihat tingkah kedua sahabatnya yang mulai mengkhayalkan pria menyebalkan itu.
"Selamat pagi, ayo duduk yang rapi"
Seorang pria memberi perintah seraya dia berjalan ke arah meja guru. Mata tajam nya menatap satu persatu siswa dan siswi nya.
Selain tampan dia juga terkenal killer. Tidak ada yang berani macam macam ketika jam pelajaran nya di mulai. Kecuali, ada pengecualian untuk Elena.
Siswi cantik yang tidak taat aturan. Dia tidak peduli dengan Leo, ataupun kekejaman nya.
Beruntung Elena pintar, jadi ada salah satu sisi baik yang bisa pihak sekolah lihat dari dalam dirinya.
Lihat saja sekarang, di saat semua orang memperhatikan Leo di depan. Elena malah menunduk dan memilih tidur.
"Elena!"
Dia tidak bergerak, meskipun matanya terbuka. Tapi, elena tidak berniat mengangkat kepalanya. Dia terlalu malas dengan guru satu ini.
Brak!
Rol kayu panjang khas milik guru killer menghantam meja Elena.
"Bangun, dan maju lah ke depan!" titah Leo.
"Aku sedang malas berjalan" jawab Elena ketus.
Leo mengetatkan rahang nya, sekali lagi dia akan memukul meja Elena jika saja dia tidak segera bangkit.
"Ah, berhentilah memukul meja ku jika anda tidak mau menggantinya nanti!"decak Elena kesal.
Dengan malas dan wajah di tekuk, Elena berjalan maju ke depan. Berdiri menghadap kearah teman teman nya.
Tidak ada yang berani bersuara, jika tidak mereka akan bernasib sama seperti elena. Rose dan Lisa saja hanya bisa menutup wajah melihat Sahabat mereka berdiri di depan.
"Kerjakan soal itu, dalam waktu 3 menit!"
Elena melihat soal yang tertulis di papan tulis. "Bapak gila, mana cukup waktu 3 menit menyelesaikan soal yang memiliki anak begitu banyak!" protesnya.
"Baiklah, jika kamu tidak bisa. Saya akan melaporkan pada kepala sekolah dan kedua orang tua mu akan di panggil ke sekolah!" ancam Leo.
Elena menggeram, dengan kasar mengambil spidol dan mulai mengerjakan soal itu.
"Waktunya di mulai dari sekarang!" seru Leo tersenyum Smirk.
Lisa dan Rose harap harap cemas, mereka tahu Elena pintar tapi waktu yang singkat kurang sepadan dengan soal yang akan di kerjakan elena.
Soalnya memang cuma 1, tapi anak nya setara dengan 5 soal baru.
"Elena pasti bisa, ini kan fisika. Dia tentu saja dengan mudah menjawab nya" ujar Rose yakin.
"Benar, Elena hanya takut dengan Kimia saja" sahut Lisa terkekeh pelan.
"Waktu habis!" Leo langsung merebut spidol dari tangan mungil Elena.
"Huh, kasar banget jadi cowo!" dengus Elena.
Leo tersenyum devil, di melihat jawaban yang telah Elena buat.
"Lihat, ini semua. Meskipun dia berandalan, tapi dia cukup hebat mengerjakan soal ini sebanyak 3 jawaban. Tersisa 1 jawaban lagi. Cukup bagus!"
"Apa aku boleh duduk?"
"Oh itu tidak bisa Elena, kau tetap harus menemui guru BK."
"What??" Elena menatap garang pada guru yang tidak tepati janji.
"Pak, bukan kah elena sudah menyelesaikan tugasnya?" protes Rose.
"Yah, tapi tidak semua nya. Aku akui dia sangat hebat tapi, tetap saja dia tidak menyelesaikan nya bukan?" balas Leo seenaknya, dia tersenyum manis dan mungkin mampu membuat gadis di luar sana terpesona dan meleleh.
Semua itu tidak berlaku dengan Elena, dia tidak terpesona dengan pria galak seperti Leo.
"Terserah lo saja!" Dengus Elena marah, dia melangkah keluar dari kelas. Berada lama dekat dengan pria itu, membuat dirinya semakin merasa buruk.
"Andai saja gue adalah kepala sekolah, gue akan memecat nya!" Elena berjalan sambil menggerutu marah.
"Baik lah anak anak, silahkan buka buku kalian, halaman 45. Tolong kerjakan no 1 sampai no 25. Ketika bel berbunyi, kalian semua harus mengumpulkan nya!"
"Mengerti??"
"Y..ya Pak" jawab para murid gugup. Waktu menjelang bel berbunyi tinggal 60 menit lagi. Sedangkan soal nya 25.
Mereka mendesah lemah, berhadapan dengan Leo sama saja seperti berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa.
Fyuu...
Mereka semua menghembuskan nafas gusar ketika melihat Leo keluar dari kelas.
Seakan selama belajar bersama Leo udara segar tidak masuk ke dalam kelas, hanya udara dari neraka yang mereka hidup.
Elena Dantar, 17 tahun kelas 12 IPA di SMA Laskar Jaya. Panggil saja dia Elena, gadis cantik dengan body yang aduhai.
Menjadi putri tunggal membuat dirinya merasa kesepian. Apalagi kedua orang tuanya yang sangat sibuk dengan bisnis mereka.
Tak jarang, Elena hanya berdua saja di rumah bersama bi Ina. Kedua orang tuanya hanya beberapa hari saja menetap di rumah dalam sebulan.
Meskipun begitu, Kedua orang tuanya sangat tegas, selalu memantau putrinya walaupun dari kejauhan.
Memiliki dua sahabat kocak seperti Rose Wilson dan Lisa Darions merupakan kebanggaan bagi Elena.
Bukan hanya sebagai sahabat, mereka berdua lebih dari sekedar Sahabat. Bahkan jika mereka berjalan bersama di luar sana, banyak yang mengira mereka kakak adik kembar.
Karena itu mereka sering di sebut Trio Cute. Memiliki wajah yang cantik dan body aduhai. Banyak yang ngincar tapi malah tidak berani mendekat. Lisa yang merupakan atlet karate selalu berhasil menjaga kedua sahabatnya dari mata dan tangan jahil para pria.
Sebelum nya hidup Elena tidak seburuk ini. Dia menikmati suasana sekolah nya, di mana para pria memujanya dan keterlambatan dirinya tidak terlalu di hiraukan oleh ketua OSIS dan guru lain nya.
Elena bisa menggunakan pesona nya untuk melewati hukuman yang menjengkelkan itu.
Namun, setelah seorang guru tampan dan sexy di mata para siswi, membuat kebahagiaan Elena sirna. Dia mulai kesulitan lolos dari hukuman dan sering mendapatkan kesialan setiap kali bertemu dengan pria itu.
Lihat lah Sekarang, dia harus berdiri di hadapan guru BK hanya karena tidur di kelas. Bukan tidur, Elena hanya malas memperhatikan Leo yang sedang mengajar.
Setelah keluar dari ruang BK, dan menjalani hukuman ringan dari guru BK. Elena pergi ke kantin, dia sudah merasa sangat lapar karena menghadapi guru seperti Leo.
"Bu, bakso dengan sambal nya 5 sendok penuh yah!"
"siap neng" balas Bu kantin.
Elena duduk di salah satu meja di dekat meja Bu kantin. Karena belum jam istirahat, jadi Elena bisa duduk di mana saja.
"Ini non, bakso pedas nya"
"makasih Bu"
Bu kantin menatap Elena, dia sudah terbiasa dengan siswi satu ini. Karena memang dia yang paling sering bolos di jam pelajaran. Bukan bolos, tetapi siswi ini yang sering di usir keluar oleh guru karena sikapnya yang sedikit melanggar aturan.
Selain itu, Elena juga memiliki sikap yang ramah kepada orang yang lebih tua. Jadi, Bu kantin tidak merasa minder ketika berbicara dengan nya.
"Neng Elena kena hukuman lagi?" tanya Bu kantin lembut.
Elena mengangkat wajah nya setelah menyuap bakso ke mulutnya. Sambil mengunyah dia menjawab pertanyaan Bu kantin.
"Begitulah Bu, guru sok tampan itu selalu mencari cara agar saya keluar dari kelas nya"
Bu kantin tersenyum, dia memberikan tisu pada Elena.
Meskipun cara makan Elena seperti itu, dia tetap terlihat cantik dan anggun. Wibawa itu sudah mendarah daging di dalam tubuhnya.
"Makasih Bu" lirih Elena. Ibu kantin mengangguk, tersenyum manis pada Elena.
"Hati hati Lo neng, benci bisa jadi cinta Lo..." goda ibu kantin.
"Aduh Bu, saya jadi gak selera makan ni dengar nya. Pria itu gak cocok sama saya"
"Loh kok gak cocok?" ujar Bu kantin heran.
"Emang ibu mau lihat rumah tangga saya penuh dengan bom atom? atau kami bisa memiliki anak seperti tom and Jerry" jawab Elena yang mampu membuat ibu kantin tertawa keras.
"Neng ini ada ada aja, kalau sudah cinta. Tidak akan ada kata itu keluar dari mulut nen"
"Ahaha di mimpi Bu" sahutnya lagi.
Elena kembali melanjutkan makan nya, sedangkan Bu kantin melanjutkan pekerjaannya. Sebentar lagi bel akan berbunyi.
Tanpa kedua wanita itu sadari, seseorang mendengar semua percakapan mereka. Orang itu tersenyum manis.
"Tom & Jerry bagus juga" gumam nya, kemudian berlalu pergi dari sana dengan senyum manis terbit di bibirnya.
Sangat langkah, melihat pak guru tampan yang sangat di takutkan ini tersenyum manis seperti itu.
Kringgg!!!!!!!
Elena baru saja selesai makan, Dia tersenyum mendengar bel istirahat berbunyi.
Dengan begini, dia tidak perlu berdesakan dan berebutan meja dengan adik adik kelas nya di kantin.
"Bu nanti saya transfer yah. Soal nya uang saya ada di tas" teriak Elena sebelum beranjak keluar.
"Oke neng, siap" balas Bu kantin mengangkat jempol nya.
Elena berjalan keluar dari kantin menuju ke kelas nya. Ketika melewati lorong kelas anak IPS. Seorang siswa tampan menghalangi jalan nya.
"Hallo Elena gue yang super cantik. Lo mau kemana?"
"Gue lagi gak mood Sam, gue capek banget dan gue mau ke kelas!" balas Elena melewati Samuel begitu saja.
Pria tampan itu hanya bisa mendengus. Dia adalah pengagum Elena, mengejar cinta gadis yang sejak pertama kali bertemu sudah membuatnya jatuh hati.
Namun, mendapatkan Elena bukan kah hal muda. Apalagi saingan nya yang sangat banyak tak kalah gentle seperti nya.
"Elena?? Akhirnya Lo datang juga"
Rose dan Lisa menarik Elena agar melangkah cepat dan duduk di kursi nya.
"Ada apa?" tanya Elena bingung.
Lisa memijat kepalanya yang terasa sangat nyeri. Lalu, dia menatap elena yang menunggu jawaban dari nya.
"Elena, Lo tahu gak guru killer itu memberi kita 25 soal dalam waktu 1 jam harus selesai. "
"Terus??" tanya Elena masih belum paham.
Plok
Rose menepuk keningnya, entah sejak kapan Elena mendadak Lola seperti ini.
"Elena, Lo gak tahu apa. Soal Fisika, dan kita bukan Lo yang bisa jawab dengan cepat dan benar. Lebih parah nya lagi, jika tidak selesai, maka kita akan di beri soal yang lebih sulit di setiap pertemuan!" jelas Rose panjang lebar dengan nafas tersengal.
"Elena!"
Suara bariton ketua kelas menggelegar di telinga ketiga gadis itu. Pria itu berjalan mendekat kearahnya, bersaman dengan anak anak yang lain.
"Ada apa, mengapa kalian mendekati gue??" tanya Elena heran.
"Elen, hanya Lo penyelamat kita. Lo harus bujuk guru tengil itu, agar membatalkan peraturan itu!" ucap ketua kelas membuat Elena melebarkan matanya.
"Kenapa harus gue? Lo kan ketua kelas. Harus nya Lo yang bertanggung jawab!"
"Aduh Elena, Lo tahu sendiri. Tidak ada yang bisa membantah pak Leo, kecuali Lo!" sahut siswi lain.
"Lo semua kan tahu, gue kena hukum terus sama tu guru. Gimana ceritanya gue bisa bujuk dia. Ogah a" tolak nya.
Semua murid mendadak panik, mereka tidak bisa belajar dalam tekanan seperti itu. Apalagi pak Leo tidak akan main main dengan ucapan nya.
Elena melirik semua teman sekelasnya, mereka masih berdiri mengelilingi meja nya.
"CK...Kalian ini kenapa sih. Gue sama tu guru gak baik, bagaimana mungkin gue membujuknya. Yang ada gue sama dia adu bacok!"
"Tapi hanya lo yang bisa membantah dia elena"sahut mereka.
"Memangnya kalian semua tidak menyelesaikan tugas nya? ada berapa soal yang tidak kalian kerjakan?" tanya Elena mulai pasrah.
"Hanya 5 dalam 1 jam" cicit Rose, membuat Elena melebarkan mata.
"Kalian hanya mengerjakan 5 soal dalam 1 jam??? apa gak gila huh??? setidak nya kalian bisa mengerjakan setengah dari semua soal itu!" decak Elena.
"Mau bagaimana lagi, kita semua menunggu Lo kembali. Tapi Lo gak kembali!" sahut yang lain.
"Huh, gue mulai meragukan kalian ini anak IPA atau tidak" cibir Elena.
Gadis itu memegangi kening nya, memikirkan bagaimana cara nya agar terlepas dari pria ini.
"Please Elena. Bantu kita. Lo tahu sendiri kita sudah banyak tekanan dari guru kian, masa dari pak Leo di tekan lagi. "
"Benar Elena, tolong lah...."
"Elena please..."
Elena menjadi pusing, semua teman nya memohon kepadanya. Hubungan dengan Leo juga tidak baik. Mereka selalu berdebat dan berakhir Elena yang mendapat hukuman.
Sekarang, dia harus membuat pria itu membatalkan hukuman nya?? Oh my God, entah apa yang gadis itu lakukan.
Tidak tahan dengan permohonan semua teman nya, akhirnya Elena menyetujuinya.
"Ahhh... Baiklah, gue akan coba!" erang Elena yang langsung di sambut oleh teriakan bahagia teman teman nya.
"Yee... Terimakasih Elena. Lo emang yang terbaik!"
"Gue tahu Lo akan melakukan yang terbaik!"
"Benar!!"
"Elena terbaik!"
Puja dan puji terdengar masuk ke telinga Elena. Entah apa yang harus gadis ini lakukan nanti. Yang pasti, dia harus meredakan mereka terlebih dulu sebelum dia stres dengan suara kompak mereka.
Jam istirahat terakhir, Elena terpaksa pergi ke ruangan guru untuk menemui seseorang yang paling dia benci.
Jika bukan karena permohonan teman teman nya, Elena tidak akan mau datang ke sini.
Saat masuk ke dalam ruangan guru, Elena di sambut oleh pandangan aneh dari guru guru nya.
"Elena, ada apa kamu ke sini? apa untuk mendapatkan hukuman lagi?" tanya salah satu guru olah raga.
Elena tersenyum kikuk, meskipun hatinya merasa kesal di ejek seperti itu oleh gurunya.
"Tidak pak, saya ke sini untuk menemui pak Leo. Apa dia ada di sini?" tanya Elena sopan.
"Oh, dia ada di ruangan nya. Bukan kah kau tahu, dia sudah menjadi wakil kepala sekolah" ucap guru Biologi memberitahu.
"Tentu saja dia tahu Bu, Elena kan langganan guru muda itu" sahut guru olah raga lagi.
"Bapak ini ada ada saja, bukan saya yang langganan pak, tapi pak Leo lah yang selalu mencari cari salah saya" balas Elena membela diri.
Para guru menggeleng, melihat jawaban Elena yang terlihat tenang meskipun dia sedang berhadapan dengan banyak guru nya.
"Ya sudah yah Bu, pak. Saya mau menemui guru kecentilan itu dulu, nanti kita lanjutkan ngobrolnya" pamit Elena yang kembali membuat para guru itu tergelak mendengar panggilan nya untuk Leo.
Elena pergi ke ruangan wakil kepala sekolah. Dengan menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Setelah merasa aman dengan kondisi jantung, dan emosinya. Barulah Elena mulai mengetuk pintu.
Tok Tok!
"Masuk!"
Terdengar seruan suara Leo dari dalam. Elena pun memberanikan diri untuk membuka pintu.
"Selamat siang pak" sapa Elena ramah, senyum manis nya sangat terlihat jelas di buat buat.
Untuk beberapa saat Leo terkejut melihat keramahan Elena. Otak nya mulai bekerja, memikirkan apa yang sedang anak ini coba lakukan.
"Ada apa Elena, tumben sekali kamu datang ke sini tanpa di panggil" ujar Leo santai.
Elena terdiam, senyum manis masih menghiasi wajahnya.
"Tidak pak, anda masih memanggil saja. Karena itulah saya datang ke sini"
"Benarkah? sejak kapan aku memanggil mu?" tanya Leo heran.
Elena menarik nafas, berusaha untuk menenangkan dirinya agar tidak terpancing emosi.
"Susah jelas karena hukuman yang bapak berikan kepada kelas ku. Semua murid memaksa ku untuk datang kepada mu!"
"Untuk apa?" tanya Leo polos.
Huh.
Elena sudah malas bermanja manis, pria ini malah terus sok lugu.
"Tentu saja agar bapak mencabut hukuman itu. Jangan tekan kami dengan hal hal seperti ini. Mengerjakan 25 soal fisika yang memiliki banyak anak itu, tidak akan cukup waktu selama 60 menit pak Leo terhormat!" ucap Elena panjang lebar tanpa titik dan koma, semua di ucapkan dalam atau tarikan nafas panjang.
"Wah, kau berbakat sekali dalam membaca cepat Elena. Seperti nya aku harus mendaftarkan mu ikut perlombaan itu" ujar Leo di luar nalar Elena.
Gadis itu malah mencebik melihat ekspresi tidak mengenakan dari gurunya ini.
"Oh tuhan, bagaimana mungkin kamu memiliki guru seperti pria ini" gumam Elena berdesis.
"Kau mengatakan sesuatu?"
Elena menggeleng cepat, dia kembali tersenyum manis agar urusan nya segera kelar.
"Jadi, kau datang ke sini untuk membujuk ku?" tanya Leo.
"Tepat sekali, aku datang kesini atas permohonan teman teman sekelas ku!" balas Elena jujur.
Leo berpangku dagu, berpura pura mempertimbangkan permintaan Elena, membuat gadis itu berharap penuh. Namun, sekali lagi gadis itu menyesali harapan nya. Karena Leo tetaplah guru killer yang paling menyebalkan.
"Tapi, sayang sekali. Hukuman tetap hukuman dan aku bukan termasuk orang yang plin-plan."
Elena mencebikkan bibirnya, pria ini benar benar sangat luar biasa keras kepala.
Dia harus memikirkan cara lain, agar pria ini menuruti permintaan nya.
Tanpa sengaja Elena membaca soal ujian akhir pada papan tulis mini di belakang Leo. Membuat sebuah ide masuk ke dalam pikiran nya.
"Baiklah, jika anda tidak mau mencabut hukuman itu. Maka saya tidak akan masuk sebelum anda mencabut hukuman nya!"
"Kai mengancam ku??" tanya Leo.
Elena mengangguk, senyum manis kembali terbit di bibirnya.
Jujur saja, Leo sedikit terpengaruh oleh senyum manis itu. Namun, sekita tenaga dia harus menahan nya.
Elena tahu, ketika sudah kelas tiga. Para guru harus memastikan anak muridnya jarang bolos. Belajar dengan baik.
Demi nilai pendidikan sekolah di mata masyarakat, guru juga harus menjaga reputasi dirinya sendiri sebagai tenaga pengajar yang baik.
"Baiklah, Aku akan mengabulkan permintaan mu. Tapi ada syaratnya!"
Seketika senyum Elena langsung memudar ketika mendengar ujung kalimat Leo. Perasaan nya mulai tidak enak.
"Syarat apalagi. Jangan coba coba mengambil keuntungan dari saya" ketus Elena.
"CK. Siapa yang mengambil keuntungan dari kamu hm.. Saya akan mengabulkan permintaan kamu. Jika kamu bersedia jadi asisten saya"
"What!"
Elena berdiri dari duduk nya, perasaan nya memang benar. Pria itu mencoba mendapatkan keuntungan darinya.
"Anda mencoba menjatuhkan harga diri saya?" protes Elena.
"Kalau kamu tidak bersedia ya sudah. Saya tidak akan mencabut hukuman itu!" ujar Leo tersenyum miring. Kemenangan berada di tangan nya sekarang.
Elena menatap pria itu tajam, dia tidak punya pilihan. Harapan teman teman nya berada di pundak nya sekarang. Jika dia menolak nya, maka teman teman nya akan stress. Jika dia menerimanya, maka harga dirinya akan jatuh. Apalagi pria itu pasti akan semakin semena mena kepadanya.
"Baiklah. Aku terima!" putus Elena pasrah.
Senyum manis tersungging di bibir Leo. Pria itu mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Elena sebagai kesepakatan mereka.
"Deal?"
"Hmm.."
Setelah melakukan kesepakatan itu Elena pun langsung pergi dari sana. Dia sudah merasa pengap berlama lama berada di ruangan sempit Leo.
Elena tidak punya pilihan lain, selain menjadi asisten Leo. Dia tahu semua ini pasti rencana pria itu untuk menjebak nya.
"Awas saja nanti, gue tidak akan membiarkan Lo menginjak injak harga diriku Leo!!!" gumam Elena penuh tekat.
Elena masuk ke dalam kelas, dia mendapati semua teman teman nya tengah berdiri menunggu kedatangan nya.
"Elena bagaimana? apa sudah berhasil"
"Pasti berhasil. Elena kan mampu mengatasi segalanya" ujar yang lain.
Elena hanya bisa tersenyum tipis, kemudian mengangguk pelan.
"Gue sudah menyelesaikan nya. Leo tidak akan memberi kita tekankan lagi"
Mendengar penuturan itu, semua nya langsung bersorak bahagia.
"Kan, apa yang gue bilang benar. Elena pasti bisa!"
"Tentu saja. Elena penyelamat kita" sahut yang lain.
Mereka bersama sama berjoget dan bertepuk tangan menyoraki Elena sebagai malaikat mereka.
"Hidup elena!!"
"Hidup!!"
"Yeeee"
Elena hanya bisa tersenyum, dia cukup bahagia melihat pemandangan ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!