Siang itu seperti biasa Rendy membersihkan tubuhnya sebelum pulang ke rumah. Pemuda itu tak mau membuat neneknya khawatir jika ia pulang dengan penampilan kotor dan lusuh.
Tak lupa ia juga menyisir rambutnya agar terlihat rapi dan mengganti seragam sekolahnya yang kotor dan penuh noda darah dengan pakaian baru yang selalu ia pakai hanya untuk berangkat dan pulang sekolah.
Setelah tampak seperti anak SMA pada umumnya ia kemudian mengayuh sepedanya kembali ke rumahnya.
Setibanya di rumah ia terlihat bingung karena sang nenek tidak ada. Ia pun mencari wanita itu ke halaman belakang rumahnya, namun ia juga tak menemukan wanita tua itu di sana.
Ia segera keluar dan membukakan pintu saat mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya.
Seorang tetangganya datang dengan wajah begitu cemas.
"Kamu harus segera ke rumah sakit Ren," ucap wanita itu dengan nafas terengah-engah
"Memangnya ada apa?" jawab Rendy
"Nenek kamu tiba-tiba terkena serangan jantung setelah menerima telpon dari ibu kamu,"
Seketika Rendy mengambil sepedanya dan bergegas menuju ke rumah sakit.
Setibanya di sana seorang suster langsung membawanya menemui dokter yang merawat sang nenek.
"Apa kamu wali dari nyonya Rasmi?" tanya dokter itu langsung dijawab anggukan Rendy
"Kalau begitu isi surat pernyataan ini," imbuh sang dokter memberikan sebuah surat pernyataan kesediaan melakukan operasi.
"Kenapa nenek saya harus dioperasi dok?" tanya Rendy
"Nenekmu mengalami serangan jantung yang menyebabkan ia terjatuh hingga mengakibatkan pendarahan di otak. Kalau dia tidak segera dioperasi maka kemungkinan besar nenek kamu akan meninggal. Jadi terserah padamu kau. Silakan isi formulir tersebut, setelah itu baru kami akan melakukan tindakan," jawab sang dokter
Mendengar penjelasan dari dokter membuat Rendy langsung menandatangani surat pernyataan tersebut.
"Lalu bagaimana dengan biaya operasinya dok?" tanya Rendy
"Kau bisa mengurusnya kepada pihak administrasi,"
Rendy segera keluar dari ruangan itu dan menuju ke bagian administrasi.
"Biaya operasinya empat juta rupiah, tapi kalau kamu punya BPJS bisa dicover sebagian," ucap sang perawat
"Kalau kami tidak punya BPJS?"
"Ya harus bayar full," jawab perawat itu
"Kalau sekarang tidak ada bagaimana jika besok,"
"Sebenarnya tidak bisa, karena harus ada jaminan,"
Rendy kemudian melepaskan jam tangannya dan memberikannya kepada wanita itu.
"Meskipun ini bukan jam tangan mahal tapi jam tangan ini sangat berharga karena pemberian dari sahabat dekatku, anggap aja benda ini sebagai jaminan, besok aku akan menebusnya," jawab Rendy kemudian bergegas pergi
Ia kemudian membuka ponsel sang nenek dan berniat memberitahukan ibunya tentang apa yang terjadi pada neneknya kepada Ibunya.
Namun seketika ia mengurungkan niatnya saat melihat foto yang dikirimkan oleh sang ibu kepada neneknya.
"Jadi ini yang membuat nenek terkena serangan jantung??" Rendy seketika mengepalkan tangannya saat melihat Rendra saudara kembarnya terbaring koma di rumah sakit.
Ia kemudian membuka google dan melihat pemberitaan yang beredar tentang adiknya yang koma setelah di bully oleh salah seorang teman sekolahnya.
"Jadi dia menjadi korban bullying di sekolahnya, kenapa pihak sekolah hanya diam saja?. Apa karena Rendra berasal dari keluarga miskin dan pelakunya adalah anak seorang konglomerat hingga bebas melakukan tindakan keji padanya??. Ini tidak bisa dibiarkan aku harus membalas apa yang mereka sudah lakukan kepada kakakku,"
Rendy kemudian menghubungi sahabatnya, tidak lama seorang pemuda tampan datang menemuinya.
"Apa kau bisa membantuku mengutus nenekku?" tanya Rendy
"Memangnya apa yang terjadi dengan nenekmu?"
"Dia sedang dioperasi dan aku butuh uang untuk biaya pengobatannya," jawab Rendy
Ia kemudian memberikan kwitansi yang harus dibayar kepada sahabatnya itu.
Pemuda itu tersenyum simpul kemudian membisikkan sesuatu padanya.
Rendy mengernyitkan keningnya saat mendengar saran dari sahabatnya itu.
Pagi harinya, Rendy mengikuti Barra menuju ke gudang sekolah. Di sana keduanya melihat aksi seorang geng perempuan sedang memalak siswa perempuan dan mengumpulkan uangnya kedalam kotak amal.
Keduanya kemudian mengikuti salah seorang dari mereka yang membawa uang kotak amal itu.
Saat pria itu pergi, keduanya langsung mencongkel pintu ruangan itu dan mengambil semua uang dalam kotak itu.
"Gila banyak banget duitnya, btw lo tahu ada geng kaya gitu darimana?" tanya Rendy
"Sepupu gue, kebetulan dia selalu jadi korban mereka," jawab Barra
"Jadi Lo sengaja melakukan hal ini untuk balas dendam sama mereka!"
"Yoi," jawab Barra kemudian meninggalkan tempat itu bersama Rendy.
"Berapa jumlahnya, kurang gak buat bayar biaya rumah sakit nenek lo?" tanya Barra
"Jumlahnya hanya dua juta setengah jadi masih kurang satu juta setengah," jawab Rendy
"Kalau gitu biar sisanya gue yang bayar," jawab Barra
"Thanks ya bro," jawab Rendy kemudian memasukan uang itu ke saku celananya.
Saat keduanya hendak masuk kelas segerombolan siswa langsung menghadangnya di depan pintu.
"Jadi dia pencurinya!" seru salah seorang dari mereka menatapnya nyalang
Lelaki itu kemudian mendekati Rendy dan mendorongnya membuat Rendy terhempas hingga nyaris membentur dinding kelas.
Melihat hal itu membuat Barra marah dan menghardiknya, "Berani sekali kalian menyentuhnya, apa kalian sudah bosan hidup hah!" hardiknya dengan suara lantang
Seketika mereka tertawa mendengar celoteh Barra.
"Memangnya siapa dia hingga membuat kami tak boleh menyentuhnya. Apa dia anj*ng yang tak boleh di sentuh karena najis!" seketika terdengar suara riuh tawa para siswa saat mendengar ucapan Lelaki itu.
Rendy segera mendekati Barra dan melarangnya mengatakan apapun.
Tatap matanya seketika berubah memerah saat mendengar pria di depannya terus mengolok-oloknya.
"Awas guys, ada anj*ng jangan sampai kalian menyentuhnya jika tidak mau terkena rabies!"
Rendy langsung melepaskan pukulannya kearah pria itu hingga darah segar mengucur dari bibirnya.
"Bagaimana rasanya dipukul oleh anj*ng!" seru Rendy mencengkram leher pria itu
Lelaki itu langsung berusaha melepaskan diri dari cengkraman Rendy, namun tubuhnya seketika terhempas menghantam pintu masuk membuat semua siswa menjerit keras saat melihatnya terkapar di lantai.
Rendy kini menatap satu persatu teman-teman pria itu membuat mereka ketakutan.
"Beruntung kalian adalah wanita hingga membuat ku tak sampai hati menghajar kalian. Tapi jika aku melihat kalian merundung apalagi memalak siswa di sekolah ini maka aku tidak segan-segan menghajar wajah cantik kalian. Karena hanya ada satu orang yang boleh berbuat seperti itu di sekolah ini kecuali Rendy Satria!" seru pria itu kemudian berlalu pergi.
Ia dan Barra kemudian menuju ke rumah sakit untuk membayar uang operasi neneknya.
Namun saat itu juga dokter mengabarkan jika Neneknya sudah meninggal.
Rendy begitu sedih mendengar berita itu, dan di saat yang bersamaan ia juga menerima surat peringatan dari sekolah yang isinya ia mendapatkan skorsing selama satu bulan karena sudah membuat seorang siswa cedera.
Kesempatan itu digunakan oleh Rendy untuk datang ke Jakarta untuk melihat kondisi saudara kembarnya.
Malam itu ia dan Barra mengendap-endap memasuki ruang ICU rumah sakit.
Melihat kondisi kritis kembarannya, ia memutuskan untuk menggantikan posisi kakaknya dan meminta Barra untuk membawa Rendra pergi dari rumah sakit.
Seorang wanita datang memasuki ruangan ICU. Wanita dengan pakaian lusuh dan wajah penuh peluh itu kemudian duduk di samping Rendy dan mengusap lembut wajahnya.
"Cepat bangun Le, mama kangen," ujarnya kemudian mengusap air matanya
Rendy samar-samar membuka matanya saat wanita itu memalingkan wajahnya.
Mamah??
Rasanya ia begitu bahagia karena setelah puluhan tahun akhirnya bisa bertemu dengan mamahnya. Ingin rasanya ia memeluknya dan memanggilnya mama, namun belum saatnya.
Ia tidak boleh gegabah agar rencananya berjalan lancar. Terdengar suara Marini membaca ayat-ayat suci Alquran di samping putranya. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh wanita itu, berharap putranya akan segera bangun dari koma jika ia terus melantunkan ayat-ayat suci di dekatnya.
Terdengar suara pintu ruangan terbuka.
Seorang pria berperawakan tinggi besar dengan baju safari khas seorang pengusaha kaya memasuki ruangan itu dan menghampiri Marini yang masih khusu membaca kalam Illahi.
"Assalamualaikum,"
Marini langsung berhenti dan menjawab salam pria itu.
"Waalaikum salam,"
"Perkenalkan saya perwakilan dari keluarga Devano Mahendra, ingin menyampaikan uang santunan untuk putra ibu,"
Pria itu kemudian memberikan amplop coklat kepada wanita itu.
"Maaf, saya memang orang miskin tapi aku masih mampu membiayai putraku dan tak butuh santunan dari kalian," jawab Marini kemudian mengembalikan amplop coklat itu
Ia kembali duduk dan melanjutkan tadarusnya.
"Tapi Bu, isi amplop ini cukup besar dan kalau Ibu tidak mau menggunakannya untuk berobat, anda bisa menggunakannya sebagai modal usaha atau biaya hidup,"
"Memangnya dengan uang itu bisa mengembalikan senyum putraku, memangnya dengan uang itu kalian bisa mengembalikan kebahagiaannya dan menyembuhkan luka batinnya!" seru wanita itu dengan mata berkaca-kaca
"Kami memang membutuhkan uang, tapi uang tidak bisa mengembalikan putraku, kalau kalian memang ingin bertanggung jawab terhadap putraku, maka kembalikan ia seperti semula, apa kau bisa?" ucap wanita itu
"Baiklah kalau itu mau Ibu, yang jelas pihak keluarga Devano sudah berniat baik dengan memberikan santunan kepadamu tapi kau malah menolaknya, jadi jangan salahkan kami jika terjadi sesuatu dengan putramu,"
"Kalau kalian memang memiliki niat baik, kenapa Devano tidak mau meminta maaf kepada putraku dan mengakui kesalahannya di depan umum, bukankah itu tidak sulit?"
"Maaf Ibu, ini adalah sebuah kecelakaan dan Mas Dev juga korban. Jadi jangan menyalahkan dia, harusnya kalian berterima kasih karena kami tidak menuntut putramu yang sudah membuat Mas Dev mengalami cedera di tangannya," jawab Pria itu
"Beruntung ia hanya cedera, padahal aku berharap tangannya itu patah agar ia tidak merundung anak-anak tak berdosa seperti Rendra lagi," jawab Marini
Karena kesal dengan sikap Marini yang tak mau menerima uang pemberiannya pria itu kemudian meninggalkan ruangan itu.
Sementara itu Rendy tampak mengepalkan tangannya saat mendengar percakapan mereka.
Aku janji akan membalas apa yang telah kalian lakukan kepada kakakku dan juga Mamah.
Tidak lama seorang perawat datang untuk memeriksa kondisi Rendy.
"Bagaimana keadaannya sus?" tanya Marini
"Sepertinya putra anda sudah membaik, oh iya ada beberapa resep obat yang harus anda tebus hari ini," ucap sang perawat kemudian memberikan selembar resep obat kepadanya
"Baik sus," jawab Marini
Wanita itu kemudian membuka dompetnya dan menghitung jumlah uang yang ada di dalamnya.
"Sepertinya uangnya kurang, bagaimana ya, apa aku nyari pinjaman dulu baru nebus obat ini. Karena gak mungkin mereka akan memberikan obat jika aku tak punya uang," ucap Marini terlihat gusar
Tak tega melihat Ibunya bersedih karena tak memiliki uang untuk menebus Obat, Rendy perlahan menggerakkan tangannya membuat Marini langsung berteriak memanggil sang perawat untuk kembali dan memeriksa putranya.
Perawat itu tak percaya saat melihat Rendy membuka matanya. Ia buru-buru pergi untuk memanggil dokter yang merawatnya.
Tidak lama seorang dokter datang dan segera memeriksa kondisi Rendy.
"Wah ini suatu keajaiban, jarang sekali pasien koma dengan luka seperti dia bisa siuman dengan cepat," ucap sang dokter
"Alhamdulillah, akhirnya Allah mengabulkan doa-doaku. Terimakasih nak sudah mau berjuang dan kembali sadar lagi," ucap Marini begitu bahagia
"Setelah ini kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dan jika semua hasil pemeriksaan bagus maka putra ibu bisa beristirahat di rumah," ujar sang dokter
"Terimakasih dok,"
Siang itu juga Dokter langsung melakukan tes menyeluruh kepada Rendy. Seluruh rumah sakit tiba-tiba gempar atas apa yang terjadi dengan Rendy.
Mereka benar-benar tak mengira jika pemuda itu bisa pulih dengan cepat.
Kabar itu bahkan terdengar oleh keluarga Devano Mahendra. Mereka kini bisa bernafas lega karena sang korban bully tidak mati.
Setidaknya mereka bisa lolos dari tuduhan pembunuhan.
Saat mendengar Rendra sudah pulang ke rumah para aktivis dan penggiat masalah sosial mendatangi kediaman pemuda itu.
Mereka kemudian menyuruh Rendra untuk mengangkat kasus perundungan yang menimpanya ke publik. Mereka berjanji akan membantunya agar ia bisa mendapatkan keadilan.
"Maaf tapi aku tidak mau membesar-besarkan masalah ini. Biarlah aku sendiri yang akan menyelesaikan masalah ini dan orang-orang tidak perlu tahu apa yang terjadi padaku," jawab Rendy
"Kenapa kau tidak mau mengangkat kasus ini, bukankah jika kau menutup kasus ini sama saja kau membiarkan penjahat itu akan melakukan hal yang sama kepada siswa lainnya," ucap seorang aktivis
"Kata siapa aku akan menutup kasus ini dan melupakannya. Meskipun aku tidak mengangkat kasus ini ke media, tapi bukan berarti aku melupakannya. Bukankah aku sudah memberitahu anda jika aku akan menyelesaikan sendiri masalah ini dengan caraku sendiri," jawab Rendy
Para aktivis dan penggiat masalah sosial akhirnya pergi meninggalkan kediaman Rendy dengan wajah kecewa. Mereka tak mengira jika Rendra akan berubah pikiran dan memilih tidak mengangkat kasus ini ke media.
Pagi itu Rendy memakai baju seragam Rendra dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Marini yang menganggap ia belum sembuh benar, melarangnya untuk masuk sekolah. Namun Rendy bersikeras untuk masuk hari itu.
"Aku sudah kangen untuk belajar Mah, Aku juga kangen bertemu teman-temanku mah. Jadi boleh kan hari ini aku masuk sekolah?" ucap Rendy
"Tapi apa kamu benar-benar sudah merasa baikan?" tanya Marini
"Tentu saja, kalau tidak kenapa aku berani pergi hari ini," Rendy kemudian mencium punggung tangan ibunya.
Pemuda itu kemudian naik angkutan umum menuju ke sekolah.
Setibanya di kelas, seorang siswa laki-laki menghampirinya.
"Wah tidak ku sangka kau benar-benar datang hari ini, welcome back Rendra to the Hell School!" seru Devano kemudian menertawakannya
"Oh ya, karena ini adalah hari pertama mu maka aku tidak akan membully mu, tapi sebagai gantinya kamu harus membelikan aku air minum dingin seperti biasanya," Devano melemparkan uang kertas ke wajah Rendy membuat pemuda itu seketika merasakan Rahangnya mulai mengeras saar menerima perlakuan darinya.
Rendy segera memungut uang itu kemudian bergegas ke kantin. Tidak lama ia kembali dengan membawa dua botol minuman dingin.
Ia kemudian menghampiri Devano dan kawan-kawannya yang sudah menunggunya.
"Jangan lupa sekalian bukain tutup botolnya!" seru Devano
Rendy kemudian membuka botol itu dan membawa minuman itu kepada Dev.
Namun bukannya memberikan minuman itu Rendy justru menyiramkan isi botol itu ke wajah Devano.
⁷
*Byuurr!!
Dev begitu terkejut saat Rendra tiba-tiba menyiramnya dengan air.
Ia begitu marah dan tak mengira jika pria cupu seperti Rendra begitu berani menyiram wajahnya di depan umum. Semua orang tampak tegang sekaligus terkejut melihat aksi nekad Rendra.
"Berani sekali kau menyiram ku, apa kau sudah bosan hidup!" hardik Dev dengan nada tinggi membuat semua orang begitu ketakutan dan langsung masuk ke kelasnya masing-masing.
Ia kemudian mendorong tubuh pria itu membuat Rendra terhempas beberapa langkah darinya. Saat Dev hendak melepaskan tinjunya kearahnya, Rendy segera menahan lengannya membuat pemuda itu mencoba melepaskan lengannya.
"Lepaskan tanganmu!" seru Devano
Namun Rendra yang dulu lemah kini berubah menjadi kuat, ia bahkan tak bergeming saat mata bengis Devano berusaha mengintimidasi dirinya.
"Jadi sekarang kau berani melawanku rupanya," Devano menyeringai dan menarik kerah baju Rendy
"Grep!!
"Apa kau sekarang memutuskan untuk melawanku karena sudah bosan hidup?"
Devano Kemudian menertawakan pria bertubuh kerempeng di hadapannya.
"Mari kita lihat seberapa kuat dirimu, jika kau memang kuat maka kau akan bisa mengalahkan teman-temanku. Satu lagi, aku akan memberimu hadiah jika kau berhasil mengalahkan semua anak buahku," bisik Devano
"Kalau begitu selamat bertanding!" seru Devano kemudian mengedipkan matanya kearah Rendy.
Penasaran dengan sikap Rendra yang mulai memberontak Dev berpikir untuk memberinya pelajaran sebelum anak buahnya menghajar pemuda itu.
Saat Ia akan melepaskan tinjunya, Rendy langsung menghindar. Bukan. hanya sekali Dev dipermalukan dengan pukulannya yang selalu meleset, ia bahkan hampir terjatuh saat Rendra menggeser posisinya manakala ia melepaskan tendangan kearahnya. Hal itu tentu saja membuat Dev semakin kesal. Ia kemudian menyuruh dua temannya untuk memegangi Rendy.
Kali ini ia yakin Rendra tak akan bisa menghindari serangannya. Dev sudah sabar untuk menghajar pemuda itu hingga babak belur bahkan bila perlu sampai Rendra kembali koma di rumah sakit. Namun sayangnya keadaan justru tidak berubah, meskipun ia sudah dipegangi oleh dua orang anak buahnya tetap saja Devano gagal menyentuh Devano.
"Dasar brengsek beraninya kau terus menghindar, kalau kau memang berani lawan aku!" seru Devano dengan penuh emosi
Ia kemudian mengambil kursi disebelahnya dan menghantamkannya kearah Rendra.
Pemuda itu langsung menghindar hingga kursi itu mengenai salah seorang yang menjegalnya.
*Buughhh!!
Saat salah seorang yang memeganginya jatuh pingsan karena terkena pukulan kursi, Rendra segera melepaskan pukulannya kearah pria do sebelahnya hingga ia terjungkal dan melepaskannya.
Seketika Dev terkejut saat melihat Rendra kini berdiri di hadapannya tanpa seorangpun yang memeganginya.
Dev terlihat begitu ketakutan saat melihat kemarahan dimata Rendra.
Ia segera menarik salah seorang anak buahnya saat Rendra melepaskan tinju kearahnya .
*Buughh!!
Devano segera berlari saat melihat anak buahnya jatuh tersungkur setelah terkena pukulan Rendra.
Tidak lama Devano kembali dan kali ini ia membawa begitu banyak anak buahnya.
"Habisi pecundang itu!" seru Dev memerintahkan anak buahnya
Teman-teman Devano segera mengepung Rendra dan menyerangnya bersamaan.
Melihat Rendra dikeroyok oleh begitu banyak preman sekolah tak membuat satupun siswa yang yang berani membantunya. Semua siswa tampak takut dan meninggalkan mereka tanpa ada satupun yang melerai atau melaporkan kejadian itu kepada guru.
Rendy yang sudah mengetahui situasi itu tampak tenang dan hanya menatap sinis wajah-wajah pecundang yang hanya melihatnya tanpa menolongnya.
Jadi ini kah yang selalu dirasakan oleh kakakku??, dipukuli, di rundung oleh bajing*an seperti mereka.
Saat mata elang Rendy melihat Devano melepaskan tinju kearahnya, Ia segera menginjak kaki siswa yang menjegalnya memelintir lengannya kemudian menahan pukulan Dev.
*Buugghhh!!
*Greepp!!
Devano tak habis pikir saat tiba-tiba Rendra yang selalu lemah tiba-tiba memilki keberanian untuk melawannya. Ia bahkan menjadi kuat hingga mampu menahan pukulannya.
Ia berusaha melepaskan lengannya namun cengkraman tangan Rendy lebih kuat.
"Kenapa kalian diam saja, cepat habisi si cupu ini!" seru Devano membuat semua kaki tangannya langsung maju dan menyerang Rendy
Rendy segera memelintir lengan Devano hingga lelaki itu mengerang kesakitan dan menendangnya hingga ia terhempas dan menimpa teman-temannya.
Melihat beberapa orang siswa menyerangnya membuat pemuda itu melepaskan tendangan melingkar hingga satu demi satu dari mereka berjatuhan ke lantai.
Dari belakang seorang siswa mengalungkan dasinya untuk mencekik lehernya. Melihat Rendy mulai kewalahan dua orang siswa lain menjegalnya. Dan saat itulah Devano bersiap melepaskan tinjunya.
Kali ini Rendy tak bisa menahan lagi emosinya, ia segera menarik lengan keduanya dan memelintir nya.
Mendengar suara teriakan keduanya membuat Rendy langsung melepaskan tendangan keras kearah keduanya hingga mereka langsung jatuh tersungkur ke lantai. Ia tak lupa memberikan hadiah tendangan keras kearah Dev hingga pemuda itu terhempas ke lantai.
Kini Rendy memegangi dasi yang masih melilit lehernya ia menoleh kebelakang dan kemudian melepaskan tendangan kearah pria yang menarik dasinya hingga ia terkapar di lantai.
*Buugghhh!!
Beberapa siswa langsung mengepungnya membuat Rendy langsung memasang kuda-kuda.
Devano yang sudah bangun langsung mengambil sebuah baton dan mendekatinya.
"Ternyata ada gunanya juga kau koma, sekarang kau tampak lebih berani dan membuat ku semakin ingin menghajar mu sampai kau tak bisa melihat matahari lagi!" ucap Devano
" Dasar anak Iblis kau pikir bisa mengalahkan aku hah!" imbuhnya
*Buugghhh!!
Kembali tendangan keras menghantam wajah Dev. Ia jatuh tersungkur sambil memegangi pipinya yang terasa panas dan membuatnya jatuh tak berdaya.
Ia menarik kerah baju devano dan melepaskan tinjunya hingga jatuh pingsan di lantai.
Rendy mengambil segelas air mineral dan menyiramnya ke wajah Devano hingga pemuda itu segera membuka matanya.
Pria itu kemudian mengambil ponsel Devano, ia menyuruhnya untuk mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Namun Dev yang arogan justru menolaknya. Ia bahkan meludahi Rendy dan menghinanya.
"Lo pikir siapa bisa memerintahkan aku. Asal lo tahu sampai kapanpun gue gak bakal minta maaf sama lo ataupun keluarga lo!" serunya kemudian terkekeh melihat ekspresi wajah dingin Rendy.
*Plaakk!!
Rendy segera menampar wajah Dev hingga darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
"Iblis sepertimu memang tidak akan pernah meminta maaf apalagi mengakui kesalahanmu," jawab Dev
Ia kemudian mengambil baton milik Dev yang tergeletak dan menggunakannya uny memukuli punggung Devano hingga pemuda itu menjerit kesakitan.
Setelah puas melampiaskan kekesalannya ia kemudian meninggalkan Devano dan teman-temannya yang terkapar di lantai.
Para guru nampak terkejut saat melihat wajah babak belur Devano dan teman-temannya.
Sang wali kelas langsung bertanya kepada mereka tentang siapa yang menghajarnya namun mereka tak bis bicara atau mengakui siapa yang sudah membuatnya seperti itu.
Saat Devano mulai sadar keluarga menunggu untuk mengetahui siapa pelaku yang sudah menghajar anak konglomerat sepertinya.
"Rendra yang membuat ku seperti ini!" seru Devano
"Tidak mungkin Rendra yang menghajar mu karena bocah itu masih koma di rumah sakit,"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!