NovelToon NovelToon

Dendam Sang CEO Tampan

Bab 1. Rahasia

"Bisa kasih saya waktu lebih?" Seorang lelaki paruh baya duduk di depannya dengan menghiba. Sosok laki-laki muda memainkan penanya. Masih sibuk dengan berkas di tangannya. Ia mengacuhkan ucapan laki-laki paruh baya didepannya.

"Apa jaminan anda?"

Lelaki paruh baya itu dibuat bingung. Apa yang akan lelaki muda ini minta darinya, bahkan ia saja tidak bisa membayar hutangnya pada tanggal yang sudah ditentukan.

"Perusahaan saya jaminannya?" Ucap lelaki tua itu perlahan.

Tawa merendahkan pun terdengar. 

"Perusahaan yang mau bangkrut itu, kau jaminkan, padaku?" Suara berat nya lirih.

Dahinya masih mengkerut. Otaknya mencari apa yang lelaki muda di depannya ini mau. 

"Apa yang anda inginkan dari saya?" Tanyanya.

"Apa yang anda miliki?" Tungkas lelaki muda, membuat lelaki paruh baya itu berpikir keras. 

"Anak saya, ya, bagaimana dengan anak perempuan saya sebagai jaminan?" Lelaki tua itu menelan salivanya, seorang bedeb4h sepertinya akan menumbalkan apapun termasuk sang anak perempuan, untuk melancarkan bisnisnya.

"Saya dengar kau mencari seorang istri?" Lanjut lelaki tua itu takut-takut.

"Sepakat, Anak perempuan anda! Serahkan pada saya, hutang anda lunas, Bagaimana? Bahkan Saya akan berinvestasi besar di perusahaan Anda"

Senyuman mengembang terlihat dari wajah lelaki paruh baya itu, kepalanya mengangguk cepat, tak sia-sia ia membesarkan anak perempuannya. Sangat berguna.

"Sepakat" jawaban cepat tanpa berpikir dengan nada senang terdengar di telinga lelaki muda itu.

Lelaki muda itu menarik sudut bibirnya. Senyuman berganti dengan seringaian licik, setelah memastikan lelaki bedeb4h itu keluar dari ruangannya.

***

Klink!

MAMA

Rena, kamu tidak rindu rumah? Pulanglah nak, Bagaimana kalau kita makan bersama sabtu nanti? 

Pesan yang Rena intip sekilas. Membuat gadis itu menghela nafas berat, Sesuatu yang menurutnya sangat langkah. Sang Mama menghubungi dirinya.

"Rena keruangan saya!"

"Baik Bapak" 

Rena Samanta Joel, Wanita muda dengan karir yang cemerlang, sebagai sekretaris ia bisa menghandle segala jenis urusan. Benar-benar cekatan.

Ia bekerja di perusahaan IBRAHIM Corp. Perusahaan yang bergerak dalam bidang properti juga industri olahraga. Ia mandiri. Memiliki sebuah rumah sendiri. Walau tidak besar namun sangat nyaman, Ia membelinya dari jerih payah juga keringat sendiri. 

Juga sebuah mobil hitam Toyota GR86 yang nangkring indah di dalam garasi, kalau yang ini, hadiah dari kakaknya, Davis Joel, kakak yang ia sayangi.

Tapi Rena lebih memilih menaiki karimun wagon lungsuran sang kakak saat ke kantor entah mengapa ia lebih nyaman dengan mobil itu.

Rena membereskan perlengkapannya dan saat akan melangkah masuk ruangan pak bos, tangannya dicekal seseorang. 

"Hai cantik, mau kemana?" Rena berdecak. Selalu saja playboy cap kadal buntung ini mengganggunya.

"Ka, masih pagi," keluh lelaki yang menyusul dibelakangnya. 

"Ah elo ganggu aja, kan gue ngapel calon ibu dari anak-anak gue" Raka Delino, playboy, yang selalu mengganggunya adalah teman dari anak bosnya, Isaac Lewi Ibrahim II.

"Sudah sana lo temui Om Ibrahim, gue disini dulu nemenin Ayang Rena" Rena mendengar gombalan Raka hanya memutar bola matanya malas.

Siapa yang tidak malas, ia sungguh dibuat lelah oleh lelaki yang selalu saja mengikuti nya kemanapun, Jika mereka berkunjung ke lantai 46 ini.

"Kalau begitu Bapak Raka duduk manis disini" Rena mendudukan Raka di kursinya, Ia bisa melihat Raka yang kegirangan. Lalu Rena berjalan masuk mengikuti Isak, masuk ke dalam ruangan Bosnya.

"Lha kamu kemana? Masa aku ditinggal, hei Rena! Aku ikut! Jangan tinggalkan aku, honey" Rena masuk dengan berdecih. Dan semua drama yang Raka lakukan terdengar dari dalam.

"Rena pagi-pagi sudah di apelin ayang, jadi kangen istri, saya" goda Ibrahim. Rena hanya merengut, menyipitkan mata pada pria paruh baya itu.

"Yah gagal jadi menantu saya dong, gimana nih Isak? Kamu kok kalah sama Raka?" Dengusnya geli masih menggoda sang sekertarisnya.

"Eh tidak bisa, Om! ini milik Raka! Hak paten! Gak ada rebut merebut!" Protes Raka. Ia menarik Rena untuk ia sembunyikan di belakang punggungnya. Rena menatap tubuh yang menjulang di depannya dengan alis menaut. 

"Sembarangan!" Cibir Rena, ia memukul punggung Raka dengan berkas, ia ingin menyerahkan berkas itu pada Ibrahim. Lelaki itu mengaduh.

"Raka sebelum janur kuning melengkung, dan belum SAH, Rena masih bebas memilih"

"Iya kan Ren, jadi kamu milih anak saya atau teman anak saya nih?" Tak ada lagi senyum di bibir Rena. Ia memandang datar pada bosnya yang suka sekali menjodohkannya pada anaknya.

"Pak Bos, nanti ada meeting jam 11 dengan FIFA, mengenai bola yang akan mereka pesan dari kita, dilanjut makan siang dengan para petinggi FIFA,"

Rena menyebutkan jadwal Ibrahim. Piala Dunia masih 8 bulan lagi dan perusahaan Ibrahim telah ditunjuk dalam pembuatan bola yang akan digunakan dalam piala dunia itu.

"Lalu sore pukul 4 ada janji dengan Ibu Nami, menemani belanja"

"Kamu saja yang menemani ya Ren, tak apalah pendekatan dengan calon mertua."

"Pa!"

"Om!" Protes kedua lelaki muda, yang satu menatap malas, yang satu menatap memicing, Dan Ibrahim senang menjahili keduanya hanya terkekeh.

"Maaf pak bos, saya ada keperluan hari ini, jadi tidak bisa menemani ibu" jawaban diplomatis a la Rena.

"Ah kamu ada kencan ya?" Tebak Ibrahim.

"Iish! Pak bos suka kepo!" Ucap Rena yang tak lagi berbicara formal dengan sang bos kembali ke mejanya. Dengan Raka mengekori.

Ibrahim sudah menganggap Rena layaknya anak sendiri hanya terkekeh geli, suka sekali ia menjahili anak muda itu.

"Mau kemana lu!" Isak menatap tajam Raka, dan tersangka hanya memperlihatkan cengiran lebarnya. 

"Gak! kerja! Kerja!" Ucap Isak dengan menyeret Raka.

"Renaa~" jerit Playboy cap kadal itu memanggil namanya. Dan Rena hanya tersenyum sambil melambai.

***

Rena berjalan masuk ke dalam salah satu restoran mewah, Ia disambut oleh pramusaji, restoran itu terlihat megah dengan ornamen Cina pada pintunya.

"Atas nama Troy Joel"

Pramusaji mengarahkannya ke tempat yang telah orang tuanya pesan. Wangi masakan cina menyeruak. Membuat perutnya berteriak meminta diberi asupan.

Siang tadi ia hanya makan sedikit roti karena ia tidak sempat untuk makan siang, Rapat dengan Fifa terlalu santai dan dirasa akan molor, namun Pak Bos Ibrahim mengultimatum agar rapat tidak molor, 

Dengan cekatan Rena mengatur jalannya rapat hingga semua berjalan sesuai rencana walaupun ia sendiri harus mengorbankan waktu makan siangnya.

Bosnya itu bucin akut pada sang istri. Jadi ia tak ingin mengecewakan sang istri karena keterlambatan rencana menemani sang istri.

Kadang Rena merasa kehangatan hubungan keduanya, jika melihat kebersamaan mereka. Ia senang, tapi Rena tidak berpikir kehangatan itu akan terjadi pada dirinya.

Rena sudah skeptis pada hubungan pernikahan dan berkeluarga pada dirinya. Ia pribadi tidak berminat jika ia harus menjalani keduannya. 

Pintu ruangan terbuka. Rena menjejal masuk, mama dan papanya menunggunya, 

"Ma, Pa, mana Kak Davis?" Sapa Rena mendekati kedua orang tuanya dan mencium pipi mereka.

"Anak mama" Wila memeluk anak perempuannya itu erat, sambutan yang membuatnya agak terdiam di tempatnya. Tidak pernah mamanya menyambut dirinya sehangat ini.

"Nanti nyusul, kamu apa kabar?" ucap Papanya yang tak menatapnya. Ia sibuk dengan benda kotak pintar dengan gambar apel kroak di belakangnya. Entah apa yang sedang ia mainkan disana. Kalian bisa menebaknya kan.

"Baik, mama sama papa bagaimana?" Pramusaji datang kembali dengan se teko teh, juga buku menu.

"Kami pesan nanti ya mbak" ucap sang mama. 

"Mama tidak sebaik ini, astaga kamu kurusan, harusnya kamu pulang, tinggal dengan kami, kamu kurusan lho sayang, apa itu namanya? Kalau anak kos itu, perbaikan apa ya?" Cerewet sang mama,

"Perbaikan?" Ulang Rena.

"Iya itu lho istilah anak kos kalo pulang ke rumah, apa sih itu. Perbaikan … "

"Perbaikan gizi?" Timpal Rena.

"Nah itu, iya kamu pulang langsung perbaikan gizimu" ujar sang mama yang tak pernah memasak. Bagaimana perbaikan gizi jika ia pun sering delivery order jika di rumah.

Ini benar-benar aneh. Tak pernah sekalipun setelah ia keluar rumah, dan tinggal sendiri, mamanya jadi sepeduli ini padanya.

"Kamu minum dulu" papanya meletakkan ipadnya. Dan papanya menuangkan teh pada cangkir keramik dengan gambar ukiran cina berwarna biru dan putih.

Benar. Sesuatu yang membuatnya merinding. Papanya juga aneh tak akan sepeduli itu jika tidak terkait dengan untung dan rugi, Ada apakah gerangan? Ia harus mengirim pesan pada kakaknya dan bertanya.

Rena merogoh tas kecilnya dan mengambil ponsel, ia mulai mengetik, dan dengan cepat balasan ia dapatkan, ia buka ponselnya namun bukan jawaban yang ia dapatkan.

"Ma, Kak Davis tak bisa datang, ia ada keperluan mendadak" Rena mengucapkan apa yang Davis sampaikan melalui pesannya.

"Tak apa"

Satu kata, lagi-lagi membuat kerutan di dahi Rena, Fix! Ini tidak biasa. Ia pernah ingat saat dulu makan malam, dan Davis tidak datang, makan malam pun batal, ya seberharga itu kakaknya dimata orang tuanya.

Bahkan pernah ada peristiwa saat semua keluarga sudah berkumpul untuk ulang tahun Davis, namun batal karena Davis tidak suka dengan bentuk parkiran dari restoran yang mereka sewa. Dan pesta yang sudah disiapkan itu batal.

Juga ada saat Rena terkena demam berdarah, mama dan papanya lebih memilih menemani Davis les piano dari pada menunggu Rena di rumah sakit.

Ya seistimewa itu kakaknya. Walaupun Rena mendapatkan perlakuan berbeda dari orang tuanya, Davis sangat menyayanginya. 

"Iya tak apa, Rena sayang kamu harus banyak makan,"

Kruuurkk …

"Tuh perutmu sampai bunyi" ucap halus Wila.

"Aku panggil pelayan dulu kalau gitu" Rena akan beranjak. Namun Troy menghentikan.

"Jangan dulu, kita masih menung—"

Ssrrtttt …

"Maaf terlambat" sontak semua kepala menuju pada sumber suara. Mata Rena membola lebar melihat sosok yang masuk dan duduk di samping Papanya.

"Pak Raka?" lirih Rena.

"Maaf saya terlambat Pak Joel" sosok itu menyalami tangan Troy. Juga tersenyum pada Rena yang terpaku di tempatnya.

"Tak apa nak Raka. Ayo pesan, pelayan buku menunya" pelayan memberikan mereka buku menu dan memesan yang mereka inginkan.

Rena bahkan dibantu Wila untuk memesan, ia bingung dengan kehadiran Raka di depannya dan masuk kedalam acara makan malam keluarganya. Otak pintar Rena seakan berlarian. Tak dapat mencerna dengan mudah informasi yang baru ia dapat.

Rena menatap wajah Raka yang tersenyum senang padanya. Jari Rena memberi kode untuk lelaki itu mendekat padanya. Lelaki itu mengikuti apa yang dikodekan Rena.

"Bapak ngapain disini?" bisiknya pada Raka.   

"Makan malam" ucap Raka singkat dengan masih menyengir membuat Rena kesal.

"Ehem, nak Raka apa kabar? sudah lama ya tak bertemu, nak Raka" Wila mencoba berkarab ria.

"Baik tante sehat walafiat" ucap Raka.

"Ish kenapa manggilnya tante sih, panggil Mama kan nanti kamu jadi menantu mama" Wila menutup bibirnya, ia tertawa tertahan.

"Ma, Pak Raka mama jodohin sama Kak Davis?" Rena mencerna kata "menantu" yang mamanya ucapkan tertuju pada kakak lelakinya.

"Ya nggak dong sayang, Maaf ya nak Raka, Rena memang agak dong dong, kalo kesenangan, calon suaminya ganteng" kembali tawa terkekeh terdengar dari Wila.

"Sebentar! Tunggu dulu! Maksudnya Calon suami, siapa?" Rena menatap ketiganya, menanti jawaban, dengan wajah polos dan pias.

"Rena, kami ingin menjodohkanmu dengan Nak Raka,"

Rena tercenung ditempatnya. Ia menatap ketiga orang didepannya tak percaya.

***

Makan malam selesai. Rena berada di mobil Raka, papanya memaksa, ia tanpa sepengetahuan Rena menyuruh bawahannya untuk membawa pergi mobil Rena.

Rena akhirnya mengerti sekarang, mengapa kedua nya begitu terlihat menyayanginya. Ternyata perjodohan.

Rena melipat tangannya.

"Pak Raka tahu tentang perjodohan ini kan?"

"Bener, aku nggak tahu, aku disuruh datang, untuk kencan buta dan boom kamu calon istriku, aku sih iyes" tawa melingkupi mereka. Tentu saja Rena tak percaya.

"Aku tahu kamu tak percaya padaku, memang jangan percaya … " jeda lama. Rena tak mengerti jalan pemikiran Raka.

"Percaya itu sama Tuhan jangan sama aku, Musyrik" kekehan Raka. Membuat Rena semakin kesal. Ia memukul lengan Raka. Lelaki itu mengaduh namun masih terkekeh.

"Kamu nggak lapar? Tadi aku lihat kamu makan sedikit, mau melipir bentar?" Raka menaik-naikkan alisnya. Ia tahu jika lapar Rena akan segalak singa. Kebiasaan yang lucu bagi Raka.

"Terserah"

"Oke bos!" Raka membelokkan mobilnya dan memasuki kawasan makanan cepat saji.

"Mcflurry oreo, big mac, dan dua ayam, kentang ukuran besar, untuk My Queen" ia menyerahkan kantong coklat dengan lambang huruf M berwarna kuning pada Rena.

Rena membuka, lalu melahap kentang gorengnya, ia memang lapar, karena saat di restoran ia terlalu syok, jadi tak makan banyak.

Raka membelokkan mobilnya ke sebuah lapangan basket dengan penerangan sangat terang, di sana terdapat sekumpulan orang yang bertanding basket.

Ia memarkirkan mobilnya dan Rena menatap ke sekelilingnya, dan ia mengganti sepatu hak tingginya dengan sandal rumahan yang memang miliknya di mobil Raka.

Ya, Rena dan Raka dekat. Karena lelaki itu terus mendekatinya. Mereka layaknya teman. Tapi dengan kata "saling" didalamnya, saling nyaman, saling membutuhkan dan saling menggoda? Entahlah.

Mereka mengunyah dengan fokus menonton pertandingan basket yang riuh di depan sana.

Rena duduk bersila diatas kap mobil, sedangkan Raka menyandarkan tubuhnya pada kap dengan menikmati triple big mac nya. Ia pun sama laparnya seperti Rena.

"Bagaimana kalau kita coba?" Ucapan yang membuat Rena tersedak karena ketahuan memandangi lelaki itu dalam diam.

Raka mengulurkan air mineral, yang telah ia buka tutupnya. Rena meneguk air mineral itu. Hingga setengah.

"Kau membuatku kaget!" Kesalnya.

"Rena aku serius, bagaimana jika kita coba?"

"Ada aku akan selalu di sampingmu" ucap lelaki itu.

Rena menatap mata Raka lama. Ia ingin menemukan sesuatu di sana lalu Rena kembali menggigit burgernya dengan mengangguk-anggukkan kepalanya sembari mengunyah.

"Mari kita coba" 

Bersambung ...

Bab 2. Percaya

Ini membuat Rena pusing, kata "mencoba" dari Raka seakan jebakan untuknya, bagaimana bisa kata "mencoba" menjadi persetujuannya untuk menikah.

Dipikiran Rena saat itu hanya untuk mencoba menjalin hubungan dulu, saling mendekatkan diri, bukannya untuk sebuah pernikahan.

Dan mengapa dia dengan bodohnya mengucapkan persetujuan itu tanpa berpikir. Rena menepuk bibirnya dengan kesal.

Bahkan Rena mendatangi Raka di kantornya. Dan ingin memukul kepala playboy cap kadal itu. Karena menyetujui dan datang melamarnya setelah ia mengiyakan kata "mencoba" itu.

Ya Raka langsung melamar dirinya dengan keluarga bosnya, Bapak Ibrahim menjadi pendampingnya datang ke rumah Rena. Ini benar-benar gila. Dan dalam sekejap ia menjadi calon istri seseorang.

Belum juga keterkejutannya hilang, sekarang ia tengah berada ditengah-tengah kedua ibu yang girang untuk menentukan gaun pernikahannya.

Rena dihadapkan dengan kedua mama, mamanya, juga bu bosnya. Mereka menentukan gaun mana yang akan Rena kenakan.

"Mama, Bu, kami menikah sederhana lho kalau kalian lupa?" Ucap Rena mencoba mengingatkan keduanya, karena apa yang mereka pilih adalah gaun untuk resepsi.

"Walaupun sederhana memang kamu tidak memerlukan pakaian nikah?" ucap sewot Wila, ibu Rena. Ia kesal dengan keputusan pengantin yang melaksanakan pernikahannya dengan sederhana.

Padahal ia ingin pernikahan anaknya mewah jadi ia bisa mengundang teman sosialitanya. Keputusan yang tadinya ia tentang. Tapi akhirnya suaminya berhasil membuatnya setuju.

"Bu boss maaf merepotkan," Rena menjadi tidak enak kepada ibu Isak itu. Sedari tadi ia melihat bu bossnya hanya sebagai pendengar ocehan sang mama.

Yang tidak setuju dengan pernikahan sederhana yang Rena pilih. Sebenarnya Nami dan Ibrahim telah mengetahui tentang keluarga Rena yang tidak begitu akur.

Nami dan suaminya sering bertemu dengan Wila dan Troy saat  di pesta rekan kerja mereka dan selalu yang mereka bahas adalah anak pertama mereka, Davis, mereka menyanjung, seakan anak pertama mereka tak bercela.

Saat Nami membahas tentang Rena, Wila bahkan terkejut, mengetahui anak perempuannya bekerja di perusahaan sang suami.

Dari situ, mereka hilang hormat, pada keduanya dan hanya menyapa seadanya jika tak sengaja berpapasan.

Padahal di mata keluarga Ibrahim, Rena sosok yang cekatan dan luar biasa. Bahkan Nami selalu ingin menjodohkan Rena dengan Isak. Sebelum tahu Raka, sahabat Isak menaruh hati pada Rena.

Dan melihat anaknya, tidak tertarik pada Rena. Nami pun menyerah. Siapa pun nanti yang menjadi pasangannya. Yang penting kebahagiaan Rena.

"Bagaimana dengan kain yang ini?" Wila mengambil satu kain, kain yang juga Nami setujui, daripada pilihan kain yang sebelumnya Wila pilih. Dengan cepat Rena pun menyetujui.

Kain brokat berwarna broken white, dengan banyak monte-monte, terlihat elegan tapi tidak seheboh yang lainnya.

"Batiknya pakai yang mana? Bagus pastel atau coklat biasa?" Wila bingung. Ia kembali masuk untuk memilih kain jariknya.

"Rena kamu bahagia?" Kembali Nami mendekat pada Rena, yang ia tahu gadis itu tidak tertarik dengan pernikahan. Ia melihat dari tolakan saat dengan gamblang Nami ingin menjadikan Rena menantunya.

Juga melihat kedua orang tua Rena, sebenarnya Nami sedikit terkejut dengan pernikahan Raka dan Rena ini. Semuanya seperti terburu-buru.

Ponsel Rena berbunyi. Nama Raka disana. Ia meminta izin untuk mengangkatnya meninggalkan Nami dengan pertanyaan yang menggantung.

"Maaf aku tak bisa kesana, meeting ku molor" ucap Raka.

"Okey tak apa, untuk kali ini, tapi tidak untuk lain kali" ucap tegas Rena.

"Siap my Queen"

"Raka" suara lain terdengar dari tempat Raka.

"Sudah dulu ya sayang, Padma memanggilku" ucap Raka yang kemudian mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban Rena. Ia mencebikkan bibirnya ia harus kedalam dan menghadapi mamanya lagi.

***

"Raka dimana kamu?" Rena menelepon Raka, helaan nafas terdengar dari seberang. 

"Maaf sayang aku terlambat, macet tunggu sebentar ya" satu jam, akhirnya Raka datang. Ia mendekati Rena dengan menyengir.

"Hei, maaf ya, bagaimana? Aku ingin melihat kau mengenakan pakaian pengantinnya."

Ia memeluk Rena, sejak lamaran, Raka semakin sering melakukan kontak fisik pada Rena. Dari elusan, berpegangan tangan, pelukan bahkan ciuman juga.

Awalnya Rena terkejut. Tapi memikirkan mereka akan menua bersama, mengapa tidak ia membiasakan diri. Tapi Rena masih merasa malu, juga penasaran.

"Aku sudah, tinggal milikmu" Raka melepaskan pelukannya. Ia menatap dengan mata memohon.

"Aku juga ingin melihat pengantinku?"

"Gak bisa, kamu melihatnya nanti saja di acara, pamali!" ucap Wila yang baru saja keluar dari dalam ruang jahit bersama Nami.

"Kamu semakin kurus Ren, mama sudah minta untuk mengecilkan lagi pakaianmu, ajak calonmu makan siang Raka, ia belum memasukan makan apapun hari ini" Nami menimpali. Ia melihat pipi tirus Rena.

"Baik ma, Sayang ini sudah sore, kau belum makan?" Tatapan Raka menajam. Rena memutar bola matanya malas.

"Setelah ini, kita makan, tunggu aku!" Raka masuk ke dalam ruangan pengepasan. Rena menunggu Raka. Sedangkan Nami dan Wila sudah pamit pulang.

"Ayo kita makan, ck! Ini sudah jam empat" Omel Raka.

"Ini aku makan" Rena mengangkat sekantong kuaci dihadapan Raka.

"Itu bukan makan!" Raka merebut dan menjauhkannya dari Rena.

Ya Rena suka sekali mengemil kacang-kacangan. Almond coklat, almond renyah, jagung marning, kacang hijau renyah. Namun favoritnya adalah kuaci.

"Itu makanan Raka! Hamster dan sugar glider suka" Rena keras kepala.

"Iya, tapi bukan makanan manusia!" Raka tak mau kalah, menggandengan tangan Rena, dan membukakan pintu penumpang.

Lalu setelah Rena masuk ia menutup pintu, dan membuka pintu belakang kursi Rena memasukan kuaci di belakang kursi Rena lalu mengambil satu bungkus keripik pisang.

Ia duduk di kursi kemudi. Dan memberikan bungkusan keripik pisang dipangkuan Rena. Bibir Rena tertarik ke atas lebar. Menjadi cengiran. Raka tahu apa yang ia suka.

Rena menikmati keripik kesukaannya itu. Selain kuaci tentunya. Sore itu Raka membawanya ke rumah makan padang. Disana Rena diperlakukan layaknya sapi yang digelonggong air sebelum di sembelih.

Bedanya disini Raka menumpahkan segala lauk pada piring Rena. Dan wanita itu harus menghabiskannya. Rena kembali cemberut. Ia tidak bisa menghabiskan makanannya. Raka mengambil alih piringnya. Membuat mereka makan sepiring berdua.

Raka menyuapi Rena dengan sesekali menyuapkan nasi pada mulutnya. Rena sangat menikmati makanannya. Ia mengunyah dengan menatap Raka yang juga mengunyah, sesekali menatap ke arah ponselnya yang selalu bergetar.

Raka menjelaskan pekerjaannya sedang banyak, juga ada sedikit masalah pada perusahaannya itu dan memerlukan banyak perhatian darinya.

Keabsenan Raka tidak hanya sekali, namun 95% dalam semua persiapan pernikahan, penentuan souvenir juga undangan, ia tidak hadir. Akhirnya, Rena tak terlalu ambil pusing Dengan alasan yang sama, pekerjaan.

Lagipula Rena berpikir jika pernikahan mereka hanya pernikahan sederhana jadi tak perlu banyak menurus hal yang merumitkan. Tapi ia salah, walau sederhana banyak yang harus ia urusi. Apalagi sang mama yang masih ingin membuat pesta yang meriah, ia dan papanya sampai pusing, bahkan Davis ikut membantu.

Perayaan yang akan keluarga adakan. Wila membuat pesta makan-makan yang lumayan besar, untuk mengundang juga rekan dan teman sosialitanya.

Padahal Raka sudah tegaskan jika resepsinya akan menyusul, dan ia akan membuatnya besar. Tapi Wila sangat keras kepala ingin pernikahan anaknya megah dan mewah masih bersikukuh untuk membuat makan malam yang hanya mengundang teman-teman sosialitanya saja.

Raka tak bisa menghalangi mertua perempuannya itu. Raka pun juga tak bisa menolak.

"Ini Undanganmu mau berapa?" Raka menyempatkan diri untuk makan siang bersama Rena. "Tiga aja" ucap lelaki itu menyantap pastanya.

"Tiga? Siapa aja?" Rena hidungnya mengkerut dibalik kacamata, hari ini Rena tidak menggunakan softlens, matanya agak gatal.

"Isak, Padma dan pak Soleh" ucap Raka. Pak Soleh adalah supir Raka.

"Keluarga pamanmu?"

"Ah aku lupa mengatakan padamu, mereka tidak bisa hadir, sayang, perusahaan paman terkena imbas dari masalah perusahaanku ini, makanya mereka tertahan disana." Ucap Raka lelaki itu tidak melihat adanya rasa gelisah di raut wajah Rena.

Ia merasa paman Raka tidak begitu merestui dirinya dan Raka menikah. Tapi kembali Rena menggelengkan kepala. Rena selalu berjibaku dengan pikiran negatif yang selalu muncul.

"Sayang, kamu tenang saja, paman Andruw memberikan restunya pada kita" ucap Raka saat melihat Rena terdiam.

"Atau aku akan hubungi pamanku dan berkenalan dengan mu, sekarang?"

"Ah tak perlu, disana pasti sibuk, ini juga masih terlalu pagi disana,"

"Baiklah, habiskan makananmu, aku masih ada meeting lagi, sebentar lagi, kau bisa kembali sendirikan sayang?" Rena mengangguk, Raka mengelus kepala Rena.

Dan kembali ia meyakinkan diri, jika Ia dan Raka akan bisa melalui semua, karena Rena tahu Raka akan selalu ada didekatnya dan membantu Rena.

***

"Keluarga Raka tidak datang!" Pekik seseorang dengan geram.

Bersambung ...

Bab 3. Kabur kah?

Rumah keluarga Rena telihat sibuk orang yang berlalu lalang. Prasmanan telah rapi di meja.

Di kamarnya, Rena telah didandani sejak subuh. Dan masih didandani hingga saat ini. 

"Anak mama, cantik sekali"

Rena hanya bisa tersenyum. Mungkin kalau bisa berlari dari sini, ia akan melarikan diri. Tapi mempermalukan keluarga dan Raka membuat Rena berusaha tinggal.

"Ma" Davis berjalan memasuki kamar Rena.

"Bagaimana, keluarga Raka sudah datang?" Wila, menautkan tangannya, Rena bisa merasakan ibunya gugup.

Davis melirik Rena sekilas. Lalu berbisik pada sang ibu,

"Apa! Keluarga Raka tidak datang?" Pekik terdengar dari Wila.

"Ma! Kita ngomong diluar saja"

Davis tentu tidak enak dengan Rena, juga para MUA yang melirik mereka.

Davis berusaha menyeret sang ibu yang gusar. Wila tampak murka, dari pernikahan yang sederhana saja sudah membuatnya kesal ditambah pihak keluarga mempelai lelaki yang tidak datang.

Apa Raka memang ingin mempermalukan keluarganya? Keluarga Joel yang sangat terpandang.

Wila yang tidak terima ingin segera menemui menantu juga suaminya ia ingin protes.

Kepergian kakak juga sang mama menyisakan canggung pada Rena dan para MUA.

"Non, ini di makan dulu, untuk menguatkan  diri" disana ada asisten rumah tangganya yang membantu Rena. Ia menyodorkan coklat pada anak majikannya, tatapan prihatin wanita tua itu perlihatkan.

"Terima kasih Mbok" Rena menggigit coklat yang terasa lebih pahit dan sekeras batu dari biasanya. Padahal Rena tahu coklat kemasan ini rasanya cenderung manis dan lengket di gigi.

Terdengar akad telah dimulai. Seruan SAH berkumandan. Ucapan selamat Leha terima dari para MUA yang meriasnya.

"Kamu sudah siap?" Wila tersenyum juga ada ibu dari Isak, Nami, juga ikut menjemputmu. Menghela nafas panjang Rena berdiri di bantu MUA.

"Nak Bunda cantik sekali" puji Nami, senyuman Rena lebih lebar saat wajah Nami ada didepannya. Karena selama ini yang beperan menggantikan Wila ya Nami, memberikan sayang seorang ibu yang awalnya canggung menjadi sayang. Rena sanangat menyayangi ibu Isak.

Jika saja Isak mau melamar atau menjadikan istri, Rena rela-rela saja, masuk dalam keluarga hangat Ibrahim siapa yang tidak mau kan. Ini bukan masalah harta. Jika dibanding keluarga Ibrahim memang Keluarga Joel ada dibawahnya.

Apa yang Rena irikan dari anak-anak Ibrahim, mereka tidak membedakan anak sulung maupun anak bungsu, semua sama, tidak seperti dalam keluarganya.

Sudahlah Rena sekarang kau sudah menjadi seorang Istri dari Raka Delino. Dan bertekat akan membangun keluarga yang hangat.

Kedua ibu mengapitnya. Menuntun perlahan menuju tempat Raka berdiri. Senyuman pria itu pertama Rena lihat. Begitu lebar.

Rena duduk di sebelah Raka. Proses pernikahan walau sederhana tapi sangat melelahkan.

Rena telah ada di suite yang Raka pesan untuk mereka. Rasanya dada Rena berdegub kencang. Ia memikirkan bagaimana menghadapi Raka.

Karena ini suite khusus atau royal suite, maka ia memiliki jalan khusus untuk langsung Rena sampai didepan pintuh kokoh dan mewah.

Ruang tampak luas dengan banyaknya perabotan mewah. Ia masuk dan sofa lengkap dengan ukiran tertata di tengah ruangan. Dan ada pintu menuju kamar, dengan ranjang besar.

Rena telah mandi dan juga bersih. Ia duduk kaku diatas kursi rias, mengenakan baju tidur yang tipis dan yang paling tertitup doantara semua baju tidur yang berada di kopernya. 

Ini pasti kerjaan sang mama saat ia menepon Wila, sengaja mamanya tidak mengangkat. Waktu Rena mengirim pesan, mamanya dengan santai menjawab. Jika baju akan dikirim esok pagi. Koper yang sesungguhnya.

Pukul menujukan tengah malam. Namun Raka tak kunjung masuk kedalam kamar. Apa yang lelaki itu lakukan. Rena ingin menghubungi namun ia segan tidak ingin dicap sebagai wanita yang agresif saat setelah menikah padahal sebelumnya Rena tak ada keinginan menikah.

Ia ingin menghubungi Isak, bosnya itu tapi ia tak ingin malu. Ini malam pertamanya, malam pengantinnya.

Sudah lewat, pukul 4 subuh, tapi ia tak menemukan tanda-tanda keberadaan Raka. Lelaki itu membuat Rena bersedih. Ia mengambil ponselnya. Dan mendial nomor Raka. Hanya ada nada sibuk.

Terus Rena mendial lagi, lagi dan lagi. Entah mengapa Rena sedikit lega, tapi juga merasa malu, sebelumnya Raka pernah membawanya ke rumah lelaki itu.

Sebuah kondominium mewah tengah kota dekat dengan kantor keduanya. Sengaja Raka memang memilih karena ia lebih efisien saja.

Pagi harinya ketika koper miliknya telah datang, Rena segera mengganti pakaiannya dan keluar dan menitipkan kunci pada resepsionis hotel kalau-kalau nanti Raka kembali.

Rena terus mendial nomor Raka tapi terus saja nada tak terhubung. Apa Raka membohongi dirinya? Rena akan kembali ke apartemennya saja. Dia akan tetap mengambil cuti.

Jangan bilang Raka kabur darinya. Jika lelaki itu tidak siap tentang pernikahan maka seharusnya jangan menikahinya. Dan setelahnya kabur begitu saja.

Ini tak sampai beberapa jam Rena menikah tapi sudah dikecewakan begini. Ia akan menunggu seminggu jika tidak ada kejelasan. Ia akan membatalkan pernikahannya. Ia akan mendatangi orang tuanya. 

Dan tidak akan mau lagi berhubungan dengan Raka sialaan! Ah dia terlalu percaya Orang baru seperti Raka. Perasaannya salah menduga. Kedekatannya selama ini palsu. Mengapa juga ia begini luluh?

Memori masa lalu membawa Rena pada saat pertemuan pertama dengan Raka. Rena merasa seorang playboy sedang mendekatinya.

Perlahan Lena dibuat terbuai, tapi Rena bertahan memposisikan mereka berdua hanya sebagai sahabat. Dengan lebih dekat Rena merasa Raka mengenal dirinya lama. Layaknya sahabat lama.

Setiap kali Raka datang kekantor Ibrahim Crop dan menggodanya Rena tidak tersipu. Tak tahu kapan akhirnya mereka dekat layaknya sahabat. Tekankan sekali lagi hanya sahabat.

"Oke Rena, kau seorang istri baru yang suaminya kabur!" Helaan nafasnya menderu. Rena membereskan pakaiannya dan menatanya di lemari.

Rena selalu menelpon Raka nadanya tidak pernah tersambung. Kembali ia menyimpulkan segalanya. Dijodohkan dan menikah secara kilat, dan keluarga Raka yang tidak datang.

Ia mendial nomor orang yang pasti mengetahui sesuatu tentang Raka.

"Hai asikku gimana honeymoon mu di amerika?"

"Kak, kau tahu kenapa keluarga Raka tidak menghadiri pernikahan kami?"

Mereka berbicara bersamaan.

"Tunggu apa maksudmu?"

Kembali dua duanya berkata bersamaan lagi. Rena mengerutkan bibirnya.

"Kau dulu!" Davis, menyuruh Rena bertanya lebih dulu.

"Oke, mengapa keluarga Raka tidak datang ke pernikahan kami?"

"Memang Raka tidak memberitahumu?"

Rena menggeleng dan mana Davis melihat?

"Tidak? Perusahaan pamannya sedang mengalami masalah. Makanya pamannya tidak dapat menghadiri pernikahannya."

"Kau pasti bersamanya kan? Aku tak sengaja dengar malam setelah pernikahan mu dengannya, dia akan terbang ke Amerika" ucap Davis.

"Rena?"

Rena terdiam mendengarkan ucapan Davis. "Ya kak, em aku … Raka memanggilku, sebentar sayang!"

"Cieee sayang!"

"Apaan deh, udah ya aku matikan! Bye kak"

"Iya sayaaang, salam untuk Raka sayang" Davis dari seberang terbahak. Suka sekali lelaki itu menggoda sang adik.

"Dasar jomlo!" Rena memutus panggilannya begitu saja. Terkekeh lalu tak lama kekehannya memudar. Bibirnya menipis. Mengapa Raka tidak mengabarinya jika ia akan ke Amerika. Ini sudah hari ketiga.

Dan lagi-lagi ponsel lelaki itu tidak bisa dihubungi.

Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!