Sinta dan Boy sedang sarapan berdua di meja makan, mereka sudah selesai menghabiskan sarapan nya masing-masing dan sekarang hanya memakan buah sebagai dessert (makanan penutup).
Terdengar oleh mereka suara berisik antara sepatu pantofel yang bertabrakan dengan lantai tangga dari lantai dua. Tak lama kemudian muncul lah seorang pria yang tampak berantakan sambil terburu-buru.
"Rafa.. hati-hati dong jalan nya." Tegur Sinta sembari melihat ke arah putra sulungnya, dia menghela nafasnya saat melihat pakaian Rafa yang berantakan, dengan dua kancing atas terbuka serta kancing lengan kemejanya yang masih terbuka, rambut nya yang disisir asal, serta dasi dan tas kerja yang masih bertengger di lengan kirinya. Walaupun ini bukan pemandangan pertama yang pernah di lihatnya, namun ia merasa jengkel melihat sifat Putranya yang tidak pernah berubah.
"Astaga anak ini ya benar-benar!" Gerutu Sinta sembari mendekati Putranya dan tetap mau membantu mengancingkan kancing kemejanya serta lengannya, kemudian beralih memasangkan dasinya. Sedangkan Rafa hanya diam sambil memakan roti selai coklatnya dengan berdiri.
"Dasar! sudah tua masih saja seperti anak kecil pantas saja tidak dapat-dapat jodoh." Sindir Boy, Pria paruh baya yang tak lain adalah Ayah Rafa itu dengan santainya seraya memakan buah apel yang sebelumnya sudah di potongi oleh Istrinya.
"Siapa yang tua?" Protes Rafa yang tak terima sindiran sang Ayah.
Boy hanya meliriknya malas sekilas kemudian mengalihkan pandangannya sambil mengendikan bahunya acuh.
"Sudah-sudah! kalian selalu saja ribut." Lerai Sinta setelah selesai merapikan pakaian Rafa.
Sinta akan beralih profesi menjadi wasit saat Ayah dan Anak itu bertemu, sungguh telinga Sinta rasanya panas sekali jika mendengarkan perdebatan antara Suami dan Anaknya yang seakan menguras kesabarannya, untungnya dia wanita yang sabar.
"Lagian kamu juga dari tadi pagi udah di banguni gak mau bangun, lihat kan sekarang jadi terburu-buru, coba tadi pas selesai sholat shubuh gak tidur lagi pasti kamu tadi siap- siapnya bisa santai." Sambung nya lagi sembari mengambil teh di atas meja dan memberikannya pada Rafa yang telah selesai menelan rotinya.
"Maaf, Umi." Ucapnya sambil mengecup pipi Sinta yang tanpa cadar, karna jika di rumah Sinta tidak memakai cadarnya kecuali saat ada tamu dan lagi, di rumah mereka tidak ada asisten rumah tangga.
Boy pernah mengusulkan mencari asisten rumah tangga namun Sinta menolak karna dia memutuskan untuk mengurus Suami, Anak-anak dan rumah dengan tangannya sendiri.
Sinta hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Putra Sulungnya.
"Mi ..., Abi pamit dulu ya." Ucap Boy seraya berdiri dan beranjak dari tempat duduknya.
"Rafa juga mau berangkat, Mi." Rafa menimpali.
"Yaudah yuk Umi anterin ke depan." Ucap Umi Sinta seraya mengikuti Suaminya yang sudah berjalan mendahuluinya di susul Rafa yang berjalan di belakangnya.
Mereka hanya sampai di perbatasan pintu utama, setelah itu Sinta mencium tangan Suaminya dibalas Boy mencium keningnya, disambung Rafa yang mencium tangan Uminya dibalas Sinta mencium pipinya. Itu adalah rutinitas mereka setiap pagi kecuali hari libur.
Rafa dan Boy tidak satu mobil melainkan mereka mengunakan mobil sendiri-sendiri, Boy menggunakan sopir sedangkan Rafa mengemudikan mobilnya sendiri.
Setelah Kepergian Suami dan Putranya, tinggallah dia sendiri. Dia bergegas menutup pintu dan memulai rutinitasnya setiap pagi yaitu membersihkan rumah.
Ibu Sahara (Ibu angkat Boy) sudah meninggal setelah 10 tahun yang lalu karna sakit tua.
*****
Rafa lebih dulu sampai di kantor dari pada Boy. Dia segera masuk ke gedung pencakar langit yang dulunya masih 12 lantai dan sekarang telah menjadi 28 lantai.
Kesuksesan Wibowo Group semakin menanjak saat Boy yang memimpin perusahaan tersebut, bahkan cabang nya sudah ada di 10 negara asing dan 10 lagi di negara nya sendiri.
Rafa bergegas menuju ruangannya yang berada di lantai 27 yaitu sebagai Wakil Direktur, ya! dia menjabat sebagai Wakil Direktur dan yang menjadi Presiden Direktur nya tetaplah Boy yang sudah 30 tahun lebih menduduki jabatannya tersebut.
Sepanjang perjalanan menuju ruangannya dia selalu mendapat sapaan ramah dari karyawan kantor dan dia juga membalasnya dengan senyuman tipis yang malah membuat para karyawan wanita histeris.
Ting..
Pintu lift pun terbuka, dia langsung keluar dan berjalan menuju ruangannya. Di depan ruangannya dia bisa melihat sekertarisnya yang sedang berkutat dengan pekerjaannya dengan serius bahkan tidak menyadari kedatangannya.
"Ehem!" Berdehem untuk mengalihkan perhatian sekertaris nya. Sedangkan sekertaris nya yang mendengar langsung mendongak dan spontan langsung berdiri sambil menganggukkan kepalanya tanda hormat saat mengetahui siapa yang saat ini berdiri di hadapannya.
"Luna, Saya tunggu kamu di ruangan saya." Ucapnya seraya melangkah masuk ke ruangannya namun belum sempat dia membuka pintu Luna kembali memanggilnya dan dia kembali menghadap ke Luna.
"Ada Bu Viola dari Kantor cabang datang berkunjung Pak." Ucap Luna seraya menunduk.
"Dimana dia?"
"Ada di ruangan Bapak, maaf saya sudah memintanya menunggu di luar tapi Bu Viola memaksa menunggu di dalam ruangan Bapak."
"Tidak apa-apa." Jawab nya kemudian kembali membuka pintu dan melangkahkan kaki nya masuk ke ruangannya.
_______________________________
"Ehem!" Rafa berdehem untuk mengalihkan perhatian sekertaris nya. Sedangkan sekertaris nya yang tampak masih berumur 25 tahun itu mendengar langsung mendongak dan spontan langsung berdiri sambil menganggukkan kepalanya tanda hormat saat mengetahui siapa yang berdiri di hadapannya.
"Luna, Saya tunggu kamu di ruangan saya." Ucapnya seraya melangkahkan kakinya akan masuk ke ruangannya namun belum sempat dia membuka pintu Luna sudah kembali memanggilnya dan dia pun kembali menghadap ke Luna.
"Ada Bu Viola dari Kantor cabang datang berkunjung Pak." Ucap Luna seraya menunduk.
"Dimana dia?"
"Ada di ruangan Bapak, maaf saya sudah memintanya menunggu di luar tapi Bu Viola memaksa ingin di dalam ruangan Bapak."
"Tidak apa-apa." Jawab nya kemudian kembali membuka pintu dan melangkahkan kaki nya masuk ke ruangannya.
*****
Gadis Cantik berperawakan tinggi, berumur 26 tahun yang memegang salah satu kantor cabang Wibowo Group di Yogyakarta, yang sekarang sedang berkunjung ke kantor pusat di Jakarta bagian Barat sedangkan di kantor cabang di bagian Timurnya di pegang oleh Arif (Ayah Viola sekaligus Adik kandung dari Boy).
Rafa sebenarnya pernah mencoba memegang kantor cabang yang berada di Kairo sembari menemani Adiknya yang sedang berkuliah disana, namun baru dua bulan dia disana, Boy memutuskan untuk meminta nya kembali ke kantor pusat dan menjabat sebagai Wakilnya.
Bukan tanpa alasan Boy melakukannya, siapa juga yang tidak kesal melihat Rafa yang hampir tiap minggu bolak-balik ke Jakarta-Kairo dengan alasan rindu kepada Uminya? Sungguh tidak masuk akal, bukan?
Pernah juga sewaktu dia kuliah di London untuk melanjutkan S2 nya, sebulan tidak bertemu dengan Sinta yang akhirnya jatuh sakit, lantas Sinta yang harus turun tangan karna takut mengganggu kuliah Rafa, dia mengunjungi Rafa sekali dua minggu dengan bolak-balik London-Indonesia.
Seraya menunggu Rafa, Viola duduk di sofa yang ada di ruangan Rafa sambil membaca majalah tidak jelas, dia merasa bosan karna sudah sedari pukul 8 pagi dia sampai di sana dan sampai sekarang 7 menit lagi akan pukul 9 namun yang di tunggu-tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya membuatnya merasa sangat kesal.
Saat dia ingin berdiri berencana akan menanyakan nya kepada sekertaris Luna terhenti karna yang di tunggu-tunggu sudah ada di hadapannya, dengan kesal dia kembali menjatuhkan tubuhnya kembali keatas sofa.
"Lama banget sih Raf." Gerutunya sambil menatap kesal Rafa.
"Sejak kapan lo disini?" Tanya Rafa yang sama sekali tak mengindahkan gerutuannya. Sambil meletakkan tasnya ke atas meja kerja dan mendudukkan punggungnya ke kursi kebesarannya.
"Dari jam 8 gue udah nunggu lo disini ... dan sekarang tuh udah hampir jam 9 dan lo baru dateng?" Gerutunya lagi karna rasa kesalnya yang belum juga hilang.
"Suka-suka gue lah." Jawab Rafa santai seraya membuka laptop yang ada di hadapannya pertanda akan memulai pekerjaannya. "Ngapain lo kesini?"
.
"Gue mau nanya sama lo .. lo tau gak Kai dimana soalnya udah seminggu lebih dia gak ada kabarnya gitu."
Pertanyaan Viola lantas menghentikan gerakan Rafa yang sedang mengotak-atik papan keyboard nya, dan sekarang beralih menatap sepupunya tersebut yang sudah dianggapnya sebagai Adiknya sendiri.
"Jadi lo kesini cuman mau nanyain tentang 'dia' doang?" Tanya Rafa yang tadinya menatap layar laptop nya beralih ke Viola.
Viola mengangguk pelan.
Rafa menghembuskan nafasnya kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya, "Dia bukan pria baik-baik, Vi." Ucap nya lirih namun masih di dapat dengar oleh telinga Viola.
"Lo selalu aja ngomong kayak gitu ... bilang aja lo iri." Protes Viola tak terima jika kekasihnya di katai bukan pria baik-baik.
"Siapa juga yang iri."
"Ya elo ... elo kan gak punya pacar sedangkan gue punya Kai." Ucap nya dengan nada membangga.
"Bangga banget lo kayak nya punya dia."
"Ya banggalah! dia bisa buat gue bahagia." Ucapan Viola membuat Rafa menghentikan aktivitasnya kemudian menatap Viola yang juga sedang menatapnya.
"Emangnya yang jauh lebih kenal Kai itu gue apa elo sih? heran gue, padahal lo kenal dia baru setahun sedangkan gue 6 tahun lebih lah, tapi kayaknya serasa elo yang udah kenal lama dia."
Jadi, Kaisar atau kerap dipanggil Kai itu teman kuliah Rafa di Jakarta dari awal sampai lulus S1 dan juga lanjutin S2 nya juga sama-sama di London.
Jadi gimana ceritanya Viola kenal sama Kai itu? Jadi gini, Setahun yang lalu sewaktu Viola pulang dari New York baru saja menyelesaikan S2 nya dia datang ke kantor pusat untuk bertemu dengan Rafa dan disaat bersamaan juga, Rafa sedang ada pertemuan dengan Kai, dan mulai dari situ lambat laun mereka makin dekat dan tidak tau bagaimana ceritanya akhirnya mereka jadian.
Sebenarnya Rafa sudah sering mengingatkan sepupunya untuk tidak terlalu dekat dengan Kai karna dia sudah paham sekali dengan sifat Kai yang sebenarnya seperti apa tapi Viola selalu menyangkalnya dan menurutnya Kai itu pria terbaik sejagad bumi.
"Udahlah ... nyesel gue jauh-jauh kesini buat nanya sama lo ... malahan gak dapet informasi apa-apa." Ujar Viola Seraya berdiri ingin meninggalkan ruangan Rafa, namun langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Rafa.
"Ini yang terakhir kalinya gue ngingetin lo ... dan terserah lo mau percaya atau enggak!"
Viola diam beberapa detik kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan Rafa tanpa mau menatapnya. Rafa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sepupunya.
Kadang Rafa juga bingung melihat para pemuda dan pemudi yang mudah sekali untuk jatuh cinta. Cinta? oh tidak, cinta Rafa hanya untuk Umi nya seorang dan tak akan tergantikan oleh wanita manapun.
Ya begitulah pemikiran Rafa maka dari itu hingga di umurnya yang 27 tahun lebih ini dia sama sekali tidak pernah berpacaran, jangankan pacaran, dekat dengan wanita saja dia tidak pernah. Banyak wanita yang mendekatinya namun tak satupun direspon olehnya.
Seperginya Viola, Luna masuk ke ruangan Rafa sambil membawa setumpuk dokumen dan membacakan jadwal nya hari ini, "Ini dokumen yang harus Bapak baca dan tanda tangani dan hari ini juga harus selesai." Ucapnya.
"Jadwal saya hari ini ada apa saja, Lun?" Tanya Rafa sambil membuka dokumen yang di bawakan Luna baru saja.
"Hari ini jadwal Bapak hanya ada pertemuan dengan klien jam 7 malam."
Rafa sejenak menghentikan kegiatan membaca dokumen, "Klien yang baru saja menerima kontrak kerja sama?" Tanyanya memastikan.
"Benar Pak, dengan Alpa Group." Jawab Luna.
"Hanya makan malam atau ada hal pekerjaan yang ingin dibahas?" Tanya Rafa sambil mulai kembali membaca berkas yang sempat terhenti tadi.
"Hanya makan malam biasa saja Pak, katanya ingin merayakan kontrak kerja sama kita yang sudah terjalin."
"Baik, kamu boleh kembali bekerja."
"Saya permisi Pak." Seraya menganggukkan kepalanya dan dibalas anggukan pula oleh Rafa.
Seperginya Viola, Luna masuk ke ruangan Rafa sambil membawa setumpuk dokumen dan membacakan jadwal nya hari ini, "Ini dokumen yang harus Bapak baca dan tanda tangani dan hari ini juga harus selesai." Ucapnya.
"Jadwal saya hari ini ada apa saja, Lun?" Tanya Rafa sambil membuka dokumen yang di bawakan Luna baru saja.
"Hari ini jadwal Bapak hanya ada pertemuan dengan klien jam 7 malam."
Rafa sejenak menghentikan bacaannya, "Klien yang baru saja menerima kontrak kerja sama dengan kita?" Tanya nya memastikan.
"Benar Pak dengan Alpa Group." Jawab Luna.
"Hanya makan malam atau ada hal pekerjaan yang ingin dibahas?" Tanya Rafa sambil kembali membaca berkas yang tadi sempat terhenti.
"Hanya makan malam biasa saja Pak, katanya ingin merayakan kontrak kerja sama kita yang sudah terjalin."
"Baik, kamu boleh kembali bekerja."
"Saya permisi Pak." Seraya menganggukkan kepalanya dan dibalas anggukan pula oleh Rafa.
*****
Di sela-sela kesibukannya Rafa menerima pesan dari Umi nya yang berpesan agar jangan lupa untuk makan, Rafa hanya membaca nya saja tanpa berniat membalasnya karna baginya iitu adalah hal biasa.
Pukul 1 siang, Rafa yang masih sibuk dengan berkas-berkas yang diberikan Luna tadi pagi merasakan perutnya yang mulai keroncongan minta diisi, dia melihat jam di pergelangan tangan nya kemudian beralih ke telpon genggam yang terletak di atas meja kerja nya yang sudah tersambung langsung otomatis ke sekretaris nya.
"Iya halo Pak ada yang bisa saya bantu?" Sapa seorang wanita dari seberang sana yang tak lain dan tak bukan adalah sekertaris Luna.
"Iya Luna saya ingin minta tolong pesankan makan siang untuk saya dan antarkan segera ke ruangan saya."
"Baik Pak akan saya pesankan segera."
"Terima kasih Luna."
"Sama-sama Pak." Dan panggilan pun diputuskan oleh Rafa.
Setelah menghubungi Luna, Rafa segera beranjak ke kamar mandi yang berada di ruangan nya untuk mengambil air wudhu karna ingin melaksanakan Sholat Dzuhur.
Selesai melaksanakan Sholat Dzuhur Rafa kembali ke sofa sembari menunggu makan siang nya dia memainkan ponsel nya melihat beberapa email yang masuk.
Lima menit kemudian Luna masuk setelah dipersilahkan sembari membawa kantong plastik yang berisi makan siang Rafa.
"Ini Pak makan siang nya." Ucapnya sambil meletakkan kantong plastik tersebut ke atas meja sofa.
Saat Rafa ingin menjawab ucapan Luna tiba-tiba ponsel nya berdering menandakan bahwa ada panggilan masuk. Dia mengerutkan dahi nya saat melihat siapa yang menelpon.
"Maaf Pak ada lagi yang bisa saya bantu?" Tanya Luna yang membuat Rafa mengalihkan perhatian nya ke sekertaris nya.
"Tidak ada, kamu boleh keluar." Jawab nya kemudian langsung menggeser icon hijau di ponselnya.
"Ya halo Kai ada apa?" Ya, yang menghubungi Rafa adalah Kai teman kuliahnya sekaligus kekasih sepupunya.
"Hai Raf how are you?"
"I'm fine. Lo sendiri gimana?" Tanya Rafa berusaha melayani basa basi Kai.
"I'm always fine."
"Ada apa lo hubungin gue? gak biasanya."
"Ck, lo gak pernah berubah dari dulu selalu aja gak bisa diajak basa basi."
"Jadi ada apa?" Tanya Rafa tak sabaran tanpa mengindahkan ucapan Kai.
"Oke-oke ... gue kan hari ini ulang tahun jadi gue buat party kecil kecilan gitu, lo harus dateng ya gue udah bela-belain buat ngundang lo secara langsung loh."
"When and where?"
"Nanti malam jam 9 di aula hotel milik keluarga gue, Lo harus datang karna 'Dia' juga gue undang."
"Dia siapa maksud lo?"
"Itu, gadis paling cantik di kampus kita."
Jawaban Kai malah membuat Rafa semakin bingung, "Siapa? lo kalo ngomong yang jelas dong."
"Si Elsa, primadona kampus kita dulu yang gak tau asal usulnya darimana."
Jelasan Kai membuat Rafa mengernyitkan dahinya mencoba mengingat-ngingat yang dikatakan temannya itu, "Yang sekarang udah jadi model itu bukan?" Tanya nya memastikan.
"Nah iya yang itu! ternyata ingatan lo masih berfungsi juga ya."
"Emang nya apa hubungan nya sama gue?" Tanya Rafa acuh seraya membuka kantong plastik yang berisi makan siang nya dengan tangan kanan karna tangan kirinya sedang memegang ponsel.
"Wah parah lo, gue dulu udah sering bilang sama lo kalo dia itu naksir sama lo."
"Trus?" Tanya Rafa masih santai, sambil menyuapkan makanan ke mulut nya.
"Ya gak ada terusannya. Pokok nya lo harus dateng ya gue gak mau tau."
"Hm." Rafa menanggapi nya hanya dengan berdehem.
"Yaudah gue tutup."
"Eh Kai!" Panggil Rafa membuat Kai tak jadi memutuskan sambungan nya.
Rafa Sejenak menghentikan makannya yang baru satu suapan itu.
"Apaan?"
"Lo ngundang Vio kan?" Tanya nya tak mendapat respon dari Kai, "Halo Kai?" Ucap nya lagi karna merasa tak ada jawaban dari seberang sana.
"Emm ya ..., ahh maksud gue enggak."
Jawab Kai membuat Rafa mengernyitkan dahinya, "Kenapa? diakan pacar lo?" Tanyanya.
"Ayolah Raf lo tau gue kan?"
"Dan lo juga udah pernah janji ke gue kalo lo gak bakal nyakitin dia." Ucap Rafa tegas.
"Gue gak nyakitin dia, lagian gue gak mau ganggu kerjaan dia di Yogya."
"Dia ada di Jakarta sekarang." Ucap Rafa datar.
"Lo tau dari mana?"
"Tadi dia datang ke kantor buat nanyain elo ke gue."
"Terus lo bilang apa?"
"Mungkin lagi sama selingkuhan nya gue jawab gitu." Jawab Rafa memancing.
"Gila lo yang bener aja lo ngomong gitu! trus tanggapan nya dia gimana?"
"Udalah Kai, berhenti mainin dia, mending sekarang juga lo putusin dia sebelum dia sakit hati karna tau gimana lo yang sebener nya." Ucap Rafa memperingati.
"Gue gak mainin dia— "
"Lo mainin dia!" Sanggah Rafa cepat tak membiarkan Kai meneruskan ucapan nya.
"Oke-oke, tenang dulu dong, gue juga sebenarnya pengen mutusin dia tapi gue bingung gimana cara nya." Ucap Kai menenangkan temannya yang mulai emosi itu
"Lo bilang aja kalo lo udah dijodohin sama orang tua lo atau apalah itu, gue yakin dia pasti bisa ngerti."
"Gitu ya?"
"Hm." Jawab Rafa.
"Yaudah gue coba."
"Gue tunggu."
"Iyaa ... yaudah udahan dulu ya jangan lupa loh dateng ke party gue."
"Hm." Setelahnya Rafa memutuskan panggilan secara sepihak.
Setelah sambungan diputuskan oleh nya ada rasa lega saat mendengar Kai mau mengikuti permintaan nya.
Detik kemudian dia merasakan perut nya yang tadi masih diisi satu suap sendok dan sekarang Kembali keroncongan pengen diisi, dia pun segera memakan makan siang nya yang sempat tertunda tadi dengan lahap.
_______________________________
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!