Tidak pernah terduga, jika semuanya ini harus di akhiri. Seperti makan malam yang dilakukan oleh Agnes dan Rafli malam ini adalah malam terakhir yang terindah untuk mereka.
Malam ini, Rafli mengajak Agnes untuk makan malam berdua saja di tempat yang paling istimewa. Tempat ini adalah tempat peretemuan pertama mereka yang tak sengaja salah memasuki kamar mandi dan berujung berkenalaln lalu bertukar kontak telepon.
Saat itu, mereka masih belia, baru saja memasuki perguruan tinggi di kampus yang berbeda. Sejak awal Agnes dan Rafli tahu resiko hubungannya akan di tentang oleh keluarga. Tapi, keduanya sudah saling mencintai dan nyaman satu sama lain.
Kini, mereka memutuskan untuk meniti karir mereka masing-masing.
"Kamu suka tempatnya? Ini bangunan baru, bangunan tambahan," tanya Rafli yang menatap indah tempat indah ini.
Sudah hampir lima tahun ini mereka menjalani hubungan. Kedua orang tua mereka menentang jika mereka masih berbeda. Jika salah satu ada mengalah maka mereka akan merestuai. Tapi, itu tidak mudah. Mereka sama -sama egois menginginkan dan mempertahankan prinsip mereka.
"Suka banget, sudah tiga tahun kita gak makan di sini, terakhir pas kita rayain dua tahun jadian kita kan?" ucap Agnes yang selalu ceria dengan senyum indah di sudut bibirnya.
Ini adalah hal yang paling di sukai Rafli, Agnes yang selalu ramah dan tersenyum dan selalu membuat Rafli tertawa dengan candaan receh, dan itu yang membuatnya bahagia dan selalu nyaman bersama Agnes.
"Betul banget. Pilihan kamu jadinya kemana? Bukannya sudah ada panggilan untuk interview?" tanya Rafli dengan suara lembut. Rafli menggenggam tangan Agnes yang terasa dingin dan hambar.
Agnes menunduk, saat jari jemari Rafli mengusap lembut tangan Agnes, Agnes pun mengangkat wajahnya lalu menatap dua bola mata indah milik Rafli. Tarikan napas Agnes begitu berat sekali, rasanya sulit mengungkap ini semua. Hari ini Agnes sedang bahagia, ini adalah anniversary kelima tahun, hari jadi mereka.
"Ada tiga tempat, Raf. Tapi Inyes, bingung," jawab Agnes dengan suara pelan.
Inyes adalah panggilan sayang untuk Agnes. Rafli lebih suka memanggil Agnes dengan panggilan Inyes yang artinya Inces Kesayangan.
"Bingung kenapa? Kan sudah jadi Bu Dokter? Memang di terima dimana saja?" tanya Rafli dengan suara pelan. Tatapan Rafli begitu lekat ke arah Agnes.
Rafli mencoba menenangkan Agnes, ia mengecup punggung kekasihnya dengan penuh kasih sayang.
"Raf ... Kalau aku terima interview di luar negeri, kamu gak apa -apa?" tanya Agnes ragu.
Keduanya berjanji untuk mencari pekerjaan di kota yang sama dan tidak saling berjauhan. Mereka sedang berusaha untuk mencari restu dari dua keluarga besar dengan cara mereka sendiri.
Rafli menatap lekat dua bola mata hitam milik Agnes. Matanya sendu dengan bulu mata yang panjang dan lentik semakin membuat wajah Agnes terlihat cantik maksimal. Siapapun yang mengenal Agnes, tentu mneyukai dan kagum dnegan wanita multitalenta ini. Tapi sayang, hati Agnes hanya untuk Rafli. Kesetiaannya sudah teruji hingga lima tahun ini mereka bertahan tanpa ada masalah di antara keduanya. Kalau hanay masalah kecil, mungkin efek kerinduan mereka yang belum bertemu saja. Selebihnya, mereka bisa menerima kesibukan satu sama lain, yang terpenting adalah komunikasi dan kejujuran.
"Memangnya kamu mau interview di negara bagian mana?" tanya Rafli pelan pada Agnes. Jujur, Rafli juga mendapat tawaran untuk mengajar di sebuah kampus baru di Turki sekaligus ia bisa melanjutkan kuliah S2 -nya di sana dengan beasiswa dari kampusnya. Rafli masih menimbang tawaran baik itu, kedua orang tuanya sangat antusias dengan keinginan Rafli. Tapi, Rafli berat jika harus meninggalkan Agnes sendiri di kota ini.
"Di Amerika, Raf. Di salah satu rumah sakit ternama disana. Ini juga dapat referensi dari doktor di kampus, karena melihat nilai -nilaiku baik, dan aku lulusan terbaik tahun ini. Kesempatan ini datangnya hanya sekali, tapi kalau memang kamu tidak mengijinkan, aku tidak berangkat, Raf," ucap Agnes mencoba tersenyum. Karir ini tidak masalah bagi Agnes karena yang terpenting adalah kebersamaannya bersama Rafli. Agnes sudah menjadi seorang dokter dan ia bisa bekerja di rumah sakit manapun.
"Terima saja, Sayang. Mungkin dengan ini, karir kamu sebagai dokter semakin cemerlang. lagi pula, kamu juga mau ambil spesialis di sana kan? Kenapa gak sambil menyelam minum air," ucap Rafli lembut sekali. Ia terus memotivasi Agnes.
Agnes tersenyum kecut. Ia tak pernah menyangka dengan jawaban Rafli yang sangat tidak membuatnya bahagia. Ia ingin sekali di lamar di saat seperti ini. Masa bodoh dengan restu kedua orang tuanya. Setidaknay kedua orang tua Rafli bisa menerima Agnes dengan sangat baik.
"Terus hubungan kita? Kamu sengaja pengen kita berjauhan, terus berpisah lalu putus? Gitu?" tanya Agnes yang kesal pada Rafli.
"Bukan begitu Nyes. Sama sekali bukan itu maksud aku. Aku hanya ingin, kamu itu bisa berkembang dan menggapai cita -cita kamu, dan kita, kita tetap bersama, kita cari peluang untuk bisa hidup bersama," ucap Rafli dengan suara lantang meyakinkan.
Hal seperti ini memang sangat sensitif sekali.
"Aku pikir, kamu itu mau melamar aku, Raf. Lima tahun, aku nunggu kamu, aku nyaman sama kamu, keluarga kamu dan semuanya tentang kamu, Raf. Tapi sekarang, kamu seolah ingin aku pergi jauh dari hidup kamu!! Apa kurangnya aku, Raf? Apa aku kurang perhatian sama kamu? Apa aku kurang mengalah sama kamu? Apa aku tidak bisa mengerti kamu? Itu?" teriak Agnes kesal dan menarik tangannya dari genggaman Rafli.
Agnes kesal, ia selalu brusaha berubah dan berubah menjadi lebih baik. Lima tahun adalah waktu yang cukup bagi Agnes merubah hidupnya yang sudah sesuai dengan keinginan Rafli. Mulai dari hal kecil, Agnes selalu memakai baju yang sopan dan meninggalkan semua baju -baju seksi yang kurang bahan itu, Agnes sudah jarang ikut berpesta dnegan orang tuanya hanya untuk berhura -hura, Agnes selalu ijin bahwa ia ada tugas atau ujian, Agnes mulai belajar prinsip keyakinan Rafli, dan itu yang sama seklai tidak di ketahui oleh Rafli. Agnes sengaja tidak memberitahu Rafli, karena ia mau Rafli merasa mendapatkan kejutan dengan kesungguhan Agnes untuk menyeriuskan hubungan ini.
Rafli bankit berdiri dan memeluk Agnes dengan erat dan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Rafli sangat mencintai Agnes.
"Kamu sempurna Nyes. Kamu sangat sempurna di mataku, bahkan aku tak pernah melihat satu titik kekurangan pada dirimu, Nyes. Kamu harsu percaya, kalau aku mencintai kamu, lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk emmahami kamu, aku sellau yakin kalau kita bersama, tapi aku ragu Nyes," ucap Rafli lirih.
Agnes melepas pelukan Rafli dan mendorongnya dengan sangat keras.
"Kamu ragu!! Kamu jahat Raf!! Aku benci sama kamu!!" teriak Agnes kesal. Agnes membalikkan tubuhnya dan ingin segera pergi dari tempat itu.
"Inyes!! Tunggu, aku hanya takut tidak bisa membuat kamu bahagia. Inyes!! Tunggu Inyes!!" teriak Rafli keras.
Rafli tak bisa mengejar Agnes, ia harus membayar bill makanna yang di pesannya yang sama sekali belum tersentuh oleh mereka.
Langkahnya gontai, ia sudah persiapkan kado untuk Agnes. Tapi, keadaannya malah begini.
Kejadian malam itu membuat Agnes menutup rapat komunikasi dengan Rafli. Agnes kecewa dan kesal sekali. Masa penantian lima tahunnya hanya di berikan sebuah kekecewaan yang fatal. Lalu apa arti hubungan yang telah ia jalani selama ini. Perjuangan dan pengorbanan yang menguras energi, waktu dan juga materi. Sungguh tak ada gunanya sama sekali.
Sudah satu minggu ini, Agnes mengurung diri di kamarnya. Ia hanya mematikan ponselnya sejenak agar pikirannya tenang. Agnes butuh waktu untuk sendiri.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Non Inyes ...." panggil Mbok Surti dengan sopan dari arah luar kamar Agnes yang terkunci.
Kedua orang tua Agnes adalah orang tua yang selalu sibuk dengan urusan sosial dan bisnis hingga sangat jarang sekali berada di rumah. Apalagi menemani Agnes untuk urusan patah hati.
Setelah kejadian malam itu, kedua orang tua Agnes akhirnya bersorak bahagia. Mereka menganggap hubungan Agnes dan Rafli telah putus. Tapi, Agnes sendiri juga tidak tahu, hubungan mereka saat ini seperti apa? Masih menjadi sepasang kekasih? Atau hanya dua orang yang pernah kenal dan dekat lalu kini berusaha melepaskan dan melupakan semua kenangan terindah yang pernah terukir di perjalanan kisah cinta mereka.
Agnes bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah pintu kamar. Perutnya memang sudah lapar sekali dan perih rasanya. Kedua matany masih bengkak dan merah. Hari ini adalah hari terakhir bagi Agnes menangisi kejadian malam itu dan berharap rafli masih mau menghubunginya lagi dan hubungannya masih baik -baik saja. Kalaupun Rafli memilih pergi, itu hak Rafli dan apapun keputusan Rafli akan di terima Agnes walau denagn hati yang berat sekali.
Ceklek ...
Agnes memutar anak kunci dan membuka pintu kamarnya dengan lebar agar Mbok Surti masuk ke dalam meletakkan sarapan pagi untuk Agnes.
"Akhirnya di buka juga. Sudah bertapanya Non?" tanya Mbok Surti dengan suara lembut sambil terkekeh melihat keadaan Nona Mudanya yang begitu kuyu dan kusam. Rambutnya lepek dan tubuhnya sedikit pucat, mungkin berhari -hari tidak mandi atau terkena air.
Mbok Surti membawa satu nampan kecil berisi bubur ayam dan sate telur puyuh kesukaan Agnes dengan di temani teh manis panas. Lalu di tangannya ada satu plastik yang berisi bungkusan berwarna pink. Kotaknya tidak besar dan tidak kecil juga.
Kedua mata bengkak Agnes mengekor isi dari kantong plastik itu, apakah kado itu untuk dirinya atau hanya sengaja di bawa punya orang lain.
"Makan Non? Apa mau di suapin?" tanya Mbok Surti dengan suara pelan. sambil memberikan senyum lebar.
Agnes duduk lagi di atas ranjang dan mengambil teh manis panas itu lalu di tiup dan di seruput pelan. Segar sekali rasanya. Seluruh tenggorokannya terasa hangat. Melihat Nona mudanya sudah mulai terlihat baik, Mbok surti mulai menyuapi Agnes dan mengajaknya bicara.
Agnes menerima suapan bubur ayam itu dengan suapan kecil dan mulai menikmatinya.
"Enak Non?" tanya Mbok Surti berbasa basi.
Tentu saja enak, ini kan bubur ayam Mang Engking, kesukaan Agnes yang sering lewat di depan rumahnya.
Agnes hanya tersenyum kecut, dan menyeruput minumnya kembali.
"Non Inyes kenapa sih? Mengurung diri satu minggu? Mas Rafli waktu itu datang kesini, sama orang tuanya. Tapi ...." ucapan Mbok Surti terhenti.
Agnes lagsung mengehntikan kunyahannya dan menatap lekat ke arah Mbok Surti meminta penjelasan. Kenapa Agnes tak di beritahu soal kedatangan Rafli. Padahal selama ini, Rafli main ke rumahnya dan kedua orag tuanya tak mempermasalahkannya. Walaupun prinsip keyakinan mereka berbeda.
Baru dua hari yang lalu, Rafli datang bersama kedua orang tuanya. Tentu ada maksud dan tujuan tertentu, Rafli datang ke rumah Agnes. Sejak kejadian malam itu, Rafli kehilangan sosok Agnes dan sangat terpukul dengan kebodohannya menggantungkan hubungannya denagn Agnes. Masalah prinsip memang sensitif sekali. tapi, mungki bisa di bicarakan baik -baik kalau Agnes dan Rafli mulai serius melangkah ke jenjang yang lebih tinggi hubungan keseriusannya.
"Kok gak ada yang ngasih tahu Inyes? Kalau Rafli datang? Apalagi sama Abi dan Uminya," ucap Agnes menggerutu kesal. Apalagi kejadiannya baru dua hari yang lalu.
"Maaf Non. Mbok gak berani bilang sama Non Inyes. Mama dan Papa Non Inyes melarang Mbok Surti datang. Mereka di usir. Lagi pula Non Inyes gak bisa di hubungi sudah seminggu ini," ucap Mbok Surti menjelaskan.
Raut wajah Agnes langsung berubah kesal. Ia benci pada Mama dan Papanya.
"Kenapa di usir sih, Mbok?" tanya Agnes yang mulai menitikkan air matanya kembali. Rasanya sudah tak ada lagi harapan untuk bisa mengembalikan hubungannya menjadi baik seperti sedia kala. Apalagi, kedua orang tua Rafli di usir pasti mereka kecewa dan sakit hati.
Mbok Surti menggelengkan kepalanya pelan. Ia juga tidak tahu duduk permasalahan sebenarnya.
"Mbok juga tidak tahu, Non. Tapi ini ada titipan dari Mas Rafli. Dia datang tadi malam, saat Mbok buang sampah ke depan," ucap Mbok Surti sopan.
Mbok Surti memberikan kado yang terbungkus plastik kepada Agnes.
"Apa ini Mbok? Ini Rafli yang kasih? Apa ya isinya. Agnes jadi merasa bersalah. Agnes egois malam itu. Andaikan saja, waktu itu ia tidak terbawa perasaannya mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini," lirih Agnes menjelaskan pada Mbok Surti tentang apa yang terjadi di malam itu.
"Itu semua takdir Non. Cinta dan jodoh tidak akan salah alamat, walaupun sempat tersasar," titah Mbok Surti pada Agnes.
Agnes sudah di angkat seperti anak Mbok Surti sendiri. Belasan tahun, Mbok Surti bekerja dan mengabdi lama di rumah besar milik Mama dan Papa Agnes. Sampai pada akhirnya, lahirlah Agnes, putri satu -satunya yang sangat di idamkan lama. sekali.
Agnes hanya mengangguk kecil dan membuka kado dengan bungkus dan pita berwarna pink. Rafli sangat tahu, apa yang menjadi kesukaan Agnes.
Agnes melotot saat melihat isi dari kotak tersebut. Ia tidak menyangka, Rafli akan memberikan barang tersebut untuk Agnes. Apa maksudnya?
"Apa Non? Isinya?" tanya Mbok Surti penasaran.
"Ini Mbok? Ini Hijab kan? Pashmina? Benar gak?" tanay Agnes membuka lipatan kain panjang yang berbahan halus dan berwarna pink pastel.
Mbok Surti menatap hijab cantik untuk Agnes. Tentu ada maksud lain dari pemberian itu. Apakah kado ini salah alamat?
"Apa maksud Rafli? Apa dia mau mengajak Agnes serius? Tentu, Agnes mau sekali," ucap Agnes antusias.
"Yakin? Non mau nekat?" tanya Mbok Surti penasaran.
"Yakin. Abi dan Uminya baik sekali Mbok. Mereka keluarga yang hangat dan harmonis," ucap Agnes pelan. Berbeda sekali dengan keadaan Agnes yang selalu sendiri dan di rumah. Kedua orang tuanya sibuk dan over protektif terhadap Agnes. Semua apa yng di inginkan orang tuanya harus di sanggupi oleh Agnes dnegan alasan untuk kesuksesan Agnes.
Agnes memeluk hijab tersebut dan menatap sebuah amplop di dalamnya. Ia mengambilnya dan mulai mmebaca isi surat itu.
Agnes mengambil amplop pink yang berisi surat dari Rafli. Dadanya bergemuruh takut sekali ingin membuka amplop itu. Hatinya kacau tak karuan dengan di iringi degub jantung yang tak berhenti berdetak kencang hingga terasa sedikit sesak.
Tangan Agnes hanya menggenggam surata itu dengan erat tanpa berani membukanya. Agnes takut, isinya di luar ekpektasinya.
"Mbok pergi dulu ya. Biar Non Inyes bisa baca dengan fokus," ucap Mbok Surti yang kemudian membereskan mangkuk kotor bekas bubur ayam tadi dan segera pergi dari kamar Agnes.
Agnes mengangguk pelan lalu menjawab, "Iya Mbok. Makasih ya."
"Sama -sama Non Inyes. Mbok itu senang kalau lihat Non Inyes bahagia, dan Mbok yakin, Mas Rafli itu baik sekali, hanya saja memang banyak perbedaan yang tidak bisa kita hindari, tapi harus kita selesaiakn baik -baik dengan kepala dingin," titah Mbok Surti menasehati.
Mbok Surti sudah keluar dari kamar Agnes dan menutup kembali pintu kamar itu dnegan rapat.
Agnes mencoba menarik napas dalam lalu di hembuskan dengan perlahan melalui rongga hidungnya. Agnes perlu mengontrol detak jantungnya agar lebih tenang.
Perlahan, amplop berwarna pink yang wangi parfum Rafli pun di buka lalu di ambil secarik kertas yang ada di dalamnya. Lipatannya di buka, dan jelas sekali tulisan tangan Rafli yang tegak sambung tercetka di atas kertas putih.
Ya, Rafli sangat pintar membuat tulisan tangan yang indah. Ia pernah memenangkan kompetisi kaligrafi di kampusnya.
Teruntuk yang selalu aku sayangi ...
Inyes ... Maaf kalau aku selalu merindukan kamu setiap malam. Mungkin kamu terganggu dnegan rasa rindu yang aku miliki ini. Jangan pernah minta aku untuk melupakan kamu, karena itu akan sulit sekali bagiku. Tapi, jika kamu minta aku untuk menunggu kamu, tentu aku akan menunggu kamu.
Aku hanya ingin kamu sukses, dan bisa membahagiakan kedua orang tua kamu. Bukan hanya sebuah prestasi tapi juga dengan karir kamu yang cemerlang sebagai dokter spesialis. Kamu masih muda Nyes. Kita masih ada kesempatan untuk bisa bersama. Jujur, aku gak punya nyali untuk melamar kamu. Aku belum punya apa -apa, Nyes. Aku cuma punya kasih sayang, dan kamu tahu, aku baru saja lulus dan belum punya pekerjaan tetap.
Ambil kesempatan kamu yang tidak akan datang dua kali. Terimalah tawaran interview di Amerika. Kita akan bertemu di sana, suatu hari nanti.
Jika kamu sudah menerima hadiah ini dan membaca surat ini, itu tandanya, aku sudah pergi. Maaf kalau aku tidak pamit padamu, Nyes. Aku mencoba menghubungi kamu bertapa kali, namun ponselmu tidak pernah aktif. Aku dan kedua orang tuaku juga datang ke rumah kamu, tapi malah di usir oelh keluarga kamu.
Dua hari yang lalu, aku mendapat tawaran baik. Tawarang mengajar sekaligus bisa meneruskan kuliah S2 ku di Turki dengan beasiswa. Aku ingin bisa membanggakan keluarga kamu. Aku akan kembali setelah lima tahun kita meniti karir masing -masing. Tapi, jika kamu tidak bisa menunggu aku selama itu, kamu boleh dan berhak untuk mendapatkan lelaki yang sesuai dengan pilihan kamu.
Selamat berkarir dan melanjutkan sekolahmu.
Dari yang selalu merindukanmu ...
Rafli
Bibir Agnes menganga dan menahan air mata yang terus luruh mengalir deras di pipinya. Air mata itu lolos begitu saja, dengan keduia mata yang terasa panas dan buram pandangannya.
Hati Agnes sakit sekali, rasanya seperti di tusuk -tusuk jaru yang sangat banyak, perihnya juga terasa seperti di sayat -sayat pisau. Agnes memukul -mukul kepalan tangannya di kasur.
Rasanya sayap -sayap yang sudah siap ia kepakkan harus patah satu per satu karena bulunya tidak kuat mengangkat sayap itu.
"Kenapa? Kenapa harus aku yang mengalami ini!! Kenapa kita harus berbeda seperti ini!! Kenapa!!" teriak Agnes dengan suara keras dan lantang.
Agnes meluapkan semua emosinya, perasaan kecewa dan sakit hatinya. Sesak rasnaya baca surat terakhir dari Rafli. Entah bagaimana kabarnya sekarang.
Agnes membuka laci nakas dan menyalakan ponselnya yang sudah satu minggu ini ia matikan. Agnes ingin sendiri, tapi itu salah, dan itu keputusan terbodoh yang berakhir pada penyesalan.
"Kenapa!! Lima tahun lagi? Itu lama Raf!! Bukan waktu yang sebentar!! Kemarin aku menjalani lima tahun pun terasa beratus -ratus tahun. Aku harus melihat kesibukan kamu, aku harsu melihat kamu tertawa dengan teman -teman perempuan kamu yang rasanuya mereka itu lebih pantas untuk kamu, seperti wanita yang selama ini kamu idamkan. Itu menyakitkan Raf!!" teriak Agnes sambil memukul -mukul dadanya.
Semua sudah terjadi. Waktu juga tidak akan mungkin kembali seperti awal. Ponsel yang mulai Agnes aktifkan, sudah kembali ramai, dengan notifikasi chat masuk dan telepon yang masuk.
Agnes hanya mencari satu nama. Ya, Rafli, benar saja, Rafli banyak mengirim pesan singkat yang isinya permintaan maaf dan berpamitan untuk pergi ke Turki.
Tangis Agnes kembali pecah dan terus berteriak histeris seperti orang yang sedang kehilangan.
***
Satu minggu kemudian ....
Keputusan Agnes sudah bulat. Ia menerima tawaran profesor di kampusnya untuk melakukan interview di sebuah rumah sakit ternama di Amerika Serikat.
Agnes sudah berada di dalam pesawat terbang. Hatinya sudah mulai tenang dan mulai perlahan melepas semuanya. Agnes akan mencoba menunggu waktu lima tahun itu. kemarin ia sempat mengirimkan pesan singkat. Tapi, nomor Rafli sudah tidak aktif. Agnes hanya menitipkan pesan pada Uminya Rafli, bahwa Agnes memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan di Amerika.
Agnes meminta maaf kepada Umi Rafli atas semua perlakuan kedua orang tuanya. Umi Rafli hanya berpesan bahwa Agnes harus banyak bersabar dan kalau memang mau menunggu Rafli, tunggulah, semoga kalian berjodoh. Hanya itu nasihat Umi Rafli yang membuat Agnes terus berusaha meyakinkan dirinya untuk menunggu rafli.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!