POV chania Mahira
Namaku chania Mahira, biasa dipanggil Caca. aku tinggal seorang diri. sepuluh tahun silam orangtuaku mengalami kecelakaan. setelah kepergia orangtuaku, aku tinggal sendiri ditempat aku dibesarkan oleh orangtuaku. rumah ini adalah satu-satunya peninggalan orangtuaku.
sebenarnya kami dibilang keluarga yang cukup berada,namun nasib baik tidak berpihak kepadaku. Orangtuaku mengelola restoran dan ada tiga buah cabang. tapi banyak oknum yang memanfaatkan kepergian orangtuaku hingga restoran bangkrut dan tidak berjalan lagi.
lalu asisten ayah sekaligus kepercayaan ayah meminta pendapatku untuk menjual restoran cabang namun restoran utama tidak. aku yang masih duduk di bangku SMP tidak tahu menahu tentang bisnis ini, aku hanya ikut-ikut saja apa yang dikatakan oleh asisten ayah.
akhirnya restoran keluargaku ditutup hingga sampai sekarang di umurku sudah menginjak 22 tahun. ketika usiaku genap 20 tahun, asisten ayah datang lagi padaku dan meminta aku untuk mengelola kembali restoran yang sudah tutup.
"Caca, usiamu sudah cukup matang untuk mengelola restoran ayahmu nak. cobalah dulu, mana tahu bisa berjalan seperti dulu" paman elang menasehati ku yang datang bersama istrinya.
"Iyah cah, daripada sayang seperti itu restorannya" sambung bibi Rina istri paman elang.
aku hanya menggeleng dan tersenyum kepada paman dan juga bibiku yang sudah kuanggap seperti orangtua keduaku.
"tidak paman, bi. aku terlalu takut untuk kembali kerestoran itu"
"kejadian itu sudah sangat lama cah, ayolah bangkit dari rasa trauma itu. kapan lagi kalau bukan sekarang!" kata paman mencoba menyemangtiku.
"ca paman dan bibi mu ini sudah tua nak, kami ingin melihat kamu mengelola restoran supaya kamu bisa sukses. paman dan bibi akan tenang jika kami harus meninggalkan kamu" ucap bibi Rina dengan mata yang berkaca-kaca.
Aku menangis mendengar perkataan bibi Rina dan menghambur kedalam pelukannya.
"bibi jangan bilang begitu, nanti aku sendirian terus. aku harus sama siapa lagi jika bukan bersama kalian"
paman mengelus kepalaku yang dibaluti hijab pashmina yang sedang kukenakan.
"Ya sudah, kalau memang kamu belum siap untuk mengelola restoran ayahmu. kabari paman dan bibi kapan kamu siap yah" ucap paman elang menenangkan ku
aku hanya menganggukkan kepala tanda setuju dengan apa yang diucapkan oleh paman.
beberapa saat kemudia aku mengajak paman dan bibi untuk makan malam bersamaku.
"sekarang kamu sudah lulus perguruan tinggi ca, jadi kamu mau rencana apa selanjutnya" kata paman elang ditengah-tengah makan malam kami.
"paman tidak usah khwatir pada Caca, Caca sudah bekerja sekarang. sudah satu bulan caca bekerja di perusahaan Harisson group" jawabku menenangkan paman.
"wah kamu beruntung sekali bisa bergabung di perusahaan itu ca, perusahaan terbesar di negara ini"
"iyalah, ponakan siapa dulu ini, ponakannya Rina dilawan" ucap bibi Rina yang membuat kamu tertawa diacara makan malam hari ini.
satu jam berbincang-bincang dana makan malam. paman dan bibiku pamit pulang kerumah.
"bibi dan paman menginap disini saja malam ini" kataku yang masih rindu dengan orangtua keduaku ini.
"hei, kalau kamu masih rindu pada bibimu ini silahkan datang kerumah sayang. pintu rumah bibi terbuka lebar untukmu" kata bibi Rina mengelus puncak kepalaku.
"Iyah cah, kalau pintu depan terkunci, masuk pintu dapur saja yah" sambung paman elang dengan tertawa kencang.
aku tertawa mendengar ucapan paman. paman ku ini selera humornya sangat tinggi. pantas saja ia menjadi tangan kanan ayahku. Ayahku juga sama sepertinya, bisa dibilang mereka sebelas dua belas hahaha, aku jadi rindu pada mereka.
"yasudah paman dan bibi hati-hati dijalan yah, kabari Caca kalau sudah sampai rumah, dan. titip salam buat adik-adiku dirumah. kapan-kapan aku akan berkunjung kerumah"
"harus itu, adik-adikmu sangat tidak sabar mencicipi uangmu" aku dan bibi tertawa menanggapi ucapan dari paman.
"hih paman ini, uangku kan selalu mereka cicipi biarpun uangku yang kudapat dari paman dan bibi"
"kali ini beda ca, uang ini akan ada rasa manis-manisnya karena pure dari hasil kerja kerasmu sendiri" jawab paman elang dengan kekehen kecil.
"Iyah,Iyah terserah paman saja"
"ca, nih uang bulanan kamu nak. simpan baik-baik yah. kata bibi sambil mengeluarkan uang yang sudah aku ketahui jumlahnya seperti biasa tiga juta setengah perbulan.
"bi, Caca kan sudah kerja. jadi, Caca tidak usah dikasih uang bulanan ini lagi. sekarang giliran Caca yang akan melunasi perbulan uang yang sudah bibi dan paman kasih setiap bulannya pada Caca" aku menolak pemberian dari bibi.
"hei, siapa bilang uang dari kami itu sebagai hutang, tidak ada hutang-hutangan ca. paman dan bibi sudah menganggap kamu seperti anak kami. jadi tidak usah dikembalikan uangnya" paman elang memarahiku karena aku beranggapan bahwa uang yang mereka kasih perbulan adalah sebagai hutang.
"Iyah ca, kamu ini. bibi tidak suka mendengarnya kamu bilang begitu".
'iya bi paman, Caca hanya bercanda. tapi Caca harus tetap berterima kasih pada paman dan bibi kan, dan lagi uang ini tidak bisa Caca terima lagi karena Caca sudah bekerja bi. simpan saja uangnya untuk adik-adikku dirumah yah" aku meyakinkan paman dan bibi bahwa aku memang sudah menghasilkan uang dari pekerjaanku.
"yasudah, kalau kamu memang tidak mau tidak apa, tapi kalau butuh apa-apa segera temui paman dan bibi yah" ucap bibi Rina.
"Iyah bi pasti" setelah sekian lama perdebatan itu berakhir paman dan bibi akhirnya bergegas pulang, aku mengantarkan bibi dan paman sampai teras rumahku.
aku menyalim tangan paman dan bibi sambil memeluk bibi erat.
"hati-hati disini yah ca, paman dan bibi pulang dulu" kata paman
"Iyah paman, kabari Caca kalau sudah sampai yah bi" kataku sambil menahan tangis memeluk wanita yang sudah kuanggap seperti ibu bagiku.
"Iyah ca" bibi menangis dan melambai tangan kearahku ketika berada didalam mobil bersama paman. aku memperhatikan mobil mereka dari kejauhan Sampai tidak terlihat lagi.
POV chania Mahira
pagi ini aku akan berangkat bekerja seperti biasa. sebelum berangkat bekerja dan setelah menunaikan kewajibanku sebagai umat muslim yaitu sholat subuh. Aku bergegas kedapur untuk membuat sarapan pagi.
hari ini aku memasak nasi goreng plus telur ceplok diatasnya. setelah selesai sarapan aku gegas kekamar mandi dan melakukan ritual mandi.
sudah siap dengan segala perlengkapanku, hari ini aku memakai tunik selutut plus rok hitam span dengan pashmina hitam juga agar Senanda dengan rok ku. serta tak lupa memakai tanda pengenal yang kujepitkan didepan pashmanaku.
07.45 aku sudah sampai di kantor, jarak rumah dan kantor memakan waktu setengah jam saja. dan aku selalu menggunakan Scoopy hitam kesayanganku.
terlihat suasan kantor masih sangat sepi, hanya ada pak Budi si satpam baik hati yang sedang berjaga didepan.
"pagi pak Budi"
"eh, pagi ca"
"sudah sarapan kah pak" tanyaku kepada pak Budi.
"sudah ca" jawab pak Budi
aku tersenyum menanggapi ucapan pak Budi, dan segera pergi untuk memasuki ruangan kerjaku. disini aku hanya sebagai staff biasa bagian desain.
setelah beberapa menit kemudia, orang-orang pada datang untuk memasuki ruangan masing-masing. kantor kami masuk di jam 08.00 jika lewat dari itu memang ada kompensasi keterlambatan 10 menit, jika lebih dari itu maka siap-siap akan mendapat sanksi berupa potongan gaji.
"ca, desain kamu kemaren kayaknya terpilih deh buat dijadiin desain produk baru yang bakalan launching" kata mbak Dewi senior sekaligus ketua ku dibagian desain.
tentu aku terkejut mendengar penuturan mbak Dewi,secara aku masih baru disini dan tentunya aku merasa bahwa desain-desain seniorku yang lebih bagus daripada desainku.
"hah,mbak ini masih pagi loh. gak lucu tau becandanya" aku cemberut dengan apa yang dikatakan oleh mbak dewi. aku rasa ia hanya bercanda padaku.
"ihh, mbak gak becanda ca, serius. ya udah kalau kamu enggak percaya nanti mbak dan senior-senior lain bakalan rapat, kita mau bahas tentang desain produk itu. kita lihat aja nanti pasti punya kamu yang dipakai buat produk baru ini. soalnya kemaren bagian pemasaran sangat tertarik dengan desain yang kamu punya ca"
mbak Dewi sangat antusias bercerita mengenai desain yang kubuat kemaren. sedangkan aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan mbak Dewi yang menurutku ngaco sekali.
"Halah, desain jelek begitu mana bisa dipakai buat produk baru. anak baru aja belagu" sinis karin, salah satu rekan kerjaku juga dibagian desain.
"heh karin, kamu ini kalo ngomong ya dipikir dulu, intropeksi diri sendiri dulu. emang kamu bisa desain sebagus itu? aku aja heran kenapa kamu bisa masuk bagian desain sementara kamu gak bisa desain"
"mbak, kalau ngomong dijaga yah ucapannya. aku bisa ajaloh ngaduin mbak ke mas erlan biar mbak dipecat dari sini"
Karin terlihat emosi mendengar ucapan mbak Dewi yang mengatainya tidak bisa desain. aku juga tidak tahu darimana mbak Dewi punya keberanian berkata seperti itu kepada karin.
secara isu-isunya karin ini adalah mantan kekasih dari pak Erland CEO perusahaan Harisson Group. namun ada juga yang mengatakan jika karin dan Erland sudah bertunangan. entah lah aku tidak tahu yang mana yang benar. lagipun aku tidak terlalu peduli dengan semua itu, yang penting aku bekerja plus dapat duit sudah.
"aduin aja sana, emang kamu kira aku takut sama mas erlan mu itu" mbak Dewi terlihat tidak mau kalah dengan karin. aku mngulum senyum agar aku tidak tertawa mendengar perkataan mbak Dewi.
karin segera pergi sambil menghentakkan kakinya kelantai mendengar perkataan mbak Dewi. setelah kepergian karin, aku tak bisa menahan tawaku dan segera terbahak-bahak sangat kuat dihadapan mbak Dewi.
"mbak mbak, punya nyali darimana sih buat ngeladenin karin kayak gitu"
"mbak tuh udah muak banget sama karin semenjak dia ganbung sama tim desain ini, bikin emosi aja kerjaannya" mbak Dewi mengelus dadanya tanda ia harus bersabar menghadapi tingkah laku karin si tunangan pak CEO.
"wi, emang kamu gak takut apa sama karin. kalau dia ngaduin kamu sama pak Erland?" sahut mbak meli merasa penasaran. mbak meli ini juga salah satu senior ku dibagian desain.
"enggak, lagian pak Erland gak bakalan dengerin omongan karin, kayak biasa pasti" kekeh mbak Dewi, aku hanya geleng-geleng kepala mendengarkan mbak Dewi dan mbak meli berbincang.
beberapa saat kemudian semua hening dengan pekerjaan masing-masing dimejanya. aku bangkit dari tempat dudukku ingin menuju pantry membuat coklat panas menemaniku dengan setumpuk kertas yang ada didepan mejaku.
"sin, aku mau Ke pantry. kamu nitip gak biar sekalian aku ambil" ucapku menawarkan pada teman kerjaku sintia yang lumayan akrab denganku. kami sama-sama seorang junior dibagian desain. bedanya Sintia sudah sekitar satu tahun disana sedangkan aku baru memasuki dua bulan.
"hmm kalo gak ngerepotin aku mau roti aja deh ca soalnya gak sempat sarapan tadi kesiangan" ucap Sintia kepadaku
aku mengangguk lalu bergegas pergi kepantry. dipantry aku melihat dua orang lelaki sedang berbincang disalah satu meja yang disediakan untuk duduk-duduk. salah satu dari mereka aku mengenalnya yaitu pak Daniel sekretaris dari bapak CEO kami di perusahaan ini. namun satunya lagi aku tidak mengenalnya.
"pagi pak" ucapku menyapa kedua lelaki itu, pak Daniel tersenyum menanggapi ucapan ku sementara lelaki yang ada disamping pak Daniel terus menatapku tanpa berkedip.
aku sedikit canggung dengan tatapan yang diberikan lelaki itu, aku segera berlalu dari hadapan mereka dan mengambil coklat panas ku serta roti pesanan Sintia.
aku melirik kearah mereka dan lelaki itu masih saja menatapku serti tadi. aku memutuskan kontak mata dengannya dan segera pergi dari sana setelah coklat panas ku siap ku seduh.
"dasar lelaki buaya, ingin sekali aku mencongkel biji matanya itu agar keluar dari sana" aku sangat kesal dengan lelaki yang berada dipantry tadi.
"sin, nih rotimu" sungutku kepada Sintia
"kamu kayak gak ikhlas aja ca" ucap Sintia heran melihatku.
"bukan,, tadi pas dipantry itu aku kesel banget sama lelaki mata keranjang itu" aku menceritakan kepada Sintia tentang lelaki yang terus menatapku tadi dengan kesal
Sintia tertawa mendengar ucapan ku
"kamu kok malah ngakak sih sin, aku tuh lagi kesel tau gak?" sungutku kepada Sintia yang masih saja tertawa.
"maaf,maaf ca, aku kelepasan. mungkin dia naksir kali sama kamu ca"
"ada - ada saja kamu sin" aku tak lagi menanggapi ucapan Sintia dan melanjutkan pekerjaanku kembali.
POV Erland
'cantik' ucapku didalam hati saat aku dan Daniel kembali keruangan kerja. desiran aneh menjalar ditubuhku ketika mataku dan matanya bertemu.
"Daniel, siapa gadis yang memakai kerudung dipantry tadi?" tanyaku penasaran kepada Daniel. masalahnya aku belum pernah melihat dia sebelumnya.
"oh, namanya chania. orang-orang kantor disini mengenal dia dengan panggilan Caca. Caca orangnya baik,ramah dan juga ceria" ucap Daniel sambil tersenyum mengingat Caca.
"hei, apa yang kau pikirkan" entahlah aku tidak suka saja kalau Daniel sedang menghalalkan gadis cantik itu. ada apa denganku? mungkinkah aku jatuh cinta padany? tidak, tidak. ini tidak boleh terjadi, aku dan dia berbeda.
"ayolah bos, kenapa kau begitu marah kalau aku mengingat Caca? jangan-jangan kau cinta pandangan kedua yah padanya" ejek Daniel kepadaku.
"pandangan kedua matamu"
"yalah bos, pandangan pertamamu kan bersama karin"
"diam kau Daniel" aku tidak suka Daniel mengungkit-ungkin masa lalu ku bersama karin.
"bagaimana rapat hari ini, jam berapa mulainya" ucapku pada Daniel sambil memijit kepalaku yang sedikit pusing dengan pekerjaan.
"setengah jam lagi bos, yang lain sudah berada diruang rapat menunggu bos".
"yasudah ayo kita kesana, agar rapat ini cepat selesai. masih banyak pekerjaan yg harus aku urus" aku bergegas pergi dari ruangan menuju ruang rapat disusul Daniel yang setia di belakangku. Daniel dan aku berteman sejak sekolah dasar dulu. bahkan kami duduk diperguruan tinggi yang sama pula. bedanya ia dulu tidak menyelesaikan sekolahnya karena sibuk dengan wanita.
al-hasil orangtuanya murka terhadap Daniel dan mencabut semua fasilitas yang telah diberikan kepada Daniel. sehingga Daniel datang merengek-rengek seperti anak kecil agar mau membantunya.
kebetulan saat itu sekretaris ku seorang perempuan dan ia berencana resign dari pekerjaannya karena ia sedang hamil dan suaminya juga memutuskan agar istrinya tidak bekerja lagi dan menjadi ibu rumah tangga saja.
sekarang, disinilah Daniel. dimana pun aku berada dia selalu ikut bersamaku. dia sudah seperti saudara bagiku. maklum aku ini anak tunggal dan pastinya pewaris satu-satunya di keluarga Harisson.
aku membuka ruangan rapat, seluruh karyawan yang datang pada hari itu berdiri menyambut kedatanganku.
"silahkan duduk" ucapku ketika aku sudah berada di bangku rapat dan bergabung bersama mereka.
"langsung saja, tidak usah berlama-lama lagi" ucapku datar.
"selamat siang semua" ucap Daniel membuka rapat pada siang ini
"siang pak" jawab karyawan yang berhadir pada ruangan rapat hari ini
"baiklah, tidak berlama-lama lagi. kemaren say sudah menyebar brosur untuk bagian desain garif agar membuatkan sebuah desain untuk produk terbaru yang akan launching pada bulan ini.
dua hari yang lalu saya sudah menerima laporan desain yang akan kita pakai untuk desain produk baru ini"
Daniel melanjutkan presentasinya sambil membuka laptop dan menyambungkan ke proyektor.
"kemaren juga saya sudah berunding dibagian pemasaran bahwa ada salah satu desain yang sangat menarik perhatian kami"
Daniel memperlihatkan desain yang menurutnya bagus untuk desain produk yang akan launching. aku juga sangat kagum dengan desain yang diperlihatkan oleh Daniel, kesannya sangat elegan tetapi sangat mewah.
"jadi inilah desain yang menurut kami sangat cocok untuk produk terbaru kita, bagaimana pak apakah bapak setuju dengan desain yang satu ini" ucap Daniel kepada.
aku menganggukkan kepalaku tanda setuju "yah saya setuju dengan desain yang satu ini. dia terlihat sangat elegan namu terkesan mewah"
ucapku jujur memuji desain yang sangat cantik itu.
"kalau boleh tau siapa yang buat desain ini, saya ingin memberi penghargaan kepada dia seperti perjanjian yang ada di brosur" ucapku sangat penasaran dengan siapa orang yang telah membuat desain tersebut
"oh desain ini dibuat oleh chania Mahira yang baru bergabung dengan bagian desain satu bulan yang lalu pak, atau mungkin disini apakah ketua dari bagian desain berhadir" tanya Daniel memperhatikan satu persatu karyawan yang hadir.
"saya pak" ucap salah satu karyawan yang sedang berdiri.
"bagus Dewi, nanti setelah habis rapat segera kamu konfirmasi kepada chania agar datang keruangan saya untuk menerima penghargaan"
"baik pak, terimakasih"
"baiklah mungkin cukup sekian rapat kita pada siang ini, terimakasih atas waktu dan kesempatannya saya erland Gavin Harisson pamit undur diri, Daniel tutup rapatnya"
"baik pak, baiklah teman-teman sekalian terimakasih telah bekerja keras selama ini dan semoga kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi saya dan Daniel Abraham menutup rapat hari ini, selamat siang"
aku langsung berdiri dan pergi dari ruang rapat disusul Daniel dari belakang.
"bos, makan siang hari ini mau dimana?"
"aku makan siang diruanganku saja, kau terserah mau kemana. pesankan aku makanan kemudian suruh pelayan mengantarnya keruangan ku"
"baik bos"
Author POV
terlihat Caca sedang sibuk mengotak Atik komputer yang ada dihadapannya dan tanpa ia sadari bahwa CEO mereka lewat dan sedang memperhatikan dirinya.
'mengapa dia belum istirahat, ini kan sudah masuk jam makan siang' ucap Erland didalam hati memperhatikan sigadis cantik yang mengganggu pikirannya.
"ehemmm" deheman itu membuyarkan pekerjaan Caca, ia sedikit terkejut melihat siapa yang datang dihadapannya
matanya menatap erlandan, begitupun Caca.
"mengapa kau tidak istirahat, sekarang sudah jam makan siang" ucap Erland sambil memperhatikan jam tangan yang sedang dipakainya.
'sombong sekali bapak ini' ucap Nadin didalam hati, mana berani dia mengatakan langsung kepada Erland.
"oh sebentar lagi pak, nanggung bentar lagi pekerjaan saya selesai" ucap Caca yang sebenarnya sangat malas menanggapi ucapan Erland.
"jangan menunda-nunda makanan. nanti kau sakit" ucap Erland. Caca hanya mengangguk tanpa melihat Erland.
Dewi datang menghampiri meja Caca dan ia sangat terkejut melihat Erland sang CEO sedang berada di ruangan mereka.
"pak selamat siang, ada keperluan apa pak datang kemari"
"tidak ada hanya kebetulan lewat saja"
"oh begitu pak, kebetulan bapak disini saya ingin memperkenalkan karyawan baru yang beru bergabung dengan perusahaan kita dan masuk bagian desain.
ini pak namanya chania dia baru satu bulan bergabung disini.
Dan Caca, ini pak Erland beliau adalah CEO diperusahaan ini, mungkin kamu baru mengenal pak Erland hari ini kebetulan satu bulan yang lalu beliau ada tugas diluar negri dan baru datang tiga yang lalu"
ucap Nadin memperkenalkan Erland kepada Caca, sedangkan Caca membulatkan matanya tanda ia tak percaya bahwa yang menatapnya dipantry tadi adalah CEO mereka.
mereka berjabat tangan sebagai tanda pengenalan, Erland tampak tidak mau melepas tangan Caca. hingga ia tersadar Caca langsung merampas tangannya secara paksa dari Erland.
"yah, selamat bergabung chania semoga kamu betah bekerja disini"
"baik baik, terimakasih telah memberik kesempatan saya berkerja disini"
Erland menganggukan kepalanya
"baiklah kalau begitu saya permisi ingin makan siang dulu" ucap Erland
"baik pak" jawab Caca dan mbak Dewi.
"ca, beneran kan apa kata mbak. kalau desain kamu yang akan dipakai untuk produk baru kita"
mbak Dewi terlihat sangat girang memberitahu kabar tersebut kepada Caca.
"hah seriusan mbak? mbak jangan bercanda deh, Caca gak percaya"
"ihhh serius Caca, nanti setelah istirahat kamu langsung keruangan pak Erland yah, beliau ingin memberi penghargaan untuk kamu"
"Alhamdulillah, aku nyangka mba kalau desain aku sebagus itu"
"wah selamat yah ca desain kamu memang bagus" ucap mbak meli kepadaku.
"selamat yah ca"
"semangat cacaku"
selamat Caca"
"jangan lupa traktirannya ca"
begitulah ucapan yang didapat untuk Caca yang berhasil memenangkan desain kali ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!