NovelToon NovelToon

A Gay With His Angel

PROLOG

Di sebuah kamar kontrakan tampak seorang pria yang baru bangun, dirinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di lihatnya jam dinding menunjukkan pukul 8 pagi.

" Mau ke mana? " Terdengar suara pria lain yang tampak lebih muda dari pada pria itu.

" Pulang " Jawab pria itu singkat.

" Ini kan weekend, tidak kerja juga kata Mu bebas seharian. Di sini saja lah. Kita bisa bermain lagi Sean " Ucap pria muda itu sambil menyentuh miliknya sendiri untuk di perlihatkan kepada pria bernama Sean itu.

" Maaf. Aku tidak bisa. Nanti Papa Ku akan mengamuk "  Ucap pria yang bernama Sean, dia sudah bersiap untuk keluar dari kontrakan itu.

" Sean!!! Ingat malam ini berkumpul lagi ya di club, anak-anak banyak yang datang" Ucap pria itu dengan nada menggoda.

Langkah Sean terhenti dan menoleh ke arah pria itu.

" Lihat nanti "

Sean bergegas keluar dari kontrakan itu dan menaiki mobil sedan miliknya.

Membelah jalanan di pagi hari untuk kembali ke rumah.

Ponsel Sean berbunyi tanda panggilan masuk dari sang Mama, Sean mencoba meraih ponsel di tempat duduk sebelahnya.

Namun karena tidak fokus, Sean menyerempet seseorang.

Ckitttttttttt.....

Bunyi ban mobil Sean berderit karena rem mendadak.

"Auw!!!! Shitttt!!" Umpat orang yang di serempet oleh Sean.

Sean bergegas keluar melihat siapa yang hampir tertabrak olehnya.

" Damn!! Are you blind?!! Shitt!!" Terdengar lagi umpatan wanita itu.

Wanita cantik bernetra coklat dengan wajah yang sangat cantik.

"Maafkan Aku"  Ucap Sean berusaha membantu wanita itu untuk berdiri.

" Jangan menyentuhku sialan!!! "

Wanita itu lalu berusaha berdiri sendiri.

Terlihat lecet di bagian siku dan kaki  kirinya, mungkin terkilir saat terjatuh menghindari mobil Sean.

"Maaf. Ah, ini Aku berikan biaya berobat"

Sean  menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah kepada wanita itu.  Dia buru-buru harus kembali ke rumah mengingat sang Mama sudah meneleponnya.

Wanita itu menatap tajam dan melemparkan uang itu kembali kepada Sean.

Sean melonggo bingung melihat tindakan wanita itu.

Wanita itu berjalan tertatih menjauh dari Sean masuk ke dalam mobil miliknya dan berlalu dari pandangan Sean.

"Apa-apaan wanita itu? Kasar sekali"  Ucap Sean yang masih terheran.

Sean kembali melajukan mobilnya menuju rumah.

Tiba di rumah sudah sesuai perkiraannya. Sang Papa mengamuk.

" Anak sialan! Masih ingat pulang Kau?! Ke mana saja?? Bermain wanita mana lagi?!"  Tanya Mahaprana--Papa Sean.

" Sudah Pa, yang penting dia pulang dulu. Ayo masuk sayang "  Ucap Nyonya Mahaprana--Mama Sean sambil mengajak putra kesayangannya itu untuk masuk.

Ya di antara ke empat anaknya, Sean paling dekat dengan sang Mama dan sering menemani sang Mama ke mana saja.

" Kau mau sampai kapan hidup sesuka mu? Hanya bekerja dan party tidak jelas! Lebih baik cari gadis baik-baik dan menikah! Ingat usia mu sudah mau kepala empat sebentar lagi! " Suara Pak Mahaprana terdengar keras.

" Sean sudah bilang Pa, Sean belum mau menikah"  Ucap Sean sesopan mungkin. Meskipun kesal di bentak pagi-pagi namun orang di hadapannya saat ini adalah sang Papa, tanpa Papa-nya maka tidak mungkin ada Sean saat ini.

" Papa ingin Kau segera menikah! Apa Kau tidak kasihan dengan Will? Dia dan pacarnya harus menunggu mu sampai kapan?? "  Tanya Mahaprana yang masih kesal.

" Kan sudah Sean bilang, biarkan Will menikah dulu, Dia boleh melangkahi Sean"  Ucap Sean menjelaskan.

" Tapi tidak dengan tradisi keluarga ini Sean! " Ucap Mahaprana yang bersikukuh tidak mau mendengar Sean.

" Apa Papa mau Sean menemui wanita yang nantinya hanya melukai Sean? Lebih baik Sean bekerja dan banyak uang, ada tidaknya perempuan sama saja kok,  asal banyak uang " Ucap Sean membela diri.

" Sontoloyo! Sembarangan Kau berbicara! Pokoknya Kau  harus segera menikah! Jangan terus terusan bermain wanita di club! Sudah Papa malas berbicara dengan mu!"  Ucap Mahaprana lalu berlalu dari hadapan Sean dan Nyonya Mahaprana.

" Sabar ya Nak. Niat Papa mu baik. Biar Kau ada pasangan hidup jangan gonta-ganti terus" Ucap Nyonya Mahaprana menasihati dengan perlahan.

Sean hanya tersenyum tipis dan beranjak menuju kamarnya.

Di lemparkannya jas kerjanya sembarang dan membuka semua pakaian hanya menyisakan boxer miliknya yang membungkus daerah pribadinya.

Sean membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, pikirannya melayang.

"Ah sial! Bertemu wanita kasar dan sekarang malah di marahi Papa Mama. Ah, sial sekali hari ini!"  Keluh Sean.

Sean kembali merenungi permintaan orang tuanya agar dia segera menikah.

" Maaf Ma, Pa. Sean tidak bisa menikah. Tidak ada perempuan yang bisa membuat seorang gay bisa berhasrat"  Ucap Sean lirih.

Dirinya memejamkan mata dan tertidur.

.

.

.

Disudut lain di kota itu, tampak sebuah bar kecil di sudut kota. Meskipun kecil, interior-nya menarik dan cukup mewah. Bar itu milik seorang wanita bernama Linny.

Linny tampak sibuk membersihkan beberapa peralatan sambil menyajikan minuman untuk tamu-tamu yang berdatangan.

Bar yang hanya mampu menampung sekitar 10 orang tamu itu tetaplah ramai pada jam-jam tertentu.

Semuanya berdatangan hanya untuk mengobrol dengan Linny sambil memesan minuman. Makan ringan yang tersedia juga hanya chicken pop dan juga kentang goreng untuk menemani tamu meminum minuman beralkohol mereka.

Linny hanya memiliki satu pekerja, seorang gadis muda yang putus sekolah. Linny menerimanya bekerja di bar miliknya.

Bar yang memiliki plang lampu neon bertuliskan RB--RoseButterfly.

" Eka, antarkan bir ini ke meja no 2 ya"  Ucap Linny sambil meletakkan dua gelas bir berukuran sedang ke atas nampan.

" Baik Kak"  Jawab Eka yang langsung mengantarkan bir ke meja nomor dua.

Meja di dalam bar itu hanya terdiri dari 3 meja dengan masing-masing dua kursi. Serta 4 kursi berhadapan di meja bar. Semua terisi penuh.

Langkah Linny tampak tertatih menahan sakit di kaki kirinya.

Eka yang menatap Linny kesakitan lalu menghampirinya segera.

"Kakak kenapa?"  Tanya Eka cemas. Linny sudah seperti saudara kandung-Nya bukan hanya seperti seorang bos.

"Hanya sial saja tadi pagi bertemu pria sialan, sepertinya kaki Ku terkilir"  Ucap Linny kesal mengingat dia hampir tertabrak mobil yang ugal-ugalan tadi pagi.

"Kakak duduk saja. Jangan banyak bergerak, nanti Eka bantu urutkan"  Ucap Eka yang cemas.

"Kau bisa mengurut memangnya?"  Tanya Linny penasaran.

"Bisa Kak. Tenang saja, Eka sejak kecil sudah pintar mengurut, sering di suruh bantu urutkan orang yang terkilir dan di kasih uang jajan" Ucap Eka sambil tersenyum.

"Baiklah. Nanti saja baru urutkan kaki Ku. Lagi banyak tamu juga ini" Ucap Linny sambil tersenyum.

Senyum yang menunjukkan lesung pipi sebelahnya.

"Halo pelayan!!" Panggil salah satu tamu pria di meja 2.

"Iya Tuan"

Eka lalu bergerak menuju meja 2.

Terlihat tamu di meja 2 kembali memesan bir lagi dan juga mencoba menggoda Eka.

Linny merasa kesal dan tidak suka melihat karyawannya diganggu.

" Tuan-tuan, jika ingin mencari gadis yang bisa di sentuh silakan pergi ke bar lain, kami hanya menyediakan minuman dan musik. Bukan wanita pel@cur"  Ucap Linny dengan tegas dan keras meskipun kakinya sedang sakit.

Tamu di meja 2 tampak terdiam dan tidak berani bertindak kurang ajar lagi. Linny memang dikenal keras dan tidak suka tamu-tamu di sana sembarang menyentuh wanita, apalagi terhadap pekerja-nya.

Beberapa tamu lain yang duduk di kursi meja bar tampak mengobrol bersama Linny.

Mereka menceritakan masalah pekerjaan hingga masalah pribadi bahkan masalah ranjang mereka yang sensitif bagi siapa pun.

Linny hanya menanggapi dengan tenang dan senyuman. Dia terbiasa dengan berbagai cerita kotor yang di dengar dari para tamu, baginya asalkan tidak mencoba menyentuhnya maka dia akan biarkan tamu-tamu itu berbicara.

Bar RB buka mulai pukul 9 malam hingga pukul 2 dini hari. Setiap harinya Linny akan pulang pukul 3 dini hari setelah mengantarkan Eka--satu-satunya karyawan di Bar pulang dengan selamat.

Selepas toko di tutup, Eka menepati kata-katanya untuk mengurut kaki Linny terlebih dahulu sebelum pulang. Dan benar saja, tangan Eka sangat ampuh mengurut dan membuat kaki Linny tidak sakit lagi.

Linny segera mengantarkan Eka pulang sebelum kembali ke apartemennya sendiri.

Linny tinggal sendirian di sebuah apartemen sederhana. Dia terbiasa dalam kesendirian. Kamar apartemen yang minimalis jauh dari kesan girly.

Dia bukan gadis yang girly seperti wanita pada umumnya.

Ponsel Linny berbunyi. Terlihat nama Nicolas tertera di panggilan masuk.

" Ada apa anak nakal? Jam begini belum tidur Kau? " Tanya Linny kepada orang yang berada di seberang telepon.

*" Kakak baru pulang? " * Suara anak laki-laki yang bernama Nicolas itu terdengar, dia adiknya Linny, adik satu-satunya.

" Iya. Ada apa? Perlu duit? "  Tanya Linny yang tidak suka basa basi jika berbicara dengan sang adik.

*" Masih banyak, lagian Kakak setiap bulan mengirimiku uang saku 50 juta, tidak akan habis begitu cepat! " * JawabNicolas.

" Jadi kenapa? " Tanya Linny.

" Tidak. Aku hanya khawatir Kakak sering pulang malam sendirian"  Ucap Nicolas yang sangat menyayangi Kakaknya itu.

" Tenang saja. Aku tidak akan mati secepat itu. Pergilah tidur. Ingat selesaikan S2 mu dengan baik  jika perlu ambil S3! "  Ucap Linny sambil tertawa.

" Aku paham Kak. Ya sudah Aku tidur dulu. Bulan depan Aku  libur, nanti Aku kembali ya Kak! "  Ucap  Nicolas

" Ya baik-baik di sana. Jangan berbuat aneh! "  Ucap Linny mengingatkan sang Adik.

" Siap mulia!! "  Jawab  Nicolas lalu mematikan sambungan telepon.

Nicolas, adik Linny saat ini berada di Australia melanjutkan kuliah S2 dan juga berencana mengambil S3. Anak itu termasuk pintar dan berbakat di bidang IT (Ilmu Teknologi).

Linny melepaskan semua pakaiannya lalu bercermin melihat seluruh tubuh polosnya.

Tubuh yang indah tanpa celah kecuali bekas pada bahu kiri serta punggung belakangnya. Goresan bekas luka lama yang mulai menghilang meski berbekas.

Namun luka di hatinya tetap ada dan tidak pernah bisa menghilang.

" Akan Aku hancurkan kalian suatu saat nanti! " Ucap Linny menggeram. Matanya penuh amarah.

Linny segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya agar bisa segera tidur .

.

.

.

Disclaimer : SEMUA CERITA-TOKOH-WAKTU-TEMPAT-KEADAAN HANYALAH FIKSI BELAKA. TANPA MENGURANGI RASA HORMAT TERHADAP SIAPAPUN SEMOGA KARYA INI DAPAT MENGHIBUR TEMAN-TEMAN.

-Linalim-

Mau Coba?

Minggu pagi Sean bangun lebih cepat. Dirinya bersiap menuju lokasi gym. Minimal menghindari omelan yang akan panjang jika bertemu sang Papa dan Mama.

" Sudah umur 38 mau tunggu apa lagi?"  Pertanyaan klasik Mahaprana akan berulang terus-menerus.

" Kasihan Will dan Alicia yang menunggu Kau menikah baru mereka bisa menikah" Tambahan kalimat klasik Nyonya Mahaprana  akan menjadi combo perfect kedua orang tuanya jika mengomel.

" Apa kau kebanyakan wanita sampai susah mau bawa yang mana untuk di nikahi? Jangan bilang kau naksir bini orang! "  Triple kill jika Eni--Kakak kedua Sean ikutan mengomel.

Maka sebelum ketiga manusia itu bangun dari tidurnya, Sean segera mungkin menghindar ke gym. Tempat favoritnya untuk menghilangkan penat dan lelah di kepala.

Tentunya sekaligus mencuci mata melihat lihat.

Lihat apa? Wanita? Ya termasuk juga sih, namun hal itu tidak mampu membuat Sean berselera. Sean lebih tertarik melihat otot yang berkeringat, hal malah lebih menarik untuknya.

"Shittt otak ini ngapain mikir itu lagi sih! "  Keluh Sean pada dirinya sendiri.

Bagaimana tidak, pergumulannya dengan pria kemarin tidak membuatnya puas, di luar ekspektasi dirinya.

" Kapan sih Erik kembali. Lama sekali dia di Singapore! Argh!! "

Sean merasa kesal karena sang kekasih belum juga kembali dari liburan bersama keluarganya di Singapore.

Hanya Erik yang sanggup memanjakan diri Sean sesuai yang Sean mau. Meskipun tidak menampik fakta Sean juga sering one night stand (ons) dengan yang lainnya, tentu tanpa sepengetahuan Erik. Jika ketahuan sudah di pastikan perang dunia ketiga akan terjadi.

Sean segera berganti pakaian olahraganya. Sejujurnya tubuhnya sangat atletis. Banyak orang juga terheran bagaimana bisa Sean tetap memilih hidup sendiri sampai saat ini.

Bisa di bilang umurnya sudahlah matang.

Good rekening? Yes! Good attitude? Yes! Good looking? Of course yes!!

So what the problem?

Tentunya Sean tidak menceritakan masalah terbesarnya adalah tidak berhasrat terhadap wanita. Bisa-bisa dia di belah menggunakan kapak sang Papa yang ada di rumah. Mungkin juga dirinya akan di kembalikan ke rahim sang Mama.

Percayalah, di usia yang sudah tidak lagi untuk bermain-main, dirinya juga pernah mencoba bercinta dengan wanita bayaran.

Tentunya yang seksi dan menarik, tapi hasilnya. Nihil!! Wanita itu tidak mampu membangkitkan hasratnya. Yang ada wanita itu puas karena make out yang di lakukan Sean.

Beberapa orang mencurigai Sean penyuka sesama jenis, dilihat dari circle nya yang penuh pria tampan dan single. Namun banyak juga yang membantah karena pernah melihat Sean membawa wanita bayaran untuk clubbing dan menginap di hotel.

Dan salah satu yang tidak percaya Sean seorang gay tentunya sang Kakak kedua --Eni, karena jarak umur yang hanya berselisih satu tahun membuat Sean dan Eni sangat dekat. Tak jarang dia juga hanya memanggil nama terhadap Kakak keduanya itu.

Eni juga lah yang sering membantah omongan orang-orang di hadapan orang tuanya kalau Sean gay atau impoten. Karena sesungguhnya Sean pernah mencintai wanita. Dan Eni tahu detail ceritanya.

Selesai gym Sean lebih memilih kembali ke apartemen sederhananya di tengah  kota, dia menghindari omelan orang tuanya dan ocehan mengenai pernikahan.

Ponsel Sean berdering tanda telepon masuk.

Telepon dari Danu.

"Bro! Dimana?" Tanya Danu di seberang telepon.

" Apartemen. Kenapa?!"  Tanya Sean.

" Jangan lupa tar malem di tempat biasa ya!"  Ucap Danu mengingatkan.

" Oke! " Jawab Sean singkat lalu mematikan panggilan teleponnya.

Tempat biasa sudah pasti dan sudah bukan adalah club tempat perkumpulan pria pria lajang yang sudah mapan itu.

Wingtiger club tempat itu merupakan tempat pria lajang seperti Sean sering menghabiskan waktu, baik bercanda dengan teman, mencari sasaran wanita untuk di bawa ke kamar, atau hanya sekedar cuci mata sambil minum alkohol.

Sean memilih beristirahat terlebih dahulu, dia sudah mengabari Eni bahwa dia tidak pulang dan akan langsung berangkat ke kantor besok. Dia lelah harus sibuk dengan pekerjaan dan juga ceramah dari Papa dan Mamanya. Menghindar adalah hal terbaik selagi logika dan amarahnya bisa di kontrolnya.

Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Sean bergegas memacu mobil menuju club tempat janjian nya dengan sahabatnya.

Wingtiger club sudah seperti rumah kedua bagi Sean, semua pegawai mulai dari tukang parkir, satpam, waiters hingga manager mengenalinya.

Dia merupakan tamu VVIP di club ternama itu.

Sean langsung masuk menuju sofa yang di tunjuk oleh salah satu waiters, terlihat sahabatnya sudah menunggu di sana.

"Akhirnya yang ditunggu tiba juga! " Ucap Danu.

" Sorry lama"  Ucap Sean lalu duduk dan menyalakan rokoknya.

" Tumben Bro nge-rokok? Biasanya dirokok! "  Ledek Aston.

" Sialan! Lagi pusing. Jangan ganggu. Senggol bacok nih! " Ucap Sean.

" Ih kayak cewek pms aja Kau ini! Ada apa sih? " Seru Doni heran dengan sikap Sean.

" Di paksa kawin lagi Bro?! "  Tanya William langsung tanpa basa-basi.

Ting-Tong! Ya tepat sekali! Jika ini merupakan kuis tebak-tebakan di salah stasiun televisi maka dipastikan William sudah memenangkan hadiah jackpot.

" Sial banget. Baru pulang semalam udah kena cecar. Di paksa mulu!"  Ucap Sean yang kesal.

" Yah begimana dong, kan Kau punya BoNyok (bokap-nyokap) kagak paham permasalahan Kau sampe sekarang! "  Ucap Danu menasihati temannya yang seperti orang sekarat saat ini.

" Udah. Balik nge-pod sono! Kagak cocok lagi Kau ini nge-rokok biasa! Kirain kesambet setan di jalan! "  Ucap Doni mematikan rokok di tangan  Sean.

" Sialan! Rokok-nya belum habis jirr!! " Ucap Sean yang kesal rokok di tangannya di ambil oleh Doni dan langsung matikan.

" Udah-udah. Sekarang gini deh. Kau mau gimana? Pilihan cuman dua! Ngaku sama BoNyok (bokap-nyokap) atau random cari cewek nikahin habis tuh cerai! "  Ucap Danu memberi saran..

" Gila banget Kau ini. Kau kira cewek tuh barang. Kagak mau langsung depak. Sembarangan aja! "  Ucap William yang tampak kurang setuju dengan usul Danu.

" Tapi kagak salah juga saran si Danu, Liam! Kondisi Sean serba salah loh ini. Setidaknya yah Dia pernah menikah sekali meskipun bakal cerai. Ketimbang Dia kesiksa gini di paksa terus? "  Ucap Doni yang setuju dengan Danu.

" Ya asal jangan merugikan pihak ceweknya. Atau kagak kawin kontrak aja Bro! "  Ucap Aston memberi ide tambahan.

" Kawin kontrak? "  Tanya Sean penasaran.

" Iya harusnya gitu aja. Terus kan Kau bisa buat aturan dan alasan tidak menyentuh Dia, bilang aja kalau hati mu tuh masih ada mantan mu atau siapalah cewek yang kagak bisa diraih! Ketimbang ketahuan kan?! "  Ucap Aston menjelaskan.

Sean tampak merenung sejenak. Tidak salah usulan dari sahabatnya, namun dimana dia bisa menemukan wanita yang bisa di ajak bekerja sama itu.

" Kalau gitu sih Aku setuju, yang penting jangan mainin perasaan anak orang, entar jadi boomerang Kau sendiri Bro! Wanita kalau sakit hati mengerikan! "  Ucap William yang sudah jengah menghadapi ribetnya memutuskan gadis-gadis labil.

" Curhat ya Bro??? "  Ledek Danu kepada William dan dibalas dengan toyoran di kepala Danu.

" Eh sialan nih anak! Main toyor toyor aja! "  Ucap Danu pura-pura kesal.

Kelima pria lajang itu kemudian tertawa bersama.

" Eh Sean! Sebelum lupa nih. Kau masih kerja di UN* gak? "  Tanya Aston dengan wajah serius.

" Serius amet muka nya! Pengen di tampol ! "  Ledek Danu.

" Diem dulu! Ini serius bodat! Soal kerjaan! "  Ucap Aston sehingga yang lain ikut diam dan serius mendengarkan.

" Masih, kenapa? "  Tanya Sean santai sambil meminum whiskey nya.

" Masih jadi team leader doang di sana? "  Tanya Aston lagi.

" Iya. Kemarin katanya ada penilaian buat jadi manager marketing, tapi entah lah belum ada kabar" Ucap Sean santai. Meskipun hanya seorang team leader, dia cukup handal membawahi anak anak salesnya sehingga penjualan di teamnya melesat mengerikan dan pundi-pundi uangnya selalu lancar dengan bonus melimpah. Meskipun gaji pokok hanya segitu segitu saja.

" Mau pindah kagak? Di tempat lain? Kebetulan ada lowongan nih!"  Ucap Aston menawarkan.

" Lowongan? Jadi apa emangnya? "  TanyaSean penasaran.

" Manager pemasaran! "  Ucap Aston.

" Eh serius ? Bagus tuh Sean! Coba aja lamar! "  Ucap Danu yang bersemangat. Dia memang typikal penyemangat ulung untuk temannya.

" Dimana emang nya? " Tanya Sean lagi.

Karena saat iniSean bekerja di salah satu perusahaan terbesar seantero bangsa ini. Sayang bukan jika dilepas dan pindah ke perusahaan yang kalah pamornya.

" FP Corporation! "  Ucap Aston sambil tersenyum.

William terkejut hingga terbatuk mendengar Aston yang selalu menganggur dan kurang kerjaan itu bisa tahu lowongan di FP Corporation. Apa sahabatnya satu itu sedang mengigau?

"Woi! Ngigau ya Kau? Pengangguran kok bisa tahu soal lowongan di FP corporation. Kalau bercanda kira kira Boss!! " Ucap Danu yang juga tidak percaya.

" Bangstttt!! Dengerin makanya!!! " Aston tampak kesal.

"Sepupu Aku kerja di sana, kalian kenal Sisilia kan? Nah Kakaknya Sisilia juga Sisilia kerja di FP Corporation, lebih tepatnya kenal dengan CEO-nya. Dan katanya Dia lagi cari manager pemasaran, kemarin suruh Aku coba tapi ya all of you know lah, Aku lebih senang main mainan Aku di bengkel"  Ucap Aston dengan santai.

Aston memang anak orang kaya yang tidak ingin hidup ribet. Dirinya memilih membuka sebuah bengkel mobil dan mengelolanya sendiri.

Sean masih terdiam hingga ke empat sahabatnya menatap dirinya bersamaan.

" Sialan!! Anjir!! Bikin kaget aja kalian barengan lihat in  Aku segitunya! "  Ucap Sean yang memang terkejut dengan pandangan ke empat sahabatnya itu.

" Makanya jangan diem aja! Gimana? Mau kagak? Kalau enggak mau biar Aku bilang sama sepupu Ku untuk kasih orang lain aja coba lamar! "  Ucap Aston dengan nada sedikit mengancam.

Semua orang tahu FP Corporation bukan perusahaan sembarangan.

Saham di 5 stasiun TV lokal, bisnis properti dalam negeri dan luar negeri, belum lagi pabrik olahan minyak dan hasil bumi, pabrik makan dan minuman ringan, produk skincare merk Korea serta punya saham di 2 mall terbesar seantero bangsa ini.

Luar biasa bukan CEO-nya, namun tidak satu orang pun mengenal CEO yang misterius itu, dia tidak pernah menunjukkan batang hidungnya.

Semua keputusan apa pun akan di sampaikan melalui Asisten pribadinya yaitu Andrean-- Kakak laki-laki Sisilia.

Banyak yang menebak siapa CEO yang di sinyalir pendiri dari FP corporation dan pemilik 89% keseluruhan saham dari perusahaannya.

" Boleh deh. Entar aku titip CV ke Kau  ya! Makasih sebelumnya" Ucap Sean.

" Wah kalau gitu traktir dong hari ini. Hitung-hitung biar lolos gitu pindah naik pangkat! "  Ucap Doni menggoda.

" Ya ya ya. Puaskanlah kalian minum. Hari ini bill Aku  yang bayar"  Ucap Sean menanggapi perkataan Doni.

Semuanya tampak senang dan melanjutkan minum sambil mendengar alunan music DJ.

Beberapa gadis malam tampak mendekati mereka. Seperti biasa, Sean menanggapi dengan biasa dan tetap meladeni gadis-gadis yang mendekati mereka. Bagaimana lagi mata dimana-mana bruhhh.. Jangan sampai dia terlihat memeluk pria bukan wanita!

" Aku ke toilet sebentar. Kalian lanjut saja"  Ucap Sean lalu berjalan ke toilet pria.

Dirinya melewati sisi toilet wanita sebelum masuk ke dalam toilet pria.

Sean menoleh sebentar melihat wanita yang melaluinya.

" Wangi sekali" Ucap Sean tanpa sadar.

Wanita itu memang sangat harum. Samar-samar terlihat tato bunga rose di bahu kanan wanita itu.

Sean kemudian mengacuhkannya lalu masuk ke dalam toilet.

.

.

.

Disclaimer : SEMUA CERITA-TOKOH-WAKTU-TEMPAT-KEADAAN HANYALAH FIKSI BELAKA. TANPA MENGURANGI RASA HORMAT TERHADAP SIAPAPUN SEMOGA KARYA INI DAPAT MENGHIBUR TEMAN-TEMAN.

-linalim-

Kejutan Linny...

Hari ini Linny menutup Bar RB. Biasanya setiap hari senin minggu ke empat di bulan yang sama maka Linny akan menutup Bar RB agar Eka--pekerjanya bisa mendapat libur. Namun karena hari ini merupakan hari ulang tahunnya, secara tidak sadar dia menutup Bar karena di desak Sisilia dan Andrean, kedua sahabatnya sejak kecil.

Linny menghabiskan waktu di Wingtiger Club malam itu, tentunya di temani oleh Sisilia dan Andrean.

" Pesan aja yang Kau mau, biar Aku yang traktir hari ini Linny"  Ucap Sisilia.

" Kesambet apa Neng, tumbenan"  Ucap  Linny sambil  tertawa.

" Loh, lupa tanggal hari ini Linny? "  Tanya Andrean heran.

" Tanggal? Tanggal 15..... Eh.... " Linny baru menyadari hari ini merupakan hari ulang tahunnya.

" Udah sadar Non? Masih mimpi kagak? Ulang tahun sendiri bisa lupa. Ck! "  Ucap Sisilia heran.

" Sorry-sorry... "  Ucap Linny

Linny memang lupa hari kelahirannya itu karena sudah lama tidak dirayakan dengan pesta.  Apalagi biasanya Nicolas --sang adik tercintanya akan mengucapkan selamat ulang tahun. Namun hari itu tidak ada satu pesan pun yang masuk.

Mungkin Nicolas sedang sibuk, Linny memahami hal itu. Apalagi adiknya tinggal sendirian di negara orang.

" Jangan terlalu fokus dengan pekerjaan Linny. Lagi pula sudah umur mu menikah"  Ucap Andrean menasihati.

Andrean memang sangat dewasa. Sisilia sering menjodohkan Linny dengan Andrean dan tentunya Linny menolak.

" Aku senang hidup sendiri. Lebih baik tidak menikah. Aku tidak yakin akan ada laki-laki yang bisa menerima Ku dengan segala kekurangan Ku"  Jawab Linny sambil menahan pedih di hati saat mengatakan hal itu.

Wanita mana yang tidak ingin menikah, semua wanita ingin menikah dan di perlakukan seperti seorang ratu. Tapi apa daya, hal itu sepertinya tidak bisa di raih oleh  seorang Linny.

" Pasti ada Linny. Ya kan Dre! Atau enggak Kau saja yang nikahi Linny. Biar Linny bisa benar-benar jadi bagian keluarga kita! Aku malah senang punya Kakak ipar kayak Linny"  Ucap Sisilia bersemangat.

" Sialan! Bilang aja biar ada yang bisa Kau palak tiap belanja! "  Ucap Linny sambil melempar wajah Sisilia dengan tissue .

" Hahaha. Dasar cewek gila. Main ngelempar aja! "  Ucap Sisilia sambil tertawa.

Andrean hanya tersenyum melihat tingkah adik dan sahabatnya itu.

Mereka memang sangat akrab sejak kecil. Ketiganya dulu sering bermain bersama.

" Mending Kau cepat pulang deh. Istirahat. Mumpung enggak buka Bar rongsokan tuh! Pulang dari bar jam 3 pagi, baru tidur kagak lama sudah bangun aja ngurusin perusahaan! Gila bener Kau ini! "  Ucap Sisilia heran melihat Linny yang tidak pernah lelah. Tidur hanya 3 jam setiap hari dengan segudang kesibukan.

Linny menyukai hal itu. Dia senang beraktivitas tanpa henti agar tidak teringat masa lalu yang menyakitkan baginya. Lebih dari cukup untuknya tidur 3-4 jam sehari. Agar dia tidak perlu memimpikan hal yang tidak perlu.

" Udah lah. Aku lagi ulang tahun jangan di ceramahi. Enjoy yuk! "  Ucap Linny lalu mengajak Sisilia menari-nari dalam alunan musik DJ yang berdengung.

Musik yang akan terasa ribut bagi yang tidak biasa namun terasa menyenangkan bagi Linny dan Sisilia, tentunya Andrean juga.

Waktu baru menunjukkan pukul 11 malam. Linny enggan pulang, namun Sisilia dan Andrean terus memaksa dan mengantarkannya pulang.

Mau tak mau Linny pun pasrah di ajak pulang oleh keduanya. Mereka bertiga tiba di apartemen sederhana Linny.

" Pinjem toilet yah Linny!"  Seru Sisilia yang ikut turun masuk ke apartemen Linny.

" Masuk gih. Ngapain ijin. Kayak baru kenal aja! "  Ucap Linny heran dengan tingkah Sisilia.

Andrean mengikuti kedua wanita itu dari belakang.

" Serius enggak mau pindah Linny? "  Tanya Andrean tiba-tiba.

" Malas Dre! Udah nyaman dan biasa juga di sini! "  Ucap Linny dengan santai.

" Kalau udah enggak betah bilang yah. Banyak kok apartemen yang lebih bagus standby buat Kau"  Ucap Andrean sambil tersenyum.

Linny hanya mengacungkan jempolnya tanda paham.

Masuk ke dalam apartemen yang gelap, Linny segera menghidupkan lampu depan ruang tamu apartemen.

" SURPRISE!!!! "  Suara Nicolas terdengar keras menyambut Linny dengan membawa kue di tangannya.

" Shiitt!!!! Anak nakal!!! Kapan pulang!!!! "  Ucap Linny bahagia dan memeluk sang adik kesayangan-nya.

" Eh!! Kuenya entar jatuh woi!!!! Sini Aku pegangin!! "  Ucap Sisilia langsung mengambil-alih kue di tangan Nicolas sebelum kue yang indah itu mencium lantai apartemen.

" Tadi pagi-pagi penerbangannya Kak. Takut enggak keburu nyampe sini!"  Ucap Nicolas sambil menepuk pelan punggung sang Kakak kesayangannnya itu.

" Kau kenapa jadi kurus gini?! Apa di sana telat makan?? Jangan sampai sakit!! " Ucap Linny berurai air mata. Dia sangat senang bertemu sang adik yang saat ini mengenyam pendidikan jauh di negeri orang.

" Mungkin kecapekan saja Kak. Aku teratur makan kok!! Kakak nih yang kayaknya sering telat makan! Kemarin kata Kak Andrean Kakak hampir tumbang gara GERD kumat! "  Ucap Nicolas yang kesal sang Kakak selalu lupa waktu untuk makan.

" Hanya agak sibuk saja. Tidak ada masalah kok! "  Ucap Linny lalu tersenyum sambil menghapus air matanya.

" Udah yuk duduk dulu baru ngobrol. Ini kuenya mau di tiup lilin dulu atau langsung dimakan?"  Tanya Sisilia samnbil menatap Linny.

" Udah potong aja Sil! "  Jawab Linny.

Sisilia langsung beranjak menuju lemari piring mengambil 4 piring kecil dan 4 garpu.

Di potongnya kue itu menjadi beberapa bagian lalu di letakkan sepotong kecil .ke atas piring masing-masing

Ke empat anak manusia itu menghabiskan kue sambil bercengkerama.

Linny beranjak menuju lemari koleksi wine dan whiskey-nya.

" Pada mau nge-wine atau nge-bir atau whiskey??"  Tanya  Linny kepada ketiga anak manusia itu.

" Whiskey aja Linny! "  Jawab Andrean.

" Aku apa pun okey Kak! " Jawab Nicolas sambil tersenyum.

Linny langsung menyambar sebotol whiskey merk Glenfiddich 18 dan 4 gelas whiskey. Di ambilnya juga es batu berbentuk bola-bola yang selalu tersedia di freezer khusus es batu milik Linny itu.

" Memang de best deh nih tuan rumah. Langsung di sedia in minuman"  Ledek Sisilia.

Linny hanya tersenyum dan bergerak ke kamar untuk berganti pakaian. Dia memakai tank top tali spageti yang memamerkan pundaknya yang indah juga celana tidur satin yang pendek.

" Cepet amet ganti baju? Mau tidur ? "  Tanya Sisilia heran dengan penampilan Linny.

" Enggak, gerah doang. Lebih enak begini. Bentar Aku pasang musik dulu"  Ucap Linny beringsut menuju ke alat pemutar musik dan speaker-nya.

Dia tidak perlu takut menghidupkan musik karena dinding dan lantai apartemen-nya sudah di lapisi bahan kedap suara. Selain itu tetangga kiri kanan atas bawahnya merupakan pekerja klub malam sehingga di pastikan kalau malam dia ribut juga tidak masalah.

" Kak"  Panggil Nicolas.

Linny menoleh dan menaikkan satu alisnya seolah sedang bertanya apa dan kenapa.

Nicolas memandang bekas luka pada tubuh Linny. Bekas luka 14 tahun lalu itu.

Linny hanya tersenyum, dirinya paham Nicolas ingin bertanya tentang dirinya saat ini.

" Sudah tidak apa apa"  Ucap Linny singkat.

" Akan Aku bunuh manusia bejat itu kalau Aku bertemu dengannya! "  Ucap Nicolas yang benar-benar marah jika mengingat kejadian 14 tahun lalu.

14 tahun lalu saat diri Nicolas masih berusia 11 tahun, Nicolas tidak memiliki kemampuan membela sang Kakak dari keluarga tiri mereka.

Ibu kandung mereka yang seharusnya lebih percaya kepada anaknya malah lebih percaya dengan anak tiri dan suami barunya.

Hal itu membuat Nicolas menolak keras mengikuti sang ibu dan keluarga barunya bertolak ke Los Angles. Nicolas memilih hidup bersama Linny meskipun saat itu mereka hidup dalam keadaan serba sulit.

Sedangkan sang Ibu hidup bergelimang harta bersama keluarga barunya.

" Jangan libatkan dirimu. Kalau harus membunuh dan menumpahkan darah, biar tangan Kakak saja yang kotor dengan darah! Tangan Kakak sudah penuh darah dan kotoran saat ini. Bukan hanya tangan tapi seluruh tubuh Kakak. Jangan kotori dirimu ya! "  Tegas Linny menasihati sang adik.

" Aku rela harus masuk penjara jika bisa membunuh dua jahanam itu. Bangstttt manusia itu!! "  Ucap Nicolas berapi-api.

Andrean yang duduk di sebelah Nicolas mencoba menenangkan hati Nicolas dan menepuk pelan pundak remaja itu. Ya Nicolas baru berusia 25 tahun tentu dirinya sangat mudah marah untuk seusianya.

" Kalau saja dulu bukan demi Aku, Kakak sudah pasti bisa lepas dan tidak akan terluka. Ini salahku Kak"  Ucap Nicolas yang sering merasa bersalah pada Linny.

Padahal Linny selalu punya kesempatan untuk kabur, tapi setiap saat dirinya memikirkan Nicolas akan disiksa sendirian di rumah manusia kejam itu membuat Linny tidak tega meninggalkan adik kandungnya.

" Sudah terjadi. Tidak ada yang bisa mengembalikan hal itu. Ya sudah. Aku lelah, kalian lanjut saja ya Aku mau tidur dulu. Kalau mau tidur di sini kalian panjangkan saja sofa bed-nya ya"   Ucap Linny.

Sofa yang terpajang memang merupakan jenis sofa bed yang bisa di jadikan tempat tidur untuk dua orang bahkan 3 orang jika semuanya bertubuh langsing.

Liny segera masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar. Sebuah kebiasaan yang tidak bisa dia abaikan lagi sejak kejadian 14 tahun lalu.

Linny memejamkan mata, dia bermimpi kembali ke masa 14 tahun lalu, saat usianya baru menginjak 17 tahun.

*******

" Lepaskan!! sial!!! Berengsekkk!!! Minggir!!!!! Arghhh!!!! Tolong!!!!!!!!!", suara jeritan pilu Linny yang berusia 17 tahun menggema.

" Apa mau mu!! Kalian memang keluarga sampah!! Pergi atau Aku akan bunuh diriku sendiri di hadapan kalian!!! Pergi!!! "

" Arghhh!!!! "

" Kakak!!! "

*********

" Haahhhh.... Hahhhh..... Siall!!!! Kenapa mimpi itu lagi"  Keluh Linny yang terbangun dari  Tidurnya itu. Sekujur tubuh Linny penuh keringat.

Linny meraba bagian dada kiri depannya yang terdapat tato kupu-kupu untuk menyamarkan bekas luka jahitan. Juga bagian belakang punggung nya yang terdapat tato bunga rose besar  yang indah namun tampak penuh duri tajam.

Luka 14 tahun lalu yang di samarkannya menggunakan tato. Meskipun begitu luka itu tak akan menghilang sama seperti luka di hatinya.

.

.

.

Disclaimer : SEMUA CERITA-TOKOH-WAKTU-TEMPAT-KEADAAN HANYALAH FIKSI BELAKA. TANPA MENGURANGI RASA HORMAT TERHADAP SIAPAPUN SEMOGA KARYA INI DAPAT MENGHIBUR TEMAN-TEMAN.

-Linalim-

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!