NovelToon NovelToon

Reckless

PHILADELPHIA

28 Agustus 2021

Tap... Tap.. Tap... Terdengar suara derap langkah sepasang kekasih menelusuri jalan kecil untuk menyelamatkan diri mereka dari kejaran para polisi. Berminimkan pencahayaan disana, kedua orang yang berbeda jenis kelamin itu tidak menghiraukan suara petir yang menyambar. Ya langit malam diatas sana berwajah mendung, bahkan bintang yang menjadi perias langit pun tak menampakkan wujudnya.

Hujan yang lama tidak terjadi di kota Philadelphia, akhirnya malam ini tetesan demi tetesan membasahi permukaan bumi. Setiap manusia yang ada di dunia akan menghangatkan tubuh mereka dengan berselimut, atau berduduk santai di depan pembakaran api. Tapi tidak dengan sejoli yang masih berlari di tengah hujan yang turun semakin lama, semakin deras.

"Sebaiknya kita ke kanan, Cloud! " ucap Hana dengan suaranya yang lirih. Gadis itu menggigil.

Cloud mengeratkan genggaman tangan kekasihnya dan ia mengiyakan ucapan kekasihnya itu dengan menganggukkan kepala. Mereka kembali berlari dengan sisa tenaga yang ada, dan mengarahkan kakinya ke arah kanan. Namun sial jalan yang mereka tuju adalah jalan buntu yang di tutupi dinding menjulang begitu tinggi.

"Ya Tuhan." Hana mengusap air hujan yang menerpa wajahnya dengan kasar. Tubuhnya yang sudah basah bergetar karena rasa dingin yang menyeruak kesetiap tubuhnya.

"Kita harus kemana lagi Cloud?" Hana pastone mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Maniknya yang indah memancarkan keputusasaan. Begitupun juga dengan Cloud, kekasihnya.

"Berhentilah kalian!!" para polisi yang menggenggam pistol dalam tanganya, sudah berjarak 500 kaki dari posisi mereka.

Tangan kanan Hana bergetar, ia mengeluarkan sebuah pistol dari balik bajunya.

"Ambilah!!" Cloud terperanjat, sepasang matanya yang berwarna coklat melebar. Ia tidak mengetahui jika Hana membawa senjata yang di sembunyikan di balik baju kekasihnya itu.

"Tidak ada lagi kesempatan Cloud." Hana memberikan senjata tersebut kepada Cloud. "Tembak aku,please." suaranya bergetar, lirih dan setengah memohon.

"Tidak, aku tidak akan melakukannya." Cloud menggelengkan kepalanya dengan cepat, dan mengambil alih pistol itu.

"Lebih baik aku mati, jika harus hidup tanpa dirimu Cloud." Hana merengkuh rahang kekasihnya dan mengelus secara perlahan.

Suara langkah di ujung lorong sana semakin terdengar menandakan jika para polisi sudah semakin dekat.

"Lakukanlah, tidak ada waktu lagi Could." Ucap Hana sambil terisak.

"Tidak.. Aku tidak mau melakukannya." Cloud masih bersikeras menolak permintaan kekasihnya.

"Lakukan Cloud, bukankah kau mencintaiku dan kau tau aku juga mencintaimu!"

Cloud membungkam bibir milik kekasihnya yang terlihat pucat. Matanya terpejam, air matanya turun karena tak kuasa menahan sakit di dadanya. ia menyesali atas apa yang pernah ia lakukan sebelumnya.

Berlarut dalam ketakutan dan kesedihan, Cloud tidak menyadari jika Hana mengangkat tangannya. Hingga suara tembakan berbunyi, menyadarkannya. Cloud terperanjat.

"Aku mencintaimu Cloud, sangat." lirih Hana, bibirnya yang pucat tersenyum penuh duka.

Cloud terdiam mematung, arwahnya seperti di tarik paksa untuk keluar dari raganya. Dadanya terasa sesak, dan teramat menyakitkan saat maniknya menyaksikan tubuh Hana terkulai perlahan hingga terjatuh dengan banyak mengeluarkan darah dari tubuh mungilnya.

Tubuh Cloud semakin bergetar hebat. Kedua kakinya yang kokoh terasa lemas. Ia terjatuh dengan lutut kakinya yang bertumpu ke jalanan aspal karena tidak dapat menompang bobot tubuhnya

"Ha-na." nada suaranya bergetar. Dengan cairan yang melapisi kedua maniknya, Cloud masih manatap kekasihnya. Lalu pria itu menggerakkan kedua tangannya, mengangkat tubuh hana dan membawa kedalam dekapannya.

"Hanaaaa.... Aarrggghh!!!" Cloud berteriak sekencang kencangnya. Memberitahu kepada semesta jika hatinya terluka. Memeluk erat tubuh Hana, Cloud menangis tersedu-sedu menuangkan kesedihannya atas kepergian cinta pertamanya.

Tragedi malam ini berhasil memporak porandakan hatinya. Lihatlah bagaimana seorang Cloud yang begitu kuat di mata orang yang mengenalnya, seketika dirinya hancur karena seorang gadis yang begitu ia cinta pergi untuk selama-selamanya.

"Anda sudah terkepung!" ucap salah satu polisi yang sudah mendekat. "Silahkan, serahkan diri anda!!" perintahnya.

Tidak mengindahkan teriakan polisi, dengan berat hati, Cloud meletakkan tubuh Hana yang sudah tidak bernyawa.

"Jika kau tidak bisa hidup tanpaku, bagaimana aku tanpamu." ucapnya. "Aku juga sangat mencintaimu Hana." lanjutnya, tanganya bergerak meraih pistol yang terjatuh tidak jauh dari posisinya, ia menekan platuk tepat di atas dadanya.

Doooorrrr....

Hai Hai, ini novel pertamaku setelah dua Cs yang pernah aku up. Sebelum lanjut bab berikutnya, sekedar informasi, karna cerita Reckless bergenre Romantis-Fantasi (Throwback) bakal ada flashback-flashback di setiap babnya.

Selamat membaca, jangan lupa untuk rate ⭐ 5, like n komentarnya. Terimakasih 🙏🏻🙏🏻

Salam manis dari Thorball eksis dan narsis 😎

THROUWBACK

Di bawah guyuran hujan, tubuh kokohnya terjatuh dengan iris mata yang sayu memancarkan kesedihan. Terselip kepingan memory yang hadir menghantarkan jiwanya yang mulai tertarik perlahan.

"Hei kau, pria tampan!! Bagaimana dengan penampilanku?" Hana memutar tubuhnya, di depan Cloud dengan senyumannya yang merekah. Cloud menatap sejenak, bersikap acuh melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam kelasnya. Hana mendengus kasar, dan menghentakkan kakinya."Sombong sekali, lihat saja nanti akan ku buat kau menyukaiku lalu aku akan menghempaskanmu"

"Hentikan perkerjaan kotormu Cloud, pria itu bukan seseorang yang baik." perintah seorang wanita paru baya yang melahirkan dan membesarkannya untuk menahan langkahnya. Cloud bergeming, tidak mendengarkan perintah ibunya. Dia melangkah  terus keluar dari rumahnya yang sederhana dengan membawa ransel berwana hitam miliknya.

"Lakukan nak, urusan seperti ini adalah hal yang mudah untukmu dan ingatlah, jika terjadi apa-apa denganmu, aku siap membantu mu." ujar seorang pria seraya menepuk punggungnya dengan bangga dan pria itu memberikan tugas untuk kesekian kalinya kepada Cloud.

"Bak.. Buk.. Bak.. Buk " suara dentuman pukulan yang keras, di dalam sel yang berukuran 3x3 meter. Dengan tangan yang digantung, serta wajah yang tertutup, Cloud menunduk menahan rasa nyeri di sekitar tubuhnya yang terdapat banyak luka memar akibat dari pukulan. "Hentikan!" salah satu polisi berteriak, lalu mendekat ke arah Cloud. Menggerakkan tangannya, polisi itu menarik penutup yang menutupi wajah Cloud. "Hey pecundang! Banguunlah." Polisi itu mengguyur Cloud dengan air mineral yang berada di tangannya. Cloud bergerak, membuka kedua matanya yang berat dengan perlahan. "Kau dibebaskan." ucap polisi itu kemudian.

"Bagaimana kau mendapatkan luka ini, Cloud." lirih Hana membersihkan tubuh Cloud yang penuh luka. Cloud memandang wajah Hana yang terlihat begitu sendu dan gadis itu menangis. "Karena pekerjaan ku, Hana." jawab Cloud tertunduk. "Berhentilah Cloud, aku mohon. Aku tidak sanggup melihatmu terluka seperti ini."

"Seandainya saat itu aku menuruti ibu dari awal, mungkinkah hal ini tidak akan terjadi? Apakah aku akan bahagia bersama Hana selamanya." gumam Cloud di sisa akhir hayatnya.

Cloud melihat ada bayangan putih hendak menghampirinya, wajahnya terlihat begitu samar dari pandangannya.

"Si-siapa kau?" tanya Cloud sudah mulai tak sadar.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku." jawab bayangan itu.

"Lalu apa mau mu?" tanya Cloud lagi.

" Jika kau diberikan satu kesempatan untuk hidup kembali ke masa lalu, apa yang mau kau lakukan? " seseorang itu melayangkan pertanyaan yang tidak masuk akal, Cloud menjawab pertanyaan itu secara spontan.

"Merubah garis takdirku."matanya sudah meredup bertepatan jiwanya yang mulai meninggalkan raganya. Bahkan saat polisi mengangkat tubuhnya, Cloud tidak bisa merasakannya.

" Temukan cinta sejatimu, perlahan luka di dadamu menghilang. " Dalam sejenak, bayangan itu pergi memudar

Kriiiiinggggggggg , suara alarm mengusik seorang pria yang masih terlelap dalam tidurnya. Ia menutup wajahnya dengan bantal untuk menghalaukan sinar matahari yang tidak malu menyelinap dari celah jendela.

"Hey anak muda, bangunlah." Cloud menyingkirkan bantal yang menutupi sebagian wajahnya. Menerjapkan kedua matanya, terdengar sayup-sayup suara yang begitu dia kenali. Mengedarkan matanya untuk melihat ke setiap sudut ruangan yang disebut kamar. Cloud merasa terkejut dengan apa yang ia alami, bukannya ia sudah mati bunuh diri?

"Apakah yang aku alami hanya mimpi? " gumam Cloud. Cloud bergeming, sampai ia tidak menyadari ibunya sudah berada di dalam kamar dengan setumpuk baju di tanganya.

"Mau sampai kapan kau seperti itu, bergegaslah ke kampus dan jangan membuat keributan." Cloud pun menoleh, ia melihat ibunya sedang memasukan pakaiannya ke dalam lemarinya.

" I- iya ibu." Cloud bergegas bangun, dan menarik langkah mengarah kakinya ke toilet. Melepaskan pakaian yang melekat pada tubuhnya. Cloud tidak mengulur waktu. Ia berdiri di bawah sower, menyalakan air dan membiarkan air dingin mengalir membasahi dirinya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama didalam sana, Cloud sudah selesai membersihkan tubuh atletisnya. Pria itu keluar, mengarahkan langkahnya ke sisi kanan, menuju lemari.

Membuka lemari kayu yang di lapis cermin kini, Cloud memilih kaus berwarna hitam dan celana hitam. Warna favoritnya.

"Aku harus segera ke kampus. " Cloud menutup pintu lemari, dan memantulkan dirinya di cermin. Pria itu terkejut saat melihat dada bidangnya terdapat sebuah tanda berwarna hitam.

"Tanda apa ini?" Cloud mencoba menghapus tanda hitam itu dengan cepat, namun tanda hitam itu tidak bisa menghilang.

"Astaga, dari mana tanda ini muncul? "

Cloud nampak berfikir, dan bertanya-tanya dalam benaknya.

"Jika kamu tidak bisa hidup tanpaku, bagaimana aku tanpamu...Aku juga sangat mencintaimu Hana "

Doooorrrr.

"Temukan cinta sejatimu, perlahan luka di dadamu menghilang."

Cloud melebarkan maniknya, segera dia meraih ponsel miliknya di atas nakas yang berada di samping tempat tidur. Kemudian, dia membuka kunci layar pada ponselnya untuk memastikan suatu hal.

" 28 Agustus 2017."

HANA PASTONE

Kediaman Mr. Alston Pastone.

Ruangan yang nampak besar dan identik dengan kesan modern itu berisi dengan furnitur yang mahal. Ruangan tersebut memiliki ruangan koleksi berbagai baju, tas, dan sepatu branded yang berjejer memenuhi lemari.

Sayup terdengar lagu "Super Human" milik Crish Brown ft Keri Hilson di dalam ruangan tersebut.

You changed my whole life

Don't know what you're doing

To me with your love

I'm feeling all superhuman you did that to me

Superhuman heart beats in me

Nothing can stop me here with you

Hana Pastone, anak ke dua seorang pengusaha bernama Mr. Alston Pastone memiliki wajah yang sangat cantik. Berkulit putih serta memiliki sepasang manik yang indah dengan warna kecoklatan dengan berat badan dan bentuk tubuh proporsional. Gadis itu tengah duduk di depan meja rias. Mengaplikasikan wajahnya dengan face powder, serta memoleskan lipstik di bibirnya dengan warna nude.

"Wow, I always look stunning!!" pujian untuk dirinya sendiri. Hana memakai atasan berwarna kuning yang memamerkan bahunya, dan dipadukan rok pendek berbentuk setengah lingkaran bewarna putih, sehingga kakinya yang jenjang dan mulus terlihat begitu jelas.

Merasa penampilannya sudah sempurna, Hana keluar kamar dan melangkahkan kakinya untuk menuruni anak tangga dengan memakai bucket bag branded di bahu rampingnya.

"Morning Momy and Dady." Hana menghampiri ke dua orangtuanya yang sudah berada di ruang makan dan memberikan kecupan di pipi mereka secara bergantian.

"Morning to my Princess." Astlon menjawab sapaan putrinya. Hana menarik kursi dari bawah meja, lalu ia mendaratkan bokongnya.

"Sarapanmu sayang." Kyle meletakan piring berisi satu potong sandwich di depan putrinya.

"No Momy, aku sedang menjaga berat badanku."

"Kau tidak akan gemuk hanya menyantap sarapan ini sayang." Kyle mengusap rambut putrinya. "Makanlah dan habiskan susunya." perintahnya dengan suara begitu lembut.

"Baiklah Mom." Hana menggerakan pisau untuk memotong sandwich berisi daging asap.

"Hari ini, kau akan pulang pukul berapa?" tanya Kyle kepada Hana.

"Mungkin aku pulang agak sore Mom, Lvy dan Clara mengajakku jalan-jalan." Hana menyuapkan makanan yang berbahan dasar gadum itu ke dalam mulutnya, dan menikmati irisan daging asap dengan lelehan keju serta saus.

"Kau tidak jadi mendaftar ke kelas memasak?"

"Kau ingin belajar masak?" Alston yang tengah menyantap sarapanya, menyela pembicaraan istri dan putrinya.

"Iya Dady, dan sepertinya aku bakal menunda niatku." jawabnya, kembali ia memasukan potongan roti ke dalam mulutnya.

"Kenapa di tunda, sayang?"

"Aku berfikir lagi, jika aku mengambil kelas memasak, waktu bersenang-senangku dengan dua sahabatku berkurang."Hana menjawab pertanyaan Ibunya dengan sangat polos.

Sambil menikmati sarapan, mereka saling bertukar cerita. Tanpa sadar sandwich yang berada di piringnya habis tak tesisa. Hana meraih gelas yang berisi cairan berwarna putih. Namun saat pinggiran gelas sudah mengenai bibirnya, tanganya ditarik Ayden, sang kakak. Hana pun menoleh ke arah Ayden. Melayangkan sorot matanya yang menghunus tajam, Hana membuang nafas dengan kasar.

"Hey itu milikku." Hana berdiri, ingin merebut kembali gelasnya. Bergerak cepat, Ayden segera meminumnya.

"Hmm, ini sangat lezat." beberapa tegukan, susu itu habis masuk ke dalam tubuhnya. Ayden membersihkan sisa susu di sekitar bibirnya dengan tangannya dan meletakkan gelas kosong itu di atas meja.

"Aydeeenn!" Hana setengah berteriak, dan memulai dramanya di pagi hari.

"Katanya kau tidak ingin tubuhmu menjadi gemuk." Ayden tersenyum smirk, menggoda adiknya adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Hana mendengus kasar. Melihat expresi wajah Ayden yang menyebalkan, membuat moodnya buruk. "Diamlah!! Itu susu rendah kalori." bentak Hana jengkel.

"Kalian!!" Alston menggelengkan kepalanya. "Duduklah Ayden." perintah Alston yang sulit untuk di bantah.

Ayden menuruti perintah Ayahnya. Pria berusia 28 tahun itu menarik kursi dan duduk di samping adiknya yang sudah duduk terlebih dahulu.

"Usiamu sudah mendekati kepala 3, kau masih saja mengusik adikmu." tegur Alston. Pria yang memiliki perusahaan jewellery dan memiliki beberapa hotel itu tidak habis fikir dengan putranya.

"Dasar pria tua." Hana berbisik. Lalu gadis itu menjulurkan lidahnya, mengejek. Ayden pun mengeram pelan.

"Ku dengar kau memenangkan tender, membangun rumah sakit di daerah Atalanta. Kapan proyek itu dimulai?"

"Pertengahan bulan depan, Dad." jawab Ayden seraya meraih cangkir berisi kopi.

"Makan sarapanmu terlebih dahulu, ingat kau mempunyai penyakit lambung." Kyle mengingatkan putranya. Ayden mengangguk, dan ia meraih sandwich yang sudah tersedia di hadapannya.

"Lalu, bagaimana pekerjaanmu dikantor?" Alston meminta Ayden menggantikan dirinya, menjadi pimpinan perusahaan jewellery miliknya.

Pria lulusan Harvard University , jurusan arsitektur itu menerima tawaran Ayahnya dengan syarat ia diperbolehkan untuk membuka kantor di bidang properti.

"Kau tenanglah Daddy, aku tidak bekerja sendirian. Ada Bobby dan Nick yang akan bertugas disana." jawab Ayden sembari menikmati sarapannya.

"Baiklah, kerjakan pekerjaanmu dengan benar Nak." ucap Alston menyemangati putranya.

"Mom, Dad..Aku berangkat dulu." Hana bangkit dari posisinya dan memakai kembali tasnya.

"Biar aku yang mengantarmu." Ayden pun ikut berdiri.

"Tidak perlu, aku bisa mengendarai minnieku" jawab Hana, menolak.

"Baiklah, berhati-hatilah adikku yang manis jangan sampai minnie mu babak belur lagi." suara Ayden mengudara. Pria itu sengaja mengeraskan suaranya agar orang tuanya mendengar ucapannya.

Ya, Alston dan Kyle tidak mengetahui jika putrinya itu baru-baru mengalami kecelakaan, beruntung Hana tidak apa-apa.

"Brengsek." bisik Hana yang masih terdengar Ayden. Ayden pun terkekeh.

"Aku pergi dulu Dad and Mom." Ayden menyesap kopinya, dan membawa sisa sandwich miliknya. "Bye, adikku yang cantik." Ayden mengacak rambut Hana, lalu berlalu dari sana.

"Ck." Hana berdecak dan merapikan rambutnya.

"Apa yang terjadi Hana?" pertanyaan Ayahnya membuat Hana sedikit tersentak namun dengan cepat ia menguasai keadaan. Hana membalas tatapan Ayahnya yang meminta penjelasan.

"Itu-itu, aku harus segera ke kampus Daddy, nanti aku akan menceritakannya."

"Bye Dad, Mom.. Aku mencintai kalian. " Hana bergegas berlari meninggalkan orang tuanya.

"Ya Tuhan, anak itu."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!