NovelToon NovelToon

Pesona Gadis Penebus Hutang

PHGP 01 | Di jual untuk menebus hutang

Happy reading 🌻🌻🌻🌻

Brak!

Kiran tersungkur ke lantai, di saat paman dan bibinya mendorong tubuh nya dengan begitu kuat.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Kiran tak mengerti, ia merasakan teramat sakit di pergelangan tangan dan lutut kakinya.

"Bawa dia pergi. Gadis ini akan menjadi penebusan hutang kami pada juragan Bahar!"

Jedder! bagai disambar petir di siang bolong, Kiran terkejut tak percaya. Pamannya sendiri menjual nya untuk penebusan hutang, yang bahkan sama sekali tak ia tahu menahu.

"Paman, sungguh tega paman menjual ku, begini?"

"Heh, jadi orang tuh tau diri. Kamu tahu utang kami menumpuk juga karena habis untuk membiayai mu yang yatim piatu, mana orang tuamu gak meninggalkan warisan sepeserpun. Masih untung kami mau merawat mu hingga sebesar ini, makanya kamu harus balas budi!" sentak sang bibi berteriak tepat di wajah Kiran.

"Cepat bawah saja dia dari sini! sudah tidak berguna buat apa terus di tampung!" sergah sang bibi cepat memerintah pada kedua orang pria berbadan besar yang merupakan ajudan juragan Bahar, orang terkaya di kampung mereka.

"Tidak, aku tidak mau! ku mohon lepaskan aku, bibi paman!" Kiran meraung, menangis minta di lepaskan namun bibi dan pamannya justru malah tertawa terbahak-bahak sangat bahagia melihat penderitanya itu.

"Kita untung besar buk, duit kita sekarang banyak!" Anton berteriak girang, begitupun dengan istrinya yang melompat senang. Bukan hanya hutang judi mereka selama ini lunas, juragan Bahar juga memberikan mereka uang yang sangat besar sebagai imbalan untuk di tukar dengan Kiran. Sungguh kejam hati nurani mereka, padahal orang tua Kiran yang adalah kakak dan ipar Anton, telah menitipkan Kiran pada mereka dengan warisan yang banyak, justru malah di buat foya-foya untuk kesenangan sesaat hingga berakhir hutang mereka menumpuk.

"Si anak pembawa sial itu sekarang sudah tidak ada, kita sekarang bebas dari tanggung jawab menampung dia."

"Kamu benar buk, sekarang Fitri pun bisa kita jodohkan dengan anak kepala desa, karena Kiran sebagai penghalang sudah tidak ada."

"Bapak benar. cepat hubungi Fitri pak, kita pesta malam ini!" Sari menyeringai senang sembari menghitung uang di dalam koper yang di berikan oleh juragan Bahar.

---------Oo-------

Untuk ke sekian kalinya Kiran berusaha memberontak hendak melepaskan diri dari jeratan dua orang pria kiriman juragan Bahar untuk mengirim nya ke rumah pria tua itu.

"Diam, jangan terus melawan!" bentak salah satu lelaki tersebut.

"Hahaha juragan pasti senang, kau akan menjadi koleksi istri ke enamnya, pasti akan sangat menyenangkan."

"Tunggu!" salah satu pria berbaju biru berhenti, temannya mengikuti.

"Bagaimana jika kita nikkmatin aja dulu gadis ini." pria itu mengerling, mengisyaratkan sebuah ide yang keji.

"Kau tahu kan apa maksud nya?" dia menaik turunkan alisnya. "Gadis ini masih perawan, montok dan cantik, sayang sekali jika tidak kita cicipi dulu."

"Wah, gak deh aku gak mau kena semprot juragan. Gimana kalau dia sampai tahu gadis yang udah di incernya dari dulu ini ternyata udah gak perawan? bisa abis kita."

"Lah itukan urusan gadis ini nanti sama juragan, kalau dia gak perawan dia yang kena amukan kan bukan kita?"

"Iya bener juga ya."

"Sontoloyo!" pria itu menggeplak kepala temannya.

"Ayo, mumpung kita lagi di semak-semak." mereka saling berpandang dengan bayangan kottor yang sudah menghinggapi kepala hingga naiklah libbido mereka.

Kiran yang sudah sangat panik dan takut bertambah ngeri lah ia mendengar obrolan dua pria itu sementara kedua tangannya di ikat dari belakang dan dua laki-laki itu mencengkeram nya dengan kuat, Kiran sama sekali tak punya celah untuk kabur. Di sekitar sini pun sepi, bagaimana dia bisa meminta tolong.

"Ibu, ayah selamatkan Kiran!" Isak gadis itu dalam hatinya.

"Gaslah kalau gitu." akhirnya dua pria itu sudah memutuskan, mereka tak akan menyia-nyiakan kesempatan.

Tapi entah dari mana datangnya kekuatan hingga Kiran memilki sepintas ide dalam otaknya, tenaga yang begitu kuat tiba-tiba ia dapat kan hingga Kiran berusaha untuk menyerang dua pria itu.

Bugh! bruk! Kiran menendang tepat di bawah perut mereka secara bergantian yang mana terdapat masa depan dua pria itu di tendang nya dengan keras.

"Argghh! siaaalan!" kedua pria itu terjatuh ke tanah mengerang kesakitan memegang burung mereka masing-masing.

Di saat itulah kesempatan untuk Kiran kabur, gadis cantik dengan mata dan rambut coklat selaras itu, berlari sekuat tenaga dan yang ia bisa pergi dari jeratan mereka. Kiran dengan air mata bercucuran dan ketakutan penuh luar biasa hingga kakinya terasa gemetar tetap berusaha untuk mengayuhkannya dengan kencang.

Kiran sesekali menengok ke belakang, dua pria itu meski sedang kesakitan masih tetap bisa mengejar nya.

Jalan di depan buntu, Kiran berhenti otaknya mendadak blank, ia tak harus melewati ke arah mana sementara kejaran dua pria itu semakin.

"Mau kemana lo, Jallang! jangan kabur!" teriak salah satu pria itu dengan nada emosi, jika ia tertangkap entah bagaimana nasibnya.

"Tidak, aku tidak boleh tertangkap. Tuhan, lindungi aku."

Kiran mengerjap, seperti sebuah takdir yang sudah di rencanakan, arah mata Kiran mendadak saja melihat sebuah mobil yang terparkir di sisi jalan.

Kiran tak punya pilihan lain, ia berlari ke arah mobil itu, dadanya berdebar-debar dan nafasnya terasa sesak tapi Kiran sudah tak menghiraukan nya lagi, ia segera membuka bagasi mobil itu dan untungnya tak di kunci, Kiran tanpa fikir panjang masuk ke dalam bagasi mobil itu dan menutupnya dengan cepat, sebelum kedua pria tersebut menghampiri nya.

"Bang sat! kemana tuh cewek pergi?!" dua pria itu berhenti menyisir ke sekitar, tak ada jejak ataupun tanda- tanda gadis penebus hutang itu.

"Lu sih, pake segala nyaranin ide gak jelas segala, jadi kabur kan dia?!" teman satunya menyalahkan pria berwajah sangar.

"Ya, sorry. Terus gimana sekarang? juragan pasti murka kita pulang gak bawa hasil."

"Gua juga takut. Mungkin kita bakal di bunvh sama juragan!"

"Gua gak mau!" mereka meringis ngeri hanya sekedar membayangkan nya saja.

"Eh, tunggu."

"Kenapa?"

"Mungkin gak dia ada di dalam bagasi mobil itu?" tunjuk si pria berwajah sangar.

"Ah, gak mungkin. Yang ada-ada aja lu, itu kan mobil orang gimana ceritanya?" sahut temannya.

"Mungkin aja, dia pasti sembunyi di situ. Kita gak tau kalau gak meriksa dulu."

Dua pria itu menatap curiga bagasi mobil di depan mereka.

Sementara Kiran di dalam mobil yang bisa mendengar percakapan dua pria itu, terus merapal doa dengan wajah penuh ketakutan.

"Ku mohon Tuhan, selamatkan aku."

Brak! hingga suara hantaman cukup keras membuat Kiran membuka matanya.

Di luar.

"Apa yang kalian lakukan?!" seorang pria berwajah dingin menghentikan aksi dua pria yang hendak memeriksa mobil di hadapan mereka.

"Siapa lu?" tantang dua pria itu.

Tiba-tiba saja.

Bugh! pukulan kuat menghantam perut dua pria itu.

"Berani kau menantang tuan kami?" pria satunya mendadak saja datang dan menyerang, hingga kini mereka berjumlah enam orang membentuk lingkaran seakan sedang melindungi pria di tengah.

"Siaal, mereka bukan lawan sebanding. Mending kita cabut!" dua pria itu langsung berlari terbirit-birit seperti anak kecil yang melihat hantu.

"Mental kerupuk." pria yang menyerang mereka, menggeleng geli melihatnya.

"Tuan anda tidak apa-apa?" tanya pria itu berbalik menatap sang tuan.

"Aku tidak apa-apa Liam, untuk masalah sepele ini jangan meremehkan ku," ujar pria bermata elang itu.

Liam menunduk penuh hormat. "Maaf tuan Arshaka, bukan maksud saya merendahkan. Saya hanya antisipasi saja," ucap Liam tak ingin bosnya merasa salah paham.

"Tak apa, aku mengerti. Sejak kecil kau sudah di latih dan didik ayah ku untuk selalu di samping ku dan melindungi ku, tapi lain kurangi sifat terlalu perfeksionis mu itu, aku juga punya kekuatan dan tak selemah yang kau kira."

"Siap tuan, saya mengerti."

"Baiklah, urusan kita sudah selesai di sini. Kita pergi ke hotel setelah itu besok langsung kembali ke mansion."

"Siap laksanakan tuan."

Rombongan itu lalu pergi, laki- laki dingin berwajah tampan bernama lengkap Arshaka ian Najendra adalah pemilik mobil, tempat di mana Kiran bersembunyi di bagasinya.

Mobil itupun bergerak meninggalkan area, bersama Kiran yang tanpa sengaja ikut bersama mereka.

Entah takdir akan membawa Kiran kemana, yang terpenting saat ini Kiran bersyukur terbebas dari upaya juragan Bahar hendak menjadikan nya isteri pria tua itu dan siksaan yang ia dapatkan dari paman dan bibinya selama ini.

To be continued.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

PHGP 02 | Pangeran kuda putih

Happy reading 🌻🌻🌻🌻

"Tuan, kita sudah sampai," ucap Liam memberi tahu, Shaka yang sedang menyandar di sisi mobil dengan cepat menegakkan kembali tubuh nya.

"Apa ini di mansion?" tanya Shaka begitu mata elangnya berpendar ke segala arah.

"Benar tuan," jawab Liam dengan hormat.

Shaka merapat kan mantel bulu nya, ia keluar dari mobil, melihat ke sekeliling nya entah kenapa membuatnya Dejavu tentang masa kecilnya.

Setelah lima tahun mendekam di jeruji besi atas terpidana dengan kasus mengendarai mobil ugal-ugalan dijalan dalam keadaan mabuk hingga menyebabkan korban jiwa, kini ia kembali lagi, bisa menghirup udara bebas.

Tak lama Liam dan empat bodyguard nya yang lain menggunakan mobil berbeda menyusul.

Shaka hendak melangkah masuk tapi tiba-tiba seruan dari salah satu anak buahnya membuat pria itu berhenti melangkah.

"Ada apa?" Shaka segera menghampiri.

"Tuan, ada seorang wanita di dalam bagasi mobil."

Seketika pria itu menoleh ke samping, dan benar mata elangnya langsung tertuju pada mata coklat terang seorang gadis yang tengah meringkuk di bagasi mobilnya.

"Siapa kau!" sergah Liam tiba- tiba, dengan cepat menarik tangan gadis itu keluar.

"Kau pasti penyusup, iya kan?" tuding nya pada gadis yang tengah menunduk ketakutan itu.

"Liam!" Shaka menyela lantang, pria itu mengisyaratkan sang asisten untuk tidak perlu ikut campur, tak lama Shaka mendekati gadis misterius tersebut.

"Siapa kau? kenapa bisa ada di dalam mobil ku?"

"Dia adalah buruan kami!" seru seseorang terdengar membuat Shaka dan yang lain menoleh ke asal sumber suara.

Seorang pria itu bergaya preman dengan para anak buahnya datang menghampiri, begitu mereka mendekati, gadis di samping Shaka langsung memekik ketakutan segera berlindung di balik punggung nya.

"Siapa anda, tuan?" tanya Liam sopan pada pria tua itu.

"Saya juragan Bahar, orang terkaya di kampung tempat gadis ini berasal. Anak buah ku telah mengikuti mobil kalian karena curiga gadis ini bersembunyi di sini dan benar saja ... dasar kau jallang!" tiba-tiba mata pria yang mengaku bernama juragan Bahar itu menatap nyalak pada gadis yang bersembunyi di balik punggung Shaka.

"Lentera Kirana, aku sudah membayar mahal pada paman dan bibi mu, berani-beraninya kau kabur dari ku! sekarang terimalah hukuman mu!" pria tua itu langsung menyergap hendak menarik tangan Kiran, gadis itu seketika histeris dengan kencang, ia menoleh pada Shaka yang hanya bergeming.

"Tuan, t- tolong saya tuan. S- saya gak mau pergi bersama pria ini, s- saya mohon t- tolong bantu saya," ujar Kiran terisak.

"Beraninya kau melawan!"

Plak! juragan Bahar dengan berang menampar wajah nya.

Kiran menangis histeris, ia memberontak seraya tak lelah untuk memohon pada pria dingin yang hanya menatap wajahnya itu.

"Ayo kesini kau! biar ku beri kau pelajaran!" juragan Bahar dengan kasar tetap menarik Kiran hingga menyeretnya.

"Cukup!" Shaka membentak nyalang membuat semua orang seketika terfokus pada nya.

"Lepaskan tangan kotor mu itu!" Shaka dengan hanya sekali sentakan berhasil mendorong tubuh pria tua itu.

"A- apa yang kau lakukan hah? kau jangan ikut campur ini bukan urusan mu!" geram juragan Bahar.

"Jelas ini menjadi urusan ku, karna kau membuat kebisingan di wilayah ku!" Shaka menatap horor membuat juragan Bahar seketika merinding.

"Katakan pada ku? berapa banyak yang harus ku keluarkan untuk menebus gadis ini?!"

"Hah apa? kau ingin menebus gadis siaalan itu? berapa banyak pun yang kau keluar kan tak akan cukup menggantikan uang yang sudah ku berikan pada paman dan bibinya?!"

"Katakan saja jangan banyak omong! 500 juta? satu miliar?!"

"Dua miliar!" juragan Bahar sontak mengutarakan angka fantastis itu. Yang sebenarnya ia hanya memberikan pada bibi dan paman Kiran 200 juta termasuk dengan hutang judi mereka yang telah di lunaskan. Miris memang, tapi begitu lah sifat tamak paman dan bibinya yang membuat Kiran menjadi korban.

Shaka menyeringai. "Hanya dua miliar? baiklah kalau begitu."

Semua orang tercengang mendengar perkataan nya.

"Liam!"

"Ya tuan!"

"Siapkan uang yang di sebutkan pria tua itu!"

"Apa anda yakin, tuan?" tanya Liam hati-hati.

Shaka menoleh horor pada sang asisten. "Kau meragukan keputusan ku?"

"Tidak sama sekali tuan!" Liam segera menggeleng.

"Maka dari itu segera siapkan uang nya."

"Baik tuan!"

Liam segera membuat sebuah kartu check dengan nominal yang di sebutkan. Juragan Bahar tercengang dengan ucapannya yang langsung di penuhi.

"Gilak! orang ini bukan orang sembarangan!" batinnya menatap Shaka.

"Ini, sesuai dengan nominal yang anda sebutkan." Liam memberikan check itu kepada juragan Bahar, pria tua itu menerimanya dengan masih tercengang tak percaya.

"Juragan dua miliar juragan, kita kaya raya!" anak buahnya berseru riang.

"Diam kau!" juragan Bahar menoyor kepala anak buahnya tersebut.

"Cih, baiklah kau ambil saja gadis siaaalan itu, aku tak memerlukannya lagi!" ujar juragan Bahar dengan masih mempertahankan gengsi nya yang sebenarnya sudah jatuh, sebagai juragan kebun sawit yang namanya tersohor ia merasa di rendahkan martabat nya oleh Shaka, tapi tak menutup mata, uang bernilai fantastis itu tetap ia ambil.

Juragan Bahar dan antek-anteknya pun pergi meninggalkan tempat, tercetak senyum puas di wajahnya.

"Liam, kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?" Shaka memberi isyarat pada sang asisten.

Liam tahu akan isyarat itu, artinya ia harus menghabisi hama- hama yang baru saja pergi itu. Bukan Shaka namanya jika tak mempunyai rencana lain di balik tindakan yang ia lakukan.

Tak lama Liam pun beraksi, ia menelpon para anak buah pilihan mereka untuk melaksanakan tugas. Tak lama setelah ini mereka akan mendapatkan kabar kehancuran pria tua bernama juragan Bahar itu bersama para anteknya.

"Kau ... " Shaka menatap ke arah gadis yang tengah menggigil ketakutan itu.

Kiran memandang takut pada Shaka, mendengar rencana yang sedang mereka lakukan untuk juragan Bahar, membuat nyalinya semakin tenggelam ke dasar samudera yang dalam. Apakah dia salah mencari tempat berlindung?

"T- tuan a- saya s- sangat berterima kasih anda telah m- menyelematkan saya ... i- ijinkan s- saya pergi ... "

Shaka melengos mendengar nya. "Wanita bodoh! setelah aku membayar mahal kau seenaknya ijin pamit seperti itu?"

"L- lalu apa yang harus s- saya l- lakukan untuk membalas budi tuan?"

Tap! Shaka dengan cepat menarik pergelangan tangan Kiran.

"Now, you are mine," bisik Shaka, terdengar horor di telinga Kiran.

Shaka sudah mempunyai rencana di otaknya. Akhirnya setelah sekian lama ia mencari sosok wanita yang tepat sebagai solusi untuk masalahnya kini ia mendapatkan juga.

"Tuan, jangan bilang anda ingin menggunakan wanita ini untuk menjadi kandidat isteri pura-pura anda demi mengamankan harta warisan tuan besar dari para orang-orang tamak itu." seru Liam, berpendapat.

"That's right." Shaka menyeringai devil. Sementara Kiran, ia tak tahu lagi bagaimana nasibnya yang sekarang berada di dalam kungkungan pria ini.

PGPH 03 | Mendadak jadi istri pura-pura

Happy reading 🌻🌻🌻🌻🌻

The golden mansion, adalah rumah yang sudah lama Shaka tinggalkan, sejak ia keluar dari penjara. Kini Shaka kembali lagi setelah mendengar warisan peninggalan ayahnya tengah di perebutkan oleh para oknum tamak dan haus kekuasaan beratas namakan keluarga.

Bukan tentang berapa nominal warisannya, tapi Shaka tak pernah rela kekayaan dan peninggalan yang telah di perjuangkan ayahnya jatuh ke tangan mereka.

"Shaka, kamu pulang nak ... "

Orang yang pertama menyambut nya ketika ia tiba di mansion. Renata, ibu Shaka segera berlari dari tangga mansion dan memeluk sang putra begitu ia tiba.

"Bunda tak menyangka kamu akan kembali nak ... " Renata menyunggingkan senyum tapi air matanya begitu deras mengalir ia sangat terharu dan bahagia secara bersamaan, akhirnya setelah sekian lama ia bisa melihat sang putra kembali.

"Bagaimana kabar mu hah? kemana saja kamu selama ini?" Renata semakin terisak ia menangkup wajah putra yang selalu menjadi kebanggaan nya itu.

"Shaka baik-baik saja, bun. Bunda tak perlu khawatir."

"Bagaimana bunda tidak khawatir nak. Kamu pergi menghilang setelah hari kebebasan mu, terhitung sudah tujuh tahun bunda tak melihat mu nak, bunda sangat merindukan mu anak ku ... " Renata kembali memeluk sang putra. Shaka mulai membalas rengkuhan penuh kehangatan dan ketulusan dari wanita yang telah melahirkannya itu.

"Aku juga merindukan bunda ... " lirihnya berucap hampir tak terdengar. Shaka adalah pria yang sulit untuk mengutarakan kata hatinya, itu sebabnya orang-orang selalu beranggapan dia adalah pria yang dingin dan kejam.

"Akhirnya si kri minal ini tau tempat kembali." seseorang berseru dari dalam, mata Shaka langsung tertuju pada asal suara.

Ia menatap tajam, pria yang sedang berjalan menghampiri ke arah mereka.

"Tutup mulut mu Arkan." seorang wanita berusia senja, Helena namanya, adalah nenek Shaka dan Arkan, laki-laki berusia empat tahun lebih muda dari nya itu adalah adik sepupu nya.

"Kamu tidak merindukan Oma sayang?" Helen tersenyum, wanita yang sudah nampak keriput di wajah dan rambutnya yang memutih namun tak bisa menutupi sisa-sisa kecantikan nya. Shaka bergeming sejenak memindai penampilan sang nenek, tak ada yang berubah sejak dulu neneknya itu selalu tampil anggun dan elegan meski usianya tak lagi muda.

Shaka pun segera menghampiri, memeluk sang Oma dengan sayang.

"Maafkan oma yang harus memanggil mu kembali, warisan ayah mu harus kamu yang menjaganya Arkan."

"Aku tahu Oma."

Mereka berbisik di sela pelukan penuh kerinduan itu.

"Bagaimana kabar mu?" tanya Helen kemudian setelah melerai pelukan.

"Aku baik Oma." Shaka menjawab singkat.

"Hahaha bagus sekali, kau mau pulang setelah mendengar perseteruan memperebutkan harta warisan ini. Tidak ku sangka kau ambisius juga."

Shaka mengeratkan kepalan tinjunya. "Aku kesini bukan untuk ikut memperebutkan. Tapi mengambil hak ku. Tak akan ku biarkan warisan yang telah di jaga ayah ku selama bertahun-tahun jatuh ke tangan orang tamak seperti kalian."

Arkan meradang merasa tersinggung mendengarnya. "Alah banyak bacot!"

Shaka dengan tepat sasaran berhasil menghalau tangan Arkan yang hendak meninjunya.

"Kau pikir apa hah? kau pikir aku takut dengan mu karena kau punya backingan paman Wijaya sebagai ayah mu!" ujar Shaka seolah mengolok membuat Arkan semakin geram, sampai Oma Helen menengahi mereka.

"Sudah cukup! tidak bisakah kalian akur?!"

"Huh, akur dengan orang kriminal seperti nya? itu tidak akan mungkin Oma," ucap Arkan tanpa takut.

Shaka menggeram kesal, matanya menyalak tajam dengan urat-urat lehernya yang terpampang jelas.

"Arkan, kapan kau bisa menjaga ucapan mu itu."

"Biarkan saja oma." sela Shaka. "Sejak kecil, semua orang pun sudah tahu jika kami tak akan pernah bisa akur."

Helen geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Ya sudah kita ke dalam dulu, bicarakan ini baik-baik." pungkas Oma Helen.

--------Oo--------

Seperti sudah di rencanakan sejak awal, kedatangan Shaka sudah di sambut oleh seorang pengacara ayahnya yang sejak dulu mengurusi dalam hak harta warisan.

Selain itu, sudah banyak anggota keluarga lain berkumpul, Wijaya bersama istrinya Matilda, orang tua Arkan. Shaka sangat ingat mereka lah yang paling ambisius untuk merebut harta warisan peninggalan ayahnya.

"Jadi seperti yang tertulis dalam surat wasiat, seluruh harta kekayaan tuan Wisnu prabu Rajendra, kepada putranya yaitu Arshaka, jika dia sudah menikah di umurnya ke 25 tahun, jika tidak memenuhi syarat maka hak warisan akan di pindah alihkan pada tuan Wijaya selaku yang tertua, adik tuan Wisnu yang memenuhi persyaratan 60% untuk itu."

Semua orang mendengar baik-baik pernyataan yang di lontarkan oleh sang pengacara.

"Lantas bagaimana sekarang? apa tuan Arshaka bisa memenuhi persyaratan itu?"

Shaka menyeringai. "Umur saya saat ini sudah genap 25 tahun dan untuk persyaratan nya saya sudah memenuhi nya."

"Huh, dari mana kau mendapatkan wanita untuk kau nikahi? sedangkan Olivia kekasih mu, sudah berhasil ku rebut dan sekarang menjadi istri ku."Arkan menjeda, dengan blak-blakan mengatakan itu pada semua orang.

Shaka sebisa mungkin abai, untuk tak terpancing dengan ungkapan yang jelas sedang berusaha menyulut api emosinya. Dan itu membuat Arkan kesal karena pertahanan amarah Shaka yang sulit untuk ia tembus.

"Siapa gadis itu, Ka? oma ingin tahu."

"Segera rasa penasaran oma akan terbayar kan. Inilah, dia istri ku ... "

Atensi semua orang yang hadir sontak menengok serempak ke arah pintu yang di tunjuk Shaka. Di saat itulah seorang gadis muda muncul yang tak lain adalah Kiran tengah berjalan ke arah mereka dengan di apit oleh Liam yang berjaga di belakang gadis itu.

"Shaka ... gadis ini." Renata melongo melihat nya.

"Kenapa bun? ada yang salah?"

"Tidak,dia sangat cantik." Renata berdiri menghampiri ke arah Kiran.

Kiran tersenyum gugup. Teringat ia akan perkataan Shaka sebelum mereka tiba di mansion.

"Ingat aku telah menyelamatkan mu dan membayar mu mahal. Sebagai balas budi, kau harus perintah ku jika tak ingin hidup mu semakin menderita,"

"Di depan semua orang nanti, status mu berubah menjadi isteri seorang Arshaka ian Najendra, buat mereka percaya jika kau benar-benar adalah istri ku."

"Apa kau paham!"

Perkataan terakhir Shaka seolah menarik kembali Kiran ke dunia nyata.

"Nak ... kamu mendengar ku?" Renata melambaikan tangannya di depan wajah Kiran, gadis itu segera tersadar lalu mengangguk grogi. Dari arah pandangnya semua mata kini sedang tertuju padanya membuat Kiran semakin di landa kebingungan, tapi ketika tatapan berakhir kepada Shaka, pria itu menatap tajam seolah memperingati nya membuat Kiran mau tak mau harus mendalami aktingnya.

"Siapa nama mu nak?" Renata bertanya sekali lagi setelah sebelumnya tak mendapat respon dari gadis itu.

"N- nama saya Lentera Kirana, nyonya."

Semua orang tercengang mendengar jawabannya.

"Jangan memanggilku nyonya, kamu adalah isteri Shaka yang otomatis adalah menantu ku, panggil aku bunda," ucap Renata lembut penuh pengertian.

"B- bunda." Kiran memanggil pelan.

Renata mengusap lembut kepalanya. "Aku tak pernah tahu putraku diam- diam sudah menikah dan memiliki istri yang sangat cantik. Selamat datang di keluarga Najendra, Kirana."

Kiran terdiam, berusaha mencerna semua situasi ini. Lalu pada akhirnya ia hanya bisa menangis dalam hati dan meratapi nasibnya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!