NovelToon NovelToon

Duda Bucin VS Preman Cantik

bab 1

Di sebuah pasar tradisional seorang gadis berparas cantik duduk di sebuah kursi di salah satu warung kopi yang ada di pasar tersebut, Maisya Meylanie sedang melakukan aktivitas sehari-harinya yaitu menjaga keamanan di pasar tersebut.

"Mei, ngopi gak ngajak-ngajak lo," ucap Joni~rekan kerjanya Mei.

"Kalau mau ngopi tinggal ngopi aja, gak udah nunggu gue ajakin," sahut Mei.

"Karen dan Dion kemana?"

"Lagi keliling, takutnya ada maling di sekitar pasar. Lo tahu kan sekarang pencopet lagi marak-maraknya," ucap Mei sembari menggigit gorengan yang ditangannya.

"Bentar lagi jam dua belas siang, giliran kita yang keliling."

"Gue tahu makanya gue mesti nyiapin tenaga dulu."

Tak lama Karen dan Dion datang ke warung kopi itu!

"Panjang umur lo berdua, baru diomongin udah nongol aja," ucap Mei.

"Ngomongin apa?" tanya Karena.

"Noh sih Joni ngomongin lo berdua katanya lo berdua minta gaji dinaikan."

"Gila lo Jon, kapan gue ngomong gitu," sungut Dion.

"Lo berdua kayak gak tahu Maisya Meylanie aja, tuh orang kan sukanya bikin kita ribut."

"Tapi lo pada ribut juga gak sampai bacok-bacokan kan." Dengan santainya Mei berkata seperti itu pada teman-temannya.

"Dah lah, kita mau makan dulu sekarang giliran lo pada yang keliling," ucap Karen.

"Iya, gue tahu. Eh jangan lupa beli nasi bungkus buat adik-adik gue," ucap Mei.

Mei dan Joni pun langsung bergegas mengelilingi pasar itu dan sekitaran parkiran sampai jalan raya yang ada di depan pasar itu!

"Mei gue ke dalam lu di luar ya," ucap Joni dengan tanpa menghentikan langkahnya.

"Iya, lu hati-hati ya, jangan sampai lengah."

Mereka berdua pun berpisah di sana, Joni masuk ke dalam pasar sedangkan Mei berkeliling di area parkiran.

"Tolong!"

"Tolong ada perampok!"

Teriak seseorang yang terdengar seperti suara seorang wanita.

Mei berlari ke arah suara yang sumbernya terdengar dari depan sebuah Bank yang ada di samping bangun pasar itu!

"Ada apa Pak?" tanya Mei pada satpam yang berjaga di depan Bank itu.

Satpam itu sudah terbaring di lantai dengan luka tusuk di tangannya, beberapa orang sedang menolong Satpam itu dengan membantunya berdiri dan akan dibawa ke puskesmas terdekat.

"Ada perampok yang membawa kabur seorang wanita yang baru aja keluar dari Bank. Tolong selamatkan dia," ucap Satpam itu.

Satpam itu memang sudah mengenal Mei karena mereka memang sering bertemu dan terbilang satu profesi hanya saja Mei tidak menggunakan seragam dan tidak mempunyai gaji yang tetap.

"Kemana larinya?"

"Ke arah sana kak. Kak cepat!" seru seorang anak jalanan yang biasa diasuh oleh Mei.

Mei langsung berlari ke arah yang ditunjukkan oleh anak itu. Dirinya tidak boleh gagal dalam mengamankan lingkungan yang sejak satu tahun berada dalam pegangannya itu!

"Woi! Berhenti lo!" teriak Mei sambil terus berlari.

Di tempat yang tak jauh darinya, dua orang perampok sedang memaksa wanita itu agar menyerahkan tas nya dan perhiasan yang digunakannya.

"Jangan ikut campur urusan gue kalau lu mau selamat," ucap preman itu.

Mei tak menggubris perkataan preman itu. Dia terus berlari menghampiri mereka.

Perkelahian antara dua perampok dan Mei pun tak bisa terhindarkan.

Sedangkan wanita yang menjadi korban perampokan itu terkapar di lantai karena didorong oleh salah satu pelaku perampokan dan kepalanya membentur tembok hingga membuat kepalanya terluka dan mengeluarkan darah segar.

Setelah beberapa menit berduel dengan dua penjahat itu akhirnya mereka dapat dikalahkan oleh Mei si gadis preman pasar yang cantik itu.

"Dengar ya, ini wilayah kekuasaan gue, kalau gue lihat lu pada melakukan kejahatan di sini lagi, abis lu berdua," ucap Mei sebelum akhirnya dia mengambil tas milik wanita itu dari tangan si pelaku!

Mei pun segera menghampiri wanita paruh baya itu dan segera membawanya ke rumah sakit!

Bersambung

bab 2

Di rumah sakit.

Mei sudah membawa wanita yang bernama Aryanti itu ke rumah sakit dan sekarang wanita itu sudah mendapatkan penanganan Dokter dan sekarang Aryanti sudah berada di ruang rawat inap.

Sebenarnya Aryanti tidak perlu dirawat inap tapi karena keluarganya belum datang, akhirnya Mei meminta izin pada Dokter untuk beristirahat sebentar di ruangan rawat yang kosong.

"Nak, siapa namamu?" tanya Aryanti pada Mei.

"Maisya Meylanie panggil aja Mei," sahut Mei.

"Terimakasih ya sudah menolong Tante."

"Sama-sama Tante, ini sudah kewajiban saya sebagai sesama manusia."

"Mei kamu tinggal di mana?"

"Di belakang pasar ada terminal bus, nah saya tinggal di belakang terminal itu."

"Kapan-kapan saya akan menyempatkan waktu untuk menemui kamu ke rumah kamu."

"Terimakasih Tante, saya senang jika ada yang datang ke rumah untuk bersilaturahmi. Oh ya Tante tadi saya sudah menelpon anak Tante jadi sekarang saya mau pamit soalnya saya masih harus bekerja."

"Kamu gak bisa tinggal di sini sebentar lagi saja? Saya ingin mengenalkan kamu pada anak saya."

"Maaf Tante, bukannya saya tidak mau tapi saya benar-benar harus pergi sekarang."

"Ya udah kalau gitu. Sekali lagi terimakasih ya."

"Iya Tante sama-sama."

Maisya pun segera keluar dari ruangan itu dan membiarkan Aryanti sendiri di sana!

Saat di lobby rumah sakit, Mei berpapasan dengan Darren dan juga Isabella.

Darren terlihat fokus pada jalan yang sedang dilaluinya sedangkan Isabella terus fokus pada ponselnya hingga dia menabrak Maisya dan ponselnya pun terlepas dari genggamannya.

"Awh." Isabella meraung kesakitan padahal mereka bertabrakan tidak terlalu keras.

"Ya ampun, maaf Mbak, maaf," ucap Mei sembari membantu Isabella berdiri karena gadis itu tersungkur di lantai.

"Isa!" Darren menghampiri adiknya yang masih berada di belakangnya.

"Mbak kalau jalan hati-hati jadi nabrak adik saya kan," ucap Darren pada Mei.

"Nggak-nggak, bukan dia yang salah kak. Aku yang salah karena terlalu fokus pada ponselku," ucap Isabella pada Darren.

"Mbak maaf ya, saya yang salah," ucap Isabella pada Mei.

Mei tersenyum lalu memberikan ponsel milik gadis yang tak dikenalnya itu.

"Ini ponselnya Mbak, untung tidak rusak.".

"Oh ya, terimakasih ya."

Mei pun langsung pergi meninggalkan area rumah sakit itu. Kalau saja di sana bukan rumah sakit, mungkin Mei sudah memukul Darren yang tiba-tiba mencacinya dengan tanpa alasan yang jelas.

"Kamu jangan terlalu baik sama orang yang gak dikenal apalagi wanita tadi dari segi penampilannya saja sudah mencurigakan," ucap Darren pada Isabella setelah Mei pergi.

"Kak penampilan tidak menjamin baik buruknya seseorang. Udah deh kakak tuh jangan selalu mencurigai orang dan selalu menganggap orang jahat. Gak semua orang yang berpakaian seperti Mbak tadi orang jahat dan gak semua orang yang berpakaian muslim itu orang baik."

"Terserah. Ayo cepat kita temui Mama."

Darren menggandeng tangan Isabella dan membawanya ke arah ruangan yang di dalamnya ada Aryanti.

"Ma, Mama gak apa-apa kan, apa yang terjadi?" ucap Darren dengan penuh kekhawatiran.

Darren adalah satu-satunya laki-laki di keluarga mereka setelah Papanya Darren menderita sakit keras dirinya dituntut untuk mengurus semua urusan Papanya mulai dari urusan pekerjaan hingga urusan keluarga karena itulah Darren menjadi sangat perduli pada Aryanti dan Isabella karena hanya dirinya lah yang harus bertanggungjawab atas apa pun yang terjadi pada keluarga mereka.

"Ma kenapa bisa begini sih?" ucap Isabella.

"Tadi pas Mama keluar dari Bank tiba-tiba ada dua perampok yang mencoba mengambil tas Mama dan memaksa Mama untuk menyerahkan perhiasan Mama tapi Mama melawan hingga akhirnya mereka mendorong Mama sampai jatuh dan kepala Mama membentur tembok, jadinya gini deh," jelas Aryanti.

"Siapa yang bawa Mama ke sini dan mana orang yang tadi menelpon aku?"

"Yang nolongin Mama itu seorang gadis, dia baik, cantik dan juga jagoan. Dia yang mengalahkan perampok itu dan dia juga yang menelpon kamu tadi."

"Sekarang mana dia? Aku mau berterimakasih."

"Iya Ma, aku juga mau berterimakasih sama dia karena dia udah menolong Mama. Kalau gak ada dia, kita gak tahu apa yang akan terjadi sama Mama."

"Dia udah pergi karena dia masih harus bekerja katanya."

"Ya sudah kalau begitu, semoga saja lain kali kita ketemu lagi sama dia dan kita bisa berterimakasih sama dia. Sekarang kita pulang, Nenek sama Gabriella sudah menunggu kedatangan Mama," ucap Darren.

"Ya udah, ayo kita pulang."

*******

"Eh Mei, udah dateng lu? Gimana orang itu?" tanya Karen.

"Syukurlah dia baik-baik saja. Tidak ada luka serius, Ibu itu udah boleh langsung pulang hari ini juga," jelas Mei.

"Syukurlah. Lu hebat Mei, sejak lu yang megang kekuasaan di wilayah ini gak pernah gue dengar ada kasus pencopetan atau perampokan, sekalinya ada perampok, mereka gak pernah berhasil karena selalu lu yang menang melawan mereka," ucap seseorang pedagang di pasar itu.

"Abang bisa aja. Semua berkat kerja sama kita Bang, penjahat juga mikir-mikir mau berbuat jahat di lingkungan kita ini karena di sini selain keamanannya yang rajin patroli, pedagangnya juga sering ngingetin tentang pencopetan pada pelanggannya. Makanya tempat ini aman dari pencopet," ucap Mei.

"Gimana gak aman orang sekarang pencopetnya aja udah jadi anak muridnya lu Mei," ucap Dion.

"Iya juga ya. Lu emang hebat Mei, lu bisa membuat mereka menjadi orang baik dan membuat mereka sibuk dengan pelajaran yang lu berikan," sambung Joni.

"Mei emang hebat deh," ucap pemilik warung kopi itu.

"Kalian jangan terlalu memuji, nanti yang ada aye terbang ke langit mending kalau aye bisa terbang, lah kalau kagak yang ada nanti aye jatuh."

"Mei, lo memang hebat. Nyak sama Babeh lu pasti bangga punya anak kayak lu," ucap Karen.

"Lu juga hebat kok. Udah-udah jangan muji-muji terus mending kita lanjut keliling."

"Ya udah, ayo lanjut."

"Eh Mei, makanan buat anak-anak udah selesai nih. Siapa yang mau nganterin makanan ni sama mereka?" ucap Ibu pemilik warung nasi.

"Belum diantar? Udah jam berapa nih." Mei melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul empat belas lewat lima belas menit.

"Gila lu pada, udah jam segini mereka belum dikasih makan."

"Kita sibuk mengkhawatirkan lu Mei."

"Ah lu pada, udah tahu gue pasti baik-baik aja. Udah deh, mana nasinya Bu, biar aye yang anterin ke mereka."

Mei pun langsung menenteng kantong plastik yang berisi nasi kotak untuk anak-anak itu!

Bersambung

bab 3

"Darren, tolong anterin Mama ke rumah orang yang nolongin Mama ya," ucap Aryanti pada Darren.

"Sama sopir aja Ma, hari ini aku harus ke kantor," ucap Darren menolak permintaan Mamanya.

"Sama aku aja Ma, hati ini aku gak ada jadwal kuliah," ucap Isabella.

"Darren, Darren kamu antar saja Mamamu dulu setelah itu kamu baru ke kantor," ucap Wiliam~Papanya Darren.

"Pa bukannya aku gak mau tapi hati ini aku ada meeting penting sama klien."

"Kita pergi sama Kardi aja, sekalian Mama juga mau ketemu sama orang itu. Mama mau berterimakasih sama dia karena dia udah nolongin kamu," ucap Sarah~Neneknya Darren.

"Ya udah kalau kamu gak mau. Sebenarnya Mama pengen dia jadi bodyguard Mama tapi kamu harus lihat dia dulu Ren."

"Gak bisa Ma. Lain kali aja aku temui dia, Mama ingat-ingat aja alamatnya di mana."

"Yasudah, kalau misalkan gadis itu mau jadi bodyguard Mama, sekalian aja dia jadi babysitter nya Gabriella aja. Kasihan Gaby gak ada yang menemani dia main seharian."

"Papa apaan, Gaby kan udah ada Nenek yang menemaninya main," ucap Darren.

"Darren, sebenarnya Gaby gak cuma butuh teman Papa rasa dia butuh sosok seorang ibu. Kamu sudah berapa tahun hidup sendiri? Kamu gak kasihan pada Gaby yang belum pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu?"

"Udahlah Pa, aku lihat selama ini Gaby baik-baik saja tanpa Joanna."

Joanna adalah mantan istri Darren yang pergi meninggalkan mereka setelah melahirkan Gabriella dengan alasan masih ingin menghabiskan masa mudanya.

Joanna pun meminta cerai dari Darren dan memilih pergi bersama teman-temannya dan kekasih barunya.

"Bukan Joanna tapi wanita lain yang memiliki sifat keibuan."

"Iya Darren, sekarang Gaby sudah berusia empat tahun itu artinya sudah empat tahun kamu menyendiri. Nenek harap kamu cepat mencari pengganti Joanna," ucap Sarah.

"Jangan-jangan kakak masih mengharapkan wanita kurangajar itu?" celetuk Isabella.

"Kalian gak ngerti dan gak akan pernah ngerti dengan apa yang aku rasakan. Kalau sudah waktunya, aku pasti mendapatkan wanita untuk menjadi Ibunya Gaby dan menjadi istri aku yang baik," ucap Darren sembari membersihkan bibirnya dari sisa makanan yang mungkin masih tertinggal di bibirnya.

"Gaby sayang, ayo kita berangkat sekolah Nak," ucap Darren pada putri satu-satunya itu.

Saat ini Gaby sudah masuk sekolah TK di salah satu sekolah ternama di kotanya, setiap hari Darren akan mengantarkan Gaby ke sekolah dan akan menjemputnya saat pulang.

"Hari ini biar aku yang mengantar Gaby sekolah biar nenek saja yang menemani Mama menemui gadis yang menolong Mama," ucap Isabella.

"Gak usah, biar nenek saja lagian kita akan pergi bersama setelah Gaby pulang sekolah nanti."

*******

"Maisya Meylanie, kapan elu mau ngenalin calon menantu sama Nyak dan Babeh?" tanya Saroh~ibunya Mei.

"Yaelah Nyak, masih pagi udah nanyain menantu. Ntar juga kalau aye udah punya calon bakal aye kenalin sama Nyak sama Babeh," ucap Mei.

"Tiap ditanya jawaban lu tetap sama. Jawabannya itu-itu mulu," ucap Rojak~Ayahnya Mei.

"Abis gimana lagi, orang sampai sekarang Mei belum nemu laki-laki yang cocok."

"Oh ya, mending kita jodohin aja Bang, si Mei sama anaknya temen Abang yang juragan empang itu."

"Bener juga lu Roh. Nanti Abang temui dah tuh temen Abang yang itu."

"Nyak sama Babeh apaan sih, sekarang udah bukan zamannya Siti Nurbaya lagi. Masih aja jodoh-jodohan."

"Ya makanya kalau lu gak mau dijodohin cepat cari laki yang baik dan yang bertanggungjawab."

"Dah ah, Mei berangkat ke pasar dulu, teman-teman Mei udah pada nunggu."

Mei pergi meninggalkan kedua orang tuanya di sana! Dia tidak ingin mengobrol membahas tentang pernikahan.

Bukannya tidak ada yang mau sama Mei tapi gadis itu belum menemukan laki-laki yang seperti dirinya inginkan.

Selama ini sudah beberapa pemuda yang mendekati dan menyatakan cinta padanya namun Mei selalu menolak.

*******

"Dah sayang," ucap Darren pada Gaby.

Saat ini Darren sudah tiba di depan gerbang sekolah Gaby. Setiap hari dirinya mengantarkan putrinya sampai gerbang depan bangunan sekolah mewah tersebut.

"Dah Papa sayang. I love you Papa," ucap Gaby sembari melambaikan tangannya pada Darren.

"Ayo sayang, kita masuk," ucap Sarah.

Gaby dan Sarah pun mulai berjalan memasuki area sekolahnya!

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!