Makassar.
Gadis berusia 19 tahun yang telah lulus SMA setahun lalu dan kini sedang kuliah semester 2 itu sedang sibuk mempersiapkan barang-barang pribadi ke dalam koper, dia juga membawa hadiah-hadiah pemberian dari kekasihnya yang telah berpacaran dengan nya sejak kelas 11. Sudah hampir 2 tahun lebih mereka bersama.
Saat melihat hadiah dari kekasihnya, ia mengambil ponsel kemudian menekan nomer kekasihnya, Issac Kratos.
"Halo, baby? Kamu sudah siap-siap untuk berangkat besok? Sekali lagi aku memintamu untuk tak pergi dan terus kuliah disini saja, bisakah?" suara serak tapi sangat sexy itu terdengar memelas di telinga Deva.
"Maaf, Issac. Kita sudah selesai membicarakan ini, aku tak bisa menolak keinginan Mamaku yang baru menikah lagi dengan suami barunya dan tinggal di Jogja. Kamu juga tau, disini aku tak betah dengan Ibu tiriku sejak Papa menikah lagi," Deva benar-benar sedih harus berpisah dan menjalani hubungan LDR dengan Issac tapi keadaan lah yang memaksanya.
"Baiklah, selalu kabari aku."
"Um, Issac. Aku masih berbenah, aku tutup ya telepon nya."
"Oke."
Tutttttttt.
Devara menghela nafas sedih seraya menatap layar yang sudah padam, jika saja keadaan tidak mengharuskan nya untuk pindah. Tapi jika terus di rumah ini, dia akan berakhir stress dan frustasi karena harus terus hidup serumah dengan Ibu tiri dan adik tirinya.
Devara Mahira, putri satu-satunya dari pernikahan sang Papa Bhima Airlangga dan Mama Anggita Chayanika. Orang tuanya bercerai saat usianya 16 tahun, saat sang Ayah ketahuan selingkuh. Mama nya akhirnya menggugat cerai dan pergi dari rumah meninggalkan Devara dengan sang Papa. Setelah perceraian, Papa Bhima menikah kembali dengan wanita selingkuhan nya bernama Poppy dan membawa putrinya yang berusia berbeda satu tahun dengan Devara.
Hidup selama 3 tahun dengan Ibu dan adik tirinya membuat Devara semakin hari semakin sakit hati, apalagi Papa-nya selalu lebih memanjakan istri baru dan putri barunya.
Setelah dapat kabar dari sang Mama yang sudah menikah kembali dan ingin Devara tinggal dengan nya, akhirnya Devara memutuskan akan tinggal bersama Mama nya. Tapi saat Devara memutuskan, itu sebenarnya adalah pilihan yang sangat sulit. Dia harus memilih diantara kekasihnya atau masa depan dan hidupnya yang akhirnya bisa menjauh dari keluarga tirinya.
"Maafkan aku, Issac. Aku sebenarnya berat harus meninggalkanmu, tapi aku juga harus menata kehidupanku agar lebih baik," lirihnya.
Esok harinya, Devara terbang ke Jogja. Saat sudah turun dari pesawat, dia berjalan seraya menarik kopernya mencari keberadaan Mama-nya. "Dimana Mama?" kepalanya menoleh kesana kemari.
Tiba-tiba langkahnya terhenti, di depan nya ada orang-orang yang sedang bertengkar.
"Kamu jangan kege'eran, Erisha! Kamu pikir aku akan memohon-mohon atau memelas saat kamu akan pergi dengan pria barumu disaat kamu belum putus dariku! Tidak! Aku bahkan tak ingin mempertahankan hubungan dengan perempuan sepertimu yang dengan gampangnya berbagi cinta!" seorang lelaki muda berbicara begitu keras dan berapi-api sampai semua yang berada di bandara menatap ke arahnya.
"Lalu untuk apa kamu datang ke bandara?! Bukankah untuk mencegahku pergi pada pacar baruku!" teriak si perempuan dengan suara yang tak kalah kerasnya.
Lelaki itu menarik nafas, matanya berpedar. Tiba-tiba mata lelaki itu menatap padanya, Devara terkejut. Kenapa dia menatapku?
Lelaki asing yang tak dikenalnya itu berjalan ke arahnya, menarik tangan nya seraya berjalan ke arah si perempuan yang tengah bertengkar dengan pria itu. Devara berusaha melepaskan diri tapi kekuatan cekalan lelaki asing itu sangat kuat.
"Aku menjemputnya, dia adalah kekasih baruku. Lebih baik dari kamu! Ayo pergi, sayang." Ujar si pria asing seraya terus menggenggam tangan nya membawa pergi dari sana.
Setelah jauh dari pandangan orang-orang, pria asing itu melepaskan cekalan nya. Pria itu masih memunggunginya, seperti menghirup udara karena rasa sesak yang memenuhi dada.
Devara ingin memarahi lelaki asing itu, tapi saat pria itu berbalik ada tetesan air mata di sudut matanya akhirnya dia mengurungkannya karena merasa kasihan.
"Aku minta maaf, tadi aku tak sengaja. Aku-" ucap si pria asing.
"Tidak apa-apa, aku maafkan kali ini. Tapi jangan berbuat hal yang sama pada orang lain, oke."
Devara kemudian menarik kembali kopernya, tangan nya melambai menyetop taxi kemudian masuk ke dalam nya.
Erza Atmajaya, memandang kepergian perempuan yang baru saja ditarik paksa olehnya. "Astaga, aku bahkan lupa menanyakan namanya."
Erza Atmajaya putra dari Rudi dan Caroline, pemuda yang baru berusia 18 tahun dan barus saja lulus dari SMA. Dia baru saja mengetahui jika pacarnya telah menduakan cintanya dengan lelaki lain, padahal sudah 1 tahun dia menjalin hubungan dengan pacarnya itu.
______DIANTARA CINTA DUA LELAKI______
___DEVARA MAHIRA
___ISSAC KRATOS ( Putra Kendrick & Ameera )
___ERZA ATMAJAYA ( Putra Rudi & Caroline )
___ALEXANDRA ( Putri Caroline dan Rudi )
--- MUNGKIN READERS BISA BACA lebih dulu NOVEL TENTANG ORANG TUA MEREKA YANG BERJUDUL "KAU KHIANATI AKU, KUGODA BOS-mu"
Sebulan berlalu sejak Devara masuk ke kampus baru, ia mengambil jurusan Bisnis Manajemen. Dia mempunyai banyak teman baru disana, setiap hari dia menyempatkan diri menelepon Issac atau pria itu yang lebih dulu menelepon.
Devara sedang berjalan seraya bersenda gurau dengan teman-teman sejurusan nya, dia akan masuk ke dalam kelas.
"Deva, bagaimana kabar kekasih ganteng kamu? Apa kamu nggak cemas dia dimangsa oleh macan cewek disana? Kamu nggak takut gitu?" tanya temannya, Ayu.
"Aku dan dia sudah meng-antipasi hubungan LDR kami, dia berjanji akan menjaga hati saat jauh dariku. Aku pun begitu, jadi aku tak merasa cemas dan mempercayai kekasihku secara full," jawab Devara penuh keyakinan.
"Kalau gue sih nggak yakin, lelaki zaman sekarang kebanyakan bullshit!" timpal salah satu teman lainnya, Saswita.
"Out of topic, dech! Udah ah, ayo masuk... Jangan bahas pacar gue terus," Devara memutar bola matanya malas melanjutkan topic.
Dugh.
"Achhhh!" Devara mengelus lengan nya yang bertabrakan dengan seseorang.
"Sorry ... Aku-" ucapan pria itu terhenti, "Kamu?"
Devara mengerjapkan matanya, merasa tak mengenali lelaki yang berbicara padanya.
"Wuidih, ajib! Ganteng, cuy!" ucap Saswita spontan teman si paling rame.
"Kamu kenal dia, Deva?" tanya Ayu.
"Jadi, nama kamu Deva? Kamu masih ingat aku?" ujar Erza.
Devara menggeleng, "Enggak kenal, sorry aku mau lewat."
"Tunggu, ini aku. Bandara, masih ingat?" Erza tak ingin kehilangan kesempatan saat bisa bertemu lagi dengan perempuan yang terus dia ingat sejak di bandara.
"Ahhhhh, pria yang menangis itu?" jawab Devara sekenanya.
"Masa cowok macho kayak gini mewek? Hahhh?" timpal Saswita dengan mimik wajah tak percaya.
Erza menggaruk lehernya yang tak gatal, "Umm, itu bukan menangis tapi kelilipan debu. Kamu salah melihat waktu itu," ujarnya berusaha menyanggah ucapan Deva.
"Terserah. Yuk, guys..." Devara melewati tubuh lelaki itu untuk melanjutkan langkahnya menuju ruangan kelas.
"Deva, namaku Erza! Aku mahasiswa baru disini, dari jurusan bisnis manajemen! Ingat itu, ya!" teriak pria itu dari belakang Devara.
"Uhuyyy! Punya pengagum baru nih! Jurusan pun sama, hihi..." celoteh Saswita seraya terkekeh.
Sedangkan Ayu hanya terdiam, dia menoleh ke arah belakang merasa tertarik pada lelaki bernama Erza itu yang sepertinya menyukai teman nya, Deva.
Saat kelas selesai Devara segera keluar, dia sudah janjian dengan kedua teman nya untuk makan baso di kantin kampus, tapi saat melihat lelaki yang meneriakkan namanya Erza ada disana dia ingin berbalik pergi dari kantin.
Tapi telat, Erza memanggil nya.
"Deva!"
"Ketemu lagi sama dia, lo kayaknya jodoh deh sama dia," celetuk Saswita.
"Jodoh apaan?! kalo lo mau, ambil aja."
"Yuk ah, perut gue laperrrrr!" Saswita menarik lengan Deva seraya berjalan ke meja Erza yang sedang menikmati makanan nya.
"Eh! Ngapain lo tarik gue ke meja dia," protes Devara.
Tapi kini Ayu pun ikut menarik sebelah lengan Devara, perempuan itu ingin mengenal lebih jauh lelaki muda tapi macho terlihat dewasa dengan tinggi sekitar 176 cm itu dengan paras putih, juga rahang besar. Pokoknya keseluruhan penampilan Erza macho banget, dinilai sempurna oleh Ayu.
Blug.
Saswita menarik paksa Davira duduk di bangku bersebrangan dengan Erza.
"Kelasmu baru selesai, Deva?" tanya Erza tersenyum menawan.
"Kok nanya Deva terus sih, kami juga mau dong ditanya sama kamu. Soalnya cowok macho kayak kamu tuh jarang loh di kampus, kebanyakan ya gitu deh," goda Saswita jahil.
Devara memutar bola matanya malas, Issac lebih ganteng dan macho dari lelaki di depan nya.
"Maaf, kalian berdua teman-teman Deva?" tanya Erza.
"Yoyoy, nama gue Saswita. Sebenarnya gue sering dipanggil boncos, serah lo mau panggil apa."
"Namaku Ayuningrum, panggil saja Ayu."
Devara hanya diam, Saswita kemudian berinisiatif mengenalkan teman juteknya itu. "Nah, nama dia Devara Mahira. Btw, usia lo berapa? Kok masih kelihatan muda?"
"18 tahun lewat, kalian?" tanya balik Erza.
"19 tahun, kalo gue bentar lagi mau 20." Jawab Saswita.
"Hm, jadi aku adik kelas kalian. Hehe... tapi cinta takkan memandang usia, bukan?"
"Ceileh, main cinta-cinta an aja. Hahaha..."
"Udah ah bercandanya! Kalian mau pesen apa? Kalo nggak pesen-pesen, gue tinggal nih!" geram Devira.
"Kalian pesen aja, aku yang traktir. Itung-itung biaya perkenalan, hehe..." ujar Erza.
" Nice!" seru Saswita semangat.
Kemudian mereka bertiga memesan makanan dan minuman segar seperti biasanya.
Erza menatap secara terang-terangan wajah cantik Devira, membuat perempuan itu merasa sangat risih.
______ DIANTARA CINTA DUA LELAKI ______
Makassar.
Ameera melihat putranya menyodok-nyodok sarapan dengan malas, "Ada apa lagi, Issac? Bukankah kamu dan Devara masih sering berkomunikasi? Kenapa wajahmu ditekut gitu? bibir cemberut monyong udah kayak burung perkutut aja."
"Putus aja keleusss, kalau cuma bikin nggak semangat hidup. Abang 'kan masih bisa cari cewek lain. Yaelah Bang, kalian masih pacaran, masih 19 tahun... Jalan masih panjang, sepanjang jalan kenangan... Xixixii, mau nggak teman aku, Bang. Cantik loh..." jahil Adinda, adiknya.
Ameera menahan senyum saat mendengar celotehan putrinya.
"Bener itu, Sac. Cewek masih bejibun, waktu masih panjang. Jangan terlalu berlarut pada kisah asmara, kamu sudah menginjak usia remaja raih kehidupan mu dengan wajah ceria," timpal Kendrick sang Papa yang baru saja datang ke meja makan.
"Binggo! Lihatlah di sekitarmu, cewek bertebaran. Mau yang bagaimana pun ada," timpal Alexandra yang sudah lama fasih berbahasa Indonesia, dia betah tinggal bersama keluarga Ameera. Pacarnya orang Makassar, dia meminta dipindahkan kerja di Perusahaan Paman nya Kendrick, sedangkan Rudi sang Daddy mengelola Perusahaan cabang di Jogja dan tetap tinggal disana bersama sang Mommy dan adik laki-lakinya, Erza.
"Kalian benar-benar menyebalkan! Kalian malah mem bully-ku huh! Aku pergi! Ada kuliah pagi," Issac bangun dari kursi makan dengan wajah kesal.
"Tunggu, aku juga akan berangkat," Alexandra meneguk jus sedikit lalu menggigit roti sarapan nya, "Tante Ameera, aku pergi. Terima kasih sarapan nya."
Alexandra berlari ngibrit mengejar Issac, setelah sampai di halaman rumah dia menyetop motor honda RC213V-S milik Issac. "Helm?"
"Buat apaan? Kamu pergilah dengan mobilmu, Alex! Jangan ganggu aku!"
Alexandra berdecak kesal, bocah itu masih tetap ngeyel memanggilanya Alex. Padahal dia sudah bilang tidak suka, karena nama itu terdengar seperti nama laki-laki.
"Apa kamu nggak lihat mobilku nggak ada di garasi?"
"Emang kemana?"
"Lagi dibenerin, cepat mana helm?"
"Nebeng sama Papa aja sih!"
"Ogah! Paman Kendrick seorang Presdir. Aku males di ghibahin di Perusahaan, kata mereka aku masuk ke sana jalur curang."
"Aish! Ya udah, nih pake," Issac menyodorkan helm pada Alexandra.
Alexandra mengambilnya lalu memakai helmet itu di atas kepala, dia kemudian naik ke atas motor di belakang Issac kedua tangan nya memeluk pinggang lelaki itu dari belakang.
"Alex! Megang nya jangan erat-erat!"
"Pelit amat sih! Cuma pinjem pinggang doang, lagian pinggang pacarku lebih sexy dan tubuhnya lebih hot!"
"Huh!"
Issac segera melajukan motornya kencang, ia sengaja menjahili Alexandra agar rambutnya acak-acakkan saat sampai di Perusahaan.
"Issac! Kamu sengaja ya! Jangan kenceng-kenceng!" teriak Alexandra.
Issac hanya tersenyum, "Suruh siapa ganggu aku, rasain!" gumam nya.
Setelah sampai di depan Perusahaan, Alexandra langsung turun. Dia memukul lengan Issac dengan keras, "Brengsek! Bocah gen deng! Awas aja nanti!"
Issac menatap kepergian perempuan itu yang berjalan masuk ke dalam Perusahaan sambil tertawa puas, dia lalu membawa pergi motornya dari sana.
***
Jogja.
"Ini, minumam buat kamu," Erza nyelonong masuk ke dalam kelas Devara yang belum mulai dan menaruh di atas meja sekaleng minuman bersoda dingin karena diluar cuaca sangat panas.
"Aku nggak minta loh," ujar Devara dingin.
"Pemberian orang mah, terima aja lah. Kalo lo nggak mau buat gue aja," tapi saat Saswita ingin mengambilnya, Erza malah menahan minuman itu.
"Ini khusus buat Deva, nah ini buat kalian berdua," Erza menyodorkan kembali 2 minuman dingin tapi itu adalah jus kemasan.
"Ih, dibedain dong. But, thanks minuman nya." Ujar Saswita.
"Makasih, ya," timpal ayu.
Akhirnya Devara mengambil minuman yang diberikan Erza, "Thanks."
"Sama-sama," akhirnya Erza tersenyum sumringah.
______ DIANTARA CINTA DUA LELAKI ______
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!