MOHON MAAF!! KARYA INI TIDAK SELESAI HINGGA ENDING. JADI DARI PADA NYESAL BACANYA MENDING DI SKIP AJA.
BERIKUT DAFTAR KARYA KAK UPE YANG SAMPAI ENDINGNYA.
1.Wanita ranjang Mr.Zee (kisah Zee dan Raya- Orang tua Arka dan Sky)
2.Cinta Gila: Ranjang panas Genious doctor (kisah Dennis dan Anne- Orang tuan Saka, Zura dan Antonio)
3.I love you tulalit dokter (Kisah Stella dan David – Orang tua nya Zee dan Dennis)
4.The secret of Lea ( Kisah Ansel dan Lea -Orang tua Bia dan Mia)
5.Gairah sang tuan Muda (kisah sengklek Rey dan Aleysa)
6.Jebakan terindah (kisah Arka dan Clare)
7.Kejar daku kau ku buat bucin (kisah Saka dan Bia)
8.My Angel Death (kisah Alhen dan Elisa – Anak nya Eangle Lou pengawalnaya Dennis)
"Apa kamu tidak belajar dari apa yang terjadi pada ibu mu Gea? Kita ini Penyihir sampai kapan pun tidak bisa hidup berdampingan dengan manusia. Mereka selalu iri dengan kemampuan yang kita miliki dan berusaha memusnah kan kita!!" tante nya benar-benar pada nya setelah tahu diri nya memiliki teman seorang manusia. Teman yang lebih sekedar teman yakni sahabat.
Tante?? Aku ini bukan penyihir!! Aku ini adalah setengah penyihir?! lantas kalau bukan dengan manusia, aku ini harus berteman dengan siapa? apa aku harus berteman dengan Kambing? atau kodok??? secara aku tidak bisa berada lama di alam manusia." mungkin karena terbawa emosi Gea sampai membalas semua kata- kata tante nya.
"Tante iya enak! tante penyihir murni!!! tante bisa berteman dengan semua penyihir di dunia penyihir! Tapi bagaimana dengan aku tante? aku ini berbeda. Hanya ada satu makhluk seperti ku di dunia ini. Selama 218 tahun aku hidup tanpa ada teman yang benar-benar teman bagi ku." suara Gea terdengar lirih.
"Kau kan masih punya kami Gea..? " Bujuk tante nya Gea yang satu nya.
"ya tapi tetap saja tante ya tante... teman ya teman. Pleaseee! Aku mohon pada kalian! Sekali ini saja sebelum kita pindah ke kota yang lain dengan identitas lain, izin kan aku merasakan apa yang belum pernah aku rasakan sepanjang 218 tahun hidup ku. Aku mohon jangan ganggu hubungan persahabatan ku dengan Damia Scarlet Hardata!!!" Gea memohon dengan sangat pada kedua tante nya.
"Oke! Dengan Gea aku akan mengizin kan. Tapi waktu mu hanya sampai keberangkatan kita ke rumah kita yang baru. Tapi ingat Gea! Aku tidak mengizinkan mu untuk meneruskan hubungan mu dengan pria bernama Robert itu! Kau tidak boleh sampai jatuh dalam permainan cinta manusia!!!"
Gea menelan Saliva nya dengan susah payah. Dia tidak menyangka kalau hubungan dengan Robert yang selama diam- diam di lakukan nya dj belakang kedua tante ternyata di ketahui oleh kedua tante nya itu
✨✨✨✨
Satu tahun kemudian...
“Gea! Coba kau hitung, sudah berapa kali kau wisuda hampir 219 tahun ini?” Ujar tante Diodora yang biasa di panggil tante Dora itu.
Dia paling tidak suka di panggil Dora, karena merasa orang- orang menyamakan nya dengan Dora the explorer walaupun potongan rambut tante Diodora sama dengan potongan rambut Dora the explorer.
Tapi kamu harus berhati- hati saat memanggil nama nya yang terkesan pendek itu. Karena kalau kamu sampai salah memanggil nya maka habis sudah! Dia pasti akan melakukan sesuatu tanpa kamu sadari.
“Hm- Sudah berapa kali ya? Karena umur ku sudah hampir tiga ratus tahun, aku sudah wisuda sebanyak- “ Gea dengan polos nya menghitung berapa kali dia Wisuda dengan jari nya.
“Ck! Apa yang kau lakukan? Mau- mau nya kau menjawab pertanyaan yang sama setiap kali kau Wisuda, Gea!” Tante Gea yang satu nya langsung menurunkan kembali tangan Gea yang sudah keburu naik karena keisengan tante Gea yang lain nya.
Tanta Liaa adalah adik nya tante Diodora. Dan mereka berdua adalah adik dari ibu nya Gea. Kebetulan ibu nya Gea tidak bisa tinggal bersama mereka karena suatu alasan.
Hari ini Gea diwisuda- abaikan untuk keberapa kali nya dia diwisuda. Karena memang sudah sebanyak itu dia menjalani yang nama nya prosesi wisuda. Bayangkan saja umur nya saat ini saja sudah dua ratus sembilan belas tahun (219) jadi jangan coba hitung sudah berada kali dia wisuda. Maka jawaban nya akan membangongkan.
Segala gelar sudah Gea miliki. Hukum? Kedokteran? Keguruan? Ahli ekonomi? Sastra? Komunikasi? Segala gelar di bidang eksakta? Semua nya sudah! Hanya gelar dalam perdukunan saja yang belum dia miliki.
So abaikan lah wisuda ke berapa kali nya ini.
Gea sekeluarga kerap berpindah tempat tinggal dari satu negara ke negara lain nya. Dari satu kota ke kota lain nya selama dua ratus sembilan belas tahun ini.
Kedua tante nya Gea sebenarnya tidak masalah jika harus berada di negara atau kota yang sama karena mereka bisa sesuka hati mereka untuk merubah wajah mereka karena mereka memang adalah penyihir- penyihir darah murni dari negeri para penyihir.
Berbeda dengan Gea. Dia bukan lah penyihir darah murni. Dia adalah makhluk setengah penyihir dan setengah manusia. Karena ibu nya adalah penyihir darah murni dari negri penyihir sedangkan ayah nya adalah seorang pangeran dari negeri manusia.
Dan dari cinta terlarang mereka, lahir Gea yang memiliki kemampuan penyihir yang merupakan turunan dari ibu nya. Lalu keterbatasan yang dia di dapat dari turunan ayah nya sebagai manusia biasa.
Itu lah sebab nya Gea walaupun dia adalah seorang penyihir, dia tidak dapat merubah wajah nya atau wajah orang lain. Karena kekuatan nya terbatas.
Selain itu Gea juga tidak immortal seperti para penyihir lain nya. Dia memiliki batasan usia yang tidak seorang pun tahu berapa batasan usia untuk makhluk setengah penyihir dan setengah manusia seperti nya.
Hal ini lah yang menyebabkan mereka harus berpindah- pindah karena wajah Gea selalu stuck di usia 30 tahun. Setelah usia 30 tahun maka secara ajaib Gea akan kembali ke usia 17 tahun. Seperti itu lah lingkaran kehidupan yang Gea lalui selama dua ratus sembilan belas tahun belakangan ini.
Namun setelah dua ratus sembilan belas tahun akhir nya ada yang berbeda di dalam hidup Gea. Dia mulai memiliki seorang sahabat walaupun hal itu dia lakukan secara sembunyi- sembunyi awal nya.
#2
Gea melempar pandangan nya ke kiri dan ke kanan seolah- olah dia sedang mencari seseorang.
“Kamu bisa tenang tidak Gea? Atau apa perlu tante gunakan sihir untuk membuat kepala mu hanya fokus melihat ke depan?” Seru tanta Diodora yang suka risihan orang nya.
Gea duduk diam sebentar tapi percaya lah itu hanya sebentar! Karena begitu Hape Gea bergetar dia langsung berhamburan ke luar gedung tanpa permsii pada kedua tante nya.
"Iya, iya, ini gue keluar!" teriaknya, mencoba mengalahkan keriuhan sekitar nya dan dengan kebaya dia berlarian ke luar ballroom hotel.
"Lo di mana? Udah sampai depan hotel belum???" Tanya nya dengan mata mencari-cari kemana- mana bak seorang manusia biasa.
Namun tidak lama kemudian akhirnya di kejauhan ia melihat wajah sahabatnya. Mia! Manusia pertama yang di dalam hidup nya, Gea jadikan sahabat setelah dua ratus sembilan belas tahun dia hidup di dunia.
"Miaaa!" Teriak Gea dengan sedikit berlari menyingsing rok nya yang sulit di ajak negosiasi.
Dan tidak lama setelah itu mereka berpelukan melepas kangen yang ada di antara mereka.
"Kangen tau!" Seru Gea, memeluk Mia erat.
Mia tertawa. "Sama!!! Cieee, yang udah sarjana." Goda Mia yang tanpa tahu kalau sebenarnya sahabat nya ini sudah sangat sering wisuda dalam hidup nya. Lebih banyak dari pada negera ini ganti presiden jika di hitung- hitung.
Gea melepaskan pelukan. "Iya nih," katanya sambil melirik topi toganya dengan tatapan bangga.
"Udah berapa tahun kita gak ketemu ya?"
"Alah! Baru juga tahun lalu!” Mia memanyunkan bibir.
"Lo skip kuliah sih tahun lalu maka ketinggalan wisuda bareng angkatan kita! "
Gea tertawa. "Hehehe, sorry gue harus pulang ke alam gue bentar." Jawab Gea yang di sangka oleh Mia adalah lawakan nya Gea saja. Padahal Gea benar- benar pulang ke kampung halaman ya di dunia sihir.
Namun karena Gea memang suka ngomong aneh kayak gitu, Mia mah udah hapal dan ngira ya itu paling banyolan nya Mia.
“Eh, Tante- tante lo mana?"
"Ada di dalem, lagi khusuk dengar pak dekan dan pak rektor ngomong! Yuk masuk, Tante – tante gue pasti terkejut melihat lo datang!" ajak Gea.
"Gak apa-apa nih masuk? Gue kan bukan mahasiswi sini lagi?" Mia sok masang muka memelas.
"Pletak! Sok lo ya!!!" Seru Gea sambil menarik tangan Mia ke dalam ballroom hotel.
Kedua sahabat ini menembus kerumunan dan langsung menuju deretan tempat duduk para orangtua wisudawan.
Melihat kedatangan Dea dan Mia, Tante Dora dan tante Lia langsung berdiri. Awalnya mereka tidak setuju kalau Gea berhubungan dekat dengan nama nya manusia karena keluarga mereka ada hubungan yang sedikit buruk dengan yang nama nya manusia.
Tapi setelah sekian ratus tahun berlalu akhir nya kedua tante Gea mencoba merubah sudut pandang mereka. Mencoba berpikiran positif kalau manusia telah berubah.
Dan alasan yang terutama sebenarnya adalah karena mereka kasihan melihat Gea yang selalu iri melihat orang- orang punya sahabat sedangkan dia tidak.
Hanya saja tetap ada batasan yang Gea harus patuhi.
Selama batasan itu tidak Gea langgar maka semua akan baik- baik saja.
"Tante! Ada mantan wisudawati datang ni!" Seru Gea dengan wajah senang. Dia memang selalu senang jika Mia datang.
“Hai tante, apa kabar?” Mia mengulurkan tangan nya pada Tante Dora dan juga pada tante
Lia.
Kedua nya mau tidak mau akhir nya tersenyum dan menyambut tangan Mia.
“Mia kan? Waah! Kamu jadi susah- susah datang kemari karena Gea! Harus nya kamu gak perlu repot- repot gini.” Tante Lia yang lebih ramah dari pada tante Dora.
“Gak repot kok tante. Aku kan sekarang udah tinggal di kota ini lagi. Jadi tinggal ambil kunci mobil, langsung gas deh kemari.” Selorih Mia apa ada nya ini.
“Gea! Lekas minta teman mu ini pulang sebelum tante Dora mu membuat nya kehilangan semua ingatan nya tentang kamu.” Ujar tante Lia melalui telepati langsung ke Gea.
“Tapi tante Lia?” balas Gea dengan telepati juga.
“Jangan uji kesabaran tante Dora mu, Gea! Kamu kan sudah dua ratus sembilan belas tahun tinggal bersama kami. Kamu pasti tahu kalau tante mu itu tidak suka dengan hal – hal yang berbau manusia begini!” Seru tante Lia.
Gea pun mengecurut kan mulutnya. Baru saja dia bernostalgila dengan Mia, sahabat manusia pertama, tante nya sudah mengacam akan menghilangkan ingatan sang sahabat akan diri nya.
"Wah, kamu sudah jauh-jauh datang. Terima kasih ya?" Ujar tante Dora berbasa basi.
“Tante, besok boleh gak aku bawa Gea keluar. Soal nya udah lama aku gak ketemu Gea.” Pinta Mia pada tante- tante nya Gea.
Mia tahu, kalau Gea ini memang paling susah untuk dapatkan ijin keluar. Walaupun sudah segede ini. Dan itu udah dari zaman semeter awal mereka kuliah. Teman- teman seangkatan Gea pasti sudah sangat tahu akan hal ini.
Namun walaupun begitu, Mia tetap ingin membawa Gea keluar karena ada seseorang yang ingin bertemu dengan Gea.
"Memang kalian mau ke mana?" tanya tante Lia mendahului tante Dora bicara.
"Skating, Tan," sahut Mia.
“Skating? Skating dimana?” Tanya tante Dora dengan wajah yang terlihat tidak suka.
“Kayak nya sih di mall dekat kampus tan. Dulu aku dan Gea ada beberapa kali kesana kalau dosen gak datang.” Jawab Mia.
"Tante Lia? Tante Dora? Please kali ini saja?! Kita kan beberapa tahun lagi akan pindah ke kota lain atau bahkan negara lain! Please ya! Kali ini saja! " Mohon Gea dengan mamasang puppy eys nya ke kedua tante nya.
Karena merasa iba pada kedua nya, akhir nya tante Dora setuju.
"Hem- baiklah! Tapi pulangnya jangan terlalu malam." Uijar tante Dora yang akhir nya setuju setelah Gea memohon dengan sangat tanpa sepengetahuan Mia.
"Siap, Tan." Mia bergaya seolah memberi hormat. "Eh, katanya mau foto-foto dulu? Yuk, nanti aku bantu foto juga pakai hape."
Mereka berempat pun pergi ke tempat yang memang telah di dekor sedemikian rupa untuk tempat sesi foto – foto di dalam ballroom itu.
KEBETULAN Mal dekat kampus lama mereka tak terlalu ramai.
Suasana terasa lebih menyenangkan. Lapang di segala sudut, tanpa kerumunan dan hiruk-pikuk yang berlebihan. Gea dan Mia bisa berjalan dengan leluasa.
"Ke mana dulu nih?" tanya Gea.
"Langsung ke arena skating aja. Lama gak main, berat. Masih lancar gak ya gue mainnya?" Ujar Mia.
"Memang di London sama sekali gak sempat atau gimana?"
"Gak sempat tahu! Bokap gue ngasih pekerjaan segunung! buat napas aja gue susah. Lo sendiri masih sering main kemari? Ama siapa?” Mia balik bertanya.
"Gue? Ama siapa sih buk gue kemari????? Kagak punya kawan mah gue! Ogah main skating sendirian! Kayak orang bego!” Jawab Gea.
“Ya siapa tahu kan, lo ke sini ama seseorang.” Goda Mia dengan lirikan mata khas nya.
"Seseorang Siapa?" Gea bingung dengan apa yang Mia maksudkan.
Mia tersenyum penuh arti. "Idih! Sok gak inget banget! Itu sih Robert, maksud gue." Ujar
Gea mengernyit."Loh, kok jadi ngomongin dia sih."
Perbincangan mereka terputus karena ternyata saking asik nya ngobrol mereka telah sampai di pintu masuk arena bermain skating.
Mereka segera ke loket untuk membayar tiket main, kaus kaki, dan juga koin loker.
"Soalnya pas di mobil tadi gue lihat lo serius banget liatin kampus kita sambil pegangin tu cincin yang melingkar di jari lo. Lo kangen ya ama doi?" Goda Mia lagi.
"Ah, masa?" Kedua alis Gea terangkat, tak sadar tangan nya kembali meraba memutar- mutar cincin di jari manis nya.
"Itu dari Robert, kan?" tanya Mia.
"Ini? Hmm...iya sih! Tapi bukan berarti gue kangen ya! cuma keinget aja karena kita mau ke sini. Pas lihat kampus teringat aja ama dia." Kilah Gea.
Mia angguk- angguk bego lalu nyeletuk, "tapi aneh juga sih Robert! Tiba-tiba pergi dan bilang kalian gak bisa komunikasi lagi dalam bentuk apa pun. Dia pikir ini novel, atau sinetron, ya?" katanya sambil menggeleng-geleng dan berdecak.
Gea mengangkat bahu. "Auh ah lap! Suka-suka dia lah. Dulu día cuma bilang dia akan minta cincin ini lagi suatu saat jika kami bertemu lagi tapi seperti nya kami gak akan pernah bertemu lagi deh." Jawab Gea pesimis. Bagaimana dia bisa bertemu lagi dengan Robert kalau dia sendiri akan segera angkat kaki dari kota itu.
"Jadi lo memang belum ada ketemu ama dia sejak satu tahun yang lalu?"
"Belum. Gue cuma tahu dia pindah ke Boston,," Gea menghela napas. "Gue gak tahu apa sekarang dia masih di sana atau gak." Jawab Gea jujur.
Sebenarnya mudah saja bagi penyihir seperti Gea untuk mencari tahu dimana keberadaan Robert.
Tapi satu kali saja di dalam hidup nya, Gea ingin jatuh cinta seperti manusia pada umum nya.
Tidak ada campur tangan magic di sana.
"Sebenarnya kalian dulu sedekat apa sih? Gue, nya tahu lo berdua sering pergi bareng diam- diam biar gak kami ganggu. Kalian cuma temenan, atau udah-"
"Apa sih malah ngomongin Robert?" potong Gea sambil bangkit berdiri, sudah mengenakan sepatu skate.
"Kita mau skating, bukan rumpiin si Robert. Yuk, ah!"
Mia bangkit lalu menyusul Gea ke arena.
Beberapa dari peseluncur tampak sedang kursus didampingi pelatih.
Gea tiba di permukaan es dan langsung meluncur dengan anggun.
Angin menerpa rambutnya. Dan hawa dingin arena es membawa memorinya kembali ke masa lalu.
Kurang lebih setahun lalu, tempat inilah yang mempertemukannya dengan Robert.
Gea pertama ke sini pada tahun pertama nya di bangku kuliah, mengikuti kursus skate karena ngambekan dengan kedua tante nya yang mengajak nya untuk tinggal di kota lain.
Alasan pindah nya sih crusial karena ternyata tetangga mereka dulu yang pernah tinggal di kota mereka sebelum nya malah menjadi rektor di kampus nya Gea. Kan bisa berabe kalau tanpa sengaja mereka bertemu dengan tetangga mereka itu.
Pasti akan sangat ganjil kelihatan nya kalau si tetangga melihat wajah Gea. Oke lah wajah dan nama tante nya sudah beda. Tapi kan wajah nya Gea sama. Kalau tu tetangga ingatkan berabe.
Ya masa mau bilang, “masa iya pak? Mungkin kebetulan wajah keponakan kita mirip dengan wajah tetangga bapak sekeluarga!” Kan srimulat aja!
Memang sih, mereka bisa saja menghapus ingatan orang- orang yang mereka inginkan. Tapi tetangga nya yang satu itu sudah empat puluh sembilan kali mereka reset ingatan nya. Kalau sempat satu kali lagi mereka reset di jamin bisa gila tu orang mereka buat.
Oleh karena itu lah mereka memutuskan untuk pindah kala itu. Tapi siapa sangka malah bertemu lagi di kota ini. Ini lah yang dikatakan benar- benar sebuah takdir.
Sambil meluncur pelan dan menikung, Gea tersenyum tipis. Ingatannya melayang kembali ke hari itu, saat pertama kali dia bertemu Robert...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!