NovelToon NovelToon

Le Trône De Sang De La Chaise De La Reine

Un

Seorang wanita dengan paras cantik sedang melihat pemandangan danau istana.

"Danau ini jernih sekali." ucap Anne.

"Benar bukan Tuv?" Anne bertanya kepada pelayannya.

"Benar tuan putri." jawab Tuv.

Anne memperhatikan Danau didalam istana.

"Menurutku sejarah pembuatan danau ini juga indah bukan princess Anne?" Dekieta dengan gaun panjangnya datang mendekat kearah Anne.

Anne menoleh kearah Dekieta, Anne juga menunduk didepan Dekieta diikuti oleh pelayan Anne, Anne menunduk kepada Dekieta karena memang posisi Dekieta diatas posisi Anne.

"Ku kira seorang Princess Anne tidak akan lagi menginjakan kaki di Danau ini."

"Kenapa muka Princess muram saat datang ke danau ini? apakah ada sesuatu yang mengganjal didalam hati mu Princess?" Dekieta memasang muka mengejek didepan Anne.

Ingatan masa lalu berjalan diotak cerdas milik Anne.

"Selir Hari aku mau dibawa kemana?" Anne meronta ronta saat tangannya ditarik oleh Hari.

"Selir Hari lepas kan tangan ku, atau aku akan melaporkan perbuatan mu kepada yang mulia." Anne kecil kecil sudah bisa mengancam seorang Selir.

Selir Hari melepaskan paksa tangan Anne. "Seorang anak kecil seperti mu yang hanya berpangkat princess akan melaporkan Selir kepada yang mulia? Kau pasti akan kalah dan kamu yang akan dihukum didepan yang mulia." jawaban dari Selir Hari.

"Kemana semua pelayan ku?" Anne menangis karena ketakutan dengan sikap Selir Hari.

"Tolong Selir lepaskan tangan ku, aku tidak berbuat salah."

"Cepat ikuti aku saja." Selir Hari kembali menarik tangan Anne.

Anne melihat ada Dekieta yang sedang berada dibelakang pintu ruang Anne.

"Princess Kieta tolong aku." Anne meminta tolong kepada Dekieta.

Dekieta sama sekali tidak beranjak dan hanya menonton kejadian Anne ditarik paksa oleh Selir Hari.

Anne sekarang tidak bisa melawan, disepanjang jalan tidak ada pelayan selain dari pelayan dari Selir Hari yang mengikuti mereka.

Ternyata Anne dibawa disebuah Danau. Anne tidak pernah tau jika diistana ada Danau karena memang Anne tidak pernah diijinkan keluar oleh Raja Artira.

"Kamu lihat baik baik Princess Anne, Danau ini dibuat karena kelahiran Princess Kieta." ucap Selir Hari.

Anne menatap Selir Hari dengan tatapan kebingungan. "Lalu apa hubungannya dengan aku yang dibawa Selir disini secara paksa!?" Anne meninggikan suaranya.

"Karena aku mendengar kamu akan mengambil ahli posisi Putri mahkota,"

Selir Hari menarik tangan dari putri Anne, bahkan Selir Hari sedikit menekan permukaan kulit tangan milik Anne. Anne bahkan merasa kesakitan.

"Kamu memang anak dari Ratu, tapi jangan coba coba mengambil posisi dari Kieta. Atau kamu bakal tau akibatnya." Selir Hari mengancam Anne.

Selir Hari melangkah meninggalkan Anne yang menangis didanau sendirian, bahkan tidak ada satu pelayanpun yang menjaga Anne.

Mata Anne memperhatikan danau.

"Padahal aku seorang putri tapi mengapa aku selalu tidak dianggap?" gumam Anne.

Anne berdiam diri didekat danau, Anne berusaha untuk menormalkan emosinya.

Setelah merasa tenang, Anne kembali kedalam kediamannya.

Didepan pintu kediamannya sudah ada Ratu Rimba yang menatap kedatangan Anne dengan muka memerah emosi.

"Princess Anne, apakah kamu pernah belajar tentang tata Krama?" Ratu Rimba bertanya dengan suara lembutnya.

Anne yang menunduk kemudian menatap wajah Ratu Rimba.

"Aku sedang belajar Ratu, tapi sesuatu menganggu ku." Anne menjawab.

Ratu Rimba mendekat kepada Anne.

Ratu Rimba mengelus rambut dari Anne. Kemudian Ratu Rimba melepaskan kaitan perhiasan rambut diatas rambut Anne.

"Bukannya aku pernah memberitahu kepada kamu, akalu kamu tidak boleh satu kali pun meninggalkan kediaman mu, tapi kenapa kamu melanggarnya Princess Anne?"

"Kalau kau melanggar peraturan maka kamu tidak bisa menjadi seorang putri lagi." lanjut Ratu Rimba.

Anne menundukkan kepalanya karena takut kepada Ratu.

Ratu Rimba mengelus rambut dari Anne. "Besok pagi kamu tidak akan mendapatkan jatah makanan, kamu hanya bisa makan saat malam hari. Sekarang kembalilah ke kamar dan istirahat lah." Ratu Rimba bersama dengan pelayanan nya meninggalkan Anne.

Pelayan Anne baru datang setelah kepergian Ratu Rimba.

Anne berjalan menuju kedalam kamarnya, setelah itu Anne bercermin. Datang salah satu pelayan dari Anne.

"Malam ini Princess masih bisa makan kok, makan yang banyak yah, nanti Tuv akan datang membawa banyak camilan, jangan disisakan yah." Seorang pelayan datang dan melepaskan kaitan rambut Anne.

Anne menoleh kearah pelayan itu. "Malam ini aku beneran masih bisa makan?"

"Ya yang mulia." jawab pelayan itu.

Pelayan itu mulai melepaskan baju Anne, dan mempersiapkan Anne yang mau mandi dan beristirahat.

Anne menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum kepada Princess Dekieta. "Aku tidak pernah memasang muka muram yang mulia." jawab Anne.

Dekieta memasang senyum. "Setelah sepuluh tahun berlalu sejak kejadian itu, kamu baru berani kesini?" sepertinya Dekieta mengejek Anne.

"Sebenarnya saya tidak pernah kesini karena memang tidak ada waktu untuk datang kesini, Yang mulia pasti tau jika saya tidak boleh keluar dari kediaman saya. Baru setelah aturan itu dicopot saya bisa menghabiskan waktu saya disini." jawab Anne.

Dekieta menatap kearah Danau.

"Kamu tau bahwa Selir Hari yang menyarankan aturan itu untuk dicabut?" Dekieta bertanya kepada Anne.

Anne menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tau Yang mulia karena memang saya tidak diperkenankan satu kali pun untuk ikut rapat keluarga." jawab Anne.

Dekieta tersenyum. "Benar kamu jangan sampai ikut kedalam rapat keluarga, kalau mereka tau kamu lebih cerdik dari ku maka bisa bisanya kamu mempengaruhi mereka untuk memilih mu sebagai Ratu selanjutnya." ungkap Dekieta.

Anne tersenyum masam. "Walaupun mereka tau aku cerdik, mereka pasti akan menghalangi ku untuk menjadi ratu,"

"Bahkan untuk menjadi Putri mahkota saja sulit, dan keluar dari kediaman ku saja terlalu sulit. Apakah merak masih bisa memilih ku menjadi Ratu? Tentu pastinya tidak." lanjut Anne.

Dekieta kalah berdebat dengan Anne. Karena tidak mau emosinya terpancing, sebaiknya Dekieta menjauh dari Anne.

"Anne kau tidak akan menyapa Selir Hari di kediamannya? kamu tidak mau menggunakan kesempatan bebas mu itu untuk berterimakasih kepada ibu ku? Kamu seharusnya senang bisa melihat wajah ibu ku setelah sekian lama, wajah ibuku juga semakin cantik, mirip seperti mu." ucap Dekieta.

Anne mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku pamit untuk kekediaman Selir Hari." Anne menunduk hormat kepada Dekieta, setelah itu Anne pergi meninggalkan Dekieta.

"Tuv apakah kamu merasakan ketidakadilan?" Anne bertanya kepada pelayannya.

"Aku seorang putri tapi seperti bukan putri. Aku hanya seperti Selir tingkat bawah atau bahkan aku lebih dibawah mereka."

Tuv mengangguk. "Dari aku kecil aku tau jika yang mulia tidak mendapatkan keadilan diistana ini." jawab Tuv dengan suara lirih.

"Aku merasa bahwa diriku bukan keluarga kerajaan,"

"Apakah aku boleh keluar dari kerajaan ini?" Anne lanjut bertanya kepada Tuv.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mau lanjut gak nih guys?

Jangan lupa mampir ke my ketos yah

Deux

Anne menatap kearah pepohonan.

"Apa aku bisa hidup diluaran sana?" Anne kembali bertanya kepada Tuv.

Kaki Anne berhenti melangkah saat sudah sampai dipelantaran kediaman Selir Hari. Pertanyaan Anne untuk Tuv pun belum terjawab.

Seorang pelayan datang mendekati Anne.

"Anda siapa? apakah sudah janjian dengan yang mulia?" pelayan itu bertanya. Banyak pelayan yang belum mengetahui bahwa Anne adalah seorang putri karena memang Anne tidak pernah keluar dari kediamannya.

"Aku bangsawan biasa. Aku memang belum janji bertemu Yang mulia sebelumnya, tapi pasti Yang mulia Selir Hari mau bertemu dengan aku. katakan saja Anne ingin bertemu dengan Selir Hari." ucap Anne.

Tuv memegang tangan Anne. "Yang mulia, kenapa kamu mengatakan hanya seorang bangsawan biasa?" tentunya Tuv tidak setuju dengan perkataan Anne.

Anne melepaskan genggaman tangan Tuv. "Tidak apa apa Tuv, lagian sebentar lagi sepertinya aku hanya seorang bangsawan biasa."

Pelayan itu mengangguk. "Baiklah kalau begitu anda bisa menunggu disini sampai yang mulia Selir Hari menyetujui bertemu dengan anda." setelah itu pelayan itu masuk kedalam kediaman Selir Hari.

Selir Hari sedang menata bunga disalah satu vas didalam kamarnya. Pelayan yang tadi bertemu dengan Anne mengetuk pintu.

"Masuk." Selir Hari memerintah pelayan itu untuk masuk.

Pelayan itu mulai memasuki kamar Selir Hari. Sebelum mengatakan maksudnya masuk kedalam kamar Selir, terlebih dahulu pelayan itu memberikan hormat kepada Selir Hari.

"Ada apa?" Selir Hari bertanya.

"Seseorang yang bernama Anne ingin bertemu dengan anda, nyonya." jawab pelayan itu.

Sontak perkataan pelayan itu membuat Selir Hari kaget.

"Ane? dia beneran Ane? apakah yang ingin bertemu dengan aku adalah seorang anak kecil perempuan yang memiliki kalung berlian berwarna merah?" Selir Hari bertanya untuk memastikan.

Pelayan itu menggeleng. "Nona itu bukan anak kecil nyonya, nona itu sudah sebesar Yang Mulia Putri mahkota Kieta. Nona itu juga memiliki kalung merah berlian."

Selir Hari terdiam lalu Selir Hari memandang sekeliling kamarnya. "Benar, dia pasti sudah tumbuh besar. Lama sekali aku tidak pernah mengunjunginya ." gumam Selir Hari.

"Kalau begitu biarkan dia masuk, aku akan menemuinya diruang depan."

"Baik nyonya." Pelayan itu bangkit dan berdiri setelah itu kembali memberikan hormat kepada Selir Hari, setelah itu pelayan itu keluar dari kamar Selir Hari.

Selir Hari bangkit dan melangkah keluar dari kamarnya menuju keruang depan.

Anne sedang duduk duduk dipinggiran tangga. Datanglah pelayan tadi yang bertanya kepada Anne.

"Nona muda, silakan masuk." Pelayan itu mempersilahkan Anne untuk masuk.

Anne tersenyum kemudian mengikuti langkah dari pelayan itu untuk masuk kedalam kediaman Selir Hari.

Anne masuk kedalam ruangan, Anne tidak tau ini ruangan apa. Tuv tidak boleh ikut masuk dan pelayan itu hanya mengantarkan Anne sampai didepan pintu.

Anne menatap lurus, terkejut karena baru pertama kali menatap wajah dari Selir Hari setelah sekian lama.

"Apakah kau benar benar Anne? yang selalu terkurung diistana mu sendiri?,"

"Kenapa kamu tidak memberi aku penghormatan padahal tingkat mu lebih rendah dari ku." lanjut Selir Hari.

Anne tidak menjawab perkataan dari Selir Hari, Anne memberikan penghormatan kepada Selir Hari.

"Saya Anne yang pernah anda tarik tangannya menuju ke danau istana." ungkap Anne.

Selir Hari tersenyum. "Saya tau, sebab karena itu Saya membiarkan mu masuk kedalam istana ku,"

"Saya kaget melihat penampilan mu sekarang, kau sudah seperti seorang putri sekarang." lanjut Selir Hari.

Anne tersenyum tapi tidak bisa menatap wajah Selir Hari karena memang begitu peraturan dari kerajaan, terlebih ternyata Anne selalu ketakutan melihat wajah Selir Hari setelah kejadian menuju danau itu.

"Setiap hari saya berdoa agar saya bisa bertumbuh besar tanpa kehadiran orang tua ku disamping ku." ucap Anne.

"Sepertinya orang tua mu Ratu Rimba memang tidak memperdulikan mu karena kamu bukan seorang putri dengan tingkat tinggi, padahal kamu anak dari seorang Ratu tapi ternyata kamu bahkan memiliki tingkatan rendah untuk seorang putri." ucap Selir Hari.

Anne menggeleng. "Saya disini bukan untuk mendengar kalimat itu karena memang Saya sudah tau dari awal, saya disini hanya ingin berterima kasih karena Yang mulia Sudi untuk meminta saya seorang putri tingkat rendah untuk bebas dari istana ku." ungkap Anne.

Selir Hari tidak mengatakan kalimat apapun setelah Anne mengatakan itu.

"Kalau begitu saya ijin pamit." ucap Anne.

Selir Hari menatap Anne yang sudah siap untuk pergi.

"Baiklah silakan pergi, ouh apakah kamu akan pergi ke Yang mulia raja dan ratu setelah ini?" Selir Hari bertanya kepada Anne.

Anne menggeleng. "Saya tidak ingin mengunjungi Yang mulia raja. Saya hanya ingin bertemu dan memberi salam kepada Yang mulia ratu ibuku." ungkap Anne.

"Kenapa kamu tidak ingin menemui ayah kandung mu sendiri?" Selir Hari bertanya.

"Sejak saya bayi sampai saya sebesar sekarang, saya tidak pernah melihat wajah Yang Mulia Raja, saya hanya mendengar berita berita tentang kewibawaan dan kejayaan Ayah kandung ku sendiri, dan saya tidak mau mengetahui bagaimana elok wajahnya karena saya takut kalau nanti saya menginginkan kasih sayang kedua orang tua saya." ungkap Anne.

"Kalau kau hanya menginginkan kasih sayang kedua orang tua mu maka tidak apa apa selagi kamu belum punya ambisi untuk merebut tahta dari tangan putri Kieta." ucap Selir Hari.

Anne menggeleng. "Saya tidak mempunyai ambisi itu kecuali ada satu hal yang membuat ambisi itu muncul. Tapi sekarang tenang saja saya hanyalah seorang putri dengan tingkat rendah. Kalau begitu saya pamit." Anne memberi hormat kemudian pergi berlalu meninggalkan kediaman Selir Hari.

Selanjutnya Anne menuju ke kediaman Ratu Rimba. Pelayan Ratu Rimba memberikan hormat kepada Anne karena kebanyakan dari mereka tau bahwa Anne adalah seorang putri.

"Princess Anne? ada perlu apa Yang mulia kesini?" kepala pelayan bertanya kepada Anne.

Anne tersenyum, "Saya ingin bertemu dengan Yang Mulia Ratu." Jawab Anne.

"Silakan mengikuti saya Yang mulia, sepertinya Yang mulia ratu juga ingin bertemu dengan Yang Mulia." ungkap ketua pelayan.

"Baik." Anne mengikuti langkah dari kepala pelayan yang sudah tua renta itu, kenapa kepala pelayan tidak pernah berganti sejak bertahun tahun yang lalu.

Kepala pelayan menghentikan langkahnya, kemudian kepala pelayan menatap Anne. "Maaf yang mulia, saya harus meminta ijin terlebih dahulu ke Yang Mulia Ratu, apakah Yang Mulia Sudi untuk menunggu?" Kepala pelayan bertanya kepada Anne.

"Saya akan menunggu." jawab Anne.

"Kalau begitu saya pamit." kepala pelayan memberikan hormat kepada Anne.

Tidak lama kepala pelayan itu kembali menemui Anne.

"Silakan Yang Mulia anda bisa bertemu dengan Yang Mulia Ratu."

"Terima kasih." Anne masuk sendirian didalam kamar Ratu Rimba.

trois

Anne masuk kedalam kamar dari Ratu Rimba. Anne memberikan penghormatan terlebih dahulu kepada Ratu Rimba.

"Selamat pagi Yang Mulia." Anne menyapa Ratu Rimba.

Ratu Rimba tampak terkejut melihat penampilan Anne sekarang tampak berbeda dari beberapa tahun yang lalu.

"Wah kamu benar benar Anne? kamu jauh lebih berbeda dari beberapa tahun yang lalu saat aku terakhir kali menemui mu. sekarang kamu tampak seperti seorang putri, wajah mu malah terlihat seperti Selir Hari."

"Aku ibu yang jahat bukan? aku tidak pernah menemui mu dan juga memberi mu kasih sayang." lanjut Ratu Rimba.

Anne menggeleng kemudian tersenyum. Walaupun Ratu Rimba jarang menemui Anne dan Anne juga tidak pernah mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya seperti anak kecil lainnya tapi Anne bahagia, Anne berusaha memaklumi kesibukan kedua orangtuanya, dan Anne tau, Anne sebagai keturunan perempuan pasti tidak mendapatkan kasih sayang lebih karena yang diutamakan diistana adalah anak laki laki tapi ternyata yang lahir adalah perempuan. Tata Krama diistana juga menganjurkan agar Ratu dan Raja tidak boleh sering sering menemui keturunan mereka karena bisa jadi Raja dan Ratu hanya mengutamakan salah satu anak mereka dan mengakibatkan anak mereka yang lain iri.

"Saya belajar tata Krama, saya tau alasan kenapa Yang mulia jarang menemui saya, dan saya memaklumi itu." ungkap Anne.

Ratu Rimba tersenyum kemudian mengangguk anggukan kepalanya.

"Kenapa nada bicara mu canggung sekali An? padahal kita adalah keluarga, anggap saja aku ibumu tanpa status ratu, panggil aku dengan panggilan ibu." perintah dari Ratu Rimba.

Anne menggeleng. "Aku tidak bisa karena itu dilarang diistana."

Ratu Rimba menggeleng. "Kalau hanya ada kita berdua, silakan kamu bisa memanggil ku Ibu." ungkap Ratu Rimba.

Anne mengangguk. "Baiklah yang mulia, maksud ku Ibu."

Ratu Rimba tersenyum.

"Silakan kau boleh minum teh yang sudah dihidangkan."

Anne duduk dikursi yang sudah disediakan, Anne mulai menuangkan teh ke cangkir milik Ratu Rimba.

"Apakah setelah ini kamu mengunjungi Ayahanda mu?" Ratu Rimba bertanya kepada Anne.

Anne menggeleng.

"Kenapa kamu tidak mau bertemu dengan ayahanda mu sendiri?"

"Saya belum punya pikiran untuk datang mengunjungi Yang Mulia Raja." jawab Anne.

Ratu Rimba mengangguk anggukkan kepalanya. "Apakah kamu akan kesana bersama ku?, aku juga ingin berkunjung ke kediaman ayahanda mu." ungkap Ratu Rimba.

Anne terdiam sebentar. "Apakah jika saya kesana, apakah Yang Mulia Raja bisa mengabulkan keinginan saya?" Anne bertanya.

"Memangnya kamu punya keinginan apa Anne? kamu baru bebas, kenapa punya keinginan? bukannya dulu kamu tidak pernah sekalipun mengatakan keinginan mu kepada ku?" Ratu Rimba bingung.

Anne menggeleng. "Saya bukan Anne yang dahulu Ibu, Saya sekarang punya keinginan, bukan hanya sekarang tapi dahulu juga saya punya keinginan namun tidak bisa saya katakan sekarang saya ingin mengatakan keinginan saya."

Ratu Rimba mengangguk anggukan kepala. "Apakah ibu boleh tau apa permintaan mu?"

Anne menggeleng. "Permintaan saya hanya bisa didengar oleh Yang Mulia Raja." jawab Anne.

"Baiklah ibu mengerti."

"Apakah sekarang kita bisa menemui yang mulia raja?" lanjut Ratu Rimba.

Anne mengangguk setuju dengan perkataan Ratu Rimba.

Ratu Rimba akhirnya berdiri dan jalan terlebih dahulu, disusul oleh Anne. Pelayan yang ada didepan kediaman istana ratu rimba banyak yang memberi hormat.

......................

"Kau tau Princess Anne?" tanya seseorang laki laki.

"Yah putri tak dianggap diistana ini." jawab laki laki lain yang berada diruangan itu.

Sekarang dua laki laki itu sedang berada didalam ruangan gelap yang tidak banyak diketahui oleh banyak orang.

"Aku mendengar berita yang mengejutkan tentang Princess Anne."

"Berita apa?" tanya laki laki didepan orang itu.

Mereka berdua tampak hening.

"Peraturan yang dibuat Selir Hari sepertinya sudah tidak dipakai, Princess Anne sudah bisa keluar dari kediaman istananya."

Salah satu lelaki yang ada tampak terkejut.

"Apakah berita itu benar? kamu mempercayai berita itu?"

Salah satu lelaki itu tampak berdiri karena terkejut mendengar berita yang dibawakan rekannya.

"Aku percaya bahwa berita itu benar."

"Tidak mungkin berita itu benar, Kamu mendapatkan berita itu dari mana?"

Sepertinya salah satu lelaki yang ada diruangan itu tampak emosi dan marah.

"Aku mendengarkan berita itu dari salah satu pelayan wanita yang ada diistana Princess Anne."

"Aku tidak akan percaya, Siapa yang membebaskan kurungan bagi Princess Anne?"

Hening kembali menerpa, keduanya dilanda kerisauan yang amat besar.

"Selir Hari yang membebaskan Princess Anne sendiri."

"Apakah Ratu dan Raja menyetujui usulan penghentian kurungan bagi Princess Anne?"

Salah satu dari lelaki itu mengangguk. "Mereka berdua menyetujui, kalau tidak setuju tidak mungkin aku mendengar berita ini."

......................

Diperjalanan menuju ke istana Raja, banyak pelayan yang memberi hormat kepada Anne dan Ratu, akan tetapi setelah itu banyak yang berbisik bisik tentang siapakah perempuan yang ada disamping Ratu Rimba tersebut.

"Siapakah dia? apakah dia calon dari anak menteri Kega? apakah sepupu Ratu akan menikah dengan perempuan itu?" tanya salah satu pelayan.

Pelayan yang diajak bicara tampak tidak setuju dengan perkataan dari temannya itu. "Tidak mungkin tuan Yega bersama wanita itu."

"Tuan Yega terlalu muda untuk menikah." lanjut pelayan.

"Kau tidak tau saja berita yang beredar bahwa Tuan Yega setiap malam berkunjung ke bar. Tuan Yega sepertinya siap menikah."

Pelayan itu tampak tidak setuju dan marah terhadap partnernya.

"Tuan Yega akan menikah dengan ku."

Temannya langsung memukul kepala pelayan halu itu. "Jangan terlalu berharap, Tuan Yega tidak akan menikahi pelayan seperti kita, kasta kita terlalu rendah untuk berdampingan dengan kasta Tuan Yega."

"Kalian kenapa berbisik bisik! lakukan pekerjaan kalian!" kepala pelayan tampak marah.

"Baik nyonya." kedua pelayan itu kembali melakukan pekerjaan mereka.

Ratu Rimba dan Anne sudah memasuki pelataran tamu dikediaman Raja.

Raja juga tampak sudah menunggu kedatangan Ratu.

"Selamat Siang yang mulia." Ratu Rimba memberi hormat diikuti dengan Anne.

Anne tampak terpana dengan aura Ayahandanya sendiri. Anne juga merasa terharu karena sekarang dirinya bisa melihat Ayahandanya. Seumur hidup Anne baru bisa melihat wajah Ayahandanya.

Ratu Rimba dan Anne duduk didepan Yang Mulia Raja.

"Siapakah wanita yang kamu bawa Ratu ku?" Raja Artira bertanya.

Ratu Rimba tersenyum, sepertinya Raja belum mengetahui tentang Princess Anne.

"Dia Anak mu sendiri, Princess Anne." jawab RatuRimba.

Raja tampak terkejut. "Dia Anne?"

Ratu Rimba mengangguk. "Ya Yang Mulia dia Anne, putri mu sendiri."

Raja tampak terdiam mengamati wajah Anne.

"Dia benar benar mirip."

Ratu Rimba hanya bisa terdiam.

"Raja kehadiran ku disini hanya ingin memberi mu salam, dan sepertinya kedatangan Princess Anne bukan hanya memberikan salam, dia ingin memberitahu mu tentang keinginannya." ungkap Ratu Rimba.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!