NovelToon NovelToon

Pacar Onlineku

Salah Nomor Telpon

"Ayu, tolong kirim pesan pada Nasya, jika ada pasien gawat darurat yang sedang menuju ke IGD, cepat minta dia untuk membantu Dokter Rumi," ucap Dokter Siti pada Ayu yang sedang memasang infus pada anak berusia 6 tahun yang sedang demam tinggi. Ia cukup kerepotan untuk menanganinya, di mana anak itu terus saja menangis.

"Iya, Dokter," ucap Ayu, dengan cepat mengetik pesan dan ingin mengirimnya pada Nasya. Namun, ia baru mengingat jika ia baru saja merestar ponselnya, membuat tak satupun kontak tersimpan di sana.

"Pipit, apa kau punya nomor telepon Nasya?" tanya Ayu pada salah satu teman perawat yang juga membantunya. Pipit yang juga sedang sibuk karena sudah berhasil memasang infus pada anak tersebut hanya memberikan ponselnya pada Ayu. Ayu pun mencari nomor Nasya dan memindahkan nomor Nasya ke ponselnya, setelah mengetik nomor Nasya, ia langsung mengirimnya, meminta Nasya untuk pergi ke ruangan IGD untuk membantu dokter menangani pasien disana.

Pesan terkirim dan memastikan pesannya telah dibaca, Ayu pun langsung menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku dan membantu merapikan infus yang sudah berhasil terpasang tersebut.

"Sudah nggak sakit kan? Ini sudah selesai, nanti Adek nggak demam lagi, karena obatnya sudah masuk," jelas Ayu pada pasien yang kini sudah tak menangis lagi.

"Terima kasih, suster," ucap anak itu masih dengan sesegukan. Ia mengusap air matanya, rasanya memang tak sakit. Namun, rasa takut membuatnya terus menangis.

"Ya sudah, Bu. Kami permisi dulu," ucap Ayu kemudian ia dan Pipit keluar dari ruangan itu, begitupun dengan dokter Siti yang sudah selesai memeriksa pasien lainnya. Mereka kembali memeriksa pasien di ruangan lainnya.

Disaat Ayu dan Pipit sedang berjalan di koridor rumah sakit, ponsel Ayu berdering dan itu adalah panggilan dari dokter Siti, yang tadi berjalan ke arah lain.

"Iya, Dokter," jawab Ayu setelah mengangkat panggilan dari Dokter Siti.

"Ayo, aku kan memintamu untuk menghubungi Nasya agar pergi ke ruang IGD, tapi kenapa kamu tak menghubunginya?" tanya Dokter Siti terdengar kesal.

"Sudah kok, Dok. Aku sudah mengirim pesan pada Nasya, dia juga sudah membaca pesanku," jawab Ayu.

"Tapi, ini dokter Rumi baru saja meneleponku, mereka kewalahan. Ayo cepat hubungi lagi, minta Nasya untuk secepatnya ke IGD bersama dengan perawat lainnya, ada kecelakaan," ucap dokter Siti dan Ayu langsung kembali memeriksa pesannya. Ia kali ini tak mengirim pesan. Namun, langsung menelpon nomor Nasya.

"Halo, Nasya. Kamu ini gimana sih, aku kan memintamu untuk pergi ke IGD," ucap Ayu yang langsung berbicara saat Nasya mengangkat panggilannya.

"Kamu ini siapa?" tanya suara dari balik ponsel Ayu, membuat Ayu terkejut dan menjauhkan ponselnya dari telinganya, melihat layar ponselnya, kembali memastikan apakah ia salah menelpon orang. Namun, itu benar adalah nomor Nasya.

"Halo, Nasya. Kamu jangan main-main, cepat ke IGD, ada kecelakaan. Dokter kewalahan, cepat bawa beberapa perawat ke sana," ucap Ayu lagi. Namun, panggilannya langsung diputuskan.

Ayu melihat ponselnya yang telah mati, ia pun mengumpat kesal.

"Kamu ini kenapa, sih?" tanya Pipit yang melihat Ayu terus menggerutu dan kembali mencoba menelepon nomor tersebut. Namun, nomor itu tak mengangkat panggilannya, nomor yang masih disangka adalah nomor Nasya.

"Ini, sih Nasya kok gitu sih. Aku panggil, dia nggak mau ngangkat panggilanku, ngeselin banget sih itu anak," ucap Ayu di mana Nasya adalah juniornya.

"Biar aku saja yang telepon," ucap Pipit kemudian ia menelpon nomor Nasya, Nasya langsung mengangkat.

Meliha layar ponselnya, Ayu langsung mengambil ponsel Pipit.

"Nasya, kamu itu gimana sih. Aku dari tadi menelpon kamu, tapi kamu tak mengangkat, kamu juga mengabaikan pesanku. Cepat sekarang kamu ke IGD, dokter Rumi kewalahan, ada pasien. Awas ya, kamu," ucap Ayu kesal, kemudian langsung mematikan panggilannya setelah mendengar kata Nasya yang mengiyakan perintah tersebut.

"Ngeselin banget sih itu anak," ucap Ayu memberikan kembali ponselnya kepada Pipit dengan wajah kesalnya.

"Sudah, jangan kesal seperti itu. Ayo kita ke ruangan anak, sudah waktunya anak-anak diimunisasi," ajak Pipit, di mana mereka berdua bertugas menemani dokter anak untuk pasien-pasien anak-anak dan hari ini jadwal untuk posyandu, membuat banyak anak yang mengantri ingin mendapatkan vitamin atau suntikan imunisasi.

Sementara itu di sebuah cafe, seorang pemuda kembali membaca pesan yang masuk di ponselnya, dengan kening berkerut.

"Ada apa, Pak?" tanya Raffi pada atasannya.

"Entahlah, ada orang iseng," ucap Ardi memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku dan meninggalkan restoran setelah mereka selesai dengan rapatnya.

Ya, ternyata Ayu salah mengirim pesan, bukannya pesannya terkirim kepada Nasya salah satu perawat di rumah sakit tempatnya bekerja, ia malah mengirim pesan tersebut ke nomor seseorang yang bernama Ardi, seorang CEO yang bekerja di ibukota.

Fakta Salah Sambung.

Keesokan harinya, Ayu dan Nasya mendapat giliran jaga malam bersama.

"Kak Ayu," ujar Nasya menghampiri Ayu yang sedang memeriksa pasien.

"Iya, ada apa?" tanya Ayu.

"Kemarin Kak Ayu mengirim pesan ya ke aku? Kok nggak sampai sih? Kemarin aku telat dan dimarahi dokter Rumi," ucap Nasya dan kini mereka berjalan keluar untuk menuju ke ruangan lainnya.

"Emangnya pesanku nggak masuk, ya? Tapi, jelas-jelas pesanku centeng biru kok, kamu juga membacanya."

"Nggak ada, Kak. Aku nggak mendapat pesan dari Kakak," jawab Nasya.

"Jadi kamu pikir aku ngebohongin kamu, ya?" ucap Ayu menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Nasya.

"Ya memang nggak ada, Kak. Coba Kakak periksa," ucap Nasya memperlihatkan ponselnya dan memperlihatkan pesan dari kontak Ayu, di sana tak ada pesan apapun. Pesan terakhir yang dikirim Ayu padanya dua minggu yang lalu.

"Masa sih?" Ayu memperlihatkan pesan tersebut di ponselnya pada Nasya.

Nasya yang melihat pesan tersebut memang ada, menjadi bingung. Pasalnya tak ada pesan masuk di ponselnya, padahal terlihat jelas di ponsel Ayu tertulis dikirim ke kontak atas namanya. Nasya memeriksa nomor ponselnya yang ada di ponsel Ayu.

"Pantas aja, Kak. Pesan kakak nggak masuk ke nomorku, ini bukan nomorku. Akhiran nomorku 3, tapi kak menulisnya 4, hanya beda satu nomor, Kak," ucap Nasya.

"Maksud kamu aku salah kirim pesan?" ucap Ayu kemudian mengambil ponselnya dan kemudian mengganti nomor ponsel tersebut sesuai dengan nomor yang benar ke nomor Nasya, kemudian mengirim pesan dan pesannya masuk ke nomor Nasya.

"Ini pesan Kakak baru masuk," ucap Nasya memperlihatkan pesan yang baru masuk di ponselnya atas nama Ayu.

"Terus, kemarin aku kirim pesan pada siapa?" tanya Ayu melihat Nasya. Nasya mengangkat bahunya, tanda ia tak tahu.

"Oh iya, aku baru ingat kemarin aku menelponmu dan yang mengangkatnya laki-laki. Apa pesanku masuk ke nomor seorang laki-laki, ya? Mana aku kemarin langsung marah-marah lagi, aku pikir itu kamu."

"Orangnya nggak pernah nelpon atau SMS Kakak balik kan?" tanya Nasya membuat Ayu pun menggeleng.

"Nggak, kok. Syukurlah semoga saja dia tidak terganggu dengan pesan dan juga teleponku, semoga saja diabailannya. Ya sudah, maaf ya aku jadi marah sama kamu, padahal aku yang salah," ucap Ayu membuat Nasya pun mengangguk dan kemudian mereka pun kembali bekerja ke bagian mereka masing-masing.

Ayu, seperti biasa selalu membantu Dokter anak, Dokter Siti, untuk menangani anak-anak yang di larikan ke rumah sakit tersebut, sedangkan Nasya yang memilih langsung menuju ke UGD, membantu Dokter Rumi.

Begitu sampai di ruangan anak, Ayu bertemu dengan Pipit dan menceritakan kejadian ia salah nomor.

"Makanya, lain kali lebih hati-hati lagi," ucap Pipit memperingati, membuat Ayu pun hanya mengangguk dan mereka mulai melanjutkan pekerjaan mereka.

***

Hari ini Ayu pulang saat jam sudah menunjukkan pukul 03.00 sore, dia pulang menggunakan sepeda motornya. Saat di jalan, ponselnya berdering.

Ayu menepikan motornya dan melihat siapa yang menelponnya, ia mengerutkan kening saat melihat jika itu nomor yang kemarin ditulis atas nama Nasya. Tadi dia sudah mengganti nomor Nasya dengan nomor yang benar.

"Kenapa orang ini menelpon? Apa jangan-jangan dia mau memarahiku?" gumam Ayu, dengan ragu-ragu ia pun mengangkat panggilannya.

"Ha-halo," jawab Ayu gugup mengangkat panggilan tersebut, karena ia sudah tahu pemilik nomor itu adalah seorang laki-laki.

"Halo, Anda siapa? Sepertinya kemarin Anda salah mengirim pesan," tanya orang tersebut.

"Iya, Pak. Maaf, saya ingin mengirim pesan kepada teman saya, tapi saya salah Pak, nomornya beda satu nomor dengan Bapak. Tadi saya sudah membenarkannya, saya tidak akan mengganggu Bapak lagi, maaf sekali lagi ya, Pak," ucap Ayu sopan. Ia merasa takut jika sampai orang tersebut marah karena kemarin telah diganggu oleh panggilan dan juga pesannya.

"Oh ya sudah, nggak apa-apa. Saya matikan dulu, maaf saya lagi sedang sibuk. Saya pikir Anda punya urusan penting dengan saya, makanya saya menelpon," ucap orang tersebut.

"Iya, Pak. Sekali lagi saya minta maaf ya, Pak," ucap Ayu kemudian mereka mematikan panggilan mereka.

Ayu bernafas lega, urusannya dengan orang tersebut kini sudah selesai. Ia pun memasukkan kembali ponsel di sakunya dan menghidupkan mesin motor dan menarik gas motornya melaju kembali menuju ke kediamannya.

Ayu terlahir di keluarga yang sederhana, hidup bersama ayah, ibu dan juga adik perempuannya yang masih duduk di bangku SMA, sedangkan ia sendiri bekerja sebagai seorang perawat di sebuah puskesmas. Ayahnya seorang guru PNS, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa yang mengurus keluarganya.

Malam hari setelah makan malam, Ayu menceritakan kejadian tersebut kepada Chika adiknya.

"Untung saja orangnya gak marah, Kak," ucap Chika membuat Ayu pun mengangguk.

"Kakak sampai nggak enak sama Nasya, soalnya dia juga kena marah sama dokter karena terlambat datang."

"Itu kan juga sepenuhnya bukan kesalahan Kakak, Kakak nggak bermaksud membuat Nasya terlambat datang," ujar Chika.

Di saat mereka sedang mengobrol mengenai telepon dan sebuah pesan masuk di ponsel Ayu.

"Bawa berkas itu sekarang juga ke ruanganku, aku sangat membutuhkannya," tulis pesan tersebut membuat Ayu langsung memperlihatkan pesannya pada Chika adiknya.

"Ini nomor yang kemarin Kakak salah kirim, apa dia juga salah kirim ya?" tanya Ayu.

Chika membaca pesan tersebut. "Eh iya, Kak, sepertinya dia juga salah kirim. Coba Kakak balas, katakan kalau dia salah kirim, takutnya dia juga seperti Kakak berharap pesannya sampai pada orang yang dituju dan ternyata tidak. Terlebih lagi dari kata-kata pesannya, itu pesan yang sangat penting," ucap Chika membuat Ayu membalas pesan tersebut.

"Maaf, Pak. Anda salah kirim pesan, aku Ayu orang yang kemarin juga salah kirim pesan kepada Bapak," tulis Ayu. Pesan pun terkirim, terlihat centang biru di sana menandakan jika pesannya telah dibaca oleh si penerima pesan.

"Ya ampun, maaf ya. Aku menyimpan nomormu dengan nama Nasya dan orang yang aku ingin kirim juga bernama Nasya asisten pribadiku, maaf. Terima kasih sudah menginformasikan jika aku salah kirim, aku akan mengganti nomormu dengan nama Ayu," balas pesan tersebut.

Ayu memperlihatkan pesan itu lagi pada Chika.

"Ayo, Kak. Bales, tanyakan siapa namanya," ucap Chika.

"Untuk apa?" tanya Ayu melihat ke arah adiknya.

"Yah kita kenalan aja, siapa tahu orangnya tampan," ucap Chika menaik turunkan alisnya.

Mereka berdua sedang tak ada kerjaan dan hanya bersantai di kamar, membuat Ayu pun menuruti apa yang dikatakan oleh Chika. Ia membalas kembali pesan tersebut, untuk seru-seruan.

"Kalau boleh tahu, nama Anda siapa dan tinggal di mana?" pesan terkirim dan juga langsung dibaca, terlihat orang di seberang sana sedang mengetik pesan, membuat Ayu dan Chika dengan tak sabar ingin menunggu balasan dari orang tersebut.

"Aku, Ardy dari Jakarta," balas pesan tersebut membuat Chika dan Ayu saling melihat kemudian saling tertawa.

"Ayo, Kak balas lagi tuh. Dia tinggal di Jakarta, sangat jauh dengan kita nggak apa-apa kita jadikan hiburan," ucap Chika yang membuat Ayu pun menuruti apa yang adiknya itu katakan.

Akhirnya malam itu mereka terus saling berkirim pesan, saling mengenalkan diri masing-masing. Ayu mengenalkan diri sebagai Ayu yang bekerja sebagai pelayan restoran, sedangkan Ardy memperkenalkan diri sebagai seorang karyawan di sebuah kantor.

Mereka terus berkirim pesan sampai pesan Ardy tak lagi terbalaskan oleh Ayu, di mana Ayu dan Chika kini sudah tertidur pulas. Perbedaan jam mereka beda 1 jam, saat mereka melakukan pesan terakhir di tempat Ardy sudah jam 10.00 malam sedangkan di tempat Ayu sudah jam 11.00 malam.

"Kamu tinggal di mana?" satu pesan lagi masuk di nomor Ayu dan pesan itu masih belum dibaca.

Kenalan dan Merasa nyaman

Saat suara adzan berkumandang, Ayu terbangun dan melihat pesan dari pria yang diberi nama Ardy.

"Chika bangun," ucap Ayu membangunkan adiknya.

Chika mengucek matanya, "Ada apa, Kak? tanya Chika.

"Ardy menanyakan alamat kita," ucap Ayu memperlihatkan pesan yang ditulis Ardy semalam yang baru sempat dibacanya pagi tadi.

"Ya sudah, katakan saja yang sebenarnya. Toh dia juga jauh, nggak akan nyamperin," ucap Chika yang melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan waktu subuh sudah masuk, ia pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Ayu yang membalas pesan Ardy sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ayu. AYU membalas pesan tersebut menulis alamatnya.

"Aku tinggal di Kendari, Sulawesi tenggara," balas Ayu kemudian ia pun menyimpan ponselnya dan ikut menyusul Chika untuk mengambil air wudhu, keduanya pun shalat subuh, setelahnya meraka keluar kamar dan membantu ibu yang terdengar sudah sibuk dengan pekerjaan rumah, menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci pakaian dan menyiapkan sarapan, semua mereka lakukan bersama-sama.

Pesan yang tadi dikirim oleh Ayu telah dibaca oleh Ardy. Ardy hanya tersenyum melihat pesan tersebut, kemudian ia pun juga melakukan salat subuh, di kotanya yang lebih lambat satu jam dari tempat Ayu berada.

Setelah melakukan salat subuh, Ardy masih duduk di atas sajadahnya, ia mengambil ponsel dan membaca kembali semua pesan-pesan yang mereka tulis semalam. Ada rasa bahagia di hatinya, selama ini Ardy orangnya sangat tertutup, ia jarang bercanda bersama siapapun bahkan termasuk keluarga dekatnya. Namun, entah mengapa semalam ia begitu leluasa berkirim pesan pada sosok wanita yang bernama Ayu, yang ia sendiri tak tahu seperti apa orang yang berkirim pesan padanya itu.

Lama Ardy melihat-lihat semua pesan tersebut, ia bahkan mengulang-ulangi membaca pesan yang dikirim oleh Ayu untuknya dan tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 07.00, ia pun bergegas bersiap-siap menuju ke kantor. Ardy mengenalkan diri pada Ayu sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan di ibukota. Namun, yang sebenarnya ialah seorang CEO, Ardy sengaja menyembunyikan identitasnya sebagai seorang CEO, ternyata ingin Ayu merasa canggung padanya di mana Ayu terlebih dahulu memperkenalkan diri sebagai seorang pelayan restoran.

Ardy menghampiri ayah, ibu dan juga kedua kakak perempuannya yang sedang sarapan bersama di meja makan. Kedua kakak perempuannya sudah menikah dan sudah memiliki keluarga masing-masing. Namun, kedua kakak iparnya sedang ada urusan di luar negeri membuat kedua kakak perempuan Ardy sudah dua hari ini menginap di sana.

"Ardy , usia kamu sudah 27 tahun. Apa kamu tak ada berkeinginan untuk menikah?" tanya Anya kakak pertama dari Ardy yang sudah memiliki dua anak.

"Nanti ya Kak, jika Ardy sudah mendapat wanita yang cocok. Ardy akan memperkenalkan kepada kalian semua," jawab Ardy sambil mulai mengambil sarapannya.

"Apa kamu mau Kakak bantu carikan?" tanya Adelia, kakak perempuan kedua Ardy yang hanya beda setahun dengannya. Adel baru memiliki satu orang anak berusia 5 tahun yang bernama Putri.

Mendengar tawaran kakaknya, Ardy hanya tersenyum dan menghabiskan makanannya. "Sudah dulu ya, Kak. Aku sudah telat. Aku ada rapat penting pagi ini," ucap Ardy kemudian ia pun berlalu meninggalkan semua keluarganya yang masih sarapan.

Ardy berjalan menuju ke mobilnya dengan senyum di wajahnya, entah mengapa ia merasa tak sabar ingin kembali mendapat pesan dari Ayu. Begitu ia masuk ke dalam mobil, Ardy kembali mengecek ponselnya, ia mengirim pesan kepada Ayu ucapan selamat pagi dan selamat bekerja, pesannya langsung dibaca oleh Ayu.

"Selamat pagi juga dan selamat bekerja," ucap Ayu membalas pesannya, membuat Ardy merasa semakin semangat dan mulai melajukan mobilnya menuju ke perusahaannya.

Ia terus saja melihat ponselnya, berharap mendapat pesan dari Ayu. Namun, sepertinya ia tak akan mendapat pesan jika tak mengirim pesan lebih dulu pada Ayu.

Ardy melihat jam, ia memperkirakan jika di tempat Ayu sekarang sudah jam istirahat, ia pun mengirim pesan lebih dulu.

"Kamu lagi apa?" tanya Ardy, pesan terkirim. Namun, pesannya kali ini tak langsung dibaca oleh Ayu, Ardy terus melihat pesannya. Namun, sudah beberapa menit ia melihat pesan itu masih belum juga terkirim. Ardy hanya menghela nafas dan kembali menyimpan ponselnya disaku. Ia segera berlalu menuju ke ruang rapat, ia mulai melakukan rapat seperti biasanya.

Rapat awalnya berjalan sesuai sebagaimana mestinya. Namun, di tengah-tengah rapat dan ada salah satu karyawan tengah serius menerang kan materi rapat mereka, ponsel Ardy berdering di balik sakunya, membuat semua yang ada di ruang rapat itu melihat ke arah Ardy. Tak biasanya atasan mereka itu melanggar aturan rapat yang tak membolehkan siapapun mengaktifkan ponsel saat berada di ruang rapat.

Jika biasanya Ardy langsung menegur orangnya melanggar aturan tersebut. Namun, kali ini tak ada yang berani menegurnya. Dia adalah pemimpin di perusahaan ini, siapa yang berani untuk menegurnya.

" Lanjutkan saja," ucap pada karyawan yang membawakan materi mereka, kemudian ia membuka pesan yang baru masuk di ponselnya, itu adalah pesan balasan dari Ayu. Ayu mengirim pesan gambar.

Ardy memperhatikan mereka semua, semua memakai pakaian seragam.

"Kamu lagi di mana?" tanya Ardy

"Aku sudah makan di rumah makan bersama dengan beberapa teman," balas Ayu.

"Kamu yang mana?" tanya Ardy lagi yang penasaran. Di mana ia belum mengetahui wajah wanita yang membuatnya sangat senang mendapat pesan.

"Coba tebak aku yang mana?" pesan balasan Ayu membuat Ardy pun memperhatikan mereka semua, matanya tertuju ada seorang gadis manis yang memegang gelas dan tersenyum ke arah kamera.

"Apa kamu yang memegang gelas?" jawab Ardy.

Ayu yang membaca pesan tersebut terkejut. Bagaimana mungkin Ardy tahu jika dialah yang memegang gelas.

"Bagaimana? Apa tebakanku benar?" tanya Ardy saat Ayu tak membalas pesannya.

"Salah," jawab Ayu.

"Benarkah? Padahal aku sangat berharap jika kamu yang memegang gelas tersebut. Apa boleh aku meminta nomor gadis manis yang memegang gelas tersebut?" tulis Ardy. Namun, kali ini Ayu tak membalas pesannya, walau Ayu membaca pesan tersebut.

"Kenapa kamu tak balas?" tanya Ardy saat sudah beberapa menit ia menatap layar ponselnya. Namun, tak ada tanda-tanda jika Ayu akan membalas pesannya.

" Ayu?" kirim Ardy lagi.

"Aku sudah selesai makan dan harus kembali bekerja, aku harus pergi dulu nanti, ya. Kita sambung lagi," jawab Ayu membuat Ardy yang membalas dengan memberikan emoticon tanda jempol di pesan Ayu.

Ardy menyimpan ponselnya dan melihat seluruh karyawan yang ada di ruang rapat tersebut melihat ke arahnya, di mana sejak tadi ia tak memperhatikan materi rapat dan hanya fokus pada layar ponselnya. Sifatnya itu sangat jauh berbeda dari biasanya, ada yang tak biasa di dalam pekerjaannya, kini ia terlihat tak memperhatikan pekerjaannya.

"Bagaimana, Pak?" tanya karyawan yang tadi menyampaikan materi mereka sampai selesai.

Ardy pun berdiri dan langsung menyampaikan apa pendapatnya tentang rapat tersebut, mereka semua tercengang. Tadi mereka berpikir jika Ardy tak memperhatikan apa yang disampaikan oleh karyawan tersebut, ternyata ia dapat menanggapi semuanya. Walaupun terlihat ia fokus pada layar ponselnya, tapi ia bisa menanggapi dan mendengarkan dengan baik, apa yang menjadi tema rapat mereka hari ini.

Mereka semua sangat menghormati dan mengagumi sosok Ardy yang selalu konsisten dalam pekerjaannya, walaupun dia sedikit tegas dalam pekerjaannya. Namun, dia selalu bersikap baik dan ramah pada semua karyawan kantor, ia hanya bersikap tegas pada orang-orang yang tak menuruti aturan kantor.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!