Tak
Tak
Tak
Bunyi high heels seorang staf perempuan menguasai sepanjang koridor sekolah yang tampak sangat sepi.
Waktu itu adalah pukul Lima sore. Semua kegiatan pembelajaran sudah selesai. Hingga tak ada lagi orang yang berkeliaran di sekitar lingkungan sekolah, kecuali guru perempuan itu.
Veronika baru saja menyelesaikan pekerjaan dari kepala sekolah yang sangat banyak dan menumpuk. Ia adalah seorang guru yang rajin dan baik hati.
Gadis itu tidak pernah menolak pekerjaan yang diberikan. Bahkan untuk urusan pribadi dari kepala sekolah pun ia lakukan yang penting ia bisa menyenangkan pimpinannya itu.
Melihat kembali jam tangan yang melingkar cantik dipergelangan tangannya. Veronika meringis. Ia baru sadar kalau sudah sangat terlambat pulang. Ia mempercepat langkahnya.
Menoleh ke belakang karena merasa sedang diikuti, ia jadi sangat khawatir. Langkahnya pun ia percepat karena semakin takut.
Bulu kuduknya meremang. Untuk pertama kalinya, ia merasakan hal seperti ini. Padahal ia sudah sering bekerja sendiri sampai sore untuk mengerjakan admistrasi di sekolah itu. Ia pun memeluk tasnya dengan langkah yang terasa seperti terbang.
Tak
Tak
Tak
"Aaaargh!"
🌻
Aidil Zahir memandang dengan takjub hasil pekerjaan Veronika. Ia sungguh bersyukur mempunyai seorang bawahan seperti gadis itu. Ia pun keluar dari ruangannya dan mencari sosok gadis muda, baik hati, dan cantik itu.
Pria paruh baya itu merogoh saku celananya. Menarik keluar pecahan 100 ribu, ia tersenyum. Ia hanya mempunyai uang segitu sebagai jatah harian dari istrinya yang sangat pelit.
Ia tersenyum karena dengan uang itu ia bisa mentraktir Veronika di sebuah warung di sekitar sekolah.
"Veronika kemana Da?" tanyanya pada seorang staf lain yang sedang mengetik dokumen di depan komputer. Perempuan berusia 40 tahun itu menghentikan kegiatannya dan memandang pimpinannya itu.
"Maaf Pak, sudah tiga hari Vero tidak masuk bekerja. Tidak juga mengirim kabar sedangkan file-file ini harus segera diselesaikan untuk diunggah pada aplikasi yang baru itu."
"Tiga hari? Kenapa saya tidak menyadarinya?" Aidil Zahir tampak bingung. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kan bapak habis dari kegiatan workshop. Tapi beneran lho Pak, sudah tiga hari ini kita kewalahan karena Vero tidak muncul sampai sekarang. Semua file-file penting ada sama dia Pak."
Aidil Zahir hanya bisa terdiam. Berarti semua dokumen yang ada di atas mejanya itu sudah diselesaikan oleh gadis itu kemudian menghilang tanpa kabar? tanyanya membatin.
"Jadi kamu sudah menghubunginya dan dia tidak menjawab?" Akhirnya ia bertanya setelah lama terdiam.
"Iya Pak. Aduh bikin kesal deh. Masak saya harus mengetik ulang semua ini? Kalau mau pergi kan harusnya tuh simpan pesan atau kerjakan semua ini dulu, kan bikin saya jadi lembur seperti ini Pak." Aida terus menerus menggerutu dengan jari-jari sibuk menari diatas keyboard.
"Lanjutkan pekerjaanmu. Saya akan mencoba mencari tahu kemana gadis itu pergi." Aidil Zahir pun keluar dari ruangan itu. Ia melangkahkan kakinya ke arah ruangan para guru.
Tapi langkahnya terhenti karena Kamal, sang security di sekolah itu langsung menemuinya dengan tergesa-gesa. Rupanya security itu sudah lama menunggu kedatangannya.
"Ada apa Mal? Kok kamu seperti orang yang sedang dikejar hantu begitu?"
"Alhamdulillah, saya sudah lama ingin bertemu dengan bapak."
"Hahahaha, kamu bukan ingin meminjam uang sama saya 'kan?"
"Tidak Pak, karena saya tahu bapak pasti tidak punya uang." Kamal, sang security tersenyum meringis. Ia lumayan akrab dengan kepala sekolah baik hati itu. Dan ia sangat tahu bagaimana keadaan keluarga pimpinan tertinggi di sekolah itu. Istrinya sangat pencemburu dan juga pelit.
"Lalu untuk apa kamu menahan langkahku seperti ini hah?!"
"Cuma mau memberitahu pada bapak, kalau motor Veronika masih ada di parkiran sejak tiga hari yang lalu."
"Hah? Apa maksud kamu?"
🌻
Hai readers tersayangnya othor, jumpa lagi dikarya aku yang baru. Insyaallah akan menghibur diwaktu senggang anda sekalian.
Jangan lupa tap favorit, rating bintang lima ya gaess. Like dan komentar juga ya.
Okey deh, nikmati alurnya dan happy reading 😍.
2 bulan kemudian.
Desas-desus hilangnya Veronika disekolah tidak terdengar lagi. Tak seorangpun yang membahas masalah itu meskipun semua orang masih penasaran dan juga khawatir. Polisi pun sudah menutup kasusnya karena tidak mendapatkan petunjuk yang berarti.
Hari ini sekolah kembali aktif dan beraktivitas seperti sedia kala setelah libur akhir pekan. Para stakeholder sekolah melakukan tugas dan kewajibannya dengan penuh semangat. Guru berada di dalam kelas untuk mengajar begitupun para siswa.
Lingkungan sekolah sudah sepi pada jam-jam belajar seperti ini. Itu karena semua siswa berada di dalam kelasnya masing-masing kecuali yang sedang melakukan pelajaran olahraga.
"Aaaaaa!" Sebuah teriakan dari dalam kelas MIPA 3 terdengar dengan sangat nyaring. Kelas yang sedang sepi karena sedang ada ujian tengah semester langsung ramai. Konsentrasi mereka terpecah.
"Arisa? Kamu kenapa?" Puput merinding. Wajah Arisa begitu menakutkan. Mata gadis itu sangat merah bagai darah. Tangannya mencengkram kuat kertas soal dihadapannya.
"Aaaaaaa!" Sekali lagi Arisa berteriak diikuti oleh nafas memburu. Ia sesak. Dadanya naik turun tak sanggup bernafas seperti ada batu besar didalamnya.
"Bawa ke ruangan UKS!" titah seorang pengawas ulangan dengan wajah takut. Sedangkan pengawas yang satu yang merupakan seorang guru baru hanya tersenyum samar. Ia tidak perduli. Ia hanya sibuk mengelus kuku merahnya yang sangat panjang dan lentik.
"Arisa berat banget ya, kayak 100 kilo gitu," bisik Puput dengan wajah meringis menahan berat badan sahabatnya itu.
"Iya, padahal kan tubuhnya kecil mungil gini." Fira ikut berkomentar dengan bulir keringat yang memenuhi dahinya.
"Udah ah, gak usah ngobrol. Entar semakin berat lagi." Gea menegur dengan langkah semakin dipercepat agar mereka cepat sampai di ruangan UKS. Tak lama kemudian mereka pun sampai di ruang UKS yang tidak jauh dari letak kelas mereka.
Dan begitu kagetnya mereka karena ternyata di dalam ruangan itu terdapat beberapa siswi lagi yang mengalami hal yang sama. Kesurupan, ya siswi-siswi itu mengalami kesurupan.
"Ya Allah, ini pada sakit semua?" Puput sampai melongo melihat beberapa siswa yang sedang dibaringkan di atas karpet di dalam ruangan itu.
"Arisa udah gak kebagian tempat nih, kita letakkan dimana Bu?" Gea bingung. Ia sudah lelah membawa tubuh teman kelasnya dan sekarang tidak tahu harus meletakkan Arisa dimana.
"Kita simpan di sofa itu saja," usul Fira dengan mata memandang ke arah sofa yang masih nampak kosong itu.
"Ah iya. Ayo cepat." Mereka pun segera membawa tubuh Arisa yang sangat berat itu keatas sebuah sofa.
Farah Zubir sang kepala UKS sampai kewalahan dengan apa yang terjadi. Ruangan itu tidak cukup menampung sekitar sepuluh siswi yang sedang tidak sadarkan diri.
"Bantu teman kalian ya, berikan aromaterapi ini ke hidungnya agar bisa cepat sadar," ujar Farah Zubir seraya memberikan beberapa botol minyak aromaterapi kepada beberapa siswi yang ada di dalam ruangan itu. Wajahnya sedikit panik karena hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya selama ia bekerja di sekolah itu.
Minyak gosok serta balsem pun ia bagikan agar semuanya bisa cepat memberikan pertolongan pertama pada siswi-siswi itu.
"Aaaaaa huaaaa!" Beberapa siswi yang telah sadar langsung berteriak keras kemudian menangis histeris. Mereka mengamuk. Arisa pun seperti itu, ia menarik kerudungnya dan menjambak rambutnya.
"Duh, Risa, jangan kayak gini dong, kami udah capek tauk," gerutu Fira yang terkena tendangan dari Arisa. Ia segera berdiri dari duduknya dan berniat untuk pergi dari sana. Akan tetapi Arisa malah menarik tangannya dan mencengkramnya kuat. Arisa menatapnya dengan tatapan benci. Matanya memerah seperti tadi. Nafasnya memburu.
"Aaaaaaa huaaaaa!" Ia berteriak lagi kemudian dilanjutkan dengan menangis.
Farah Zubir semakin bingung. Ia tidak tahu harus berbuat apa dengan kondisi yang sangat tiba-tiba ini.
"Yang lain panggil Kepala sekolah!" titahnya pada beberapa siswi yang ada di ruangan itu.
"Baik Bu!" Puput dan Gea segera berdiri dari duduknya dan melakukan perintah penanggung jawab UKS itu.
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading ya gaess 😍
"Heh, mau kemana kalian?" tanya Anjani si guru baru. Puput dan Gea langsung berpandangan kemudian menundukkan wajahnya.
"Kami mau mencari kepala sekolah Buk. Kami disuruh oleh Bu Farah." Gea yang menjawab karena Puput tiba-tiba merasa gugup dan tak sanggup bicara.
"Gak perlu. Kalian ke kelas saja dan lanjutkan mengerjakan soal ulangan."
"Ah iya Bu. Tapi bagaimana dengan kepala sekolah." Gea menurut tapi masih ingin melakukan perintah dari Ibu pengelola UKS.
"Kepala sekolah lagi gak ada di tempat. Jadi kalian kembali ke kelas saja." Anjani menatap tajam dua orang siswa itu dengan maksud tidak ingin dibantah.
"Baik Bu." Gea dan Puput bersamaan menjawab. Dua orang itu kemudian melangkahkan kakinya dengan cepat pergi dari sana.
Bulu kuduk mereka tiba-tiba saja merinding hanya karena tatapan tajam guru cantik dengan kuku merah yang sangat mencolok itu.
"Ge, aku kok gak bisa jalan sih? Lemes banget." Puput menarik tangan Gea karena tiba-tiba merasa sangat aneh dengan kakinya.
"Kamu sarapan gak tadi? Jangan sampai kamu ikutan kayak Arisa." Gea menatap Puput yang nampak pucat.
"Aku sarapan kok. Tapi roti aja sih," jawab gadis itu seraya melap keringat dingin yang semakin keluar dari pori-pori kulitnya. Dan tak lama kemudian ia pun langsung jatuh.
"Put, we jangan kayak gini dong. Mana bisa Aku angkat badanmu!" Gea panik. Untungnya ia cepat menangkap tubuh temannya itu sehingga tak sampai jatuh ke lantai koridor sekolah.
"Put, bangun!" Gea berteriak keras tapi gadis itu tidak merespon. Devano yang sedang berjalan sendirian tak jauh dari mereka langsung berlari ke tempat dua gadis itu.
"Sini saya bawa Puput ke ruang UKS." Devano, sang ketua OSIS dengan cepat mengangkat tubuh Puput ala bridal style. Tubuhnya yang tinggi dan kuat itu terasa hanya mengangkat selembar kertas.
"Jangan kesana Dev. UKS udah penuh." Gea memberi peringatan kepada pria idola semua cewek di sekolah itu.
"Penuh? kenapa?"
"Nanti aku jelasin. Bawa Puput ke ruang OSIS aja."
"Ah iya. Baiklah." Devano pun membawa tubuh Puput ke arah ruangan OSIS dibagian barat sekolah itu.
Langkah Devano yang panjang dan cepat tak terasa sudah sampai di tempat yang dituju hanya dalam waktu 5 menit.
"Ayo minggir semua. Ada tuan putri nih mau dibaringkan di sofa." Devano masuk ke sebuah ruangan yang ia tempati sebagai kantornya selama ini. Beberapa anggota OSIS yang sedang asyik menyusun proposal langsung minggir dan memberikan tempat untuk gadis yang sedang dibawa oleh sang ketua OSIS.
"Itu Puput? Kenapa dia?" Fiqry memandang gadis cantik yang masih tak sadarkan diri itu dengan tatapan penasaran.
"Pingsan." Devano menjawab seraya melangkahkan kakinya ke kotak obat. Ia mengambil minyak kayu putih dan menyerahkannya pada Gea.
"Berikan di hidungnya Ge. Pasti anak itu belum sarapan."
"Ah iya, makasih banyak ya Dev." Gea pun berjongkok di depan wajah Puput. Ia mengoleskan minyak kayu putih itu di hidung dan juga leher temannya itu.
"Eh, kamu tadi bilang ruang UKS udah penuh. Kok bisa? Selama ini kan ruangan itu selalu sepi."
"Kamu belum dengar ya, kalau puluhan siswi lagi pada pingsan dan kayak kesurupan gitu."
"Hah? Kesurupan?" Fiqry, Devano, dan Fitrah melongo tak percaya dengan cerita yang disampaikan oleh Gea.
"Ya iyalah. Tahu gak? mata mereka semua merah kayak darah gitu. Dan juga mereka nangis-nangis histeris seperti orang kesetanan." Gea menjelaskan dengan wajah yang sangat serius. Kulitnya kembali merinding takut.
"Hahahaha, gak percaya!" Fiqry tertawa terbahak-bahak. Ia tidak pernah percaya modelan yang seperti itu. Seumur hidupnya ia tidak pernah melihat orang kesurupan.
"Ya udah kalo gak percaya." Gea mendengus. Ia lalu memalingkan wajahnya ke arah Puput yang sudah bergerak pertanda sudah mulai siuman.
"Put, Alhamdulillah. Kamu sudah sadar."
"Ge, huaaaaa." Puput langsung menangis histeris. Ia mencengkram kuat ujung kemejanya. Tubuhnya gemetar karena tiba-tiba melihat sosok Veronika berdiri dihadapannya dengan wajah dipenuhi darah.
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading ya gaess 😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!