DSC DULU GUYS.
Ini cerita kelima aku. Sequelnya cerita My Little Wife. Di novel ini fokus ke kisah Kalingga. Tapi ada bbrp part tambahan tentang kisah orang orang terdekatnya juga. Biar paham, aku ambil alur dari waktu Ling SMA.
Cerita ini murni imajinasi autor. Jadi, bantu kasih nilai, vote, komen sebanyak banyaknya. Semoga novel ini bisa tembus 1M pop kayak novel emak bapaknya😅
Enjoy guys.
***
Selama kurang lebih dua belas tahun lamanya mereka menjalin pertemanan. Mulai dari taman kanak kanak sampai sekolah menengah atas. Ailee adalah sahabat baik Briella. Mereka berteman sejak lama, begitu juga dengan Kai dan Ling. Banyak yang menyebut mereka adalah empat sekawan.
Banyak yang ingin bergabung dengan circle mereka, namun Briella menolaknya. Mereka hanya bisa berteman biasa saja, tidak bisa sampai masuk ke circlenya. Karena Briella merasa mereka sudah cukup berempat saja.
Entah kebetulan atau apa, saat SMA mereka satu kelas. Bahkan Briella satu bangku bersama dengan Ailee. Mereka adalah dua sahabat, selain bersama dengan Kai dan Ling, Briell juga dekat dengan Ailee. Tidak jarang jika Ailee selalu main ke mansion Briell begitu sebaliknya. Bahkan orang tua mereka adalah rekan bisnis.
Saat ini mereka sudah duduk di bangku kelas dua belas. Tinggal beberapa bulan lagi mereka akan lulus SMA dan melanjutkan pendidikan kuliah.
"Lee, lo bawa bekal gak? Laper gue," ucap Briella. Gadis itu baru saja sampai di kelas bersama dengan Kai dan Ling.
Ailee menaikan wajahnya, tatapannya hanya terfokus pada pria bernama Ling. Sudah bertahun tahun lamanya ia menyukai Ling. Ling bahkan sudah mengetahuinya namun cowok itu hanya cuek saja.
"Ada kok, lo ambil ini," ucap Ailee memberikan satu kotak roti sandwich pada Briell. Mama Ailee memang selalu memberikan empat bekal untuk putrinya. Namun tidak untuk dimakan semuanya, melainkan bagi bagi dengan sahabatnya.
"Gue gak dikasih?" Tanya Kai.
Ailee menyodorkan sandwich untuk Kai, "Sabar makanya."
"Baik banget calon adik ipar," ucap Kai. Dia memang sudah tahu, mungkin bukan hanya Kai dan Briell namun satu sekolah sudah tahu jika Ailee selalu berusaha mendekati Ling dan selalu berharap mendapatkan feedback baik, namun nyatanya nihil.
"Pagi Ling, nih buat kamu," ucap Ailee. Ling tidak melihatnya, pria itu terus fokus pada ponselnya.
"Ling, ambil dong. Buatan mama gak pernah gagal," ucap Ailee.
Ling meliriknya sekilas dan mengambilnya. Ailee tentu saja senang. Ia hampir saja memekik kegirangan, namun detik selanjutnya senyumnya luntur.
"Ambil bang. Gue udah kenyang," ucap Ling melemparkan sandwich itu pada Kai.
"Sableng lo, seenggaknya hargai dengan lo makan. Kasihan mamanya Ailee buatin ini capek capek," ucap Kai pada adiknya.
"Lagian gue gak pernah nyuruh buat dibikinin kan? Soal menghargai ya gue udah menghargai dengan nerima itu," ucap Ling. Pria dingin bermulut pedas. Tumben sekali cowok ini berbicara panjang.
"Gak papa Kai, lo makan aja. Lagian kan sama aja, mungkin Ling emang udah kenyang," ucap Ailee.
"Lee, sini deh bantuin gue ngerjain ini. Masih belom ngerti otak gue," ucap Briell. Cewek itu sengaja memanggil Ailee. Ia tahu hati sahabatnya ini pasti merasakan sakit karena Ling, kakaknya itu selalu menolaknya.
"Yakali gak ngerti, gak usah beralibi Bri. Gue baik baik aja kok. Lagian gue bakalan tetep berusaha kok buat dapetin Ling," ucap Ailee menatap ke arah Ling. Cowok itu hanya diam saja.
"Kenapa sih Lee, lo kan cantik. Pinter juga, kenapa gak cari cowok lain aja?" Tanya Kai. Pria itu duduk di depan bangku Ling. Sedangkan Ailee duduk di sebelah Ling.
"Gak tahu, suka aja sama Ling dari kecil. Padahal sering nyakitin tapi anehnya malah makin suka," ucap Ailee.
Lama lama Ling kesal juga mendengar ucapan abangnya dan gadis ini. Ia pun pergi begitu saja dari kelas. Mumpung belum bel lebih baik ia cari angin saja.
"Loh, Ling mau kemana? Kok main ninggalin aja sih," gerutu Ailee. Gadis itu mengejar Ling keluar kelas. Sementara Kai dan Briell hanya menghela nafasnya. Mereka sudah bahkan sering memperingati Ailee untuk move on saja, namun sepertinya rasa suka Ailee pada Ling sangat dalam.
"Bri kasihan sama dia bang. Dia kan sahabat gue sejak kecil, tapi malah di sia sia-in sama cowok yang sialnya itu kakak Briell sendiri," ucap Briell.
"Mau gimana lagi, bucinnya Ailee udah kelewat akut. Kita biarin aja dulu, kalo Ling bertingkah ya kita halangin," ucap Kai.
Memang Ling pernah membentak Ailee saat mereka berada di kelas sebelas SMA. Saat itu Ling kesal karena terus diikuti oleh Ailee. Emosi Ling yang mungkin dipendam sejak lama pun akhirnya meledak hari itu. Bahkan Ailee sampai sakit karena terlalu memikirkan bentakan Ling.
Kavin, ayah dari Ling tentu saja memarahi anaknya itu. Bagaimana pun Ailee adalah perempuan dan Ling mempunyai adik perempuan. Sudah seharusnya Ling tidak bertindak seperti itu.
"Ling, tunggu ih. Cepet banget jalannya," ucap Ailee. Beberapa siswa atau siswi sudah tidak aneh lagi dengan pemandangan itu. Ailee memang selalu membuntuti kemana pun Ling pergi kecuali ke toilet.
Ailee menghentikan langkahnya. Ia mengatur nafasnya. Langkah kaki Ling bukanlah tandingannya.
"Ling," teriak Ailee namun Ling tetap menghiraukannya. Pemuda itu bergerak naik tangga menuju ke roftoop sekolah. Disinilah tempat ternyaman bagi Ling. Suasana yang sejuk serta tenang.
"Ling, kamu denger gak sih? Masa iya masih muda udah budeg aja," ucap Ailee.
Ling membalikan badannya menghadap ke arah Ailee. Tatapan wajah yang tidak pernah tersenyum dan selalu tajam ketika melihat Ailee.
"Lo gak malu ngejar ngejar gue terus?" Tanya Ling.
"Enggak. Sampai kapan pun, selagi aku mau aku akan terus kejar kamu sampai kamu mau sama aku," ucap Ailee.
Ling tersenyum remeh, "Ternyata lo udah gak punya harga diri ya? Sampe sampe lo gak malu ngejar ngejar gue yang notabenenya sebagai cowok?"
"Aku tentu saja masih punya harga diri makanya aku suka sama kamu Ling," ucap Ailee.
"Lo pikir dengan lo terus deketin gue selama hampir dua belas tahun ini bisa bikin gue suka sama lo? Enggak. Sama sekali enggak, yang ada gue malu sekaligus ilfell karena sikap lo yang murah ini," ucap Ling.
Hati Ailee mencelos mendengar perkataan pedas dari mulut Ling. Namun ia tetap menampilkan senyum manisnya.
"Gak papa, Ailee murah cuma sama Ling aja kok," ucap Ailee.
"Lo emang bener bener udah gak waras. Selain gak waras kayaknya urat malu lo udah putus dan harga diri lo udah gak ada. Lo-," tunjuk Ling ke depan Ailee.
"Cuma cewek murahan di mata gue. Dan sampai kapan pun gue gak akan pernah suka sama cewek modelan kayak lo. Ngerti?" Sambungnya.
Ling pergi meninggalkan Ailee. Sedangkan Ailee hanya mampu memukul mukul dadanya yang terasa sesak. Entah sudah berapa puluh kali kata kata menyakitkan keluar dari mulut Ling untuknya. Anehnya Ailee tidak pernah mau menyerah.
Tbc.
absen dulu dong di komentarnya😌✊️
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Ailee dan Briell juga Kai dan Ling baru saja keluar dari dalam kelas. Suasana sekolah sudah hampir sepi. Wajar saja semua murid sudah pasti pulang ke rumah masing masing.
Ailee dan ketiga anak kembar itu berjalan menuju ke parkiran. Kai selalu membonceng adiknya Briell sedangkan Ling selalu sendiri.
"Lee, kamu bawa motor gak? Kalo enggak nebeng kak Ling aja," ucap Briell.
"Emang boleh?" Tanya Ailee.
"Boleh lah pasti. Yakali enggak, ya gak Ling?" Tanya Kai.
Ling hanya diam saja. Pria itu membuka ponselnya. Entah apa yang sedang ia lakukan dengan benda pipih itu.
"Naik taksi aja, udah gue pesenin," ucap Ling. Pemuda itu memasukan ponselnya ke dalam sakunya kemudian memakai helmnya dan pergi dari sana. Lagi dan lagi Ailee hanya mampu menghela nafasnya.
"Maafin kak Ling ya? Suatu saat dia pasti sadar kok Lee," ucap Briell.
"Nanti dia dapet karmanya sendiri. Lo tenang aja Lee," ucap Kai.
"Thanks ya, kalian selalu support gue selama ini, padahal jelas jelas Ling gak suka sama gue tapi gue tetep maksa deketin dia. Semoga kalian gak ilfeel sama gue," ucap Ailee.
"Enggak lah, lo besti adek gue yang paling cerewet ini. Kalo gak ada lo mungkin dia bakalan susah nyari temen deket. Secara mereka mau kenal sama kita karena nama belakang kita," ucap Kai.
Benar adanya, itulah sebabnya Briella selalu menolak siapa saja yang ingin gabung ke circlenya. Mereka ingin berteman dengan Briella hanya karena Briella anak seorang sultan. Bahkan tak jarang juga banyak cewek cewek yang mendekati Kai atau pun Ling karena mereka berdua dikenal murid yang banyak duit. Namun untungnya Kai tidak pernah tergoda begitu juga Ling.
"Ya udah, noh taksi yang dipesen si Ling udah sampe tuh," ucap Kai.
"Iya kayaknya. Kalian juga pulang deh, kayaknya mau hujan ini," ucap Ailee.
"Iya. Lo hati hati ya Lee pulangnya. Gue sama bangKai duluan. Bye," ucap Briell.
Aile hanya mengangguk dan melambaikan tangannya saat motor yang ditumpangi Kai dan Briella pergi dari area parkiran. Sementara itu ia berjalan ke arah taksi online yang sedang melihat lihat penumpangnya.
"Sir, maaf, taksi yang dipesan Kalingga ya?" Tanya Ailee sopan.
"Iya benar, anda yang bernama Kalingga?" Tanyanya.
"Bukan sir, tapi maaf Kalingga tidak jadi naik taksi ini. Sebagai gantinya saya hanya bisa memberi uang ganti rugi saja," ucap Ailee. Gadis itu memberikan beberapa lembar uang dolar.
"Begitu rupanya, ya sudah tidak apa apa," ucapnya. Taksi itu pun pergi begitu saja dari sana menyisakan Ailee seorang diri.
Ailee bukannya tidak mau menerima taksi pesanan Ling untuknya. Hanya saja ia masih merasa sakit hati karena ucapan Ling tadi. Belum lagi pemuda itu selalu enggan jika dirinya ingin menumpang pulang. Padahal rumah mereka berdekatan.
Mansion milik keluarga Ailee berada di depan mansion besar milik keluarga Ling. Tentu saja mansion keluarga Ling lebih besar dari pada mansion milik keluarganya. Namun Ailee tetap bersyukur setidaknya ia masih memiliki tempat tinggal yang sangat layak.
Langit sudah gelap dan petir sudah mulai menyambar. Ailee hanya berjalan kaki menuju ke mansionnya. Toh jarak dari sekolah ke mansionnya tidak jauh juga. Lumayanlah.
"Ujan, jangan turun dulu ya? Ailee belum sampe rumah," gumamnya. Gadis itu tetap melangkahkan kakinya menuju ke mansionnya. Lama lama rintik hujan mulai turun. Terpaksa Ailee harus berlari agar ia bisa cepat sampai ke rumahnya.
Jika dibilang bodoh, mungkin iya. Seharusnya tadi ia menaiki taksi yang dipesan oleh Ling. Kenapa juga harus cape cape berlari seperti ini. Tapi ini kemauannya. Dengan berlari sampai kelelahan bisa sedikit melupakan perkataan Ling tadi. Meskipun sudah terbiasa dengan ucapan pedas yang keluar dari dalam mulut Ling, perasaan Ailee tetap saja tersakiti.
Lama lama hujan turun semakin deras. Ailee pun memutuskan untuk berteduh dulu di depan halte bus.
***
Ling memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Pemuda itu naik ke lantai satu menggunakan lift. Ia sengaja pulang duluan karena malas dengan abang dan adiknya. Mereka berdua selalu memaksanya untuk selalu berdekatan dengan gadis itu.
"Loh, kok sendirian? Abang sama adek kamu mana kak?" Tanya Ashel.
"Bentar lagi mereka sampe kayaknya mi. Ling ke kamar dulu, cape," ucap Ling.
Ashel tersenyum. Ia mengusap lembut bahu tangan anaknya yang tingginya sudah melebihi tinggi tubuhnya.
"Nanti turun lagi buat makan ya," ucap Ashel.
"Iya mami," ucap Ling. Ia memeluk maminya dan pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua.
Kamar Ling berada di paling pojok. Di depan pintunya terdapat papan tulisan nama bertuliskan 'Kalingga' begitu juga dengan kamar Briella dan Kai.
Ling masuk ke dalam kamarnya dan melempar tasnya ke sembarang arah. Ia juga melemparkan ponselnya yang baru ia keluarkan dari saku celananya ke kasur king size miliknya.
Ling tidur terlentang. Ia menggunakan tangannya sebagai bantalan. Matanya terpejam namun pikirannya berkecamuk. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini.
Sementara itu di halte bus, Ailee masih terjebak hujan. Semakin lama hujannya semakin deras. Waktu juga sudah sore sekali. Jika tidak pulang sekarang mama dan papanya pasti akan khawatir.
Terpaksa Ailee pun menembus hujan. Ia menyimpan tas gendongnya di depan tubuhnya dan memeluk tas itu. Ailee berlari kencang menerobos hujan.
Meskipun jarak dari halte ke rumahnya cukup dekat, namun dengan hujan sederas ini tentu saja mampu membuat tubuhnya basah kuyup.
Ailee mendorong pagar rumahnya dan masuk melalui pintu belakang. Beruntung pelayan di rumahnya tidak pernah mengunci pintu ini.
"Astaga non, kok basah basahan? Pulangnya hujan hujanannya ya? Kenapa gak telepon supir aja suruh jemput," ucap Megi, pelayan di mansion Ailee.
"E-nggak sem-mpet. Tol-ong ambilin han-duk," ucap Ailee. Gadis itu berbicara terbata bata karena kedinginan. Megi pun bergegas mengambil anduk dan memberikannya pada Ailee. Megi juga mengambil alih tas Ailee dan mengeluarkan semua isinya. Beruntung isinya kering hanya saja tasnya basah. Megi pun menyimpan tas Ailee di tempat cucian. Sementara Ailee membuka bajunya di toilet dapur. Ia menyimpannya dalam ember kemudian diambil Megi untuk di cuci.
"Megi, jangan bilang sama mama papa kalo aku hujan hujanan ya," ucap Ailee.
"Tapi non-,"
"Nurut aja ya Megi. Ailee ke kamar dulu," ucap Ailee. Ia pun segera naik ke kamarnya dan mandi cepat dengan air hangat.
Setelah selesai mandi, Ailee naik ke tempat tidur dan merebahkan tubuhnya yang kedinginan.
Tbc.
gimana nih? Yg baca cerita emak bapaknya mampir gak kesini? Absen dulu dong, komen titik gituu😌
***
Jika dipikir pikir, cinta sendirian itu memang sulit dan tentunya juga menyakitkan. Sama seperti yang dirasakan oleh Ailee saat ini. Mencintai Ling sendirian sejak lama. Ailee tidak pernah tahu kapan pastinya ia menyukai Ling, yang jelas ia benar benar menyukai pria itu dengan tulus. Bukan karena marga yang tersemat di nama pemuda itu atau pun karena ketampanannya. Perasaan Ailee murni. Namun selalu bertepuk sebelah tangan.
Ailee masuk ke kamarnya dan mandi air hangat dengan cepat. Selesai mandi, Magi membawakan makanan untuknya.
"Non, kenapa sih harus hujan hujanan. Nanti sakit loh," ucap Magi. Magi adalah seorang pelayan sekaligus pengasuh Ailee sejak ia kecil. Magi sudah menganggap anak majikannya ini seperti anaknya. Magi tahu betul seperti apa Ailee mengingat gadis ini tumbuh bersamanya.
"Tadinya mau sekalian olahraga, tahunya tiba tiba ujfn turun deres banget. Ya terpaksa lari, gak jauh kok cuma dari halte doang," ucap Ailee.
"Memang tidak jauh, tapi tetap saja non pasti kelelahan. Kenapa gak bawa motor atau mobil aja sih non biar enggak ribet," ucap Magi.
Ailee tersenyum tipis mendengar kecerewetan Magi. Ia sudah sering mendengarkan celotehan Magi ketika ia bandel. Tapi Ailee memang bandel sedikit.
"Kali kali olahraga Magi. Lagian kalo bawa motor gede itu cukup kesusahan ke sekolah, apalagi pake rok," ucap Ailee.
"Ya udah ini dimakan ya?" Ucap Magi.
"Iya Magi, terimakasih," ucap Ailee. Magi pun mengangguk dan keluar dari dalam kamar Ailee. Disini Ailee memang terkadang makan di kamarnya. Setiap hari hanya ada kesunyian saja di hidupnya. Mungkin ada setitik keramaian namun itu hanya ketika bersama dengan sahabatnya, Briella.
Setiap hari, Ailee selalu ditinggalkan kedua orang tuanya untuk perjalanan bisnis. Bahkan hampir dalam satu bulan penuh ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya. Namun untungnya Ailee tidak pernah membenci mereka yang mementingkan pekerjaan dibandingkan anaknya ini. Karena Ailee berpikir, mereka bekerja untuk menghidupi kebutuhannya juga.
Tiba tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari kedua orang tuanya.
Mamaa♡
Dear, mama menemani papi pergi ke luar negeri selama satu minggu. Baik baik di rumah sama Magi. Love you.
Papiii♡
Girl, jangan pulang hujan hujanan seperti tadi. Papi tidak suka melihatnya. Kalau kamu seperti itu terus jangan salahkan papi jika papi akan memberikan mu supir pribadi untuk antar jemput sekolah. Jaga kesehatan mu, papi usahakan cepat pulang dengan mom. See you girl.
"Kalian berada jauh tapi selalu memperhatikan ku. Terimakasih," gumam Ailee. Ia kembali menyimpan ponselnya dan melanjutkan makannya. Ada sedikit perasaan lega karena kedua orang tuanya mempedulikannya ditengah kesibukannya. Namun tak sedikit pertanyaan 'mengapa' di otaknya saat ini.
Ailee menyalakan tv di depannya. Ia makan diatas kasur besarnya. Setelah pulang sekolah, ia memang lebih sering menghabiskan waktunya di kamarnya. Tapi sesekali Briella datang dan mereka bergosip ria seperti kebanyakan remaja perempuan lainnya.
Sementara itu di mansion keluarga Kavinder, semuanya berkumpul di meja makan. Aktivitas rutin yang selalu mereka lakukan setiap harinya. Kavin sebagai kepala keluarga selalu berusaha pulang tepat waktu agar tidak melewatkan momen makan bersama seperti ini.
"Gimana sekolah kalian?" Tanya Kavin.
"Seru dong pi, banyak cewek cantik yang deketin Kai. Mana mereka wangi wangi lagi, tapi sayangnya Kai gak tertarik," ucap Kairav.
"Yee, dasar play boy cap kantong semar! Gue peringatin nih bang, lo gak boleh tergoda sama cewek cewek kayak gitu. Yakin deh kalo mereka cuma mau numpang famous aja sama lo," ucap Briella.
Ashel dan Kavin memang tidak mempermasalahkan panggilan anak anaknya ini. Yang jelas zaman mereka dengan zaman anak anaknya ini berbeda. Jadi mereka tidak protes akan hal itu. Yang penting mereka masih mengatakan hal hal yang baik saja.
"Ya bener juga. Makanya gak ada yang bikin gue tertarik," ucap Kairav.
"Ailee gimana? Kamu kan sama dia udah barengan lama," ucap Ashel, wanita itu melirik ke arah anak bujang keduanya itu. Namun ekspresi anak itu biasa saja.
"Boleh sih, tapi emang dia udah keliatan bakalan jadi mantu idaman mami?" Tanya Kairav. Ia mengerti maksud ucapan maminya ini.
"Idaman lah bang, gue aja sering tersisihkan kalo Ailee udah main kesini," ucap Briella.
"Boleh deh gue deketin kalo gitu. Lo bantu ya dek?" Ucap Kairav.
"Gampang. Yang penting menjanjikan duit," ucap Briella.
Kavin hanya tersenyum melihat tingkah laku kedua anaknya yang banyak bicara dan juga banyak tingkah itu. Berbeda dengan Kalingga, sejak makan tadi anak itu hanya diam saja menikmati makannya seolah pembicaraan keluarganya ini tidak menarik.
"Kamu sendiri gimana Ling?" Tanya Kavin.
"Diganggu kayak biasanya," ucap Ling.
"Heh kak! Dia bukan ganggu lo kali, dia itu cuma berusaha meraih cintanya. Lo sih jual mahal banget, banting harga dikit kali kak. Kasih diskon gitu sama Ailee. Gak kasihan sama dia?" Tanya Briella.
"Dia aja gak kasihan sama harga dirinya. Udah tahu di tolak harusnya sadar diri bukannya makin menjadi," ucap Ling. Ia meminum air putih yang ada di sebelahnya.
"Anjir, mulut lo pedes banget. Saran aja nih Ling, gue sebagai abang yang baik harus kasih tahu lo. Karma itu nyata Ling, bahkan om Fello juga pernah bilang sendiri sama gue waktu itu. Intinya, lo kudu siap siap aja," ucap Kairav.
"Siap siap apa bang?" Tanya Briella polos.
"Siap siap kalo suatu saat nanti Ailee nyerah sama perasaannya sendiri. Gue yakin lo bakalan kena karma hari itu juga," ucap Kairav.
"A elah bang, nunggu karma kelamaan. Kali kali kita sebagai mahluk tuhan bertindak lebih dulu, kita gak bisa terus terusan nyusahin tuhan buat kasih karma sama orang lain," ucap Briella.
"Terserah kalian berdua, pi, mi, Ling ke kamar dulu," pamit Ling. Ia pun bangun dari kursi ruang makan dan pergi ke kamarnya.
"Halah, so soan terserah terserah. Batu banget ya tuh anak perasaannya. Yakali selama dua belas tahun ini dia kagak punya perasaan apa apa sama Ailee," ucap Kairav.
"Kamu juga kan udah sama dia selama dua belas tahun, apa kamu gak ngerasain perasaan lebih?" Tanya Kavin.
"Enggak pi. Ailee udah kayak Briella buat aku. Kita tumbuh sama sama, menurut aku Ailee lebih cocok jadi adik aku," ucap Kairav.
Kavin hanya menganggukan kepalanya. Kai dan Briell pamit ke kamar mereka setelah makanan mereka habis. Tersisa Kavin dan Ashel saja.
"Ling turunan dari kamu banget itu. Bener kata mama Sarah," ucap Ashel.
"Kan dia anak aku sayang."
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!