NovelToon NovelToon

The Scavengers

Karakter Cerita

Kevin (22), seorang guru intern yang baru mengajar di sekolah selama beberapa bulan. Kevin memiliki jiwa pemimpin yang baik dan sangat bisa diandalkan.

Shenny (20), dia adalah seorang mahasiswa yang balakangan baru bergabung dengan yang lainnya. Dia adalah gadis yang sangat rapi dan teliti, dan selalu memakai otak dalam melakukan segala hal.

Ethan (17), seorang murid yang cukup pemalas namun sangat mahir dalam urusan mekanik dan mesin. Meski terkesan tidak bisa diandalkan, dia sebenarnya berperan sangat penting di antara murid-murid lainnya.

Joanna (17), merupakan murid terkuat walaupun dia adalah seorang perempuan. Selain jago dalam urusan bertarung, dia juga sangat mahir dalam urusan bercocok tanam. Joanna memiliki sifat yang agak keras dan gampang emosi.

Jason (15), murid yang ceria dan selalu menjadi moodbooster di antara teman-temannya. Meskipun tidak terlalu menonjol, Jason selalu bisa memberikan ide-ide yang bagus pada saat genting.

Yenna (15), sangat suka dengan kamera dan selalu merekam setiap kejadian yang terjadi. Yenna adalah gadis yang cukup tangkas dan ia sangat pengertian terhadap yang lainnnya.

Episode 1

“Hai guys, selamat datang kembali di vlog kehidupan sekolahku,” ujar Yenna sambil memegang kamera di tangannya dan merekam seisi ruangan klub.

Terdengar suara pintu dibuka, Yenna menolehkan wajahnya. Sebuah senyum muncul di paras Yenna, ia kemudian membalikkan tubuhnya dan mengarahkan kameranya pada seorang gadis berambut merah yang tengah melangkah masuk.

“Nge-vlog?” tanya gadis tersebut.

“Yup,” jawab Yenna singkat, masih mengarahkan kameranya pada gadis tersebut.

“Sampai kapan kamu mau merekam vlog seperti itu?” Shenny, nama gadis tersebut, bertanya sambil berjalan melewati Yenna.

“Ayolah, ini tuh untuk kenang-kenangan. Dan ini juga langkah pertama untuk aku menjadi seorang bintang,” sahut Yenna sambil mengarahkan kameranya mengikuti langkah Shenny.

“Menjadi bintang apanya? Kamu bahkan nggak pernah upload semua video-video yang kamu rekam itu,” ujar Senny sambil memutar bola matanya.

“Pasti akan ku upload kalau ada koneksi internet.”

“Syukurlah kita nggak punya koneksi internet”

Yenna mencibir ke arah Shenny, lalu ia memutar kamera ke arah wajahnya sendiri. "Ok guys, seperti yang aku bilang sebelum nona pengganggu itu muncul, hari ini aku kembali dengan vlog tentang kehidupan sekolahku. Dan karena ini adalah akhir pekan, di vlog kali ini aku akan menunjukkan pada kalian apa yang biasa kami lakukan di akhir pekan. Dimulai dari nona pengganggu, Shenny.”

“Berhenti memanggilku seperti itu,” sahut Shenny dengan nada suara kesal.

“Oke, oke. Jadi, Shenny, apa yang kamu lakukan pagi ini?” Yenna mulai mengarahkan kameranya kembali pada Shenny yang sedang duduk di satu-satunya meja besar yang ada di ruangan klub ini, tampak sedang menulis.

“Mencatat beberapa hal.” Jawab Senny singkat.

“Aku akan zoom pada buku catatanmu. Wow, tulisanmu rapi sekali. Apa saya yang kamu catat di sana?” tanya Yenna lagi.

“Seperti biasa, penggunaan air dan makanan mingguan kita, dan seberapa banyak kita harus berhemat. Dan juga jadwal patroli dan jumlah listrik yang perlu kita gunakan,” katanya lalu menggumam pelan. “Hidup benar-benar sulit.”

Yenna tampak mengangguk-angguk pelan. “Sesuai yang diharapkan dari manager klub kita, kamu benar-benar mengurus semuanya dengan baik.”

Tiba-tiba terdengar suara pintu ditutup dengan sedikit keras. Yenna dan Shenny sama-sama menoleh ke arah pintu dan melihat seorang cowok berpakaian seragam sekolah yang sedang berjalan ke arah mereka sambil memegang sebuah ransel dan jaket di tangannya.

“Jason? Kenapa kamu pakai seragam sekolah di akhir pekan?” tanya Shenny dengan kening sedikit berkerut.

“Aku harus ikut kelas tambahan karena nilaiku jelek. Ugh, aku benci kelas tambahan.” Jawab Jason sambil memakai jaket dan menarik reslitingnya hingga tertutup sepenuhnya ke atas.

“Minta saja Kevin untuk memberimu kelas privat,” jawab Yenna sembari merekam Jason yang sedang mengenakan sepatu dan ranselnya.

“Tidak, aku tidak ingin diperlakukan spesial. Aku lebih suka ikut kelas biasa bersama teman-temanku.” Jason baru saja akan pergi namun ia kembali melihat ke arah Yenna. “Oh ya, Yenna, kalau kamu mau kamu bisa mendatangiku setelah kelas selesai.”

“Hmm, boleh juga. Kita bisa buat konten yang bagus bersama.”

“Yup. Oke, aku harus pergi sekarang. Bye, guys.” Jason melambai sembari berjalan keluar dan menutup pintu, lagi-lagi dengan sedikir keras.

Yenna memutar kembali kameranya ke arah Shenny. “Kembali ke Shenny. Apa yang kamu lakukan selain merapihkan dan mencatat semua itu?”

“Hmm, memperlajari beberapa hal. Banyak hal yang perlu dipelajari karena aku belum lama berada disini. Masih banyak yang harus aku perhatikan.” Jawab Shenny sambil menutup buku catatannya.

“Hmm, begitu ya. Oke, aku akan keluar sekarang supaya tidak mengganggumu bekerja dan belajar. Bye.” Yenna melambaikan tangan dan langsung berbalik untuk keluar dari ruang klub.

“Sampai jumpa saat makan malam nanti. Jangan lupa kamu hari ini akan patroli bersama Kevin,” ujar Shenny sambil bangkit dari kursi.

“Siap!” kata Yenna sambil memberi hormat lalu keluar dari ruangan. Ia berjalan menuju koridor sekolah, masih sambil merekam sekelilingnya. Kaca-kaca jendela tampak pecah, pintu-pintu sudah hilang dari kerangkanya, dan ada banyak noda-noda kecoklatan di berbagai tempat di koridor panjang ini.

“Jadi, ke mana kita harus pergi sekarang? Lantai bawah, atau atap sekolah? Aku rasa Joanna dan Ethan ada di atas.”

Yenna menunjukkan satu dari sekian banyak ruang kelas yang tampak sangat berantakan. Ia berhenti sejenak untuk merekam Jason yang tampak sedang duduk sendirian di ruang kelas yang kosong, di satu-satunya meja dan kursi yang ada di dalam sana. Jason mendongak dan menoleh ke arah Yenna. Ia melambaikan tangan pada Yenna, yang dibalas Yenna sambil tersenyum sebelum kembali melanjutkan perjalanannya.

“Kalian lihat betapa kacaunya di sini? Kami benar-benar kesulitan membersihkan semuanya dan mau dibersihkan seperti apa pun tetap saja terlihat berantakan dan kotor. Dan sekarang, kami harus melakukan hal yang sama di lantai bawah. Ahh, kenapa semuanya sulit sekali?” Yenna menggerutu dengan nada merengek. “Sepertinya kami cukup beruntung karena ruang klub tempat kami tinggal terlihat sangat bersih bahkan seperti baru.”

Yenna menaiki tangga menuju ke atap sekolah dan mendorong pintu besi yang ada di ujung tangga.

“Guys, selamat datang di atap sekolah. Juga dikenal sebagai tempat dimana klub pembibitan dan perikanan melakukan kegiatan mereka.”

“Yenna, bisa tolong bawakan kain yang itu dan kotak peralatanku ke sini?” terdengar suara Ethan berteriak dari kejauhan.

Yenna membalikkan badannya, mencari-cari dimana kain dan kotak peralatan yang dimaksud Ethan. Setelah menemukannya, ia langsung mengambil kedua benda tersebut dan berlari kecil ke arah Ethan.

“Apa yang sedang kamu lakukan di atas panel surya itu?” tanya Yenna sambil memberikan kain dan kotak itu pada Ethan dengan satu tangan, dan tetap merekam dengan tangan yang satunya lagi.

“Melakukan perbaikan dan membersihkan panel ini, debunya mulai menumpuk.” Jawab Ethan.

“Oh, apa itu alasannya listrik di bawah sangat lemah beberapa hari terakhir ini?” tanya Yenna.

“Apa ada alasan lain lagi?” Ethan menatap Yenna datar, lalu kembali fokus pada panel di hadapannya.

“Tidak sih. Tapi aku rasa sangat bagus kita tahu apa alasan listrik menjadi sangat lemah, jadi kita bisa coba untuk meperbaikinya. Setidaknya setelah ini mungkin kita bisa menghidupkan mesin air panas, atau mungkin menyalakan pemanas ruangan juga,” ujar Yenna panjang lebar.

“Sebenarnya aku bahkan nggak yakin kita bisa mandi atau tidak untuk beberapa hari ke depan. Tadi aku lihat air di dalam dua tangki yang ada di sana tidak terlalu penuh,” ujar Ethan sambil mengarahkan obeng yang sedang dipegangnya ke arah dua tangki air yang ada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Benarkah? Wah, sepertinya kita harus selalu berhemat, ya? Kemarin-kemarin kita harus hemat listrik, dan sekarang air. Kita juga selalu hemat makanan.” Ujar Yenna sambil mencebikkan bibirnya.

“Hmm, begitulah. Tapi kita selalu bisa menunggu hujan datang untuk menampung air,” ujar Ethan sambil mendongak menatap langit yang hari ini terlihat sangat cerah, kemudian ia berdiri. “Bicara soal air, aku jadi ingat harus mengecek saringan air. Ugh, pekerjaanku nggak habis-habis.”

“Semangat! Kami semua mengandalkanmu sebagai ketua klub.”

“Ya, ya. Aku akan berusaha sebaik mungkin,” Ethan melambai dan kemudian pergi sambil membawa kotak peralatannya ke arah tangki air.

“Oke, sekarang ayo kita ke area kebun,” Yenna menyebrangi pagar yang membatasi area kebun. Tampak seorang gadis sedang bekerja di dalam kebun tersebut.

“Joanna, apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Yenna sambil berjalan menghampiri gadis yang bernama Joanna itu.

Joanna menolehkan kepalanya. “Mengurus sayur-sayuran. Kamu sedang apa di sini?”

“Merekam vlog seperti biasanya. Jadi, bisakah kamu ceritakan lebih banyak lagi tentang apa yang kamu lakukan disini pada kami?”

“Tentu saja. Karena klub pembibitan dan perikanan sayangnya harus bubar, jadi semua peralatan dan pekerjaan mereka sekarang diserahkan pada aku dan Ethan.” Jelas Joanna.

“Hmm.. pasti sulit mengurus semua ini berdua saja. Sekolah ini harus memberikan dukungan dan nilai yang tinggi agar kalian bisa masuk perguruan tinggi yang bagus setelah lulus nanti.”

“Yup, sudah seharusnya begitu.” Joanna mengangkat satu kotak pupuk yang ada di lantai. “Apa kamu mau melihat bagaimana aku memupuk tanaman?”

“Bukannya cuma perlu ikuti petunjuk yang tertulis di belakang kotak saja?” Tanya Yenna polos.

“Pada dasarnya ya begitu sih. Tapi kalau salah-salah malah bisa-bisa tanamannya mati semua. Tolong bantu aku buka tutup tangki yang itu,” kata Joanna sambil menunjuk tangki kecil yang ada di dekat Yenna. Ia kemudian berjongkok dan memasukkan pupuk ke dalam ember berisi air, lalu mencampurnya dengan beberapa bahan tambahan lain dan mengaduk isi ember itu dengan tangannya hingga airnya berubah warna menjadi kecokelatan dan kental.

“Bohong kalau aku bilang itu tidak terlihat menjijikan. Kenapa kamu mencampur bahannya seperti itu?” tanya Yenna sambil mengernyit dan men-zoom kameranya ke arah ember tersebut.

“Karena memang begini lah caranya. Setelah ini aku akan menuangnya ke dalam tangki. Minggir dulu,” Joanna mengangkat ember itu dan menuangkan isinya ke dalam tangki kecil yang tadi dibuka oleh Yenna. Ia lalu menyalakan mesin dan sistem yang ada pada tangki tersebut sehingga campuran pupuk itu mulai mengalir dan menetas perlahan pada tanaman-tanaman yang ada di bawahnya melalui selang-selang kecil yang terpasang dari tangki tersebut.

“Sekolah kita benar-benar modern kan guys?” kata Yenna sambil membalikkan kamera untuk merekam wajahnya sendiri, lalu ia kembali memutarnya ke arah Joanna. “Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?”

“Aku akan memberi makan ikan setelah membersihkan tangki mereka. Kalau kamu mau kamu bisa ikutan.” Jawab Joanna.

“Aku rasa aku tidak bisa ikut. Aku harus patroli, hari ini giliranku dan Kevin. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa saat makan malam nanti.”

“Oke. Hati-hati.”

Joanna menatap punggung Yenna sampai gadis itu menghilang dibalik pintu atap. Ia menghela napas pelan dan membungkuk untuk mengambil jaring ikan yang tergeletak di lantai. Ia kemudian berjalan ke arah tangki ikan dan memanjat naik menggunakan tangga kayu. Dari posisinya saat ini, Joanna bisa melihat ke bawah dengan cukup jelas. Ia menatap datar pada kekacauan dan kehancuran yang mengelilingi bangunan sekolah ini.

......................

Episode 2

Yenna berjalan menyusuri koridor dan menghentikan langkahnya di depan sebuah tangga. Ia memutar kamera yang ada di tangannya ke arah wajahnya.

“Oke guys, ayo kita turun ke lantai bawah, karena akhirnya beberapa hari yang lalu kami mencoba untuk masuk ke area yang sebelumnya tidak pernah kami datangi di lantai bawah. Jadinya kami punya akses ke area yang baru. Kurasa aku belum pernah merekamnnya,” Yenna mendudukkan dirinya di pegangan tangga dan meluncur ke bawah.

“Yuhuuu.. luncuran yang mulus, hehe.” Yenna mengarahkan kameranya ke arah koridor dihadapannya yang terlihat sangat gelap. “Kalau tidak salah Kevin ada di lantai ini untuk menyusun meja dan kursi, untuk memblokir akses masuk dari lu–” ucapan Yenna terhenti karena kakinya yang tersandung kayu-kayu yang berserakan di lantai.

“Oops, hampir saja aku jatuh.” Ia tertawa canggung dan mulai merekam sekelilingnya. Plafon-plafon tampak jatuh bergelantungan, jendela pecah, noda darah yang sudah mengering dan kecoklatan tampak ada di berbagai tempat dan pintu-pintu terlihat lepas dari rangkanya.

“Aku pikir lantai atas tempat dimana kami tinggal sangat berantakan, tapi ternyata disini keadaannya lebih parah dan mengerikan. Shenny bisa menggila kalau dia melihat semua kekacauan ini.”

Yenna menatap sekelilingnya. “Tapi kalian tahu, rasanya luar biasa sekali kami bisa bertahan hidup di sini. Bahkan sekarang kami sudah bisa masuk ke area-area yang tadinya sangat berbahaya. Awalnya kami hanya bisa berdiam diri di lantai atas. Ya, tidak bisa disangkal butuh waktu yang cukup lama sampai kami bisa bangkit dan terbiasa dengan semua ini, tapi kami berhasil.”

“Yenna? Apa yang kamu lakukan di sini sendirian? Kamu tahu disini tuh masih cukup berbahaya,” terdengar suara Kevin berbicara dari ujung lorong yang gelap.

Sedikit kaget, Yenna membalikkan tubuhnya. Ia menyipitkan matanya untuk melihat sosok Kevin lebih jelas. “Kevin! Aku sedang merekam vlog. Apa yang kamu lakukan di sini? Bukannya kamu bilang mau membuat barikade di dekat pintu keluar?"

“Pertama-tama, aku rasa kamu harus memanggiku dengan sedikit lebih sopan, bagaimana pun juga aku ini gurumu. Kedua, aku memang sedang berada di sisi sana menumpuk meja dan kursi sampai aku mendengar suaramu dan datang ke sini,” jelas Kevin.

“Ahh. Apa perlu aku bantu?”

“Ya, aku memang butuh bantuan. Aku sedang berusaha menyelesaikan barikade itu secepat mungkin karena aku harus patroli sebentar lagi. Ayo ikut denganku.”

Yenna pun berjalan mengikuti Kevin melewati lorong yang sangat gelap, dan tiba di depan tumpukan meja dan kursi yang terlihat sudah tersusun tinggi membentuk barikade.

“Bantu aku meletakkan beberapa kursi lagi di sana untuk menutupi lubang yang itu. Setelah itu ikat semuanya seperti yang pernah aku ajarkan padamu. Aku akan ke barikade yang ada di pintu keluar satu lagi untuk memastikan ikatannya sudah kuat,” ujar Kevin. Yenna mengangguk mengerti. Kevin pun kemudian berlari meninggalkan Yenna menuju barikade yang ada di sisi lain di lantai ini.

“Oke, guys. Kalian semua sangat beruntung karena di video hari ini aku akan menunjukkan pada kalian bagaimana cara membuat barikade yang bagus dan sempurna.” Yenna menarik meja dari salah satu ruang kelas terdekat dan meletakkan kameranya di atas sana.

“Hal terpenting saat kalian membuat barikade adalah bahan-bahannya. Bahan yang digunakan harus kuat, dapat disusun dengan mudah dan tentunya harus gampang didapatkan. Untuk barikade yang kami buat di sini, kami menggunakan kursi dan meja dari setiap ruangan kelas dan kantor yang ada di gedung sekolah ini. Mereka ini cukup kuat, dan dapat disusun secara simetris dan terorganisir. Selain itu juga dapat dengan mudah memberikan akses keluar ketika kami harus berpatroli.”

Yenna menarik kursi-kursi yang ada di dekatnya dan mulai menyusunnya untuk menutupi lubang yang ada di bagian atas. “Ingat ya, setelah disusun rapi seperti ini, kalian harus mengikat semuanya mulai dari atas sampai ke bawah.” Setelah itu Yenna berlari untuk mengambil tali.

“Selanjutnya yang terpenting juga kalian harus memastikan barikadenya tidak akan mudah runtuh. Dan untuk memastika apakah barikadenya kuat dan tidak gampang runtuh, kami mengikatnya menggunakan tali yang terbuat dari karet.” Yenna menunjukkan tali yang ada di tangannya ke arah kamera, lalu ia mulai mengikatkannya di antara satu kaki kursi dan meja ke yang lainnya.

“Seperti yang kalian lihat, ini harus diikat dari bagian ini ke bagian yang lainnya, kemudia turun sampai ke bawah. Ulangi lagi pada arah yang berlawanan sehingga menghasilkan bentuk yang simetris.”

Yenna berjalan ke arah kamera dan mengangkatnya. Ia kemudian mendekat ke barikade untuk menunjukkannya lebih jelas di kamera.

“Barikadenya juga harus dibuat berlapis-lapi agar aman dan tidak ada yang bisa melewatinya selain kalian yang membuatnya. Disini kami membuatnya hingga tiga lapisan dengan kursi dan meja yang diikat kuat bersamaan. Setiap lapisan barikade itu susunannya juga berbeda-beda.”

Yenna kemudian mundur beberapa langkah dan merekam barikade dari arah jauh. “Dan ini dia, barikade yang akan melindungi kita semua di sini. Sekarang aku harus pergi sebentar untuk membantu Kevin karena aku tidak bisa membiarkanny pergi sendirian.”

Yenna melatakkan kembali kameranya di atas meja dan mengambil salah satu lampu neon yang memang sengaja mereka letakkan di dekat setiap barikade yang ada di gedung ini.

“Kalian tahu, ketika kalian melakukan patroli, kalian harus benar-benar bergerak cepat dan selalu waspada. Entah tadi kalian melihatnya atau tidak, ada satu barikade di dekat tangga yang aku turuni, dan barikade itu baru selesai dibuat kemarin, begitu juga sebagian besar dari barikade yang satu ini. Dan masih ada barikade lain yang belum diselesaikan, jadi keadaan di lantai ini tidak seratus persen aman. Jadi tetap harus waspada dan bergerak cepat. Oke, sekarang aku harus pergi.”

Yenna berjongkok di depan meja, menatap lurus pada kamera. “Jika aku tidak kembali, kalian bisa berasumsi bahwa mereka berhasil menangkapku.” Yenna menghela napas pelan, kemudian ia tertawa pelan sambil mengucir rambut panjangnya.

“Aku tidak tahu kenapa rasanya sangat sulit setiap kali akan mengatakan ini, tapi oke mari kita bicara lebih serius...” Yenna menatap kamera dengan tatapan serius yang tajam. “Jika ini adalah video terakhir ku, aku ingin kalian tahu bahwa aku menyimpan sebuah kotak yang bersisi beberapa memori rekaman yang aku sembunyikan di laci hitam yang ada di kecil 3-C. Di dalam semua memori itu kalian akan melihat video-video yang berisi semua yang telah kami lalui di sini, sejak awal hingga saat ini. Oke, aku benar-benar harus pergi sekarang. Sampai jumpa lagi, kalau masih ada waktu berikutnya untukku.”

Yenna kemudian tersenyum manis pada kamera sebelum mematikannya.

......................

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!