NovelToon NovelToon

Rahasia Istri Culun

RIC ° Bab 1

Seorang laki-laki berparas tampan dengan tinggi dan bentuk tubuh sempurna meluudahi kaki istrinya sendiri yang berusaha membuatkan secangkir kopi untuknya. Dia sangat membenci sang istri yang terlihat kampungan di matanya, sampai apa pun yang wanita itu perbuat akan selalu salah di matanya.

“Ini kopi apa es cendol? Kenapa manis sekali?” bentak laki-laki itu sembari melayangkan tatapan kebencian pada sang istri. “Kalau tidak becus apa-apa, tidak usah jadi istriku! Menjijikkan sekali mengakuimu sebagai istri!”

Laki-laki itu melemparkan cangkir ke lantai dan air berisi larutan kopi dan gula tumpah mengenai kaki sang istri. Pecahan cangkir berserakan di mana-mana membuat wanita bernama Mazaya itu memejamkan mata karena takut.

Sementara itu, suami Mazaya yang bernama Arnold, sama sekali tak peduli dengannya dan asyik menerima panggilan telepon dari wanita lain.

“Kamu sudah sampai, Beiby? Masuk saja! Aku tunggu ya!”

Suara Arnold terdengar sangat lembut saat menyapa wanita lain. Sangat berbeda dengan perlakuannya pada istrinya sendiri yang kini meringkuk di lantai sambil menangis.

Penampilan sang istri yang sangat sederhana, membuat mata Arnold terasa jijik saat memandangnya. Dia memang sengaja menyiksa wanita itu seumur hidup karena sudah membuat Arnold yang tampan dan kaya raya menikahi gadis culun seperti dirinya.

Usai menerima telepon, Arnold meninggalkan Mazaya tanpa peduli dengan isak tangisnya. Sementara Mazaya yang selama dua bulan ini menderita karena suaminya sendiri, kini memunguti kepingan pecahan keramik yang berceceran di lantai.

Meski Mazaya adalah seorang istri dan nyonya rumah, tapi tidak ada satu pun asisten rumah tangga yang berani mendekatinya untuk membantu. Mereka semua takut dengan Arnold yang tak akan sungkan memecat siapa pun yang menjadi teman Mazaya atau pun membantunya di rumah itu.

Di rumah mewah bak istana itu, Mazaya seorang diri menghadapi sikap sang suami yang menikahinya atas paksaan kakek Arnold sendiri.

Tangan Mazaya bergetar hebat saat membersihkan serpihan cangkir itu, hingga tak sengaja sayatan tajam menggores dan menusuk kulit tangannya dan membuat darrah segar mengucur dengan bebas. Mazaya hanya bisa mengisap jemarinya itu dan kembali membereskan kekacauan karena secangkir kopi. Lalu, dia ke dapur untuk membuang benda mahal yang kini menjadi sampah hanya karena emosi tak terbendung.

Wanita itu mengurus sendiri lukanya dan berniat kembali ke kamar usai kekacauan di meja makan itu lenyap. Sayangnya, dia berpapasan dengan Arnold yang sedang merangkul mesra pinggang seorang wanita. Hati istri mana yang tidak akan hancur saat melihat suaminya sendiri memeluk mesra wanita lain?

Namun, yang Mazaya lakukan hanya diam dan melihat. Dia tak berani melakukan apa pun karena terlalu lemah dan penakut. Sampai akhirnya, dia tak tahan saat melihat Arnold dengan ganas menyerang leher dan dada teman wanitanya, lalu menyeretnya masuk ke sebuah kamar kosong yang tak jauh dari posisi mereka.

Mazaya keluar dari rumah dengan hati yang hancur begitu pintu itu tertutup. Beruntung, petugas keamanan tak ada di posnya dan Mazaya berhasil melewati gerbang rumah yang kebetulan tidak dijaga.

Cuaca mendung dengan kilatan cahaya petir memberikan tanda-tanda akan terjadi hujan. Mazaya yang tak tahan menjadi istri Arnold, memutuskan untuk lari sebelum Arnold atau pun penjaga rumah menyadari kepergiannya.

Sayangnya, saat Mazaya memutuskan untuk berlari, saat itu jugalah seorang petugas keamanan melihatnya yang dengan ceroboh tak menutup lagi pintu gerbang yang dia buka. Mazaya tak punya banyak waktu untuk berpikir, lagi pula tidak ada pilihan lain. Dia tak mau kembali ke rumah itu dan akhirnya berlari sekuat tenaga meninggalkan sangkar emas yang selama ini mengurungnya.

Hujan lebat tiba-tiba turun membuat langkah Mazaya terasa semakin berat. Saat ini, dia sudah sampai di jalanan yang ramai lalu lalang kendaraan roda empat.

Aku tidak mau kembali ke tempat itu. Lebih baik aku mati saja daripada kembali menjadi istri Arnold.

Arnold mendapat kabar bahwa istrinya kabur. Dia juga tidak mau Mazaya kabur dari rumah, dan akhirnya ikut mengejar istrinya itu dengan motor.

“Mazaya kembali!” teriak Arnold yang berhasil mengejarnya. Laki-laki itu berhenti di depan Mazaya dan turun dari motor.

Menyadari dirinya tak bisa menyelamatkan diri lagi, Mazaya akhirnya melompat ke jalan raya. dan tertabrak sebuah mobil yang melaju kencang.

***

Hujan deras menghalangi indra penglihatan Caroline yang saat ini tengah mengemudi. Wanita itu baru saja pulang dari perawatan di salon dan beberapa hari lagi dia akan menikah.

Caroline memiliki paras yang sangat cantik. Banyak orang menyebutnya bidadari yang turun dari kayangan karena kecantikan alaminya itu. Dia memiliki tunangan yang kaya dan tampan, juga dikelilingi sahabat yang sangat peduli dengannya. Jadi, bisa dikatakan hidup Caroline sangat sempurna.

Caroline terus mengemudikan mobil sampai akhirnya sebuah kecelakaan tak terhindar lagi, dan wanita itu menabrak seseorang yang tak lain adalah Mazaya.

...****************...

Jemari tangan seorang pasien tiba-tiba bergerak. Sudah dua hari wanita itu dinyatakan koma setelah berusaha mengakhiri hidupnya. Suara langkah dokter dan suster pun tiba-tiba memenuhi ruangan. Yang tadinya tenang berubah menjadi tegang dalam sekejap mata.

“Cek tekanan darrahnya!”

“Pantau oksigennya!”

“Monitor terus detak jantungnya!”

Para medis sedang sibuk memeriksa keadaan wanita itu. Semakin lama semakin membaik, dan hal itu membuat mereka akhirnya bisa bernapas lega.

Sementara itu, wanita yang sebelumnya dinyatakan koma itu mulai membuka mata dan menatap sekeliling. Dia merasa sangat bersyukur karena bisa selamat dari kecelakaan yang menimpa dirinya.

“Syukurlah, aku pikir aku sudah mati!” batin wanita itu merasa sangat beruntung. Rupanya takdir masih memberikannya kesempatan untuk hidup.

Setelah dokter memastikan keadaannya membaik dan bisa diajak komunikasi, akhirnya wanita itu dipindahkan dari ruang ICU ke ruang perawatan untuk dipantau keadaannya.

Seorang laki-laki dengan tubuh tegap memasuki ruang perawatan. Derap langkahnya yang terdengar kuat menarik perhatian sang wanita yang sedang beristirahat itu. Lalu, laki-laki itu mengambil duduk di sebuah kursi tepat di samping ranjang pasien.

“Kamu siapa?” tanya wanita yang baru siuman itu dengan tatapan bingung. Dia sama sekali tidak mengenal laki-laki itu. Lalu, kenapa dia repot-repot menjenguknya sementara keluarga wanita itu sendiri tidak ada yang datang menjenguk.

Laki-laki dengan setelan jas hitam dan dasi garis-garis biru itu menggerakkan alisnya hingga nyaris bertautan. Lalu, dengan ekspresi dingin dia menatap mata sang wanita dan bertanya, “Apa kamu sudah hilang ingatan, Mazaya?”

Suara laki-laki bernama Arnold itu terdengar menggelegar memenuhi sudut ruangan. Namun, bukannya merasa takut, wanita yang baru sadar dari koma itu justru balas membentak Arnold dengan kuat. “Siapa Mazaya? Aku bukan Mazaya!” sentaknya tanpa rasa takut sedikit pun.

Reaksi wanita yang dipanggil Mazaya itu rupanya sangat jauh dari perkiraan Arnold. Ia sama sekali tidak menyangka istrinya Mazaya yang sangat culun dan jelek, juga biasa tertindas itu berani membentak dirinya.

“Mazaya, Mazaya. Sejak kapan namaku berubah jadi Mazaya!” gumam wanita itu yang kesal telah

Sebenarnya dia memang bukan Mazaya. Dia adalah Caroline yang mengalami kecelakaan fatal beberapa hari yang lalu. Mobilnya menabrak seseorang dan membuatnya hilang kendali lalu menabrak trotoar yang membuatnya mengalami luka cukup parah.

Sayangnya, takdir membuat Caroline memasuki tubuh orang lain yang juga mengalami keadaan koma seperti dirinya. Dalam tubuh Mazaya, Caroline sama sekali tidak tahu dan tidak menyadari bahwa jiwanya telah memasuki tubuh yang salah.

Arnold mendengus dengan amarah yang memuncak. Baru kali ini Mazaya berani bicara dengan nada tinggi. Melihat wanita menjijikkan itu berani memakinya, Arnold yang diselimuti emosi pun menarik rambut istrinya dengan kuat hingga wanita itu berteriak kesakitan.

“Punya nyali besar kau rupanya!” hardik Arnold yang masih menarik rambut sang istri dengan kasar.

“Lepaskan! Sakit! Kamu sudah merusak rambutku yang mahal!” balas Caroline yang kemudian balas menggigit lengan Arnold dengan kuat hingga laki-laki itu terpaksa melepaskan rambutnya.

“Akh, kurang ajar! Berani sekali kau!” pekik Arnold sembari memegangi tangannya yang kesakitan bekas gigitan sang istri.

“Memang kenapa aku harus takut? Kamu itu orang gila yang datang ke ruanganku dan langsung menganiaya. Beraninya sama perempuan!” bentak Caroline dalam diri Mazaya.

Mendengar suara keributan, seorang laki-laki yang menunggu Arnold dari balik pintu pun mendekat dan menghampiri mereka. Saat ini, Arnold hendak menceekik istrinya itu, tapi dia berhasil mencegah.

“Nyonya Mazaya baru saja bangun, Tuan. Kalau Tuan Besar tahu Tuan Arnold menganiayanya, pasti masalah akan jadi semakin runyam!” ucap laki-laki itu berusaha menenangkan majikannya yang tengah tersulut emosi.

“Dia berani membentakku Dion! Aku rasa sel otaknya sudah rusak sampai-sampai dia jadi gila dan lupa siapa dirinya!” Arnold menunjuk wajah istrinya dengan penuh kemarahan.

“Aku tidak gila! Kamu yang gila! Dasar laki-laki menyebalkan!” balas Caroline yang mengambil ancang-ancang untuk menyerang balik Arnold.

“Lihatlah! Dia berani melawanku!”

Arnold hendak menarik rambut Caroline lagi, tapi wanita itu dengan sigap berhasil menahan tangan Arnold. “Jangan berani-berani menyentuh rambutku lagi! Laki-laki kejam sepertimu tidak akan mengerti perjuangan para perempuan saat di salon! Butuh waktu yang lama untuk menatanya!” pekik wanita itu dengan sangat kesal. Dia mengelus rambut milik Mazaya yang membuatnya mengernyit karena perasaan aneh. Bukankah rambutnya sudah dipotong pendek sebahu, lalu kenapa saat ini rambutnya panjang sekali?

***

Assalamualaikum, halo gaess ketemu di novel baru lagi. Ini pertama kalinya bikin novel tema begini, semoga bisa diterima ya. Dan semoga juga bisa lebih seru dari novel novelku sebelumnya 🤗🤗

Kembang kopinya dulu dong gaes 😍😍

RIC ° Bab 2

Bagi Caroline, laki-laki yang memanggilnya Mazaya itu tentu sangat aneh. Bagaimana bisa orang asing memaki-makinya dan bahkan bertindak sekasar itu padanya? Namun, dia sendiri sepertinya lupa bahwa dia baru saja mengalami kecelakaan yang mana penampilannya juga pasti tak seindah saat keluar dari salon.

Dion ingin tertawa melihat tingkah Mazaya yang dengan percaya diri mengatakan dirinya baru saja dari salon. Padahal, selama ini yang Dion tahu, Mazaya bahkan tidak pernah menginjakkan kaki di tempat kecantikan seperti itu.

“Kamu bahkan ingin tertawa karena kegilaannya ini 'kan, Dion?” tanya Arnold yang kemudian memandang istrinya dengan jijik.

Rasanya sangat geli saat mendengar pengakuan Mazaya tentang salon dan rambut. Wanita itu bahkan tidak pernah memakai riasan wajah, bagaimana bisa menghayal pergi ke salon?

Seharusnya Kakek tidak menikahkanku dengan manusia idiot seperti Mazaya!

“Maaf, Tuan. Mungkin Nyonya Mazaya memang masih syok dengan kecelakaannya. Sebaiknya kita tinggalkan saja dulu supaya bisa beristirahat. Nanti sore kita datang lagi sebelum Tuan Besar datang dari Jepang!” Dion menarik tangan Arnold dan membawa bosnya itu untuk meninggalkan ruang perawatan Mazaya.

Akhirnya, Mazaya ditinggalkan oleh Arnold dan Dion. Dia tidak sendiri, ada suster yang menjaganya dan siap dipanggil setiap saat.

Dalam ruangan itu, Mazaya turun dari ranjang pasien. Kakinya bisa digerakkan meski sedikit pincang. Ia memperhatikan tubuhnya untuk memeriksa luka-luka yang diakibatkan oleh kecelakaan itu.

Mata wanita itu membulat sempurna saat melihat kukunya yang cantik hilang begitu saja. Lebih anehnya lagi, ada sebuah cincin yang melingkar di jarinya yang terasa sangat asing.

“Ini bukan cincinku! Kenapa aku pakai cincin ini? Di mana cincin tunanganku? Kenapa juga nail polish aku hilang rata semua?”

Wanita itu terus memperhatikan kuku dan jemarinya yang sangat aneh. Sebelumnya dia merasa rambutnya berbeda, sekarang jari-jarinya juga berbeda.

“Aku harus cari tahu! Jangan-jangan laki-laki tadi orang jahat yang sudah mengubah penampilanku!” gumam Caroline sembari menatap ke arah pintu.

Dengan membawa serta infus yang terpasang di tubuh, wanita itu keluar dan menemui suster yang berjaga.

“Nyonya, Anda belum boleh jalan-jalan!” seru sang perawat dengan panik saat melihat Mazaya keluar dengan membawa infusnya.

Dalam prosedur rumah sakit itu, seharusnya Mazaya beristirahat dulu untuk memastikan tidak ada luka dalam yang membuatnya koma. Saat hasil belum keluar, wanita itu malah sibuk jalan-jalan.

“Aku nggak apa-apa, kok. Oh iya saya belum menikah, jadi jangan panggil Nyonya ya!” bantah Caroline meralat sebutan dari sang perawat.

“No-Nona?” Kening sang perawat pun berkerut. Dia mendengar jelas bahwa Mazaya adalah istri Arnold, lalu kenapa wanita yang sudah menikah ingin dipanggil Nona?

“Ya Nona saja. Saya butuh cermin yang agak besar, di mana ya?” tanya wanita yang baru sadar itu.

“Di kamar mandi ada cermin. Mau saya antar?”

Meskipun penampilannya terlihat culun, tapi wanita ini suka bercermin juga. Apa dia tidak bosan melihat wajahnya yang jelek?

“Tidak usah, saya bisa sendiri!”

Wanita itu masuk ke toilet yang sebelumnya sudah diarahkan oleh sang perawat. Saat melihat wajahnya di cermin. Wanita itu pun berteriak dengan kuat. “Akh! Siapa kamu? Kenapa bayanganku jadi jelek seperti ini?”

Caroline berteriak histeris mendapati dirinya yang jelek dalam tubuh Mazaya. Dia yang berparas cantik seperti angsa tiba-tiba berubah menjadi itik buruk rupa yang menyedihkan.

Kusam dan dekil, benar-benar tidak terurus. Ini sangat jauh berbeda dengan wajah aslinya yang halus dan mulus yang bahkan membuat nyamuk merasa sungkan untuk hinggap.

“Kenapa wajahku berubah jadi menyedihkan seperti ini? Ini sangat-sangat jelek, Tuhan!” teriak Caroline yang merasa hidupnya sangat tidak adil.

Beberapa hari lagi Caroline akan menikah, tapi kenapa penampilannya berubah? Apa mungkin ada yang mengubah wajahnya setelah kecelakaan?

Demi mendapat jawaban yang tepat, Caroline keluar dari kamar mandi. Ternyata perawat yang sebelumnya sudah menunggu dengan wajah cemas.

“Nona! Nona tidak apa-apa? Apa ada masalah? Tadi saya dengar Nona berteriak!”

Perawat itu terlihat sangat khawatir dengan keadaan Mazaya saat ini. Dia sudah dibayar mahal untuk menjaga pasiennya, tapi Mazaya malah masuk kamar mandi sendirian hingga berteriak-teriak.

Wajah perawat itu tampak pucat membayangkan hukuman yang akan dia terima dari Arnold andai saja Mazaya terluka atau kenapa-kenapa. Namun, embusan napas lega mulai terdengar saat melihat tubuh pasiennya tak ada luka baru yang serius, artinya wanita itu masih baik-baik saja.

“Aku tidak apa-apa. Oh iya, apa sebelumnya aku menjalani operasi di wajah?” tanya Caroline dalam diri Mazaya, memastikan kecurigaannya.

Dia harus mencari tahu apa yang terjadi supaya bisa mencari tahu solusinya. Tidak mungkin selamanya Caroline memiliki wajah jelek dan kusam seperti milik Mazaya ini.

Perawat itu menggeleng dengan ragu. Dokter bilang Mazaya tidak sadarkan diri karena syok yang dia derita. Luka parah yang dialami wanita itu hanya luka di kakinya, tapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan operasi wajah.

“Setahu saya, dokter tidak menemukan luka serius di kepala. Nona hanya mengalami syok saja. Tidak ada operasi wajah!”

Mendengar jawaban sang perawat, Caroline semakin tidak tenang. Dia mengingat lagi apa yang terjadi, tapi nihil. Dia tidak ingat apa pun kejadian pasca kecelakaan yang dialaminya.

“Sekarang tanggal berapa, Sus?” tanya Caroline yang harus tahu waktu supaya bisa memecahkan masalah sebelum hari pernikahannya digelar.

“Sekarang, dua Maret,” jawab sang perawat sambil menyodorkan ponselnya yang menampilkan tanggal dan waktu saat ini.

Kecelakaan itu terjadi tanggal 28 Februari di tahun yang sama, itu artinya dia tidak sadarkan diri selama dua hari saja. Tidak mungkin dokter melakukan operasi wajah dalam dua hari, ‘kan? Rambutnya juga tidak mungkin tumbuh memanjang dalam waktu dua hari saja. Lalu, kenapa dia tiba-tiba bangun dan memiliki wajah sejelek ini?

Pikiran Caroline semakin kacau. Dia bingung sendiri dengan apa yang menimpanya saat ini. Sampai akhirnya, dia meminta perawat itu untuk menemani ke taman demi sedikit menyingkirkan pikiran kacau dari kepalanya.

“Ngomong-ngomong, saya kecelakaan kan nabrak orang kalau nggak salah. Itu orangnya selamat nggak ya, Sus?” tanya Caroline yang tiba-tiba teringat sosok wanita yang saat hujan itu dia tabrak, hingga membuat mobilnya tidak terkendali dan kecelakaan.

“Mungkin maksud Nona orang yang naik mobil dan menabrak Nona? Dia masih belum sadarkan diri. Mobilnya hancur dan luka wanita itu juga cukup parah. Kalau tidak salah, hari ini dia akan dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar,” jawab perawat yang kini mendorong tubuh Mazaya dengan kursi roda.

Caroline semakin dibuat pusing dengan jawaban sang perawat. Dia ingat betul bahwa dirinya yang menabrak orang, tapi kenapa perawat bilang kalau dirinya menjadi korban yang ditabrak?

Saat masih pusing dengan isi kepalanya sendiri, Caroline tiba-tiba melihat wajah sahabatnya yang keluar dari poli obgyn. Setahu Caroline, sahabatnya itu tidak memiliki kekasih, lalu kenapa dia ke ruangan yang biasa menangani masalah kandungan dan sejenisnya itu?

Hal yang lebih mengejutkan bagi Caroline adalah, tunangannya sendiri sudah menunggu di depan ruangan dengan wajah tegang. Karena tidak bisa mendengar apa pun, wanita itu turun dari kursi roda dan berjalan pincang menghampiri tunangan dan sahabatnya.

“Rom, aku hamil!” seru sahabat Caroline yang kemudian menyerahkan hasil pemeriksaan pada laki-laki di hadapannya.

Rahang laki-laki itu terlihat mengeras. Dia membaca sekilas isi pemeriksaan, lalu melemparnya ke wajah sang wanita. “Kamu bodoh Sandra! Aku sudah bilang, pakai pengaman. Tapi, sepertinya kamu memang sengaja ingin menjebakku. Aku tidak menginginkan bayi itu. Aku hanya akan menikah dengan Caroline!” balas laki-laki bernama Romy itu dengan kesal.

Caroline yang mendengar pengakuan Sandra dan Romy pun merasa hatinya hancur. Ia sama sekali tidak menyangka akan mendapat pengkhianatan dari tunangan dan sahabatnya sendiri. Padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.

Air mata kekecewaan meluncur mengenai wajah kusam itu. Wanita yang terjebak dalam tubuh Mazaya itu hendak melabrak Romy dan Sandra, tetapi, sang perawat berhasil mencegahnya.

“Nona, Nona mau ke mana? Jangan sembarangan lari. Nona harus hati-hati, kalau tidak, saya bisa dipecat oleh Tuan Arnold!” keluh sang perawat sambil memegangi lengan Mazaya.

Romy yang melihat kemunculan Mazaya dan perawatnya pun sama sekali tidak menaruh curiga. Ia tetap membicarakan masalahnya dengan Sandra di hadapan Mazaya yang sebenarnya adalah Caroline.

“Caroline masih koma. Keluarganya akan memindahkannya hari ini. Aku harap sebelum dia sadar dan melanjutkan pernikahan kami, anak itu sudah lenyap!” putus Romy yang kemudian meninggalkan Sandra dan berjalan menuju ruang perawatan tunangannya.

“Aku nggak mau Rom! Kita harus menikah! Caroline koma, dokter bilang kemungkinannya untuk sadar sangat kecil. Mau sampai kapan kamu menunggu Caroline sadar?” pekik Sandra yang kemudian menyusul Romy pergi.

Caroline yang mendengar pembicaraan Sandra dan Romy pun semakin dibuat bingung. Dia bahkan tidak mendengar jelas saat perawatnya mengomel dan menuntunnya kembali ke kursi roda.

“Kalau mereka bilang aku masih koma, lalu kenapa aku di sini?”

“Mazaya!” panggil Arnold yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

Karena tidak merasa itu namanya, Caroline pun tak menjawab dan tak menoleh sama sekali. Dia lebih fokus dengan misteri yang sedang ia alami saat ini.

“Mazaya!” Arnold menyentuh pergelangan tangan Mazaya dan membuat wanita itu terkejut.

“Kamu lagi!” Mata Mazaya melotot karena lagi-lagi harus bertemu dengan laki-laki yang sangat menyebalkan itu.

“Ya, ini aku. Suamimu, Mazaya!” balas Arnold dengan tatapan mata yang tak kalah tajam. “Cepat kembali ke ruanganmu! Kakek sedang dalam perjalanan menuju ke sini!”

Suara Arnold yang menyentaknya membuat Caroline mengerutkan kening dan mulai menghubungkan titik-titik temu yang sejak tadi berada di kepalanya.

“Dia terus saja memanggilku Mazaya. Perawat ini juga sama. Romy dan Sandra bilang, aku masih koma. Dan sekarang, wajahku tiba-tiba berubah menjadi jelek. Apakah sebenarnya aku bangun di tubuh yang salah?”

“Hei tidak usah melamun! Kamu terlihat semakin jelek, bahkan setan pun tidak akan sudi merasukimu karena rupa burukmu itu!” sindir Arnold saat melihat sang istri yang melamun di atas kursi roda yang didorong perawat.

“Hei! Aku tidak sejelek itu! Lihat saja nanti, kamu akan menyesal karena sudah mengejekku! Dasar bandit arogan!” balas Mazaya dengan berteriak juga hingga mencuri perhatian orang-orang di sekitarnya.

***

Ada revisi untuk bab 1-4 ya, bab 2 ini gabungan bab 2sama3 sebelumnya. mon maaf yang baru baca mungkin agak bingung sama komen²nya hehe..

Kembang kopinya jangan lupa, kalau suka klik subscribe ya 😘😘

RIC ° Bab 3

Arnold menertawakan sikap Mazaya yang bertingkah penuh percaya diri. Laki-laki itu mengira kecelakaan beberapa waktu lalu telah membuat kepala sang istri terganggu.

“Tidak usah banyak bicara. Dengar ya, Mazaya! Kamu tidak boleh melaporkan apa pun yang kamu lihat sebelum kecelakaan pada Kakek!” titah Arnold yang masih bicara dengan angkuh.

Caroline membenci sikap Arnold yang semena-mena. Walau dia bukan Mazaya, tapi tidak seharusnya seorang suami bersikap seperti itu pada istrinya.

Caroline mendengus kesal, dia menatap tajam suami Mazaya itu dan bersiap menyerang. Saat perawat masih mendorong kursi roda yang ia pakai, gadis itu dengan sekuat tenaga membelokkannya dan tepat mengenai kaki Arnold.

“Agh!”

Arnold mengerang kesakitan sambil memegangi kakinya karena ulah istrinya itu. Suara dan tatapan mata Arnold benar-benar menyeramkan sampai membuat perawat Mazaya bergetar ketakutan. Walau Mazaya sendiri yang membelokkan kursi roda itu, tapi tetap saja semua terjadi karena perawat itu yang mendorongnya.

“Kamu!” pekik Arnold dengan mata melotot.

Mazaya sama sekali tidak merasa bersalah atau pun takut dengan tatapan Arnold. Dia malah bangun dari kursi roda dan berkacak pinggang. Dia sama sekali tidak peduli dengan ekspresi menyeramkan yang coba Arnold tunjukan.

“Apa? Kenapa? Aku nggak takut sama kamu, dasar banndit arogan. Jangan berani-berani sama perempuan ya! Karena nggak semua perempuan itu lemah!” balas Mazaya yang kemudian sedikit mendorong pundak Arnold, lalu berjalan menuju ruang perawatannya. Tak lupa wanita itu juga mengibaskan rambutnya yang membuat Arnold semakin kesal.

“Kenapa dia kuat sekali? Apa kecelakaan itu sudah menambah kekuatannya?” gerutu Arnold sambil mengepalkan tangan.

Mazaya memasuki ruang perawatannya dan menatap sekeliling. Tidak ada sabun muka apalagi perlatan rias di sana yang semakin membuatnya frustrasi.

Arnold menyusul di belakang dan berniat membalas dendam, tapi dengan cepat Mazaya berbalik badan dan menatap suaminya itu dengan serius.

“Kalau ke sini lagi, bawakan aku peralatan make up. Aku butuh bedak, lipstik, facial foam, pokoknya bawa semua ke sini!” kata Mazaya dengan nada memerintah. Dia lalu berbalik badan lagi dan berjalan menuju tempat tidurnya.

Perawat sedang menyiapkan peralatan untuk memperbaiki selang infus yang lepas karena kelakuan Mazaya sendiri. Namun, melihat keributan dan ekspresi menyeramkan Arnold, wanita itu jadi mengurungkan niat.

Arnold ingin tertawa karena Mazaya meminta peralatan rias yang bahkan tidak pernah dia pakai, tapi rasa kesalnya karena diperintah dengan semena-mena lebih mendominasi otaknya sekarang. Dia mendekati Mazaya dan mencengkeram pundak wanita itu.

“Lipstik yang mana? Bedak yang mana? Memangnya sejak kapan kamu suka berias diri? Kamu itu sudah jelek dari lahir, mau dipakai riasan seperti apa pun tidak akan merubah penampilanmu yang menjijikkan ini!”

Jika Mazaya yang asli akan menangis dan pasrah diperlakukan kasar seperti ini, maka Caroline berbeda. Wanita itu berhadapan langsung dengan suaminya dan dengan tatapan tajam dia menantang Arnold.

“Semua orang bisa berubah karena melakukan perubahan. Mungkin tubuh ini memang menjijikkan, dan wajah ini memang jelek, tapi aku punya kekuatan yang akan membuatmu menyesal,” ungkap Mazaya dengan sorot mata tajam. Gertakan giginya yang kuat mengisyaratkan rasa kesalnya yang dalam.

Caroline dalam tubuh Mazaya benar-benar merasa tertantang karena penghinaan yang Arnold ucapkan. Padahal, seharusnya dalam kondisi seperti ini, suami adalah orang pertama yang menjadi sandaran untuknya.

“Kekuatan?”Arnold tertawa renyah. “Bisa apa kamu dengan wajah jelekmu itu?” tanya laki-laki itu kian meremehkan.

Mazaya bersedekap dada. “Aku akan habiskan semua uangmu untuk membuat diriku cantik! Lihat saja nanti!”

Arnold memicingkan mata. Tampaknya, selain mengalami amnesia, Mazaya juga memiliki sesuatu yang aneh. Apa kecelakaan itu membuatnya terlahir kembali menjadi se-berani ini?

***

ada revisi untuk bab 1-4 ya, mon maaf yang baru baca mungkin agak bingung sama komen²nya hehe..

Kembang kopinya jangan lupa 💋💋💋

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!