Emir terbangun dengan adzan subuh, lalu menguap dan melihat jam di ponselnya.
"Sudah pagi nih, saatnya aku membangunkan Chika dan Pinkan" ujar Emir sembari ia beranjak pergi dari kasurnya.
Setelah itu Emir bergegas menuju ke kamar adik-adiknya, dan mengetuk pintu kamar mereka.
Mereka biasa dipanggil dengan sebutan Chika dan Pinkan.
"Chikaaa, Pinkaaannn, ayo bangun, waktunya shalat subuh!" ujar Emir sambil mengetuk pintu kamar adiknya.
"Iya, Kak" jawab Chika kepada Emir.
Chika kemudian membangunkan Pinkan
"Dek, ayo bangun, waktunya salat subuh."
"Ahhhh, Kakak aku masih ngantuk nih" jawab Pinkan sambil membelakangi Chika,
lalu Pinkan menarik selimutnya ke atas.
Tiba-tiba Chika menarik selimut Pinkan, sambil menyuruh,
"Ayo bangun, Dek, ambil wudhu dulu, kita salat subuh bareng-bareng!"
"Chika, Pinkan, ayo buruan, kita salat subuh berjamaah!"
"Yah malah tidur lagi, Pinkan ayo bangun, waktunya shalat subuh, Dek" ujar Chika dengan lembut menyapa adiknya.
"Iya, Kak" jawab Pinkan sambil menguap.
"Chika, Pinkan, ayo buruan!" ujar Emir sambil mengajak adik-adiknya.
"Ayo, Pinkan, Kak Emir udah nungguin kita di luar" ujar Chika sambil mendesak adiknya.
Setelah selesai mengambil wudhu, shalat subuh dimulai, lalu beberapa menit kemudian berdoa...
"Ya Allah, Engkaulah yang maha pengasih dan lagi maha penyayang, ampunilah dosa-dosa kedua orang tua kami yang telah mendahului kami, lapangkanlah kubur kedua orang tua kami, terimalah amal ibadah kedua orang tua kami selama di dunia, jauhkanlah kedua orang tua kami dari azab kubur, dan tempatkanlah mereka di syurgamu ya Allah" ujar Emir sambil meneteskan air mata, lalu menadahkan kedua tangannya serta menundukkan kepala kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
"Ya Allah, lindungilah di setiap langkah kami dunia dan akhirat di jalanmu ya Allah" sambung Chika di dalam berdoa.
"Tuntunlah kami di jalanmu dan menuju ke Syurgamu ya Allah" sambung Pinkan di dalam berdoa.
"Amin ya robbal alamin." Emir dan adik-adik serentak mengaminkan doa.
Setelah selesai menunaikan shalat subuh, Emir dan adik-adiknya bersih-bersih diri, lalu setelah itu mereka menyiapkan nasi goreng dan teh hangat untuk sarapan pagi.
"Adik-adik, apa kalian sudah siap?" tanya Emir kepada Chika dan Pinkan.
"Sudah, Kak" jawab Chika dan Pinkan serentak.
"Nah, sekarang kan awal kalian masuk sekolah ya, setelah libur 2 minggu terima rapor kemarin, tetap semangat ya, ingat jangan bolos dan jangan malas dalam belajar, tetap semangat ya adik-adik"
ujar Emir dengan penuh kasih sayang kepada adik-adiknya.
"Siap, Kakak" jawab Chika,
Pinkan juga mengangguk dan tersenyum.
"Jangan lupa makan siang ya, aku sudah masukkan uang jajan kalian" tambah Emir.
"Baik, Kakak, kita berangkat dulu ya!"
Chika dan Pinkan sambil mencium tangan Emir.
"Oke, adik-adik hati-hati di jalan ya" ujar Emir sambil tersenyum kepada adik-adiknya.
Sambil menunggu angkot, Emir merenung dan berdoa.
"Ya Allah, berikanlah hamba petunjukmu untuk bisa mengais rezeki darimu, engkaulah maha kaya, setelah ayah dan ibu tiada, sekarang hamba lah yang akan menjadi tulang punggung keluarga, hamba mohon kepadamu ya Allah, berikanlah petunjuk darimu supaya hamba bisa menafkahi adik-adik hamba, tolong ya Allah, Engkaulah yang maha besar, engkaulah pemilik langit dan bumi, serta seluruh jagat raya ini ya Allah, kabulkanlah ya Allah, amin" kata Emir sambil berdoa di dalam hati sambil berdiri menunggu angkot.
Setelah beberapa menit kemudian, angkot datang, lalu Emir menaiki angkot tersebut.
Sembari angkot itu berjalan, Emir membuka ponsel dan mencari lowongan pekerjaan, atau ide usaha kecil-kecilan.
Tak lama, beberapa menit kemudian, Emir menandai peluang bisnis baru di ponselnya yang diiklankan oleh Upline Kecantikan MLM yang bernama Rina.
15 menit kemudian, Emir telah sampai di kampus, sembari menuju ke dalam ruang kuliah, Emir bertemu dengan Fani, Siska, Qhira, dan Eli, mereka berempat ini selalu bertindak usil dan jahat kepada Emir.
"Hai Emir" kata Siska sambil memplototi Emir.
"Hai juga" jawab Emir dengan santai.
"Masih punya nyali juga, Lo kuliah di sini!!!" ujar Fani dengan kasar kepada Emir.
"Terus kenapa, masalah buat Lo!!!" jawab Emir dengan tegas dan nada tinggi.
"Pake nanya lagi, Lo!!! Seharusnya Lo ngaca dong, kuliah di sini kan mahal,
emang Lo punya duit, nggak kan, dasar miskin aja sombong Lo!!!" ujar Qhira dengan kasar.
"Eh, tutup mulut Lo, gue punya uang atau enggak itu bukan urusan Lo!!! Gue miskin atau kaya itu juga bukan urusan Lo!!! Yang jelas gue nggak minta sama Lo!!!" jawab Emir dengan tegas, dan sambil menantang Qhira.
"Wuissshhh, jangan marah gitu donk"
sambung Eli menjawab perkataan Emir.
"Gue kasihan aja sama Lo, mir, nyokap bokap Lo udah gak ada, trus Lo sama adik-adik Lo... Siapa yang kasih makan ya, atau jangan-jangan Lo jual diri!!" ujar Eli dengan kasar lalu memfitnah Emir.
"Hahaha, gue bukan seburuk yang Lo pikir, Li, justru yang Lo omongin itu diri Lo sendiri, Lo ngaca dong, Li, kemarin aja dua hari yang lalu gue ngeliat Lo sama om-om bermesraan di depan bioskop, Nah itu baru namanya jual diri, Li!!!" jawab Emir dengan tegas dan secara tersenyum sambil menjawab perkataan Eli.
"Dan satu hal lagi yang harus Lo ingat, tidak semua orang susah itu jual diri kayak Lo!!! Paham!!!" jawab Emir dengan tegas sambil memplototi Eli.
Tiba-tiba Eli mengayunkan tangan dan akan menampar Emir.
"Kurang ajar, Lo, Mir!" bentak Eli sambil mengayunkan tangan.
Tiba-tiba Emir menangkis tangan Eli, lalu berbicara dengan tegas kepada Eli.
"Gue nggak akan biarin Lo nyakitin gue, Li!!!" jawab Emir dengan tegas sambil menangkis tangan Eli.
"Gue ingetin sama kalian berempat, jangan ganggu gue, dan gue nggak ada urusan sama kalian berempat, minggir!!! Gue siap-siap mau kuliah!!" jawab Emir dengan tegas,
lalu Emir sambil menunjuk Eli dengan teman-temannya.
Setelah beberapa menit Emir usai bertengkar dengan Fani dan teman-temannya, Emir menuju masuk ke ruang kuliah dan duduk di atas kursi yang sudah disediakan. Sembari duduk menunggu dosen, Emir membuka kembali ponsel dan mengklik bisnis yang sudah ia tandai di atas angkot tadi pagi.
Setelah membaca tentang peluang bisnis online dengan sistem Multi Level Marketing (MLM), Emir merasa tertarik dengan penjelasan tentang cara kerja dan potensi pendapatan yang besar. Dia membaca testimoni dari orang-orang yang sudah sukses dengan bisnis ini, dan Emir mulai berpikir bahwa ini bisa menjadi solusi untuk masalah keuangannya. Tiba-tiba, dosen Emir masuk ke ruang kuliah dan memulai perkuliahan. Emir terpaksa menutup ponselnya dan memperhatikan perkuliahan.
"Kuliah segera dimulai," ujar Emir di dalam hati, sambil membuka ponselnya.
Tiba-tiba, sahabat terdekat Emir menghampirinya. Namanya Najwa, dan dia juga satu jurusan kuliah bersama Emir.
"Hai Mir, lo lihat apa tuh? Sibuk banget kayaknya" tanya Najwa kepada Emir, sembari ia mendekati Emir
"Hai Naj, nih gue lagi ngeliat bisnis kecantikan MLM nih. Kayaknya gue lihat produknya bagus-bagus, dan harganya juga terjangkau loh" jawab Emir kepada Najwa dengan santai
Najwa mengerutkan kening, "Bisnis apa lagi? Jangan bilang Lo tertarik sama bisnis MLM lagi Mir?"
"Iya, Lo bener" sahut Emir kepada Najwa
Najwa terkejut dengan jawaban Emir. "Wah, kayaknya bestie gue ini ingin memulai bisnis baru ya"
"Rencananya gitu sih Naj, mana tahu rezeki gue ada di sini, gue tahu sih untuk menjalankan sebuah bisnis tidak segampang yang kita pikirkan, semua itu butuh tenaga, pikiran jernih, dan terutama fisik yang sehat" ucap Emir kepada Najwa dengan penuh semangat
Najwa tertawa, "Lo kayak orang tua aja, Mir, apa gue harus khawatir sama kes hpehatan lo?"
Najwa tersenyum dan memeluk Emir. "Apapun yang lo lakuin gue pasti support lo Mir, dan jika itu yang terbaik buat lo, why not bestie"
"Makasih, Naj, lo selalu ada buat gue"
Najwa memeluk Emir erat, "Selalu ada, Mir, kita sahabat sejati, kan?"
Fani mendekati mereka dengan wajah penasaran.
"Sama-sama Besti, santai aja kali" ucap Najwa kepada Emir dengan penuh haru
Tiba-tiba Fani mulai mencari keributan. "Apa yang terjadi di sini? Kenapa kalian berdua kayak orang yang baru putus cinta?"
"Wow, ternyata di sini ada yang lagi nyemangatin bestinya ya... duh, jadi terharu nih gue," ujar Fani dengan nada ejekan sambil mencemooh Najwa dan Emir.
"Mir, gue doain semoga bisnis lo gagal total, hahaha...
Seharusnya lo ngaca, karena lo miskin banget berkhayal jadi bos.
Udah deh Mir, lo jangan halu!" ujar Fani dengan nada menantang dan kasar.
"Eh, Fan, apa masalah lo?" tanya Najwa kepada Fani dengan tegas, sembari ia berdiri di depan Fani dan teman-temannya
Emir tersenyum lembut, "Udah, besti, nggak usah didengerin... cuek aja kali!" ujar Emir kepada Najwa.
Najwa mengerutkan kening, "Nggak bisa dibiarin Mir!"
Fani menatap Najwa dengan mata tajam, "Apa lo!!!"
Najwa menegakkan kepala, "Mulut lo kayak sampah!!!"
"Lo bilang apa barusan!!!" kata Fani kepada Najwa, sambil mendekati Najwa dengan mata yang sangat tajam.
"Mulut lo kayak sampah, emang kenapa!!!" jawab Najwa kepada Fani, menatap Fani dengan tajam dan tangannya siap menantang. Fani mundur sedikit, tapi lalu maju lagi.
"Gue kasihan aja sama mulut lo Fan, nggak berharga sama sekali, Sampah aja masih dihargain sama orang!!" ucap Najwa kepada Fani sambil berdiri di depan Fani
Fani wajahnya merah padam, mata melotot, "Lo benar-benar akan menyesal Naj!!"
"Kenapa gue harus menyesal, Lo tau nggak,
dengan kalimat buanglah sampah pada tempatnya, Lo bayangin aja sampah aja ada tempatnya, dan Lo gak pernah ada tempatnya di hati semua orang!!" ucap Najwa dengan tegas kepada Fani dengan mata yang tajam
Fani menatap Najwa dengan mata penuh kemarahan, "Lo sangat berani Naj..."
"Jangankan di hati semua orang, di hati cowok lo aja... Lo udah dibuang ke mana-mana!!! Sadis banget nasib lo, sampai-sampai lo diputusin dan dibuang begitu aja sama cowok lo!!!" ucap Najwa kepada Fani dengan suara yang menantang
Fani terguncang, wajahnya pucat, mata berair... "Itu urusan pribadi!!"
"Diam lo!!! Tau apa lo tentang masalah gue dengan cowok gue!!" Fani wajahnya merah, mata melotot, jari telunjuk menunjuk Najwa.
"Jangan sampe ya Naj, gue hancurin lo sampe lo nyesal karena udah kurang ajar sama gue!!!" Fani menunjuk Najwa dengan jari telunjuk yang gemetar karena kemarahan, mata Fani berapi.
Emir teriak kepada Fani dan teman-temannya
"Cukup, Fan! Kalian berempat sudah keterlaluan. Kalian yang memulai duluan,
dan kalian selalu mencari gara-gara!"
Emir ucapkan dengan tegas kepada Fani dan teman-temannya "Kalian nggak capek berantem melulu sama semua orang, termasuk sama gue dan Najwa?"
Emir ucapkan dengan tegas kepada Fani "Lo ingat ya Fan, jangan sampai lo ditegur lagi!
Kartu hitam lagi, nilai lo jadi nol...
Apa lo lupa?"
Emir jawab dengan tegas "Saksi banyak di sini, Fan! Jangan macam-macam! Paham?!"
"Ayo, besti, kita duduk lagi" ucap Emir kepada Najwa
"Ayo, Mir" jawab Najwa kepada Emir
"Awas Lo Mir !!!" teriak Fani kepada Emir sambil menunjuk tangannya kepada Emir
"Gue nggak takut sama lo!" jawab Emir dengan tegas kepada Fani, ketika sedang berdiri di depan teman-temannya
Setelah bertengkar, Emir dan Najwa duduk kembali. Dosen masuk dengan wajah serius.
"Selamat pagi" sahut Bu Lia menyapa mahasiswa
"Pagi, Bu," jawab Mahasiswa dengan serentak dan semangat.
"Baiklah, Ananda sekalian, pagi ini saya jelaskan konsep bisnis," ucap Bu Lia, hari berdiri di depan seluruh mahasiswa
Bu Lia sudah menjelaskan 45 menit, Pertanyaan muncul di benak Emir.
"Apakah ada pertanyaan?" Bu Lia menatap para mahasiswa.
Emir melambaikan tangannya, Bu Lia tersenyum dan berkata: "Ya, Emir?"
"Terimakasih, Bu," Emir jawab dengan sopan.
"Bu, bagaimana caranya sukses berbisnis,
dan konsepnya apa?" tanya Emir kepada Bu Lia dengan tersenyum manis
"Baiklah, ada 3 cara atau trik jitu supaya kita sukses dalam berbisnis, yaitu:
"Pertama, kita harus konsisten, membangun konsistensi penjualan produk atau jasa melalui promosi digital, seperti melalui media sosial, atau marketplace," Bu Lia menatap Emir.
"Kedua, meningkatkan interaksi dengan konsumen, menjaga hubungan baik melalui evaluasi dan pengembangan produk, dengan mudah dan gratis melalui platform survei daring, untuk menciptakan inovasi sesuai kebutuhan target konsumen," Bu Lia tersenyum lebar.
"Ketiga, membuat laman resmi usaha sendiri.
Hal ini harus dilakukan sejak awal, agar nama domain usaha tidak digunakan orang lain.
Laman resmi menjadi representasi digital yang memberikan kesan terpercaya bagi brand UMKM," Bu Lia menatap mahasiswanya dengan puas.
"Dan konsep yang seharusnya kita pakai juga ada 3 macam, yaitu:
"Pertama, Konsistensi dalam menargetkan produk yang kita jual, misalnya, Anda seorang reseller, fokus saja pada beberapa produk,
bukan 50 macam produk sekaligus," Bu Lia menjelaskan dengan baik
"Kedua, Pelajari tentang pemasaran produk,
perlu diketahui apakah produk kita laris di daerah target atau tidak, intinya adalah promosi, jangan pernah bosan untuk terus mempromosikan," Bu Lia menekankan dengan serius.
"Ketiga, bangun jaringan atau referral, karena referral adalah cabang bisnis, sedangkan akar bisnis adalah Anda sendiri, tergantung bagaimana Anda membina dan mengembangkannya, sehingga bisa menjadi bisnis besar," Bu Lia tersenyum dengan percaya diri.
"Bagaimana Emir, paham sampai disini?"
Bu Lia menatap Emir dengan sorot mata yang penuh harap.
Emir menjawab "Saya mengerti Bu, terima kasih."
Bu Lia tersenyum dan berkata "Sama-sama"
Setelah 2 jam, Bu Lia menutup perkuliahan.
"Baiklah Ananda, materi hari ini sudah selesai,"
"Apakah ada pertanyaan?" Bu Lia menatap para mahasiswa.
Hening sejenak, kemudian Bu Lia berkata:
"Baiklah, selesai." Lalu dia berdiri dan mempersilakan mahasiswa pulang.
Emir dan Najwa berjalan bersama, sambil berbincang tentang bisnis kecantikan MLM.
"Lo tahu, Bu Lia tadi menjelaskan tentang konsep bisnis," kata Emir.
"Ya gue tahu," jawab Najwa,
"Apa yang paling menarik menurut lo, sih?"
Emir tersenyum.
"Konsep pemasaran dan jaringan loh," kata Emir,
"Bu Lia bilang bisa bikin bisnis kita melejit, sih." Najwa tertarik.
"Bagus banget ide Bu Lia itu, lo harus coba!" ucap Najwa kepada Emir, dengan memberikan semangat kepada Emir
"Insya Allah, gue bakal jadikan bisnis kecantikan kita nomor satu!" ucap Emir kepada Najwa dengan penuh semangat
"Amin ya Allah,"
Najwa tersenyum dan peluk Emir.
"Yuk, besti waktunya kita pulang!"
ucap Emir kepada Najwa.
"Let's go besti!" jawab Najwa dengan senang,
melihat Emir bersemangat.
"Kira-kira menurut lo gimana ya, Naj, kalau gue jalanin bisnis kecantikan MLM yang udah gue ceritain tadi?" tanya Emir kepada Najwa.
"Emir, coba saja dulu... siapa tahu ini adalah jalan rezeki lo yang sudah lama ditunggu," jawab Najwa dengan senyum penuh harapan.
"Emir, jangan pernah lupa! Bu Lia sudah mengingatkan kita... konsistensi dan doa adalah kunci sukses! Minta izin pada Allah, dan kerja keras akan membuahkan hasil!"
ucap Najwa meyakinkan Emir
"Lo bener banget, Naj!" ucap Emir kepada Najwa dengan senyum lega.
"Jujur Naj, gue lagi pusing sekarang, bingung banget" ujar Emir kepada Najwa secara mengeluh
"Bingung kenapa, lo?" tanya Najwa kepada Emir dengan serius.
"Ayah dan ibu gue pergi begitu saja... sebulan yang lalu. Gue masih belum percaya. Sekarang, beban keluarga ada di bahu gue, Naj... gue harus kuat untuk adik-adik gue."
ucap Emir dengan sedih kepada Najwa
"Gue tidak bisa menunggu lagi, Naj... gue harus cari jalan lain untuk menghidupi adik-adik gue. Bisnis ini mungkin bisa jadi solusi jangka panjang, tapi gue butuh solusi jangka pendek juga..." ucap Emir dengan suara yang bergetar dan penuh haru kepada Najwa
Najwa membalas tatapannya dengan penuh empati dan berkata "Gue ngerti apa yang lo rasain, Mir... gue bisa bayangin betapa beratnya beban yang lo pikul sekarang,"
jawab Najwa kepada Emir dengan suara lembut dan penuh haru.
"Kira-kira, gue bisa bantu apa buat lo, Mir?!" tanya Najwa kepada Emir dengan serius
"Terima kasih, Naj... gue merasa lega banget sudah bisa curhat sama lo. Lo nggak usah khawatir tentang gue, cukup lo mendengarkan gue aja sudah membuat gue bahagia." Najwa tersenyum dan memeluk Emir
"Ya wajarlah, Mir... lo kan sahabat gue!
Pokoknya selagi gue bisa bantuin lo, gue pasti bantuin lo, dan insya Allah, gue akan selalu ada buat lo, di masa suka dan masa susah,"
jawab Najwa kepada Emir dengan suara bergetar dan penuh haru, sambil memeluk Emir erat.
"Makasih ya, Naj... atas perhatian lo sama gue. Lo adalah sahabat terbaik yang gue kenal, sahabat sejati yang selalu ada untuk gue," ucap Emir kepada Najwa dengan suara penuh emosi dan mata yang berkilauan air mata.
"Sama-sama, bestie..." jawab Najwa kepada Emir dengan senyum lembut. Dan mereka berdua saling memeluk, persahabatan mereka semakin kuat.
"Sudah waktunya gue pulang, Naj...
Adik-adik gue butuh gue sekarang, dan gue harus menjadi ayah dan ibu bagi mereka," ucap Emir kepada Najwa sembari iya sambil mengingat adik-adiknya yang berada di rumah
Najwa memeluk Emir pelan dan berkata "Semoga Tuhan selalu melindungi kalian semua, Mir..."
"Sampai jumpa lagi, Mir... Hati-hati di jalan, dan jaga diri serta adik-adik ya, gue akan selalu mendoakan kalian." Mereka berpelukan sekali lagi, lalu berpisah "ucap Najwa kepada Emir
Setelah beberapa menit kemudian, Emir tiba di rumah, ia melihat adik-adiknya dengan wajah yang murung.
"Assalamualaikum..." ujar Emir memberikan salam sebelum memasuki rumahnya.
Adik-adiknya menjawab dengan suara lembut dan serempak "Waalaikumsalam..."
Emir kemudian melihat wajah adik-adiknya yang murung dan bertanya dengan khawatir.
"Loh, kenapa nih? Kok wajah adik-adik Kakak yang cantik ini pada murung? Nanti cantiknya hilang loh, Dek!" ucap Emir sambil merayu adik-adiknya.
"Kak, bulan depan aku harus bayar SPP..." jawab Chika kepada Emir dengan wajah khawatir.
Emir merasa sedih dan teringat pada tanggung jawabnya sebagai kakak.
"Dan stok uang untuk beli token sampai bulan depan juga hampir habis, Kak..." ujar Pinkan kepada Emir dengan wajah yang memelas.
Emir merasa seperti tertimpa beban yang sangat berat, Dia memandang Chika dan Pinkan dengan penuh kasih sayang.
"Iya dek, kakak ngerti tenang aja, nanti Kakak coba cari kerja, doakan kakak ya dek" jawab Emir kepada adik-adiknya
"Kalian nggak boleh murung, ya...
Kalian harus tersenyum karena kalian berdua adalah penyemangat hidup Kakak,"
ucap Emir kepada adik-adiknya dengan menyemangati dan memeluk kedua adiknya.
Chika dan Pinkan saling memandang dan kemudian tersenyum lebar, membuat wajah mereka kembali cerah.
"Kakak akan kuat karena ada kalian berdua," tambah Emir dengan suara penuh emosi.
Chika dan Pinkan kemudian memeluk Emir erat dan berkata serempak "Kakak juga penyemangat hidup kami, Kak..."
Senja pun mulai datang dan adzan maghrib pun berkumandang seperti biasanya.
Emir dan adik-adiknya bersiap untuk salat berjamaah di rumah mereka.
Setelah beberapa menit selesai salat maghrib, mereka lanjut dengan berdoa
"Ya Allah, ya Tuhanku, engkaulah sang maha mendengar doa, ya Allah izinkanlah hamba mendapatkan pekerjaan supaya hamba bisa menafkahi adik-adik hamba ya Allah, pertemukanlah hamba dengan pekerjaan yang halal dan yang engkau ridhoi ya Allah, ya Allah yang maha pengasih dan lagi maha penyayang, jagalah kedua orang tua hamba di alam sana ya Allah, jadikanlah mereka penghuni surga mu ya Allah" ucap Emir sambil berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala
"Ya Allah, lindungilah kami dari musibah dan marabahaya , serta lindungilah kami dari penyakit yang berbahaya. Ya Allah, Engkaulah yang Maha Pelindung dan tidak ada yang bisa menandingi-Mu," sambung doa Chika kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan suara yang lembut.
"Ya Allah, tuntunlah kami selalu ke jalan yang lurus ke jalan kebaikan yang Engkau ridhai.
Ya Allah, dan jangan Engkau biarkan kami tersesat," sambung doa Pinkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan suara yang penuh harapan.
Emir kemudian memeluk kedua adiknya dan berkata, "Amin... Semoga doa kita semua dikabulkan oleh Allah." Mereka bertiga kemudian saling memeluk
Setelah selesai melaksanakan salat magrib waktu makan malam pun tiba tiba-tiba Emir mendapat telepon dari Najwa.
"Assalamualaikum, Besti!" jawab Emir kepada Najwa dengan memberikan salam.
Najwa menjawab dengan salam yang sama dan suara yang gembira,
"Waalaikumsalam, Mir!
"Gue ada berita baik nih buat lo, Bestie!" ucap Najwa kepada Emir dengan nada gembira.
"Apaan tuh, Besti?" tanya Emir kepada Najwa dengan serius.
"Kamu nanya-nanya aku, tapi aku yang harus menjawab semua pertanyaanmu!"
tanya Najwa kepada Emir sambil bercanda.
"Hahaha ada-ada aja lo, Najwa! Serius, gue penasaran nih..." kata Emir kepada Najwa dengan penasaran.
"Oke baiklah, tadi gue lihat-lihat di internet, nah gue nemuin, ada lowongan pekerjaan di pabrik gula, lo minat nggak, Mir?"
Emir terkejut dan kemudian berpikir sejenak,
"Pabrik gula? Hmm, aku rasa itu pekerjaan yang stabil dan bagus
"Gue minat, Naj! Kira-kira lokasinya di mana ya?" tanya Emir kepada Najwa dengan penuh semangat.
"Oke, kalau lo minat, besok pas pulang kuliah gue temenin lo deh masukin lamaran kerja di sana!" jawab Najwa kepada Emir dengan penuh semangat.
"Alhamdulillah... Makasih banyak ya, Besti!"
ucap Emir kepada Najwa dengan penuh haru.
"Eeeettt... jangan senang dulu nih! Ada info terbaik lagi nih buat lo!" ujar Najwa kepada Emir dengan semangat.
"Serius loh?" tanya Emir kepada Najwa dengan mata yang lebar penuh keheranan.
"Dua rius malahan, Bestie!" jawab Najwa dengan bercanda kepada Emir.
"Gue barusan ngomong sama bude gue yang punya laundry di samping rumah gue, beliau lagi cari karyawan, ya secara nggak langsung gue ngomong sama bude, kalau lo lagi butuh pekerjaan dan bude gue setuju, kalau lo kerja sama dia, trus lo bisa bawa cuciannya pulang, yang penting enggak hilang aja, kata bude gue, gimana menurut lo Mir?!" tanya Najwa kepada Emir
"Gue mau banget, Naj! Pokoknya apapun akan gue lakuin deh, asalkan gue bisa bekerja secara halal dan berkah buat nafkahin adik gue, serta kebutuhan gue dan untuk kuliah."
"Oke, sekarang gue mau nanya nih, ntar kalau lo diterima kerja di pabrik gula, lo terima juga? apa gimana Mir?!" tanya Najwa kepada Emir dengan serius
"Kalau soal diterima atau enggak di pabrik gula, nanti gue pikir dulu ya, Besti...gue mau kasih tahu adik-adik dulu, biar mereka juga tahu." Emir menjelaskan dengan jelas dan Najwa mendengarkan dengan sabar dan penuh perhatian.
"Yang penting sekarang gue udah punya opsi pekerjaan yang pasti, Naj! Jadi gue bisa bernapas lega dan fokus untuk membantu adik-adik." Najwa tersenyum bahagia melihat Emir yang lega dan bahagia.
"Nah, gimana dengan bisnis kecantikan MLM loh?" tanya Najwa kepada Emir dengan serius.
"Apa lo nggak kecapean, Mir? tanya Najwa kepada Emir dengan rasa khawatir
"Tenang aja, Besti... Insya Allah gue akan selalu baik-baik saja, Allah selalu melindungi gue." ucap Emir dengan meyakinkan Najwa
"Gue salut dengan lo, Mir...Semoga Allah selalu melindungi lo dan memberikan keberkahan dalam hidup lo. Gue sangat bahagia bisa menjadi bagian dari perjalanan hidup lo, Mir..." Emir terharu dan merasa sangat terkesan dengan kata-kata Najwa,
dia memeluk Najwa dengan erat dan berkata,
"Makasih ya, Besti... Atas doanya, gue merasa sangat lega dan bahagia," ucap Emir kepada Najwa dengan senyum hangat.
"Tapi lo harus ingat, Mir... Jangan lupa jaga kesehatan, pola makan lo juga harus teratur,
dan jangan sampai lo sakit, ya..." ucap Najwa tersenyum kepada Emir
"Siap, Besti!" jawab Emir dengan semangat kepada Najwa.
"Oke ya, udah lanjutin makan lo ya, sama adik-adik lo...Sampai jumpa besok!
Assalamualaikum..." Emir tersenyum dan menjawab sebelum Najwa menutup telepon,
"Waalaikumsalam, Besti...
Kemudian setelah 5 menit Waktu makan telah berlalu, Emir pun mulai menceritakan tentang pekerjaannya yang akan dia tempuh kepada adik-adiknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!