Di sebuah restoran.
"Plak!"
"Plak!"
"Plak!"
Tiga kali Aurora menampar seorang pelanggan restoran yang melecehkan dirinya dengan memegang bokongnya. Mengundang perhatian para pengunjung restoran.
"Dasar pelayan sialan! Beraninya kamu menampar aku! Di mana manager restoran ini? Kenapa mempekerjakan pelayan kurang ajar seperti dia!"teriak pria bertubuh tambun, berperut buncit yang baru saja di tampar Arora.
"Maaf, tuan. Dia ini pelayan baru. Tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa,"ucap manager restoran itu kemudian menatap Aurora,"Cepat minta maaf pada Tuan ini! Tuan ini adalah pelanggan tetap restoran ini. Cepat minta maaf!"titah manager itu pada Aurora.
"Dia yang bersalah. Kenapa saya yang harus minta maaf?"protes Aurora yang merasa tidak bersalah.
"Karena Tuan ini adalah pelanggan tetap di restoran ini.Cepat minta maaf!"titah manager restoran itu terlihat geram pada Aurora.
"Saya tidak mau! Memangnya kenapa jika dia pelanggan tetap di restoran ini? Apa karena dia pelanggan tetap di restoran ini, lalu dia bisa melecehkan pelayan seperti saya sesuka hati?"ketus Aurora tetap kukuh dengan pendiriannya.
"Kamu akan saya pecat jika tidak mau minta maaf pada Tuan Seno!"ancam manager restoran itu pada Aurora.
"Bapak tidak perlu memecat saya. Saya mengundurkan diri mulai saat ini juga. Saya tidak Sudi bekerja di tempat yang membela orang yang bersalah dan menindas orang yang lemah,"sahut Aurora langsung meninggalkan tempat itu dengan wajah yang terlihat sangat kesal.
"Dasar pelayan tidak tahu diri!"umpat manager restoran itu.
***
"Dasar orang kaya sialan! Mereka sangat suka menindas orang-orang yang lemah. Mereka semena-mena karena memiliki harta yang banyak. Sekarang aku harus bagaimana ini? Harus kerja apa? Dimana pun aku bekerja, aku selalu di lecehkan para laki-laki buaya darat itu.Huhh.. terlalu cantik bukanya membawa berkah. Tapi malah jadi musibah. Aku pengen masuk pintu ajaib Doraemon untuk kembali ke masa lalu. Sebelum masuk ke perut ibu, aku pengen request dulu sama Tuhan apa keinginan ku,"gerutu Aurora sepanjang jalan.
"Neng, kok jalan sendirian? Abang temani, mau nggak?"tanya seorang pemuda berambut jabrik yang berjalan menghampiri Aurora bersama seorang temannya yang berambut gondrong.
"Yakin, mau nemenin?"tanya Aurora dengan suara centil. Membuka masker yang sedari tadi menutupi wajahnya sambil berjalan mendekati dua orang pria itu.
"Eh, Buset dah! Tubuh bahenol, tapi muka horor,"ucap si jabrik yang terkejut saat melihat Aurora membuka maskernya.Aurora tersenyum lebar dengan gigi palsu tonggos nya.
"Abanngg! Godain aku dong!"ucap Aurora dengan suara yang dibuat manja.
"Hus! Hus! Pergi jauh-jauh! Balik ke alam kamu sana!"ucap pria berambut gondrong bergidik ngeri.
"Sembarangan! Situ kira aku makhluk halus apa?"protes Aurora.
"Makhluk astral!"sahut kedua pria itu bergegas menjauh dari Aurora.
"Dasar brengseek! Situ yang setan! Kerjanya menggoda perempuan,"gerutu Aurora dengan wajah kesal,"Terlalu cantik salah, terlalu jelek juga masalah. Aku ingin yang sedang-sedang saja!"teriak Aurora sambil menendang kaleng kosong di pinggir jalan.
"Kluntang"
Suara kaleng bekas minuman yang ditendang Aurora.
"Guk! Guk! Guk! Guk!"
"Aiya.. buset, dah! Kabuurrr!"pekik Aurora berlari sekencang-kencangnya saat melihat seekor anj*ing berlari ke arah nya.
"Guk! Guk! Guk!"
"Jangan kejar aku! Jangan gigit aku! Aku masih perawan!"pekik Aurora terus berlari sesekali menengok ke belakang hingga..
"Tang"
"Auwh!"pekik Aurora saat melihat ke depan wajahnya langsung bertabrakan mesra dengan tiang listrik.
"Doni! Doki!"teriak seorang pria membuat anj*ng itu berhenti mengejar Aurora.
Aurora mengusap dahinya yang terbentur tiang listrik. Meringis menahan sakit.
"Hei! Kalau punya peliharaan di urus yang bener, dong! Kalau aku di gigit terus kena rabies, apa situ mau tanggung jawab!"bentak Aurora dengan napas yang belum stabil.
"Situ aja yang terlalu jelek. Mangkanya Doki benci lihat situ lewat sini,"ketus pria pemilik anj*ng itu,"Ayo Doki! Aku eneg lihat muka dia. Pengen muntah,"ucap pria itu membawa peliharaan nya pergi.
"Dasar brengseek! Semua pria memang sama saja. Cuma mandang fisik doang. Kalau kamu lihat wajahku yang sebenarnya, mungkin kamu tidak akan bersikap seperti itu padaku,"gerutu Aurora menatap pria yang membawa peliharaannya yang sudah jauh.
"Huff..apes banget aku hari ini. Duit tinggal cepek. Kerjaan nggak punya. Aku frustasi ya Tuhan! Frustasi tingkat tinggi. Level dewa stadium akhir,"teriak Aurora merasa frustasi.
"Berisik!"
"Plak "
"Auwh!"pekik Aurora saat sebuah botol kosong mendarat di kepalanya dengan cantik.
"Pergi sana! Jangan teriak-teriak di sini! Dasar tidak waras!"bentak seorang pria brewokan.
Aurora mendengus kesal mengusap kepalanya yang kena timpuk botol, kemudian meninggalkan tempat itu.Saat akan melewati sebuah jembatan, Aurora melihat seorang wanita berdiri di tepi jembatan.
"Ibu.. hiks.. hiks. hiks . Maafkan aku! Aku tidak bisa lagi membantu ibu. Hiks.. hiks.. hiks .."
Tangis perempuan yang berdiri di pinggir jembatan itu. Perempuan itu kemudian naik ke atas jembatan.
"Hei! Apa yang ingin kamu lakukan?"teriak Aurora langsung menyambar tangan perempuan yang hendak bunuh diri itu.
"Brugh!"
"Akkhh!"
Dua orang itu memekik saat Aurora menarik tangan perempuan itu hingga mereka terjatuh di tepi aspal.
"Kenapa kamu mencegah aku bunuh diri? Awas! Minggir! Aku ingin mati!"bentak wanita itu mencoba melepaskan pegangan tangan Aurora.
"Semua orang juga punya kesulitan dan masalah masing-masing. Tapi bukan berarti harus bunuh diri, 'kan?"bentak Aurora.
"Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku tidak punya uang, di usir dari kontrakan. Kelaparan. Tidak ada yang mau menerima aku bekerja. Karena aku hanya lulusan SD dan mataku cacat. Mau pulang kampung pun pasti hanya akan menjadi bahan cibiran. Lalu, untuk apalagi aku hidup?"ketus wanita itu sesenggukan.
"Tapi tidak harus bunuh diri juga, 'kan? Apa kamu tidak berpikir bagaimana perasaan ibumu jika tahu kamu bunuh diri?"tanya Aurora menghela napas kasar menatap wanita di depannya itu. Wanita yang lumayan cantik. Tapi matanya yang sebelah kiri terlihat menakutkan karena sepertinya dari mengalami kecelakaan.
"Lalu aku harus apa?"sahut wanita itu terduduk di tepi jembatan, kembali menangis.
"Kalau boleh tahu. Apa pekerjaan kamu sebelumnya?"tanya Aurora pada wanita itu.
"Aku bekerja sebagai kupu-kupu malam. Aku ditipu orang. Mengatakan akan memberikan pekerjaan di kota ini. Nyatanya aku dijadikan sebagai wanita penghibur. Awalnya aku berusaha kabur. Tapi setelah mendapatkan banyak uang dengan melakukan pekerjaan itu, akhirnya aku malah menyukai pekerjaan itu. Aku tidak perlu banting tulang menguras tenaga. Tinggal naik di atas ranjang, sudah mendapatkan banyak uang. Aku bisa membantu ibuku yang seorang janda, untuk menghidupi adik-adik ku. Tapi setelah aku mengalami kecelakaan hingga mataku cacat, mereka menendang aku dari tempat hiburan malam itu. Entah bagaimana keadaan ibu dan adik-adik ku di kampung sana saat ini. Aku adalah tulang punggung keluarga. Ibu sudah tua dan tidak bisa bekerja terlalu keras. Adik-adik ku masih kecil,"sahut wanita itu menyandarkan kepalanya di pagar jembatan dengan lelehan air mata yang membasahi pipinya.
Keduanya terdiam untuk beberapa saat. Duduk bersandar di pagar jembatan.
"Aku Aurora. Siapa namamu?"tanya Aurora memecah keheningan di antara mereka berdua.
"Sumi,"sahut wanita itu.
"Jika kamu tidak cacat, apa kamu akan tetap menjadi kupu-kupu malam?"tanya Aurora.
"Hanya pekerjaan itu yang tidak perlu memeras tenaga dan bisa mendapatkan uang yang banyak. Bagi lulusan SD seperti aku, sulit mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang,"sahut wanita yang ternyata bernama Sumi itu.
"Bagaimana jika kita berkerja sama untuk mencari uang?"tanya Aurora antusias.
"Bekerja sama? Bekerja apa? Mengemis?"ketus Sumi menatap wajah Aurora yang terlihat jelek dengan gigi tonggos nya.
"Bekerja sebagai..
...🌟"Terkadang, kelebihan yang kita miliki bisa membahayakan diri kita sendiri."🌟...
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
Novel ini bukan novel religi. Sesuai judulnya, yaitu tentang wanita kupu-kupu malam, maka akan banyak adegan yang agak🍍 bertebaran. Jadi, yang enggak suka dengan adegan yang agak 🍍, bisa menentukan mau berhenti atau lanjut baca.
Jika tidak suka dengan karya recehan author amatiran ini, silahkan tinggalkan saja, tidak perlu memberikan bintang.
Lebih baik tidak usah memberi, dari pada memberi, tapi membuat orang yang diberi merasa terhina dan sakit hati. 🙏🙏🙏🙏🙏
.
.
To be continued
"Bekerja sama? Bekerja apa? Mengemis?"ketus Sumi menatap wajah Aurora yang terlihat jelek dengan gigi tonggos nya.
"Bekerja sebagai....kupu-kupu malam,"sahut Aurora dengan wajah serius, membuat Sumi tertawa terbahak-bahak.
"Jangan bercanda! Sudah aku bilang, mereka menendang aku karena mata aku cacat. Dan kamu, siapa yang mau dengan kamu yang tonggos itu,"cibir Sumi tersenyum hambar seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku tidak bercanda. Aku bilang kita berkerja sama menjadi kupu-kupu malam. Bukan aku sendiri atau kamu sendiri. Lihat wajah asli ku!"ucap Aurora seraya melepaskan gigi tonggos palsunya nya.
Saat berpergian, Aurora memang sengaja memakai masker dan gigi tonggos palsu untuk menghindar dari tindak kejahatan para pria hidung belang. Karena jika melihat tubuhnya yang bahenol dan wajahnya yang cantik, banyak pria brengseek yang ingin melecehkan ataupun sekedar menggoda dirinya. Karena itu, Aurora sengaja memakai masker dan gigi tonggos palsu untuk menyembunyikan kecantikan nya.
Setelah Aurora melepas gigi tonggos palsunya, Sumi nampak sangat terkejut melihat wajah Aurora yang sangat cantik.
"Kamu..kamu cantik sekali. Jika terjun di dunia malam, kamu bisa mendapatkan banyak uang dengan wajah mu yang cantik ini,"ujar Sumi menatap kagum pada Aurora.
"Aku hanya akan menyerahkan mahkota ku pada suamiku kelak,"sahut Aurora menghela napas panjang.
"Kamu ingin menjadi kupu-kupu malam, tapi hanya ingin memberikan mahkota kamu pada suamimu kelak? Itu tidak mungkin,"ucap Sumi melambaikan tangannya tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Karena itu aku ingin kita berkerja sama,"sahut Aurora.
"Bekerja sama bagaimana maksudmu kamu?"tanya Sumi sama sekali tidak mengerti dengan maksud Aurora.
"Begini, jika kamu setuju, aku yang akan mencari pelanggan, dan kamu yang akan melayani nya. Bayarannya nanti kita bagi dua,"ujar Aurora serius.
"Mana mungkin bisa seperti itu?"ucap Sumi kembali melambaikan tangannya, tertawa tanpa suara.
"Bisa. Aku yang akan mengaturnya. Asal kamu mau,"ujar Aurora terlihat serius, membuat Sumi mengernyitkan keningnya.
***
Malam itu, Aurora dan Sumi melangkah menuju sebuah klub malam yang cukup terkenal di kota itu. Klub malam tempat Sumi bekerja selama ini.
"Kamu yakin, ini akan berhasil?"tanya Sumi yang merasa tidak yakin jika rencana mereka akan berhasil.
"Bagaimana kita bisa tahu jika kita belum mencobanya?"Aurora malah bertanya balik.
"Baiklah. Kita akan coba,"sahut Sumi membawa Aurora mendekati seorang security.
"Kau? Mau apa kamu ke sini? Kamu sudah diusir dari sini. Mami akan marah padaku jika melihat kamu di sini. Pergi sana!"bentak security itu pada Sumi.
"Aku ke sini membawa temanku ini untuk bertemu mami. Dia ingin bekerja di sini,"sahut Sumi seraya merangkul Aurora.
Security itu menelisik tubuh Aurora dari bawah sampai atas,"Ingin bekerja sebagai apa?"tanya security itu menatap Aurora yang memakai masker.
"Bekerja seperti aku sebelumnya,"sahut Sumi.
"Aku ingin lihat wajah teman kamu ini dulu. Jika dia cantik, aku akan bawa kalian untuk menemui mami,"ucap security itu yang nampak penasaran dengan wajah Aurora.
"𝙒𝙖𝙡𝙖𝙪𝙥𝙪𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙖𝙠𝙖𝙞 𝙗𝙖𝙟𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙠𝙚𝙩𝙖𝙩, 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙗𝙚𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙪𝙗𝙪𝙝𝙣𝙮𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙤𝙣𝙟𝙤𝙡. 𝙋𝙖𝙠𝙖𝙞𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙖 𝙥𝙖𝙠𝙖𝙞 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙢𝙗𝙪𝙣𝙮𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙪𝙗𝙪𝙝𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙪𝙝𝙖𝙞 𝙞𝙩𝙪,"gumam security itu dalam hati.
Security itu tampak tergoda dengan bentuk tubuh Aurora yang sebelas dua belas dengan bentuk tubuh Sumi. Namun dengan wajah yang jauh lebih cantik dari Sumi.
Aurora membuka maskernya memperlihatkan wajahnya yang cantik mempesona.
"Cantik sekali!"gumam security itu tanpa sadar, menatap Aurora dengan mata yang tidak berkedip.
"Bagaimana? Bisa kami bertemu dengan mami?"tanya Sumi pada security itu. Sedangkan Aurora kembali memakai maskernya.
"Tentu saja. Ayo aku antar!"ucap security itu antusias,"Hei! Kamu jaga dulu di sini!"pinta security itu saat melihat kawannya melintas.
"Oke,"sahut teman security itu.
Security itu membawa Sumi dan Aurora melalui pintu samping dan menuju sebuah ruangan.
"Tok! Tok! Tok!"
Security itu mengetuk pintu dari bahan kayu di depannya. Sedangkan Sumi dan Aurora berdiri di belakang security itu.
"Masuk!"terdengar suara wanita dari dalam.
"Kalian tunggu dulu di sini! Aku bilang dulu sama mami,"pinta security itu. Sumi dan Aurora pun mengangguk tanda setuju, dan security itu pun masuk ke dalam ruangan di depan mereka itu.
"Semoga rencana kamu ini berhasil, Ra. Hanya ini harapan aku satu-satunya untuk menyambung hidup,"ujar Sumi nampak harap-harap cemas.
"Aku yakin kita pasti berhasil,"sahut Aurora nampak sangat yakin.
Di dalam ruangan.
"Mi, Susi ingin bertemu dengan mami. Dia membawa seorang wanita untuk bekerja di sini,"lapor security pada wanita paruh baya bertubuh tambun namun lumayan cantik itu.
Sumi memang di kenal dengan nama Susi di klub malam itu. Sebelum matanya cacat karena kecelakaan mobil, Sumi adalah wanita malam yang memiliki banyak pelanggan karena terkenal dengan service ranjang nya yang memuaskan. Walaupun wajahnya tidak secantik Aurora.
"Apa teman Susi itu cantik?"tanya wanita yang di panggil mami itu. Wanita yang menjadi makelar wanita penghibur.
"Sangat cantik, mi! Tubuhnya juga sama bahenol nya dengan Susi. Mami pasti akan senang jika melihatnya,"sahut security itu nampak antusias.
"Hemm.. melihat ekspresi kamu itu, aku jadi penasaran dengan perempuan yang di bawa Susi. Suruh mereka masuk!"titah mami nampak penasaran dengan orang yang dibawa Sumi.
"Baik, mi,"sahut security itu langsung keluar untuk menemui Sumi dan Aurora.
"Masuklah! Mami mau menemui kalian,"ucap security itu membuka lebar pintu ruangan mami, mempersilahkan Sumi dan Aurora masuk.
"Ini teman kamu?"tanya mami pada Sumi, tapi matanya menelisik menatap ke arah Aurora yang memakai dress yang panjangnya di bawah lutut, dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Iya, mi,"sahut Sumi, lalu menatap Aurora,"Buka masker kamu! Agar mami bisa melihat wajah kamu,"pinta Sumi.
Tanpa mengatakan apapun, Aurora membuka maskernya. Mami yang melihat wajah Aurora pun tampak terpesona melihat kecantikan Aurora. Kulit putih bersih, tubuh bak gitar spanyol dengan kaki jenjang. Mata bulat jernih, hidung mancung, wajah tirus, dan bibir yang nampak bervolume.
"Sempurna!"ucap mami menatap kagum pada Aurora,"Mari, duduklah!"ucap mami tersenyum manis,"Jadi, kamu ingin bekerja padaku seperti Susi dulu?"tanya mami ramah.
"Iya, mi. Tapi sebelum bekerja, saya punya syarat,"ucap Aurora.
"Syarat? Syarat apa?"tanya mami mengernyitkan keningnya.
"Pertama, saya boleh berhenti kapan pun saya mau dari pekerjaan ini. Ke-dua, saya tidak mau di sentuh oleh pelanggan saya nanti, sebelum kami masuk ke dalam kamar. Jika pelanggan itu nekad menyentuh saya sebelum masuk ke dalam kamar, saya akan membatalkan untuk melayani pelanggan itu. Ke-tiga, saya bebas memakai baju yang saya inginkan tanpa di atur mami. Bagaimana? Apa mami setuju?"tanya Aurora menatap wanita paruh baya di depannya itu.
...🌸❤️🌸...
.
.
To be continued
Mami mengernyitkan keningnya menatap Aurora. Mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya, nampak sedang berpikir..
"Syarat pertama dan ke-tiga bisa saya terima. Tapi...tidak mau di sentuh oleh pelanggan sebelum masuk kamar... sepertinya tidak bisa. Para pelanggan biasanya akan memeluk dan mencium wanita yang dipilihnya sesuka hatinya, walaupun belum masuk kamar,"sahut Mami yang merasa tidak masuk akal dengan syarat yang di ajukan oleh Aurora.
"Berarti Mami tidak setuju dengan syarat ke-dua saya, ya? Kalau begitu, saya tidak jadi bekerja di sini. Saya akan mencari tempat lain yang mau menerima saya bekerja,"sahut Aurora beranjak dari duduknya.
"Tunggu! Baiklah. Aku menerima mu bekerja di sini. Kapan kamu mau mulai bekerja?"tanya Mami yang tidak ingin kehilangan barang baru yang nampaknya akan menghasilkan banyak uang.
Mungkin dengan kecantikan Aurora yang di atas rata-rata kecantikan wanita pada umumnya ini, pelanggan tidak akan mempermasalahkan tentang peraturan yang di buat Aurora. Bukankah selalu ada pengecualian bagi wanita cantik? Itulah yang ada di otak Mami.
"Malam ini juga,"sahut Aurora penuh keyakinan.
"Bagus. Oh, iya, siapa namamu?"tanya Mami yang dari tadi belum mengetahui siapa nama Aurora.
"Kenanga,"sahut. Aurora membuat nama samaran.
"Nama yang bagus,"sahut Mami tersenyum manis.
Akhirnya mereka pun membicarakan kesepakatan kerja mereka lebih mendetail. Mami yakin, dengan kecantikan dan seksinya tubuh Aurora, pasti akan banyak pria yang menginginkan Aurora.
"Apa kamu masih perawan?"tanya Mami.
"Tidak,"sahut Aurora mengingat Sumi yang sudah tidak perawan lagi. Entah sudah berapa banyak wanita itu mencicipi rasanya burung yang tidak bisa terbang.
"Sayang sekali. Tapi tidak apa-apa. Kalau begitu, kamu tunggu di sini! Aku akan memberikan pelanggan yang dompetnya tebal padamu,"ujar Mami beranjak dari duduknya.
"Terimakasih, Mi!"ucap Aurora.
"Kalau begitu aku permisi,"ucap Sumi ikut beranjak dari duduknya.
"Tunggu! Karena kamu telah membawakan barang bagus untuk ku. Aku akan memberikan hadiah untuk mu,"ucap Nami membuka dompetnya lalu mengambil beberapa lembar uang berwarna merah dan menyerahkannya pada Sumi.
"Terimakasih, Mi!"ucap Sumi tersenyum lebar menerima uang dari Mami.
Wanita yang di panggil Mami itu berjalan ke dalam klub malam menghampiri seorang pria. Pria berusia sekitar tiga puluh lima tahun dengan wajah lumayan tampan yang sedang duduk di depan meja bartender.
"Bos,.ada barang baru. Mau tidak?"tanya mami duduk di sebelah pria yang merupakan pengusaha batu bara itu.
"Masih orisinil?"tanya pria itu sambil meneguk minuman dalam gelasnya, melirik sekilas pada Mami.
"Enggak. Tapi dia baru terjun di dunia malam. Jika bos mau, bos adalah pelanggan pertamanya. Kali ini bos pasti akan tertarik padanya,"ujar Mami antusias.
"Aku lihat dulu,"sahut pengusaha batu bara itu beranjak dari duduknya.
"Tapi.. dia punya persyaratan yang agak aneh, bos,"ujar Mami menghela napas berat.
"Persyaratan aneh? Maksudnya?"tanya pengusaha batu bara itu nampak penasaran.
"Dia tidak mau di sentuh sama sekali sebelum masuk ke dalam kamar. Jika bos melanggarnya, dia tidak akan jadi melayani, bos,"jelas Mami.
"Ayo, kita lihat dulu! Aku jadi penasaran, seperti apa orangnya,"ajak pengusaha batu bara itu.
Kedua orang itu melangkah menuju ruangan pribadi Mami. Hingga pintu ruangan itu terbuka dan Aurora menatap ke arah pintu. Menghembuskan napas berat melihat seorang pria yang bersama Mami.
"Lumayan tampan, tapi sayang.. suka celap-celup sembarangan,"gumam Aurora lirih, tersenyum merapatkan giginya.
"Cantik. Sayang sudah tidak orisinil lagi. Jika saja masih orisinil, aku sanggup membayarnya satu milyar,"ucap pengusaha batu bara itu menelisik ke seluruh tubuh Aurora dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Satu milyar? Dia sanggup membayar sebanyak itu untuk membeli keperawanan seorang gadis? Buset, dah! Itu uang apa daun?"gumam Aurora dalam hati. Mencoba bersikap biasa-biasa saja walaupun sebenarnya merasa risih dengan tatapan pria di depannya yang menatapnya dengan tatapan mesum itu.
"Boleh aku bicara dengan kamu secara pribadi?"tanya Aurora berlagak biasa saja, padahal jantung nya sudah tidak dapat di kondisi kan. Jedak jeduk tidak karuan. Tapi demi cuan untuk menyambung hidup, misi gila ini harus tetap dilanjutkan bukan?.
"Kalian bicaralah! Aku akan pergi dulu melihat-lihat di bawah,"ucap Mami tersenyum manis, kemudian keluar dan menutup pintunya.
"Kamu sudah tahu, 'kan, apa persyaratan nya jika ingin aku menemanimu?"tanya Aurora bersikap setenang mungkin.
"Kamu tidak ingin di sentuh sebelum masuk kamar,"sahut pengusaha batu bara itu.
"Satu lagi. Kita akan melakukannya dalam keadaan gelap. Jika kamu tidak setuju, kamu bisa mencari wanita lain untuk menemani kamu,"ujar Aurora.
"Bagaimana aku bisa melihat keindahan tubuh mu jika kita melakukannya dalam keadaan gelap?"tanya pria itu sambil mengernyitkan keningnya.
"Jika tidak mau juga tidak apa-apa,. Aku juga tidak memaksa,"sahut Aurora santai.
"Baiklah. Aku setuju,"sahut pria itu. Melihat Aurora yang cantik dan bertubuh seksi, pria itu benar-benar penasaran bagaimana rasanya tubuh Aurora.
Keduanya melangkah menuju sebuah kamar. Hingga akhirnya pengusaha batu bara itu membuka pintu kamar dan melihat ruangan yang gelap tanpa cahaya.
"Masuklah lebih dulu!"ucap Aurora.
"Semoga saja rencana ku berhasil. Jika tidak... Mampus aku! Kenapa juga aku bisa mempunyai ide segila ini? Sepertinya otakku sudah tidak waras karena uang,"gumam Aurora dalam hati.
"Kamu tidak akan menipuku, 'kan?"tanya pria itu menoleh pada Aurora yang ada di sebelahnya.
"Kamu tidak perlu mentransfer uang mu jika aku menipu mu, atau tidak dapat memuaskan mu,"ucap Aurora sok percaya diri, padahal jantungnya sudah berdetak tidak karuan.
"Baiklah,"sahut pria itu kemudian masuk ke dalam kamar diikuti Aurora yang kemudian menutup pintu kamar itu.
"Greb"
Sumi yang ada di dalam ruangan itu langsung memeluk pengusaha batu bara itu dari belakang. Meraba dada dan perut pengusaha batu bara itu.
"Nampaknya kamu sudah tidak sabar lagi,"ujar pengusaha batu bara itu merasa senang.
"Bukankah tujuan kamu masuk ke kamar ini memang untuk bercinta dengan aku?"tanya Aurora dari belakang tubuh Sumi dengan suara menggoda,"Tidak usah banyak bicara, Mari lakukan!"ucap Aurora yang merasa geli dengan ucapannya sendiri.
"Aku jadi semakin penasaran dengan service yang akan kamu berikan,"ujar pengusaha batu bara itu.
"Aku jamin, aku tidak akan mengecewakan,"sahut Aurora dengan suara yang di buat menggoda. Masih berdiri di belakang Sumi yang memeluk pengusaha batu bara itu dari belakang dengan tangan yang bergerilya kemana-mana.
"Anjayy.. aku menjadi pengisi suara perempuan nakal. Dubbing cuyy..,"gumam Aurora dalam hati, menutup mulutnya sendiri menahan tawa.
...🌟"Uang bukan segalanya. Tapi tanpa uang, kita bisa apa?"🌟...
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
.
To be continued
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!