NovelToon NovelToon

Istri Simpanan Tuan Muda Arvin

1 : Insiden

TOK….TOK…TOK…..

‘Apertementnya benar kan ini?’ Gumam gadis ini selepas mengetuk pintu tinggi berwarna coklat. “Permisi?! Apa ada orang?” Tanyanya dengan nada sedikit berteriak. 

Karena sama sekali tidak ada sahutan sama sekali, gadis ini pun kembali mengetuk pintu tersebut. 

“Permisi, hallo?” Ia terus mencoba untuk mengetuk pintu, dan sesekali memencet bel yang ada di samping pintu. ‘Jangan-jangan tidak ada oran lagi, mending aku letakkan kotak makanan ini disini saja lah, daripada aku menunggu di sini seperti patung.’ pikirnya. 

Lalu rantang makanan yang ia bawa pun ia letakkan di depan pintu kamar dari apertement tersebut. 

‘Eh, jangan di tengah, nanti bisa saja malah di tendang.’ Pikirnya lagi, jadi ia pun meletakkannya agak sedikit di pinggir pintu dekat dengan engsel pintu. ‘Apa aku harus tulis surat dulu kalau ini makanan ini dari Ibunya ya? Ya sudah deh, dari pada nanti dia waspada ini dari orang tak dikenal aku ak-’

KLEK…..

Suara pintu yang terbuka itu sontak membuat gadis yang sedang berjongkok di depan pintu itu langsung mendongak ke atas dan terlihat seorang laki-laki akhirnya berjalan keluar.

“Oh, ternyata ada orang ya?” Senang, karena pemilik dari apartemen tersebut keluar juga, gadis ini kembali mengangkat rantang makanan dan menyerahkannya kepada laki-laki tersebut. “Karena aku sudah keluar, kebetulan makanannya tidak jadi dingin, ini makanan dari ib-”

“Lama.” 

“Apa?” Terkejut gadis ini dengan penurunan dari laki-laki berseragam sekolah yang nampak sedang dalam penampilan lusuhnya. 

“Kau lama, dasa bodoh.” Lalu tanpa basa-basi, tangannya itu bukannya meraih rantang yang sedang disodorkan di hadapannya, justru yang ia raih adalah tangan dari gadis tersebut. 

“Ha? Tunggu, kenapa ka-”

Tarikan yang begitu kasar itu membuat gadis tersebut langsung masuk ke dalam apartemen tersebut, sampai tiba-tiba saja tubuhnya langsung di dorong ke arah dinding. 

BRUKK…..

“Akhh…!” Sontak gadis ini langsung merintih sakit karena punggungnya menghantam dinding dengan sedikit keras. “Kenapa kau mendorongku! Itu sakit tahu!” Pekik gadis ini, tidak rela diperlakukan dengan begitu kasar, padahal tidak punya salah apapun kepada anak di depannya itu. 

“Aku tidak tahu bodoh! Kau yang lama! Kau membuatku menunggu lama! Apa kau mengerti?!” Bentak laki-laki ini dengan wajah marahnya. 

“B-bodoh?! Kaulah yang bodoh mau merusak tubuh dengan minum alkohol!” Bentak gadis ini lagi, tidak terima dengan hinaan yang baru saja di dapatkannya. “Dan apa-apaan sih?” Matanya langsung jelalatan sambil mengekori salah satu tangan dari laki-laki anak sekolahan ini malah menyentuh kerah bajunya. “Ih! Tanganmu itu mau kemana? Jangan sentuh- mulutmu itu ba-umph..!”

Mulut yang terdengar berisik itu langsung dibungkam dengan mulut, dan rantang yang sempat ada di tangannya, langsung disambar oleh laki-laki ini dan menjatuhkannya ke sembarang tempat. 

PRANK….

“Umphh…!” Matanya membulat lebar ketika mulutnya tiba-tiba di bungkam, dan permasalahannya disini adalah mulutnya dibungkam dengan mulut juga. “Mphh…!”

Mendapatkan kejutan yang bahkan tidak pernah dipikirkan oleh gadis ini, tentu saja tangannya yang sudah tidak memegang apapun ia gunakan untuk mendorong tubuh dari laki-laki ini. 

Sampai karena tenaganya untuk mendorong menggunakan tangan sama sekali tidak mempan, gadis ini tanpa kehilangan akal segera mengerahkan salah satu kakinya untuk menendang tulang kering dari laki-laki ini. 

Tapi apa jadinya saat kaki yang hendak digunakan untuk menendang itu malah ditangkap?

‘G-gawat?! Naluriku mengatakan ini sudah sangat bahaya! Aku harus bagaimana ini?!’ Pekik gadis ini. 

Satu suara yang terus tertahan membuatnya semakin dalam kecemasan, apalagi saat ini yang paling dicemaskan adalah betapa berantakannya apartemen dari laki-laki ini. 

‘A-aku! Aku sudah tidak kuat!’ seperti burung yang kian melemah setelah mendapatkan serangan fatal, semakin waktu berlalu gadis ini sudah mulai kehilangan seluruh kekuatannya di saat paha dari laki-laki ini tiba-tiba saja menyusup masuk diantara kedua pahanya, membuat ia semakin tidak kuasa untuk menahan tubuhnya untuk terus berdiri. 

‘Lembut sekali, parfum apa yang sedang dia pakai ini? Rasanya berbeda,’ Menikmati aroma dari tubuh yang sedang ia tahan, tiba-tiba saja salah satu tangannya melingkar ke pinggang dari gadis tersebut, sampai akhirnya membuat kedua tubuh mereka berdua menempel satu sama lain. 

Layaknya feromon yang mengandung menjerat jati dirinya sebagai seorang pria, ia pun sama sekali tidak memiliki niat untuk melepaskannya. 

“Phuahh…! Hah…hahh…” merasa sepenuhnya kehilangan oksigen, gadis ini langsung mengambil nafas sedalam-dalamnya untuk mengisi paru-parunya yang terasa kosong tersedot oleh tautan yang sempat begitu panas. ‘Kesempatan, aku harus kabur!’

Padahal salah satu kakinya sudah mengambil satu langkah ke depan, namun pergelangan tangannya itu langsung di cengkram kuat. 

“Kau mau pergi kemana? Kau itu seharusnya ada di sini, mau meninggalkanku lagi hm?” Tanyanya seraya menarik tangan itu lagi. “Sini, kau itu seharusnya ada disini menemaniku.”

‘Apa-apaan ini? Memangnya dia sedang menganggap aku ini siapa? Tidak, jangan berpikir soal itu dulu! Yang terpenting aku harus kabur, aku har-’ Namun kalimat yang ada di dalam pikirannya itu segera lenyap saat tubuhnya saat ini sepenuhnya sudah di peluk oleh laki-laki ini dari belakang. 

GREPP…..

“L-lepas! Kau sedang mabuk, dan aku bukan orang yang kau maksud itu!” Teriak perempuan ini sambil berusaha memberontak dan melepaskan kedua tangan kekar itu dari depan perutnya. 

“Lepas? Sudah di tangkap seperti ini, mana mungkin aku melepaskanmu!” Pekiknya, lalu dengan begitu mudahnya, laki-laki ini langsung membopong tubuh dari gadis itu di salah satu bahunya dan membawanya pergi dari depan pintu menuju sebuah tempat tidur. 

“Tidak! Kau salah sangka! Aku bukan perempuan dari orang yang kau maksud!”

“Diam! Kau berisik sekali, sudah datang kesini itu kau seharusnya menemaniku.”

“M-menemani apa maksudmu?! Lepas! Dasar! Anak nakal! Aku akan lapor pada ibumu!” Jerit gadis ini seraya kedua tangannya memukul-mukul punggung dari laki-laki yang sedang memikul tubuhnya. 

Merasa berisik dengan suaranya yang begitu melengkik, lantas laki-laki ini pun langsung melempar tubuh dari gadis tersebut ke atas kasur dengan begitu kasar. 

BRUK….

Tepat di saat tubuhnya jatuh ke atas tempat tidur, gadis ini buru-buru memposisikan tubuhnya dan cepat-cepat merangkak untuk turun dari ranjang. 

Tapi baru juga turun, laki-laki itu secara cekatan langsung menangkap salah satu kakinya, sehingga tubuhnya pun langsung jatuh ke lantai dengan keras. 

Sungguh ironis padahal dirinya hanya memiliki maksud untuk mengantarkan bekal makanan dari sang Ibu dari anak laki-laki ini saja, tapi siapa yang akan menduga kalau kedatangannya sama saja seperti dirinya sedang masuk kedalam kandang serigala. 

Rasa takut yang begitu besar, sukses membuat dirinya langsung menangis seseunggukan, selagi ia masih memiliki tenaga yang cukup besar, ia berusaha untuk lepas dari cengkraman laki-laki tersebut. 

Jeritan, tangisan, bahkan ketakutan yang sudah menyatu dengan debaran jantung yang tidak karuan terus membawanya masuk ke dalam sebuah jurang keputusasaan. 

“Tidak, j-jangan, jangan lakukan itu Arvin!” Teriaknya, ketika salah satu kaki yang berhasil laki-laki bernama Arvin itu tangkap, tiba-tiba saja langsung melepas stocking hitamnya. 

SRAKK….

Sobekan itu tentu saja langsung menjalar ke atas sampai ke pangkal paha. 

Semakin panik lah gadis belia ini ketika tangan dari Arvin itu tiba-tiba mencengkram kerah baju milik dari gadis yang bernama Ashera, dan nama itu tertera dengan jelas di tag nama yang dipakai oleh gadis ini tepat di seragam sekolah bagian dada sebelah kanannya. 

Dan dikarenakan cengkraman di kerah bajunya cukup kuat, hal itu pun membuat tubuh Ashera langsung terangkat dan pada akhirnya ia ditempatkan kembali di atas tempat tidur lagi. 

BRUKK…

“T-tunggu, k-kau mau apa?! Kau mau apa Arvin!” Bentak Ashera sambil menahan salah satu tangan Arvin yang hendak menelusup masuk kedalam pakaian seragam sekolahnya.

Lagi-lagi mendengar suara yang cukup memusingkan kepala, lantas Arvin langsung menarik ujung seragam yang tadinya dimasukkan kedalam rok, naik ke atas. 

Sehingga dalam sekejap, Ashera pun jadinya menampilkan tubuh separuh telanjangnya. 

Dengan tatapan mata terkejut sampai mulut Ashera akhirnya terdiam karena saking terpukulnya dengan apa yang dilakukan oleh Marvin terhadapnya, dengan ekspresi paling dingin, Marvin pun menjawab : “Mau apa? Bukannya sudah jelas, kalau aku mau melakuan ini?” 

PLOK..

“Ugh..!” Ashera seketika membelalakkan matanya dan langsung menahan suara aneh miliknya yang tiba-tiba keluar dari mulut, ketika tangan itu tiba-tiba mendarat di salah satu asetnya. ‘Sebenarnya dia kenapa? Bau alkoholnya juga kuat sekali.’ Pikir Ashera. ‘AKhh~ Padahal aku hanya mengantarkan pesanan dari Ibunya, tapi kenapa aku malah jadi bahan pelampiasan seperti ini? Kenapa? Marvin! Ukh…!’

Menahan gejolak aneh karena darah kian berdesir panas, Ashera benar-benar mencengkram kuat sprei kasur yang ada ia tindih itu.

‘Tamatlah riwayatku, kenapa malah jadi seperti ini sih?! Akalnya sebenarnya hilang kemana? Ah~!’ Pekik Ashera di dalam hatinya.

Ashera benar-benar harus menelan ludah akan takdir pahit yang ia dapatkan secara tidak terduga itu.

“A-Arvin, Arvin! Sadarlah! Hei! Arvin br*ngsek!" Teriak Ashera sambil mencoba menjambak rambut milik Arvin.

Akan tetapi, karena ulah itu pula dengan begitu tangkas kedua tangannya Ashera malah di tangkap dan di letakkan dia atas kepalanya, membuat ia tidak bisa bergerak sedikitpun.

Bahkan untuk melepaskan diri saja susah, apalagi dengan tubuhnya yang sudah di tindih, Ashera pun hanya menatap nasibnya dengan tangis yang tidak bisa Ashera keluarkan secara gamblang setelah mulutnya kembali di bungkam dengan mulut milik Arvin.

"Mphh...! Mphh...!" Ronta Ashera, perlahan ia benar-benar kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri yang kian waktu berlalu tubuhnya di permainkan dengan kasar oleh satu tangan kanan Arvin dan terutama di bagian bawahnya, Ashera seketika langsung lemas sendiri begitu ada benda tumpul masuk ke dalam rumah dalam satu kali dorongan. 

2 : Arvin akhirnya menanam saham.

Pagi itu, pagi yang seharusnya digunakan untuk mengisi waktu untuk menghadiri kelas, tiba-tiba saja digunakan untuk mengerjakan pekerjaan lain. 

Dua orang dengan status masih pelajar, hal yang seharusnya tidak di lakukan di lakukan dengan begitu semangatnya. 

Yah, godaan memang selalunya, jika sudah tercolek oleh godaan tersebut, maka hasilnya ia akan terseret masuk ke tempat yang lebih dalam. 

Sebuah kesenangan yang di akhiri dengan kenikmatan, semua itu tidak bisa dihindari jika kedua orang ini sudah saling menyentuh dan disentuh, sekalipun harus di akhiri sebuah penyesalan. 

Penyesalan yang pada dasarnya selalu akan di pikirkan di akhir perbuatan mereka berdua, sebab hal yang paling utama bagi seorang manusia yang hanya memikirkan dirinya sendiri adalah kepuasan diri. 

"Ah~ A-Arvin, itu sakit, jangan di masukkan, ja-" Namun semua permintaannya selalu di abaikan. 

Usahanya untuk melarikan diri selalu sia-sia, hingga akhirnya disinilah, Ashera berada. Berbaring dibawah tekanan dari tubuh Arvin yang terlihat begitu mendambakan apa itu rasa.

Rasa puas, kenyang, dan mungkin juga rasa dari kemenangan itu sendiri. 

'Sialan, kenapa sempit sekali?' Umpat Arvin pada dirinya sendiri, karena ia harus menerima keluhan pada usahanya sendiri yang masih saja belum membuahkan hasil. 'Padahal setiap kali aku menonton, bukannya itu terlihat mudah, kenapa ini- Ah! Bahkan masuk saja susah!' Arvin yang sudah mulai geram, karena sudah tidak sabaran lagi, tanpa babibu lagi ia pun menerobos pintu masuk tanpa izin dulu. 

Dan akhirnya si pemilik rumah pun berteriak keras karena pencuri itu. 

'I-ini?! K-kenapa, kenapa ini sangat ketat sekali?! Arrhh!' Racau Arvin. 

Dan benar saja, dalam sekali bobolan, ia mendapatkan harta berharga yang tidak terhitung jumlahnya. Sebuah kepuasan paling nikmat karena bisa mendapatkan harta paling mahal, membawa Arvin langsung mengambil satu langkah pertama, yang akhirnya menunjukkan ke arah jurang lain yang lebih menakjubkan. 

Satu pukulan, dua pukulan, dan tiga pukulan, Arvin lakukan berkali-kali sampai ia tidak mampu untuk menghitungnya lagi. 

Berapa banyak langkah yang sudah Arvin kerahkan, dan seberapa cepat Arvin berikan, Arvin tidak mampu untuk mengukurnya selain instingnya yang mengatakan bahwa ia tidak boleh berhenti mengejar tujuannya.

Tujuannya untuk mencapai kemenangan yang disebut sebagai kepuasan batin, jiwa juga raga. 

‘S-sakit! Ah~ Rasanya sesak! Unghh!’ Dalam balutan sensasi yang kian memanas, Arvin benar-benar tidak memberikannya kelonggaran untuk Ashera, bahkan untuk bernafas sedikit pun rasanya itu sungguh sangat di sayangkan. 

Maka dari itu Arvin yang begitu semangat dan hanya tetap mempertahankan keterdiaman nya sambil menikmati perjalanan bisnisnya berdua dengan Ashera, terus mengerahkan segala kemampuan yang sudah ia pelajari sebelumnya, dan berharap tidak memberikannya sebuah kesalahan apapun pada percobaan pertamanya yang ternyata begitu menyenangkan. 

“Angh~ Angh..ngh~ Uh..~”

Suara yang begitu menyebalkan, karena keluar dari mulutnya sendiri membuat Ashera tidak mampu melakukan apapun karena saat ini kedua tangannya dicengkeram begitu kuat oleh Arvin. 

‘Ugh…, kenapa seenak ini? Jadi ini yang namanya sarapan pagi? Dan karena dia terus mere*asku di dalam sana, dia benar-benar membuatku tidak bisa berhenti bergerak. Anghh~’ Arvin sendiri sudah sungguh-sungguh menikmati keajaiban yang bisa dilakukan oleh mereka berdua. 

Dia benar-benar tidak mampu menghentikan pekerjaannya, sampai di satu titik ia akhirnya mendapatkan sesuatu yang ia nantikan. 

Piala, ia akan meraih kemenangan yang hanya bisa diraih oleh Arvin seorang.

Maka dari itu semakin kesini, Arvin pun semakin gencar dan menjerumuskan siswa kecilnya untuk menyelinap masuk kedalam rumah milik Ashera, sampai Ashera yang tidak mampu untuk berbuat apapun, hanya bisa membuat suara dari sebuah keluhan yang tidak jelas. 

“A-Arvin, hentikan, aku sudah tidak kuat.”

“Masih belum, bahkan ini baru permulaan, kau jangan protes, mau uang berapa kau hanya tidak mengatakannya kepadaku, ahhh..” Mencapai satu titik untuk mencapai kejayaan, Arvin pun jadi semakin bersemangat untuk mengejar tujuannya itu, dan sampai di detik berikutnya, ketika Shera seperti baru saja dihantam sebuah badai, akhirnya membuatnya langsung menjerit bersama dengan Arvin itu sendiri.

Dan hujan pun akhirnya turun dengan deras, sampai rumah yang dimasuki oleh Arvin akhirnya kebanjiran dengan air yang begitu panas juga begitu banyak, membasahi dua pasang kaki itu sendiri.

Tapi Arvin yang kala itu masih belum puas untuk mendapatkan air minum, kembali memasukkan siswa kecilnya ke dalam rumah milik Ashera dan terus memberikan harapan sebuah kepuasan, dimana itu adalah kepuasan yang cukup hakiki untuk Arvin sendiri. 

Maka dari itu, Ashera yang mendapatkan penyusup di dalam rumahnya sendiri, karena tidak mampu melawannya karena perbedaan fisik, membuat Ashera langsung kalah dan terkulai lemas layaknya seekor burung lemah.

“Berhenti Arvin, aku benar-benar lelah, aku sudah tidak kuat lagi.” Pinta Ashera dengan wajah lemas, nafasnya memburu, dan tubuh yang kini mulai serasa hampir remuk gara-gara di tindih oleh tubuh Arvin membuat Ashera benar-benar sudah tidak berkutik lagi dibawah tubuh Arvin.

“Apa kau tidak dengar? Ini baru permulaan! Mau kau pingsan sekalipun, aku tidak peduli.” Tekan Arvin dengan wajah tegas.

Demi mendapatkan cara lain untuk berbisnis lagi, sampai Arvin tanpa sadar menanam saham di dalam rumah sekaligus perusahaannya Ashera, Arvin pun melanjutkan bisnisnya dengan cara sang serta gaya yang berbeda. 

Arvin benar-benar, ia bekerja tanpa henti, sekalipun Ashera sendiri sudah seperti boneka hidup yang sudah tidak mampu berkomunikasi karena kehabisan baterai, tidak membuat Arvin bersimpati sekalipun.

Dan, walaupun sedang diisi baterai dengan berjuta daya oleh Arvin melalui benda pusaka nya yang menyelinap masuk kedalam rumah penuh surga itu, semua itu sama sekali tidak berguna karena tempat penampungannya itu bukan di dalam rumahnya Ashera.

Makannya, Meskipun Arvin terlihat begitu masih bertenaga, maka tidak dengan tubuh Ashera yang sudah terkulai lemas. 

“Anghh…., kau manusia be*at.” Lirih Ashera kepada Arvin yang kini sedang memangku tubuhnya di atas kedua pahanya. 

"Heh, siapa yang peduli dengan itu?" selesai memberikan senyuman sinis nya, Arvin kembali gencar untuk bekerja bersama dengan Ashera untuk meraih kenikmatan yang bisa di kerjakan oleh mereka berdua.

Terus melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Entah sampai berapa ronde, karena banyaknya tenaga yang dimiliki oleh Arvin sangatlah berbanding terbalik dengan yang dimiliki oleh Ashera, maka hal tersebut pun berhasil membuat Ashera yang sudah tidak kuasa menahan kebrutalan yang dibiat oleh Arvin, akhirnya membuat Ashera pingsan.

'Angh!' Arvin seketika memeluk tubuh Ashera dengan begitu erat, sampai tubuhnya sendiri benar-benar dibuat gemetar, saking nikmatnya tujuan yang sudah Arvin capai.

 

3 : Akhirya jadi seperti ini?

'A-apa-apaan ini? Kenapa rasanya bisa seenak ini?' Pikir Arvin setelah ia benar-benar memberikan layanan terbaik kepada Ashera, sampai Ashera sendiri saat ini sudah benar-benar pingsan di tempat. 'Tapi-'

Dengan tatapan sengitnya, Arvin pun menatap wajah Ashera dengan begitu tajam. Wajah Ashera yang terlihat sudah begitu tenang, dan karena itu pula, sekarang tidak ada perlawanan sama sekali.

Tapi, walaupun wanita yang saat ini berhasil memuaskan rasa laparnya itu adalah Ashera, sayangnya Arvin sendiri yang saat ini tengah berada di bawah kendali alkohol, tidak benar-benar melihat wajah Ashera dengan baik, selain menginginkan kepuasan lagi.

'Tapi sayangnya aku bahkan sama sekali belum puas. Karena kau sudah pingsan seperti ini ini kan membuatku jauh lebih mudah untuk menikmati tubuhmu," ucap Arvin dengan senyuman smirk, lalu ia pun kembali memeluk tubuh Ashera yang sudah terkulai lemas itu untuk Arvin nikmati lagi, lagi dan lagi, sampai Arvin akhirnya menemukan batasannya dan membuat tubuhnya lemas sampai akhirnya pingsan juga, dengan posisi masih memeluk tubuh Ashera.

_______________

PIP......PIP.....PIP.....

Jam alarm yang berdering itu sudah menunjukkan pukul lima sore.

Di bawah langit yang sudah menunjukkan langit berwarna jingga, dua tubuh yang saling berpelukan itu akhirnya mulai terusik dengan cahaya matahari yang menyerang tubuh mereka berdua.

"Ehmm..." Wajah yang semula diam dengan mata terpejam, tiba-tiba mengernyit. 'Apa ini? Kenapa tanganku terasa kebas?' Pikir Arvin, ia mulai sadar dengan tubuhnya dan terutama tangannya yang terasa kebas seakan di tindih sesuatu. 'Tunggu, tapi kenapa di bawahku terasa seperti masuk kedalam sesuatu yang hangat? Apa ini? Kenapa aku tiba-tiba merasakan sensasi ini?'

Arvin yang penasaran dengan apa yang sedang dirasakannya pada tubuhnya saat ini, Arvin pun membuka matanya dengan perlahan, dan betapa terkejutnya kalau pandangan yang awalnya terasa samar itu akhirnya sudah jelas.

Tapi yang menjadi permasalahannya saat ini adalah, 'Kenapa ada perempuan di sampingku?'

Dan perempuan yang di maksud oleh Arvin adalah Ashera.

"'S-sakit~" Lenguh Ashera dengan sebuah gumaman kecil yang disusul dengan mata yang kini sudah terbuka. Sayup-sayup sebuah gesekan di bawah sana kembali terjadi, dan membuat Ashera yang tadinya separuh sadar, langsung berteriak keras. "Akhhhh.....!"

Lalu teriakan itu pun di barengi dengan Ashera yang langsung mendorong tubuh Arvin dari sebelahnya dengan kuat, sampai akhirnya apa yang tadinya menusuk di area bawah sana, bisa tercabut juga.

"A-Arvin, k-kau, kau... Kau baj*ngan gila! Huwaahh!" Teriak Ashera dengan keras sambil memukul tubuh Arvin dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menutupi tubuhnya yang sebenarnya sudah sepenuhnya telanjang dengan menggunakan selimut putih besar itu, selimut yang bahkan sudah kusut karena pergulatan dari mereka berdua pagi tadi.

'Ah! Kenapa tenaganya kuat sekali? Sebenarnya dia siapa?' Pikir Arvin, ia sebenarnya sama sekali tidak tahu siapa perempuan yang kini sedang memukulnya terus menerus dengan kondisi sudah menangis histeris seperti itu.

"Arvin! Kau harus tanggung jawab! Tanggung jawab dengan apa yang kau lakukan kepa-" Tapi semua kalimat yang sedang Ashera katakan, sepenuhnya menghilang karena Arvin yang tiba-tiba saja menyela ucapannya dengan bentakan yang begitu keras.

"Diam!"

"T-tidak, aku tidak bisa diam, k-kau...kau sudah menodaiku." karena sempat ketakutan setengah mati dengan teriakan dari Arvin yang begitu keras, Ashera jadi berbicara dengan lirih.

"Ha?" Salah satu alis milik Arvin naik ke atas, "Bukannya kau yang duluan naik ke atas ranjangku ya?"

"A-apa?! Kau lah yang menarikku masuk ke sini dan malah meniduriku! Tapi kau malah menuduhku seperti itu?!" Marah Ashera dengan mata sudah sembab dengan air mata terus mengalir dan tidak bisa di hentikan, saking terkejutnya bahwa ia malah pingsan dan akhirnya benar-benar bahan pelampiasan naf*su dari laki-laki ini.

"Bukannya faktanya seperti itu, dengan dalih datang ke rumahku karena kau ingin mengirimiku sesuatu, kau sebenarnya ingin membuatku menidurimu kan?" Kata Arvin menatap sinis Ashera.

Sebenarnya ingatan Arvin masih samar-samar soal apa yang terjadi saat ia membuka pintu untuk Ashera.

Tapi demi melindungi dirinya sendiri dari fakta apapun yang sebenarnya terjadi, alhasil Arvin pun menuduh Ashera balik.

"Apa? Kau, jadi kau tidak mau tanggung jawab?" Tanya Ashera dengan wajah ragu-ragu.

"Jika kau takut hamil, kau kan hanya tinggal beli obat kontrasepsi, kenapa hanya seperti itu saja dibuat susah sih?" Beritahu Arvin sambil beranjak dari ranjang. Meskipun ia harus turun dari ranjang dengan kondisi masih telanjang, Arvin yang sama sekali tidak peduli dengan kesan Ashera terhadapnya, ia pun mengambil handuk kimono lalu memakainya.

Setelah memakai handuk tersebut untuk menutupi tubuh polosnya, dengan tatapan mata merendahkan, Arvin pun berkata lagi Ashera : "Tapi aku sarankan kau untuk makan obat kontrasepsi, apa kau mengerti?" Tanya Arvin sambil sedikit memiringkan kepalanya. "Jika mengerti, katakan ok." Imbuhnya lagi.

Ashera yang tiba-tiba saja terintimidasi dengan tatapan maut dai Arvin yang terlihat begitu tajam, seolah tatapan matanya akan menusuk tubuhnya, Ashera yang nyalinya tiba-tiba saja jadi ciut, jadi menundukkan kepalanya, dan melihat betapa kacau nya keadaan dari, baik itu tubuhnya, maupun tempat tidur yang menjadi saksi bisu atas perbuatan dari mereka berdua pagi tadi.

Dengan begitu ketakutannya, Ashera langsung menekuk lututnya dan memeluk lututnya sendiri dengan kepala langsung dibenamkan di atas kedua lututnya sendiri.

Arvin yang tidak bisa sabar itu, sontak langsung berjalan menghampiri Ashera yang ada di seberang tempat tidurnya dengan langkah lebar dan cepat, lalu dengan begitu kesal, Arvin pun jadi mengumpat dengan kata-kata yang begitu keras. "Kau dengar tidak! Apa kau tidak tahu bahasa manusia?!"

BRUK....

Dengan begitu kasar, Arvin langsung mendorong tubuh Ashera lagi ke belakang dan kembali menindih tubuh mungil itu dengan tubuhnya dan membentak lagi. "Apa kau perlu aku melakukan sesuatu lagi di tempat ini agar kau tahu kalau kau sekarang adalah wanita murahan?!" Arvin kembali membelai daerah kewanitaan milik Ashera yang sebenarnya masih basah itu.

"D-dengar! A-aku dengar!" Teriak Ashera dengan tubuh gemetar.

Selain karena gemetar sebab ia harus menahan de*sah*n nya sendiri, tubuhnya juga gemetar karena ia benar-benar takut dengan suara milik Arvin yang teryata begitu tinggi dan sangat menakutkan.

"Tapi meskipun kau mengatakan padaku agar aku minum obat kontrasepsi, tapi aku malu! Aku ..aku tidak berani beli." Tambah Ashera dengan nada gemetar, tak kuasa untuk menahan isak tangis miliknya yang kembali datang kepadanya, sebab ia sudah kembali dihadapi ketakutan terbesarnya saat melihat Arvin kembali menindih tubuhnya. "Apa..yang akan mereka pikirkan tentangku nanti? Aku tidak berani pergi."

"Ha? Apa aku harus peduli dengan permasalahanmu itu? Jika aku mengatakannya untuk beli, beli saja! Kenapa kau pakai memikirkan apa yang akan orang lain pikirkan tentangmu?!" Bentak Arvin lagi, tidak puas dengan alasan yang di jawab oleh Ashera kepadanya .

"Tapi aku sama sekali tidak bisa tidak peduli! Kalau bicara sih gampang, tapi aku benar-benar tidak berani! Pokoknya kau harus tanggung jawab, kau..hiks..kau harus tanggung jawab kepadaku, Arvin." Dan akhirnya isak tangis milik Ashera pun kembali pecah.

Hanya karena mencoba mengantarkan makanan, yang jadi santapan bukan makanan yang ada di rantang yang Ashera bawa, yang ada justru adalah dirinya lah yang menjadi santapan dari laki-laki di atasnya ini.

'Kenapa nasibku jadi seperti ini? Apa yang akan terjadi ke depannya? Bahkan jika sekarang aku makan obat kontrasepsi, tetap saja masih ada kemungkinan kalau aku hamil. Hiks, aku sangat takut, aku benar-benar takut.' Pikir Ashera dalam diam.

Mendengar Ashera tetap bersikukuh menuntut untuk bertanggung jawab kepadanya, Arvin menjawab dengan tegas. "Tidak bisa, aku tidak mungkin bertanggung jawab dengan menikahimu. Kau mau berapa? Lima ratus juta, atau satu milyar? Jika kau mengatakannya aku akan memberikannya kepadamu. Katakan saja apa yang kau mau, asal bukan soal pernikahan.

Dan lagian, memangnya akan ada yang tahu jika kau sudah aku perawani? Dengan sendirinya juga akan sempit kem-"

PLAKK!

Satu tamparan pun langsung mendarat di salah satu pipinya Arvin yang mulus itu.

"Kau-" Arvin sudah melotot, karena tamparan yang kuat itu.

"Mentang-mentang kau laki-laki, kau benar-benar menganggapku rendahan setelah kau menodaiku seperti itu?!" Karena amarahnya sudah ada di atas ubun-ubun, tiba-tiba nyalinya pun kembali datang sampai berani menampar wajah Arvin. "Jika bukan karena ada wanita, kau juga pasti tidak akan dilahirkan! Dan kau menganggapku sampai seperti itu?!

Dengar! Aku akan menuntut kepada Ibumu agar kau menikahiku!"

"Ha? Silahkan saja, lagian, Ibuku itu tidak mungkin akan mendengarkan ucapan dari perempuan miskin sepertimu.

Kau tahu sendiri kalau ibuku itu adalah orang yang pilih-pilih, jadi bahkan jika kau mengatakannya kepada Ibu atau Ayahku sekalipun, memangnya kau punya hak untuk menuntut mereka?

Kau dan aku bahkan beda level, jadi jangan berharap terlalu banyak soal itu bodoh!" Setelah berbicara dengan hal yang cukup menyakitkan seperti itu kepada Ashera, Arvin yang tadinya begitu marah, perlahan jadi tertawa senang, karena perempuan dibawahnya itu terlihat benar-benar akan mengadu kepada kedua orang tuanya Arvin.

Bagi Arvin, usaha yang akan dilakukan oleh Ashera termasuk adalah usaha yang akan sia-sia saja, dan itu juga sudah terlihat dengan jelas di wajah Ashera yang mulai panik, karena sadar diri kalau Ashera memang anak dari keluarga yang serba biasa-biasa saja.

Jadi dengan kata lain, Ashera cukup tahu kalau apa yang akan di adu adalah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!