Pov Karina Rossa
Aku berjalan ke arah ruangan ku dengan tenang dengan sepatu heels school berada di satu tanganku dan file di tangan lainnya.
"Pak Ryan saya sudah membawa file yang anda minta." Ucapku dengan dingin dan mencoba terlihat baik di depan bos ku yang brengsek ini.
Aku benar-benar ingin membunuhnya karena dia membuatku harus pergi ke pinggiran kota untuk mengambil copy-an dari file yang font nya yang dia sukai.
Kakiku terasa terbakar dan terasa begitu perih karena si brengsek tampan ini. Mantelku berada di lengan sebelah kananku membuat punggungku terasa dingin karena AC, karena aku harus berlari di tengah panasnya cuaca di jam seperti ini.
"Sekretaris Rossa, aku sudah mengatakan kepadamu bahwa kau harus ada di sini dalam waktu satu jam, kecuali kami tidak membayar mu dengan cukup untuk bisa membeli sebuah jam." Ucapnya.
Rahang ku mengeras, tapi aku mencoba tetap tersenyum dengan sopan kepadanya.
"Saya minta maaf Pak Ryan. Saya pikir harga dari sebuah tiket berbanding jauh dengan harga dari sebuah jam, jadi semuanya akan sangat berbeda. Jika anda sudah tidak punya apapun lagi yang ingin anda katakan, saya permisi dulu. Saya harus menyelesaikan PowerPoint untuk kerjasama dengan Miller, seperti yang anda instruksikan." Ucapku.
Setelah mengatakan hal itu, aku langsung meninggalkan ruangannya dan menuju ruangan ku, duduk di kursi ku. Aku membersihkan kakiku dengan tisu basah dan menaruh plester obat di luka kecil yang ada di kakiku.
'Tinggal 5 bulan lagi, dan aku akan bisa terbebas dari tangan iblis itu.' ucapku dalam hati.
Aku mengambil nafas dalam setelah mendengar suara pintu ruangan ku terbuka.
"Iya Pak Ryan." Ucapku seraya mengangkat kepalaku melihat ke arahnya berpikir bahwa dia akan kembali memerintahkan sesuatu kepadaku.
"Rossa." Ucapnya dengan suara yang begitu menarik dan membuat aku mengerutkan alisku.
"Saya tahu nama saya menarik Pak. Tapi saya takut kalau saya tidak punya waktu untuk mendengar pujian dari anda." Ucapku.
Dia menatapku dengan marah.
"Lain kali, perhatikan lah pekerjaanmu. Jangan sampai kau meninggalkan barang mu di dalam dokumen yang penting Rossa." Ucapnya seraya membuang sesuatu dengan cepat.
Aku bahkan tidak bisa melihat benda apa itu.
Aku langsung menangkap benda itu karena aku ini adalah Karina Rossa, wanita yang sangat cekatan. Ternyata itu adalah anting-anting berlian yang tadi pasti terjatuh. Pak Ryan terlihat terpesona karena dia tidak menyangka bahwa aku akan menangkapnya dengan cepat.
"Terima kasih Pak Ryan. Apa Ada hal lainnya?" Tanyaku dengan suara yang terdengar begitu sabar.
Dia menatap ke arahku kemudian pergi setelah membanting pintu dengan keras.
Aku memutar mata dengan malas dan kembali melanjutkan pekerjaanku. Pria brengsek itu membuatku bekerja penuh waktu hampir setiap harinya dan hari ini pun tidak akan ada pengecualiannya.
...----------------...
PoV Ryan Abraham
Aku melihat wanita itu berjalan berjinjit ke arahku dengan kakinya yang terlihat sakit dengan file di tangannya. Dia patut disalahkan karena dialah orang yang mengenakan dress putih yang menggoda itu. Dress itu menunjukkan punggungnya yang memperlihatkan ada sebuah tato kecil di punggungnya. Sebuah tato kupu-kupu yang tampak begitu indah dan membuat siapapun yang melihatnya pasti akan tergoda.
Dia bekerja siang dan malam untuk mencapai posisi di mana dia berada sekarang, yaitu sekretaris dari CEO dan tangan kanan dari CEO.
Dia menatapku dengan tatapan yang berapi-api di dalam matanya. Api yang sama saat pertama kali dia bertemu denganku. Dia begitu muda dan juga naif. Tapi tetap saja, dia adalah satu-satunya orang yang berani bertanya kepadaku dalam interview waktu itu.
Dia begitu menarik perhatianku dan aku langsung merekrutnya sebagai sekretaris ku.
Aku berjalan menuju ruangan ku dengan file yang dia berikan dan aku melihat sebuah anting berkilau di atas file yang aku bawa. Aku lalu kembali ke ruangannya untuk mengembalikan anting itu. Saat aku membuka pintu, aku disambut oleh aroma lavender.
Dia tengah membungkuk mengobati luka di kakinya dengan rambutnya yang panjang menghadap ke arahku.
"Iya Pak Rian." Ucapnya dengan tajam dan membuat tubuhku terasa gemetar.
Namanya keluar begitu saja dari bibirku.
"Rossa...."
Bersambung....
PoV Ryan Abraham
Setelah memberikan Rossa kembali antingnya, aku berjalan ke arah ruanganku membanting pintu seperti anak kecil yang tengah merajuk. Tentu saja aku akan marah karena wanita itu membuat aku menjadi gila. Kecuali dia, tidak ada wanita manapun yang bisa menolak pesona dariku.
Aku menepuk meja dengan sangat keras tepat di atas laporan tertulis yang dibuat oleh seorang karyawan bodohku itu, yang lebih khawatir tentang penampilan mereka dibandingkan pekerjaan mereka.
"Minta Sherly datang kemari." Ucapku kepada kepala bagian di sana.
Setelah menunggu selama 10 menit, seorang wanita yang memiliki dada besar masuk ke dalam ruangan ku.
Dia melangkah masuk dengan menggoyangkan pinggulnya ke arahku dan menunduk ke arahku membuat belahan dadanya terlihat jelas.
"Sherly." Ucapku yang terus menatap ke arah wajahnya menghindari untuk melihat dadanya. "Kau tidak dipekerjakan untuk menggoda bos mu. Aku sudah memaafkan mu sekali. Tapi aku tidak akan bisa menerima hal ini lagi. Tulislah laporan sebanyak 50 kali dan berikan itu kepada sekretaris Rossa." Ucapku.
Dia lalu berbalik dengan matanya tampak berair.
"Saya... saya... iya Pak Ryan." Ucapnya dengan cepat pergi seraya memasang kancing blouse yang dia gunakan dan Rossa datang dengan memegang dokumen.
"Pak Rian, tolong tanda tangan di sini." Ucap Rossa melihat ke arahku dengan sorot matanya yang begitu dingin yang terlihat seolah bicara kepadaku dengan mengatakan, 'membuat karyawan lain mau merasa kesal lagi?'
Aku menandatangani dokumen itu dengan pena yang dia bawa dan dia lalu membungkuk untuk mengambil dokumen itu dan juga penanya dariku. Aroma tubuhnya tercium di hidungku membuat telingaku memerah. Aku bersandar dengan cepat ke arah kursi ku membuat pena itu terjatuh.
Rossa melihat ke arahku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti, mungkin dia ingin membunuhku di dalam kepalanya.
Dia kembali membungkuk untuk mengambil pena itu membuat mataku fokus menatap ke arah bokongnya. Aku sedikit terbatuk dan mengalihkan kepalaku ke arah dinding Kaca. Rambutku tertata rapi menggunakan gel, sorot mataku tajam seperti singa dan wajahku bersih dari bulu-bulu yang ada.
'Kenapa wanita ini setidaknya tidak bisa terpesona olehku?'
Aku melihat dia menatapku dengan tatapan tidak percaya kemudian dia memberikan senyuman palsu yang menyebalkan itu lalu pergi. Aku membenci senyumannya itu. Aku tidak pernah melihat senyuman yang tulus di wajahnya, dia selalu saja memberikan senyuman palsu itu kepadaku.
Dia belum sampai di pintu dan aku mendengar suara ponselnya berdering. Aku lalu berusaha mendengar obrolannya itu.
"Iya." Ucapnya dengan suaranya yang terdengar begitu seksi yang membuat aku secara tiba-tiba langsung tergoda.
"Baik aku akan ada di sana hari ini."
"Tentu saja. Terima kasih Nyonya." Ucapnya lalu menutup sambungan telepon dan terlihat mengetik sesuatu di layar ponselnya.
Beberapa menit kemudian, aku melihat dia kembali lagi ke ruangan ku.
"Saya akan pergi sekarang Pak Ryan. Saya sudah menyelesaikan tugas saya. Jangan lupa untuk menandatangani kontrak kerja sama dengan Samuel besok dan haruskah saya menyiapkan seorang partner untuk menghadiri pesta bersama anda besok?" Ucapnya.
Aku langsung menggelengkan kepalaku tidak setuju.
"Kau yang harus ikut denganku. Kau sudah menjadi asistenku selama hampir 2 tahun. Apakah perlu untuk bertanya lagi?" Ucapku dengan tajam.
Dia menganggukkan kepalanya tidak terpengaruh dengan kekejaman yang aku berikan kepadanya.
"Baiklah, kalau begitu selamat siang Pak Ryan." Ucapnya lalu berjalan dengan kakinya yang terlihat seksi itu tanpa menatap balik ke arahku.
...****************...
PoV Rossa
Setelah mengambil barang-barang ku, aku langsung mengendarai mobilku menuju sebuah arena yang berada di pusat kota yang merupakan bagian tempat paling populer di kota ini, dan disanalah di mana apartemenku berada. Barang-barangku sudah dipindah ke sana kemarin dan aku harus mengambil beberapa file yang tidak ada di sana.
Aku masuk ke dalam sebuah gedung yang mewah yang hanya memiliki 10 lantai saja dengan dua buah unit apartemen di setiap lantainya. Aku berada di lantai ke sepuluh. Aku pun berpikir siapa yang akan menjadi tetanggaku.
Aku lalu naik ke dalam lift dan menyadari bahwa hari ternyata sudah gelap di luar sana.
Aku masuk ke dalam apartemenku yang sudah aku dekorasi sendiri dengan begitu indah sesuai dengan seleraku. Aku melihat sekeliling perlahan. Ada 4 kamar tidur, sebuah dapur yang besar dan balkon yang terbuka.
Seseorang terdengar mengetuk pintu apartemenku dan aku dengan cepat membuka pintu itu.
"Ah iya kau pasti adalah tetangga.... Pak Ryan...?"
Bersambung....
PoV Rossa
Aku menatap ke arah pria yang begitu tinggi di hadapanku tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Aku bukanlah wanita yang pendek, tapi dia tetap saja masih lebih tinggi dari diriku.
"Wah ini suatu kejutan sekretaris Rossa." Ucapnya dengan sorot matanya yang tajam menatap ke arah bagian bawah tubuhku.
Aku lalu melihat ke bawah dan menyadari bahwa aku tengah mengenakan celana pendek dan sebuah hoodie dengan rambutku berada di dalam hoodie dan separuhnya juga di luar hoodie.
"Iya Pak, suatu kebetulan." Ucapku dengan datar dan merasa tidak senang, tapi aku tetap berusaha bersikap semanis mungkin padanya.
Aku berteriak dari dalam hatiku merasa benar-benar kesal.
'Kenapa pria ini adalah tetanggaku?'
"Aku datang kemari untuk mengatakan kepadamu untuk tidak membuat suara yang bising. Tapi aku rasa itu mungkin tidak akan menjadi suatu masalah karena kau adalah seorang wanita yang pemalu. Aku akan pergi sekarang. Sampai bertemu besok sekretaris Rossa." Ucapnya.
Aku benar-benar ingin memukuli pria brengsek itu.
'Pemalu! Aku?'
Aku langsung membanting pintu dengan keras dan melangkah ke arah kamar tidurku langsung menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur. Aku akan menunjukkan kepada pria itu bagaimana pemalu nya aku ini.
...----------------...
Aku bangun dengan begitu awal keesokan paginya untuk berolahraga dan dengan cepat mengenakan celana legging dan baju kaos berwarna putih. Aku pergi ke lantai bawah ke sebuah ruangan gym dan mulai melatih tubuh bagian atas ku.
Aku mulai dengan rutinitas seperti biasa, yaitu pemanasan, mengangkat beban, kemudian pilates. Aku mulai fokus berolahraga.
Beberapa saat kemudian, aku berbalik ke arah mengangkat beban dan secara tidak sengaja menghela nafas menyebut nama "Pak Ryan...."
...****************...
PoV Ryan Abraham
Aku merasa begitu puas sepanjang malam setelah sukses membuat marah wanita itu. Aku akhirnya bisa tidur dengan nyenyak untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Keesokan paginya aku bangun dan mulai pergi ke ke tempat gym dengan rasa kantuk yang masih ada, juga dengan rambutku yang masih berantakan. Apa yang membuat aku terkejut adalah, ternyata Rossa sudah ada di sana lebih dulu.
Dia tampak tengah berolahraga. Aku lalu terus menatap ke arahnya dengan begitu tajam. Dia itu mungkin adalah sejenis dari alien yang tidak pernah kelelahan atau merasa haus.
Dia terdengar menghela nafas dengan lembut menyebut namaku.
"Pak Ryan...."
Dia terlihat begitu mempesona dengan pakaian nonformal nya dan rambutnya yang berantakan, yang membuatnya tampak begitu berbeda dengan pakaian yang dia gunakan saat bekerja.
"Maaf saya tidak melihat anda di sini Pak. Saya bisa pergi jika anda ingin seperti itu." Ucapnya dengan suara yang terdengar begitu menggodaku.
Aku menelan ludah berkali-kali membuat jakun ku pun naik turun.
"Tidak apa-apa sekretaris Rossa. Kau lanjutkan saja." Ucapku padanya.
Dia tampak mengangguk dan kemudian melanjutkan latihannya. Sementara aku berjalan ke arah treadmill. Sekitar 20 menit berlari, aku sudah selesai dengan tubuhku yang berkeringat. Pakaianku benar-benar berkeringat dan lengket.
Aku merasa jika wanita itu terus menatapku. Aku melihat ke bawah dan mendapati perutku yang mungkin saja terlihat jelas karena pakaianku yang basah. Jadi dia ternyata bisa tergoda olehku.
Aku terus menatap ke arahnya secara diam-diam. Tapi aku tidak bisa menahan hasrat ku lebih lama lagi. Dia tampak tengah melakukan pull up yang membuat pakaiannya naik turun dan menunjukkan perutnya yang rata dan seksi itu.
"Pak Ryan, apa anda butuh sesuatu?" Ucapnya dengan posisi terduduk di bawah.
Aku mendekat ke arahnya lalu menarik tangannya, kemudian mendorongnya ke arah tembok.
"Sekretaris Rossa..." Bisik ku di telinganya yang membuat telinganya langsung memerah.
"Iya Pak...." Ucapnya dengan suara yang terdengar masih dingin tapi sedikit gemetar.
Aku semakin mendekat ke arahnya. Bibirku hanya berjarak beberapa inci dari bibirnya dan aku menatap ke arah matanya yang begitu indah yang terlihat marah dan juga tampak bahagia.
Aku benar-benar tidak bisa menahan diriku lagi dan langsung menarik dia ke arahku lebih dekat dan menatap matanya yang tampak membesar. Disana tidak terlalu ramai orang. Tapi aku sama sekali tidak peduli jika ada yang akan melihat kami dengan posisi yang seperti ini.
Aku langsung menciumnya dengan penuh rasa frustrasi dan juga penuh hasrat yang sudah aku tahan selama beberapa bulan ini. Bibirnya sama persis seperti yang aku bayangkan. Terasa lembut dan begitu halus.
Dia membalas ciumanku dengan hasrat yang sama dan mulai membuka pakaianku. Sementara tanganku sendiri mulai menjamah tubuhnya yang sangat seksi.
Beberapa saat kemudian, kami akhirnya menarik diri kami. Kami menatap satu sama lain dengan terkejut, bibir kami memerah dan juga bengkak.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!