Cerita ini banyak misteri bercampur komedi, meski ada konflik tapi di buat seringan mungkin. Jadi, siap² banyak stok kesabaran, gigi kering karena ketawa hehe 🥰😍
Mohon dukungannya ya teman²
...****************...
Seorang wanita cantik, namun tampak menyedihkan dengan butiran kristal membasahi pipinya. Dia menatap seluruh anggota keluarga, baik dari keluarga suami atau keluarganya, juga para sahabatnya berdiri di sana.
Tidak ada yang paling menyakitkan dalam dunia ini, kecuali tak dipercaya. Dia sangat lelah dengan kehidupan nya. Punya suami baik dan perhatian juga jago menggombal ternyata busuk di belakang, suami yang ia sayangi punya tujuh selingkuhan.
Bayangkan, tujuh wanita selingkuhan. Bukan menduakan nya, melainkan langsung selingkuh dengan tujuh wanita. Semua bukti yang ia punya telah di rusak oleh orang suruhan suaminya.
"Ma, Pa. Percaya padaku kalau bajingan sialan, setan, buaya, iblis itu selingkuh di belakangku!" tunjuk Jena dengan tangan gemetar karena menahan amarah ke arah suaminya. Dia menatap pria itu dengan sorot mata penuh kebencian.
Jeno menatapnya dengan sorot mata sayu. Bajingan sekali dia, sangat manipulatif. Berlagak seolah-olah yang paling tersakiti, ternyata dia tak lain adalah racun berbahaya yang harus segera dimusnahkan.
"Jena?! Jaga ucapannya, kau jangan kurang ajar! Jangan mengumpat nya dengan kata-kata kasar. Dia adalah suaminya, Jena?!" bentak sang ayah untuk pertama kalinya membuat tubuh Jena membeku.
Cairan bening semakin deras mengucur membasahi pipinya. Dia menangis tersendat-sendat. Menarik rambut panjangnya dengan kencang, seolah menganggap dirinya sedang mimpi buruk.
"Pa, jangan bentak, Jena! Kasihan dia!" larang Jeno dengan raut wajah tak berdosa. Dia berlagak seperti pahlawan, membuat Jena semakin gemetar menahan amarah. Sangat geram sekali dengan akting suaminya.
"Kau lihat, Je. Suami yang kau tuduh selingkuh, malah membelamu sekarang! Bagaimana bisa suami sebaik Jeno selingkuh, huh?! Seharusnya kamu bersyukur punya suami sebaik, Jeno!" tukas sang ayah membuat Jena semakin tertekan. Wanita itu merasa sangat stress sekarang. Dia tidak tahu harus berbuat apa, rasanya sangat tersiksa saat semua orang lebih percaya pada penipu ulung seperti suaminya.
"Je, tenanglah! Mungkin kamu berhalusinasi melihat Kak Jeno selingkuh. Kita semua tahu kalau kamu sangat mencintai, Kak Jeno. Begitupun sebaliknya! Kalian adalah pasangan paling serasi yang pernah kami lihat!"
Laras sahabat Jena pun berpihak pada Jeno. Wanita itu hanya bisa menahan rasa sesak di dalam dadanya. Bagaimana bisa semua orang berpihak pada pria bajingan itu? Padahal Jeno jelas-jelas selingkuh.
"Benar, Buk. Pak Jeno, selalu setia pada, Ibuk. Beliau tidak pernah membawa wanita lain ke dalam rumah selama Ibuk tidak ada!" seru Marni pembantu Jena.
Jena yang mendengarnya pun tertawa lepas, tubuhnya bergetar karena tertawa. Matanya tak berhenti mengeluarkan cairan bening. Merasa sangat lucu dengan orang-orang.
"Hey, j*lang. Tentu saja dia tidak pernah membawa wanita lain ke rumah ini, karena kamu adalah salah satu selingkuhan nya! Apa kau kira aku bodoh, tak tahu kalau kau selalu ***** di atas kasurku dengan pria bangsat, bandot tua, sialan itu! Aku tahu semuanya!" jerit Jena dengan suara sangat tinggi.
Dia menghentakkan kakinya di lantai. Wanita itu sedang tantrum, dia benar-benar sedang berada dalam keadaan hati yang buruk. Psikis nya benar-benar terguncang, sahabatnya Laras merupakan psikolog, saat Jena bercerita tentang pengkhianatan suaminya, Laras malah mengatakan Jena berhalusinasi atau berburuk sangka.
Memang wajar kalau semua orang mengira Jeno sangat baik. Karena pria itu begitu bagus meng-treat Jena layaknya ratu. Bahkan, keduanya sering dipanggil JeJe couple.
Ibu Jena yang sedari tadi diam pun merasa murka. Dia melangkah mendekati putrinya, lalu menampar Jena dengan keras. Membuat wajah wanita itu terpental ke kanan, menunjukkan betapa kerasnya tamparan itu.
Plak.
"Mama, tidak pernah mendidikmu menjadi wanita kasar, susah payah Papa bekerja agar bisa menyekolahkanmu tinggi-tinggi sampai jadi dokter, tapi, kau malah asal berbicara seperti orang yang tidak punya tata Krama, mulut mu sedari tadi hanya bisa mengumpat dan mengumpat! Jangan bikin malu keluarga, Je?!" bentak wanita tua itu membuat Jena tertawa miris. Sungguh tragis nasibnya, tidak ada yang percaya padanya. Semua orang lebih percaya pada pria manipulasi seperti suaminya.
Semua orang tak bisa menjaga keterkejutan mereka, ketika melihat wanita paruh baya itu menampar putrinya sendiri. Bahkan, Jeno menganga, ada rasa bersalah saat melihat istrinya di tampar.
"Ma, jangan sakiti, Jena lagi!" tegas Jeno segera menghampiri istrinya yang berdiri menatap nanar wajah ibunya.
Dia berniat menyentuh Jena, namun, wanita itu langsung menepisnya dengan kasar. Kemudian, dia menatap semua orang dengan sorot mata nanar.
Orang tua, mertua, suaminya dan sahabatnya. Ada kesedihan di mata Jena. Dia tersenyum pahit, saat matanya menyipit, cairan bening keluar dari matanya lagi dan lagi.
"Ma, Pa! Apa kalian tahu kalau aku sangat menyayangi kalian? Aku mengadu pada kalian karena berharap mendapatkan kepercayaan dan perlindungan. Tapi, apa yang ku dapat? Tidak ada perlindungan dan tidak ada kepercayaan!"
Jena menatap wajah ibu dan ayahnya dengan sorot mata penuh kekecewaan. Orang tua Jena merasa sakit hati ketika bertatapan dengan anak tunggal nya itu. Namun, mereka tak bisa berbuat banyak, karena yakin betul kalau menantu mereka tidak selingkuh.
"Baiklah! Lebih baik aku yang disalahkan. Aku terlalu lelah untuk membela diri! Beban yang ku pikul juga sangat berat. Aku sudah capek!"
Jena berkata dengan nada putus asa. Semua orang merasa khawatir dengan maksud perkataan Jena, termasuk Jeno.
Tiba-tiba wanita itu mengeluarkan pisau kecil dari jas putihnya, lalu dengan gerak cepat dia menancapkan pisau pada lehernya.
Krekk.
Suara kulit sobek terdengar menakutkan saat Jena membawa pisau itu membela leher jenjangnya. Jeno menutup matanya saat darah segar Jena mengenai wajahnya. Kejadian itu sangat cepat membuat semua orang berteriak histeris.
"JENA?!" teriak mereka semua serempak kecuali Jeno yang berdiri membeku di hadapan Jena.
Dada wanita itu terasa sangat sesak. Nafasnya tak beraturan, pandangannya buram dan kakinya tak sanggup menopang tubuhnya, Jeno segera menahan pinggang Jena agar tak jatuh.
"Jena?!"
"Jena, bertahanlah, Je."
"Panggil ambulans!"
"Jena, hiks … jangan tinggalkan, Mama dan papa, Sayang!"
Wanita itu tersenyum pahit. Seiring darah keluar dari lehernya, seolah beban yang ia pikul sangatlah berat.
Psikis Jena memang sedang tak baik-baik saja, di tambah mendapatkan tekanan dari orang tua. Membuat mentalnya terguncang hebat.
Jena tak ingin mati, tetapi, dia ingin beban yang dipikulnya sendirian menghilang.
"Kalau aku diberi kesempatan kedua untuk hidup. Akan ku gunakan kesempatan itu untuk membongkar perselingkuhan suamiku dengan cara yang lebih anggun dan cerdik," batin Jena penuh harap.
*
*
"Ah … kau sangat enak, Sayang!"
Terdengar suara pria m*ndesah di atas tubuhnya. Membuat wanita itu mengernyitkan keningnya, perlahan dia berusaha untuk membuka matanya. Mulut wanita itu ikut m*ndesah tanpa bisa di tahan.
Perlahan matanya terbuka, sontak saja dia terkejut bukan main. Jantungnya nyaris copot saat melihat suaminya berada di atasnya.
"Apa ini? Kenapa aku masih hidup?" pekiknya dengan suara tertahan membuat sang suami menatapnya heran.
"Tentu saja kau hidup, Adinda Jena ku tercinta! Karena kakanda tidak akan pernah membiarkan mu terluka sedikitpun," balas pria itu tersenyum genit membuat Jena paham.
Kalau dia mengalami time travel, balik ke masa lalu.
*
*
Mohon dukungannya ya, Guys. 🤗🤗😘🥰
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
Jena tak bisa mengajar keterkejutan nya, saat tahu kalau dirinya mengalami time travel ke masa lalu. Ada rasa syukur yang tak tertahankan, berarti dia bisa memperbaiki hidupnya. Tetapi, untuk saat ini dia tak bisa berpikir jernih, karena pria di atasnya terus saja memacu bagian inti.
"Oh, Sayang kau sangat nikmat!" puji Jeno membuat Jena merasa jijik. Ingin sekali dia mendorong tubuh Jeno, tetapi tak bisa, karena mereka berdua hampir sampai pada puncak pergulatan panas.
Tak lama kemudian, tubuh mereka bergetar hebat. Membuat keduanya berteriak penuh kenikmatan. Jena maupun Jeno bernafas lega, karena sesuatu yang mendesak keluar dari tubuh mereka telah keluar.
Jena langsung mendorong kasar tubuh Jeno ke samping. Membuat Jeno terkejut, dia merasa aneh mendapatkan perlakuan kasar istrinya.
"Sayang, kamu tega mendorongku?" Jeno menatap istrinya dengan tatapan sendu membuat Jena ingin sekali menonjok wajah Jeno.
Mungkin bila dulu dia sangat mencintai Jeno, namun, sekarang tidak lagi. Masih terekam jelas bagaimana perselingkuhan Jeno dengan tujuh wanita di belakangnya.
Untuk melancarkan rencananya, Jena memasang mimik muka bersalah. Untuk melawan pria manipulatif seperti Jeno, dia juga harus pandai seperti manipulatif.
"Maafkan aku, Babe. Aku hanya sesak pipis, buru-buru mau ke kamar mandi! Maaf yah!" Jena mencium pipi Jeno lalu segera turun dari ranjang.
Jeno tersenyum manis, dia menatap penuh arti punggung polos Jena dari belakang.
*
*
Jena segera membersihkan tubuhnya, merasa jijik karena di sentuh oleh buaya buntung seperti Jeno. Tak berhenti mulutnya menggerutu kesal.
"Kalau bukan karena rencana balas dendam ku, tidak mau aku di sentuh oleh buaya buntung, kadal busuk sepertimu, Jeno jinny sialan Kutu kupret!" gerutu Jena tak henti-henti.
Setelah selesai membersihkan dirinya, dia keluar dari kamar mandi. Melihat Jeno sudah tidur pulas tanpa merasa risih karena tidak mandi.
Jena memasang wajah jijik melihatnya. Tak ada lagi rasa cinta dalam hatinya, dia sudah terlalu marah dan benci pada sang suami, hanya saja dia tidak bisa langsung menggugat Jeno seperti di kehidupan sebelumnya.
Pasti kalau dia melakukan hal yang sama, maka akan membuat orang tuanya marah. Sebab, perselingkuhan Jeno belum terbongkar.
Jena dan Jeno menikah atas dasar sama-sama cinta. Sudah tiga tahun mereka menikah, namun belum di karunia anak. Sikap Jeno yang sangat baik pada Jena membuat wanita itu bahagia, namun, suatu hari dia menemukan fakta bahwa Jeno berselingkuh di belakangnya.
Bukan dengan satu wanita tetapi tujuh. Jena hanya mengenal satu wanita selingkuhan Jeno, yaitu Marni pembantu di rumah mereka. Sedangkan enak wanita lainnya masih misteri. Mengapa dia tahu kalau Jeno selingkuh dengan tujuh wanita?
Jawabannya dari nomor misterius yang mengirimkan bukti perselingkuhan Jeno. Ada bukti transfer uang pada selingkuh Jeno dengan tujuh nama berbeda, bukti cek in hotel di luar kota dengan wanita berbeda-beda.
Terlalu banyak misteri yang harus Jena pecahkan. Tetapi, dia berjanji akan membongkar sampai akarnya.
Setelah memakai piyama, dia segera membuka ponselnya. Dia melihat tanggal di layar ponselnya.
"7 Juni 2020, berarti aku baru dua tahun menikah dengan, Bandot sialan itu, artinya aku belum mendapatkan pesan misterius. Seminggu lagi, orang itu akan mengirimkan pesan itu padaku," gumam Jena pelan.
Dia berusaha berpikir keras untuk memecahkan misteri perselingkuhan suaminya. Alasan dia mengalami time travel, mungkin dia diberikan kesempatan untuk memecahkan misteri itu dan hidup bahagia tanpa Jeno.
"Kalau dulu aku akan menangis histeris dan langsung menggugat cerai, Jeno. Sekarang akan berbeda! Aku tidak langsung menggugat cerainya, tapi, aku akan membuat orang tuaku langsung yang memaksaku untuk menceraikannya," batin Jena cerdik.
Dia tidak sadar kalau sedari tadi Jeno telah bangun dan berdiri di belakangnya.
"Pesan misterius dari siapa?" tanya Jeno dengan suara pelan berbisik di telinga Jena membuat wanita itu terkejut bukan main.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
Tubuh Jena menegang saat mendengar suara suaminya. Tak tahu kalau Jeno sedari tadi sudah bangun dan berada tepat di belakangnya.
"Pesan misterius dari siapa?"
Jeni mengulangi pertanyaan nya. Jena berusaha memasang ekspresi normal. Mengenyahkan rasa gugup di hatinya, dia lalu menyimpan ponselnya. Berbalik menatap Jeno.
Jena terpaksa mendongak karena suaminya lebih tinggi darinya. Wanita itu menatap lekat wajah tampan suaminya. Dulu dia jatuh cinta pada Jeno, karena pria itu sangat baik. Penyayang anak-anak dan sangat menghargainya sebagai wanita.
Selama pacaran Jeno bahkan tak berani menyentuh Jena. Tetapi, setelah menikah, mengapa Jeno tega selingkuh dengan tujuh wanita sekaligus?
Mungkin kalau tidak ada bukti, Jena tidak akan percaya. Namun, seseorang mengirimkan bukti perselingkuhan Jeno. Membuat Jena sadar kalau sikap baik Jeno hanya untuk menutupi kejahatannya saja.
"Bukan apa-apa!" Jena menggelengkan kepalanya. Dia tersenyum paksa menatap wajah suaminya.
Jeno membelai pipi Jena dengan sangat lembut. Dia menatap dalam bola mata indah istrinya.
"Kamu tahu, 'kan, kalau aku cinta sama kamu!" Tiba-tiba Jeno menyatakan cintanya membuat Jena bingung.
Tetapi, wanita itu hanya bisa tersenyum palsu. Dia mengangguk kepalanya polos, berusaha seperti percaya pada Jeno. Padahal, dalam hati dia mengumpat suaminya dengan kata-kata kasar.
"Cinta apanya? Kalau cinta nggak mungkin kamu selingkuh di belakangku! Dasar kutu babi!" Ingin sekali Jena berteriak seperti itu di hadapan Jeno. Tetapi, dia tak bisa, wanita itu harus main cantik dan cerdik.
"Tentu saja aku tahu, Mas. Kamu adalah suami penyayang, baik dan setia!" Jena memuji Jeno, dia membelai dada bidang Jeno membuat pria itu menggigit bibir bawahnya.
Lain di mulut lain di hati, begitulah Jena. Di mulut dia bilang setia, maka di hari lain cerita.
"Iya, kamu setia! Setiap tikungan ada," batin Jena mengumpat kesal suaminya.
"Berarti kalau kamu tahu, boleh dong aku minta tambah ronde lagi?" Jeno tersenyum manis. Dia menggigit daun telinga Jena, membuat wanita itu mengepalkan tangannya erat. Dalam hati dia mengutuk Jeno.
"Dasar cassanova cap Bandot. Punya selingkuhan banyak di luar sana, tetap saja minta jatah sama aku!" umpat Kena dalam hati.
Wanita itu langsung memasang mimik wajah sendu. Dia melukiskan gambar abstrak di dada polos suaminya.
"Mas, aku capek! Besok aku punya jadwal operasi. Jadi, harus bangun cepat! Maaf sekali. Bukan aku mau menolak mu! Sebenarnya, kalau tidak ada jadwal operasi, jangankan satu ronde. Lima ronde pun aku mau! Maaf yah!"
Jena berbicara dengan nada manja dan memasang mimik bersalah. Alhasil, Jeno tersenyum tipis. Dia mengerti apa yang dirasakan oleh istrinya. Pasti Jena sangat lelah.
"Tidak apa-apa, Adinda Ku tercinta! Kakanda mu ini, akan bersabar. Tidak bisa satu ronde, maka setengah ronde pun bisa!"
Jeno berkata dengan santai membuat Jena tersenyum lega. Namun, saat mendengar kalimat terakhir Jeno membuatnya terkejut bukan main. Dia langsung melebarkan bola matanya sempurna.
Apa maksud kutu babi ini? Setengah ronde pun bisa?
"Mas!" pekik Jena terkejut saat tiba-tiba Jeno mengangkat tubuhnya. Dengan gerak cepat Jeno membawa istrinya ke atas ranjang.
"Kalau mau tidur! Tidur aja, Adinda ku! Biar kakanda mu ini yang bekerja!" Setelah berbicara, Jeno pun membuktikan perkataan nya.
Jena hanya bisa mengumpat kesal dalam hati. Dari dulu sampai sekarang, suaminya memang sangat buas dan liar.
Ahh … terserah lah, mau setengah ronde atau satu ronde. Yang jelas sekarang Jena mau tidur.
Kakanda dan adinda? Ha ha … mungkin terdengar lebay. Namun, memang begitulah keduanya saling memanggil.
*
*
Matahari sudah muncul, seorang wanita cantik penuh wibawa memakai jas putih dan kacamata bertengger di hidung mancungnya. Rambut wanita itu di kuncir kuda, dia sudah siap untuk berangkat ke rumah sakit.
Wanita itu menuruni anak tangga, aroma harum nasi goreng tercium. Kakinya bergerak menuju dapur, terlihat Jeno sedang menata piring berisikan nasi goreng di atas meja.
Senyuman getir terpasang di wajah Jena. Di kehidupan pertama atau kedua Jeno tak berubah. Pria itu sangat memanjakan Jena, urusan memasak Jeno yang akan menghandle nya, dia bekerja sebagai dosen di salah satu universitas ternama.
Mereka berdua sama-sama bekerja, tetapi, Jeno tak pernah mengeluh tau marah pada Jena, walau kadang wanita itu pulang larut malam, karena harus menolong pasien dadakan.
"Morning, Adinda!" sapa Jeno tersenyum manis menyapa istrinya.
Pria itu tampak gagah meski hanya memakai kaos putih dan celana pendek. Celemek terpasang di tubuh kekarnya. Tak mengurangi ketampanan nya.
"Morning, Mas," balas Jena tersenyum paksa.
Jeno mengerucutkan bibirnya hingga maju dua sentimeter. Jena yang tadinya tersenyum paksa pun langsung tertawa geli.
"Ha ha … itu bibirnya kenapa monyong, Mas?" tanya Jena seraya tertawa geli membuat Jeno berdecak kesal.
"Gimana nggak monyong, aku panggil kamu Adinda. Tapi, dari semalam kamu manggil aku, Mas. Padahal kan kamu tahu kalau Adinda dan kakanda itu panggilan sayang kita! Karena daripada, Honey, Baby, atau apalah .. aku lebih suka panggilan itu!"
Jeno mengomel seperti wanita saja. Jena yang mendengarnya tersenyum tipis. Mungkin bila di kehidupan pertamanya, dia akan mencium rakus bibir cerewet Jeno, tetapi, sekarang tidak. Seolah ada sekat yang membuatnya tak melakukan itu.
"Baik-baik, adinda minta maaf, karena lupa memanggil, Kakanda!"
Jena memutuskan untuk meminta maaf pura-pura membuat Jeno tersenyum cerah. Pria itu langsung mencium kening Jena dengan lembut.
Dia mengajak istrinya duduk di kursi.
"Duduk dulu, lihat nih, aku masak nasi goreng sambel ijo. Kemarin aku dapat resep baru dari sosial media, jadi, aku coba buatnya kemarin dan rasanya lumayan enak. Sekarang aku buat yang kedua kalinya untuk kamu! Biar kamu nggak bosan makan nasi goreng kampung buatan ku!"
Jeno menjelaskan panjang lebar. Sekilas dia tampak seperti suami yang sangat perhatian pada istrinya. Tipikal suami cerewet, tetapi, peduli dan perhatian pada istri.
Jena langsung memakan nasi goreng jutaan Jeno. Awalnya wanita itu hanya ingin cepat-cepat berangkat ke rumah sakit, sebab tak tahan dekat-dekat dengan Jeno. Karena dia masih sakit hati.
Tetapi, saat nasi goreng buatan Jeno masuk ke dalam mulutnya. Mata wanita itu membesar, rasanya sangat nikmat. Dia menoleh ke arah sang suami yang tersenyum lembut ke arahnya.
"Gimana? Enak, 'kan?" tanya Jeno lembut membuat Jena menganggukkan kepalanya cepat.
"Enak banget, Kakanda!" Jena memberi dua jempol untuk Jeno membuat pria itu tersenyum senang. Dia bisa bernafas lega kalau istrinya suka.
"Kalau enak, habiskan! Aku juga sudah siapkan bekal makan siang untukmu! Cemilan juga sudah ada. Tadi subuh aku buat nastar buat kamu. Biar nggak jajan lagi di kantin rumah sakit!"
Jeno berbicara seraya berjalan ke meja dapur. Dia mengambil bekal makanan istrinya yang telah ia siapkan. Tidak sadar kalau Jena menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Sungguh, hati Jena sangat sakit. Dia merasa gamang, benarkah sang suami selingkuh? Kalau benar, apa alasan Jeno selingkuh? Apa kekurangannya?
Jeno bahkan sangat perhatian padanya.
"Ini aku juga buatkan teh herbal buat kamu! Biar tubuh kamu tetap hangat dan sehat! Jangan lupa habiskan. Kamu harus kerja keras, agar bisa menolong banyak orang sakit! Tapi, juga harus tetap jaga kesehatan, biar kamu nggak sakit! Lucu dengernya, kalau dokter yang rawat orang sakit, malah ikutan sakit!"
Jeno sedari tadi mengoceh, pria itu memasukkan bekal ke dalam tas Jena. Dia tidak ikut sarapan, karena lebih mementingkan istrinya dulu.
"Kanda, tidak ikut makan?" tanya Jena dengan suara serak menahan tangis.
"Tidak, Kanda bisa makan nanti-nanti, karena masuk kampus jam sembilan!" balas Jeno santai seraya menarik resleting tas Jena.
Dia menoleh ke arah Jena yang kini menundukkan wajah. Membuat Jeno merasa aneh.
"Dinda," panggil Jeno lembut seraya memegang pundak istrinya.
Tangis Jena langsung pecah. Tubuhnya terguncang, wanita itu benar-benar gamang, ragu kalau suaminya selingkuh. Lihatlah, betapa perhatiannya Jeno padanya.
"Suttt … kenapa hemm? Yang mana yang sakit? Atau ada yang jahatin kamu?" Jeno bertanya dengan suara lembut, dia menarik sang istri ke dalam pelukannya.
"Kamu yang jahat!" balas Jena di sela-sela tangisnya membuat Jeno terkejut.
*
*
Gimana, Bun?, Menurut Bunda-bunda, Jeno itu beneran selingkuh nggak sih?
Dan coba angkat tangan di kolom komentar. Siapa yang punya suami macam Jeno?, Cerewet banget tapi perhatian.😁🤭
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰 🥰
Salem aneuk Nanggroe Aceh ❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!