NovelToon NovelToon

The Antagonist Transmigration

Bab 1: Gilda dan Frank

Gilda, wanita berusia 25 tahun itu baru saja keluar dari gedung perusahaan tempatnya bekerja. Perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Perusahaan itu adalah milik keluarganya. Dua tahun ini Gilda bekerja di sana membantu ayahnya sebelum adik laki-lakinya menyelesaikan kuliah S2 nya untuk menggantikan posisi ayahnya. Sebenarnya ia tidak tertarik menjadi pemimpin di perusahaan ayahnya. Gilda lebih memilih menjadi seorang fotografer. Mengembangkan hobinya. Ia ingin keliling dunia dan menemukan hal-hal baru lalu mengabadikannya dalam bentuk foto. Mau bagaimana lagi, ia tidak bisa menolak keinginan ayahnya. Setidaknya ayahnya tidak terlalu memaksakannya.

Sebuah mobil sport merah berhenti di depan Gilda. Kedua sudut bibir Gilda tertarik ke atas, membentuk senyuman saat seorang pria dengan kacamata hitam yang bertengger di pangkal hidungnya turun dari dalam mobil.

"Hai sayang.." sapa Frank dengan senyuman manis terukir di wajah tampannya lalu memberikan satu kecupan di bibir Gilda. Oh tidak, itu bukanlah kecupan singkat. Hampir dua menit lamanya Frank menciumnya.

"Frank, apa kamu tidak bisa melihat tempat," omel Gilda memukul lengan Frank.

"Siapa yang peduli..." kata Frank mengangkat kedua bahunya. Bukankah itu biasa di negara mereka. Frank kemudian membuka pintu mobil untuk kekasihnya.

"Thanks.." ucap Gilda masuk ke dalam mobil Frank. Pria tampan yang sudah menjadi kekasihnya selama satu tahun ini. Keduanya berhubungan karena dijodohkan oleh orang tua mereka. Awalnya, Gilda pikir hubungan mereka tidak akan berhasil. Namun sejauh ini, hubungan mereka semakin dekat. Gilda awalnya menolak perjodohan itu karena Gilda ingin menikmati kesendiriannya. Traveling, membaca novel dan mengkhayal. Entah bagaimana cara ayahnya meyakinkannya hingga akhirnya ia menerima perjodohan itu.

"Sayang.." panggil Frank menoleh ke arah Gilda yang duduk di sampingnya. Mereka berhenti karena lampu merah menyala. Gilda menoleh ke arah Frank.

"Aku minta maaf. Sepertinya malam ini kita tidak jadi dinner bersama. Ada urusan mendadak dengan rekan bisnis ku. Tiba-tiba dia menghubungi ku untuk membahas bisnis baru kami," ucap Frank dengan raut wajah bersalahnya.

"Tidak apa-apa Frank. Kita bisa melakukannya di hari yang lain," balas Gilda.

"Kamu memang yang terbaik sayang. Aku mencintai mu," ucap Frank mengusap wajah Gilda, ia lalu mendekatkan wajahnya ke arah Gilda, keduanya hampir saja berciuman jika saja bunyi klakson tidak mengagetkan mereka. Lampu jalan sudah berganti warna. Frank dengan wajah kesalnya kemudian menginjak pedal gas mobilnya. Gilda tertawa pelan melihat wajah kesal Frank.

Setengah jam kemudian mereka tiba kediaman Gilda dan keluarganya. Frank turun dari mobil terlebih dahulu dan membuka pintu mobil untuk kekasihnya.

"Kamu tidak ingin singgah dulu," tawar Gilda. Frank menggelengkan kepalanya.

"Lain kali saja, sampaikan salam ku pada bibi," kata Frank lalu mengecup kening Gilda dan memeluknya.

"Baiklah.. hati-hati," balas Gilda memeluk Frank.

"Frank, parfum mu akhir-akhir ini berbeda dari yamg biasanya. Apa kamu menggantinya? Tapi kenapa seperti parfum wanita," kata Gilda mendongak, menatap wajah Frank.

"Ah itu.. aku memang memakai parfum yang baru. Aku kalah taruhan dengan sepupu ku. Hukumannya di memintaku untuk memakai parfum wanita dalam satu bulan ini. Ck.. menyebalkan sekali.." ucap Frank berdecak.

"Kalian memang aneh.." kata Gilda terkekeh. Frank lalu pamit dan pergi.

Setelah Frank pergi, Gilda berjalan memasuki rumahnya. Namun entah kenapa ia tidak bisa percaya sepenuhnya dengan perkataan Frank. Seingatnya, diawal pertemuan mereka, Gilda pernah sesekali mencium aroma parfum itu.

"Hai mom..." sapa Gilda saat melihat ibunya sedang bersantai ria di ruang tengah sembari menikmati acara TV yang ditontonnya.

"Oh.. hai sayang, kamu sudah pulang.." balas Bella. Gilda menaruh tasnya di atas meja kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

Bab 2: Kesal

"Sepertinya aku akan pergi ke Australia dalam waktu dekat ini mom. Aku merasa bosan di kantor. Hampir tiga bulan ini, aku tidak ada absen," kata Gilda mengambil cemilan yang ada di tangan ibunya.

"Minta izinlah pada daddy mu. Mom yakin daddy pasti setuju," ucap Bella menatap putrinya. Ia sangat tahu seperti apa kepribadian putrinya itu. Gilda lalu mengangguk.

"Apa mom tidak ingin ikut?" tanya Gilda.

"Aish.. kamu seperti tidak mengenal daddy mu saja," ucap Bella dengan wajah malasnya. Gilda lalu tertawa. Ayahnya pasti tidak akan tahan berjauhan dengan ibunya. Satu hari tidak bertemu dengan istrinya, ayahnya sudah uring-uringan.

"Dasar daddy saja yang berlebihan," tukas Gilda mengunyah cemilannya.

"Tapi mommy tidak keberatan. Mommy senang daddy mu tidak bisa berjauhan dari mommy. Jadi dia tidak punya waktu untuk melirik wanita lain," kata Bella tertawa. Sejak mereka resmi menikah, Bart suaminya semakin posesif dengannya. Bahkan Bart selalu cemburu jika putranya terlalu dekat dengan Bella. Dan itu terjadi hingga sekarang.

"Aku ingin suami ku nanti seperti daddy yang sangat.. sangat.. mencintai mom.." kata Gilda penuh harap. Ia ingin menikah satu kali saja dalam hidupnya dan menua bersama dengan suaminya. Bella lalu tersenyum hangat pada putrinya.

"Mommy doakan keinginan mu terkabul sayang. Mommy harap Frank bisa membahagiakan mu," balas Bella.

Gilda bangkit dari sofa, "aku ke kamar dulu mom, aku ingin istirahat," kata Gilda.

"Baiklah, nanti mommy akan memanggil mu untuk makan malam."

Di dalam kamarnya Gilda merebahkan tubuhnya. Tangannya mengambil novelnya dari atas nakas dan melanjutkan ceritanya yang belum selesai ia baca. Sebenarnya Gilda kesal dengan novel yang diberikan oleh temannya itu. Pasalnya ia tidak suka dengan tokoh antagonisnya yang selalu mengejar pria yang ternyata menyukai saudara tirinya. Jelas-jelas ia sudah tau jika pria itu menyukai saudara tirinya. Kalau saja Gilda adalah wanita itu, ia akan mencari pria lain. Memangnya hanya dia saja laki-laki. Meskipun tidak suka dengan tokoh antagonisnya, tapi Gilda lebih memilih tokoh antagonisnya daripada si protagonis. Entah mengapa ia merasa si protagonis tidak sebaik yang diceritakan di novel itu. Apalagi ia kembali dekat dengan ayahnya yang telah mencampakkan mereka sebelumnya.

Setengah jam kemudian Gilda sudah selesai membaca novelnya hingga bab terakhir. Kalian tau apa yang terjadi. Si antagonis mati karena di bunuh oleh ayah kandung dari saudara tirinya.

Sebelum dibunuh, tokoh antagonisnya bahkan dilecehkan terlebih dahulu.

"Sial...sial.." Gilda geram dan melempar asal novelnya. Novel itu terpental entah kemana.

"Aku tidak suka si antagonis dibunuh. Dia memang jahat, tapi tidak harus mati dengan seperti itu juga, benar-benar tragis. Cintanya tidak dapat, ayahnya membencinya dan dilecehkan sebelum dibunuh," ucap Gilda kesal.

"Aku menyesal membacanya," kata Gilda bangun dari tempat tidur empuknya. Kakinya ia langkahkan menuju jendela kamarnya.

"Kenapa Scarlett tidak di penjara saja," ucapnya menyandarkan kepalanya pada besi bingkai jendela kamarnya. Scarlett adalah tokoh antagonis dari novel yang dibacanya.

"Orang mungkin menilainya jahat dan tidak berperasaan. Aku akui, si antagonis memang beberapa kali melukai si protagonis. Tapi tidak ada yang tahu jika si protagonis tidak sebaik itu," kata Gilda menata pekerja di rumahnya yang sedang membersihkan taman rumah mereka.

"Lagi pula si antagonis berubah sejak kedatangan saudara tirinya itu. Ahh.. mengesalkan sekali," gumam Gilda.

Bab 3: Pria Brengsek

Ponsel Gilda bergetar, Gilda menghela nafasnya lalu berjalan menuju kasurnya untuk mengambil ponselnya.

"What.." pekiknya. Belum juga moodnya kembali seperti semula kini temannya mengirimkan sebuah foto yang membuat darahnya seolah mendidih. Tidak sabar ingin bertanya, Gilda lalu menghubungi nomor temannya itu.

"Aku akan ke sana sekarang juga," kata Gilda mematikan ponselnya.

Tanpa mengganti pakaian kantornya, Gilda mengambil tasnya dan mengambil kunci mobilnya. Ia kemudian keluar dari dalam kamar, berjalan menuruni tangga rumah mereka.

"Kamu mau kemana lagi sayang. Sebentar lagi kita akan makan malam," ucap Bella yang melihat putrinya sedang terburu-buru.

"Mom, aku akan makan malam di luar bersama Lucy," balas Gilda mengecup pipi Bella.

"Bye mom.."

"Iya, hati-hati.." pungkas Bella sambil melihat punggung putrinya sampai menghilang dari balik pintu.

Tak lama kemudian Bart muncul dari balik pintu. Pria 50 tahun itu melihat istrinya sedang berjalan menuju dapur. Dengan buru-buru ia melangkahkan kakinya, melemparkan tas kerjanya ke sofa dan memeluk tubuh istrinya dari belakang. Bella sedikit terkejut.

"Sayang.. kamu sangat wangi..." bisik Bart mengecup leher Bella dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh Belle. Rasanya penatnya seketika hilang hanya dengan memeluk istrinya.

"Kamu membuat ku terkejut.." kata Belle.

"Sebaiknya kamu mandi dulu, kita akan makan malam," ucap Bella mengusap tangan suaminya.

"Aku tidak mau. Aku ingin seperti ini terus," tukas Bart.

"Sayang.. ingat usia. Ayo lepaskan. Aku tidak ingin pekerja di rumah melihat kita seperti ini," kata Bella.

"Hei... tidak ada larangan untuk orang tua bermesraan. Asalkan dengan istrinya. Kalau itu perempuan lain baru salah."

"Terserah kamu saja. Ayo cepat lepaskan, aku ingin menyiapkan makan malam kita," kata Bella menggoyangkan bahunya agar Bart melepaskannya.

"Baiklah... baiklah. Ngomong-omong, putri kita mau kemana? aku berpapasan dengannya saat di gerbang."

"Gilda ingin menemui Lucy.." jawab Bella. Bart mengangguk. Mereka mengenal Lucy karena wanita itu adalah teman dekat putri mereka dan sering berkunjung ke rumah mereka.

"Berikan aku satu kecupan sebelum aku pergi," kata Bart melepaskan tangannya dari pinggang istrinya dan mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya.

"Sudah sana pergi mandi," ucap Bella setelah memberi satu kecupan pada suaminya. Bart dengan wajah senangnya kemudian pergi. Semakin hari pria itu semakin mencintai istrinya. Ia bahkan tidak bisa melirik wanita lain hanya karena istrinya telah mengambil semua cintanya. Bukan sekali dua kali wanita di luar sana mendekatinya. Bahkan diusianya yang sudah 50 tahun saja masih ada wanita yang ingin mendekatinya bahkan secara terang-terangan menggoda. Tapi di matanya mereka tidak berarti, hanya ada istrinya. Ia memiliki komitmen dalam dirinya hanya mencintai istrinya Bella.

Gilda tiba di salah satu restoran mewah dan berkelas yang ada di New York. Ia berjalan masuk, mencari keberadaan Lucy.

"Lucy.." panggil Gilda. Lucy yang sedang memotong daging di piringnya sontak mendongak, melihat Gilda berjalan mendekati mejanya.

"Astaga.. Gilda kamu lama sekali," kata Lucy.

"Aku terjebak macet," balas Gilda mendaratkan bokongnya di atas kursi.

"Frank baru saja pergi dengan wanita itu," ucap Lucy.

"Aku sudah pesan makanan untuk mu, ayo kamu makan dulu," ujar Lucy.

"Aku tidak lapar, aku ingin menghajar pria itu sekarang juga," balas Gilda menahan rasa marah dan kecewanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!