NovelToon NovelToon

Love You, Om!

Tolong aku, Om!

Sepasang bola mata pria Dewasa kini menatap tajam pada seorang gadis yang selalu mengejarnya tak kenal lelah.

Semakin dia menolak, maka gadis itu semakin mengejarnya hingga membuat pria itu frustasi untuk mengahadapi gadis tersebut.

...****************...

Rajesh Setiawan Rhatore biasa dipanggil 'Awan'.

Pria itu memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah bertahun-tahun ia menetap di Swiss untuk melupakan cinta pertamanya—Rainy.

Akan tetapi, setelah ia kembali, Awan bukan mendapat kedamaian dengan jalan hidupnya yang memutuskan untuk melajang karena patah hati.

Pria itu kini didekati oleh Pelangi—anak tiri dari orang yang ia cintai, di mana gadis itu mengikat janji pada dirinya sediri bahwa ia akan menikah hanya dengan Awan, jika Awan mengikhlaskan Rainy menikah dengan Sky—ayah kandung gadis tersebut.

*

*

*

Pelangi Sky Erlangga

Gadis remaja yang menolak seluruh pria tampan yang seumuran dengannya hanya demi sebuah janji pada seorang Pria dewasa yang seumuran dengan Rainy—mama tirinya.

Gadis itu menutup hati untuk pria manapun, hanya untuk menunggu Awan—orang yang ia cintai karena janji.

Bahkan ia menolak cinta dari pria terpopuler di kampusnya demi seorang Awan yang tidak pernah memperdulikan keberadaannya.

*

*

*

Langit Devano Galaxy

Pria terpopuler di kampus Pelangi, yang terkenal playboy dan terkaya di kampus tersebut, hingga pria itu bisa mewujudkan apapun yang menjadi keinginannya kecuali Pelangi.

Pelangi adalah satu-satunya orang yang menolak keinginannya, hingga pria itu memutuskan untuk menjadikan pelangi sahabat, bukan kekasih.

...****************...

Rumah Sakit (Rajesh Medica )

Awan kini berada di taman rumah sakit untuk menghindari Pelangi. Gadis itu mengejar Awan saat ia tidak sengaja melihat pria tersebut keluar dari salah satu ruang rawat pasien.

"Om Awan mana sih?" Pelangi celingukan mencari sosok pria yang selalu ia idam-idamkan menjadi suaminya tersebut.

"Kenapa sih dia selalu menghindar? Aku udah dandan cantik begini masak dianggurin sih?" Pelangi memasang wajah cemberut.

Gadis itu terus melangkahkan kakinya di koredor rumah sakit sambil terus mencari keberadaan pria tersebut.

"Apa Om Awan ke Taman ya?" Pelangi mengentikan langkahnya sambil bersedekap dada dengan jari telunjuk yang menempel di dagunya.

"Aku ke taman saja, deh!" Pelangi mengembangkan senyumnya, lalu melangkah menuju taman rumah sakit.

Sesampainya di Taman, Pelangi terus melangkahkan kakinya mencari Awan, ia terus berjalan hingga akhirnya ia mengembangkan senyum saat melihat Awan duduk di salah satu bangku taman sendirian sambil menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Pelangi lari untuk mengahampiri pria tersebut. Namun, sebelum Pelangi sampai di dekat Awan, pria itu melihat Pelangi lebih dahulu hingga membuat Awan membulatkan matanya dan beranjak serta lari untuk menghindari gadis tersebut.

Pelangi yang melihat Awan lari, ia semakin mempercepat langkah kakinya dan lari sekencang-kencangnya hingga gadis tersebut tersandung dan jatuh bersimpuh di tanah.

"Auhhh ... !" seru Pelangi.

Awan menghentikan langkahnya dan menoleh pada gadis tersebut. Ia terkejut saat melihat Pelangi jatuh dan ingin kembali untuk menolong gadis tersebut.

Akan tetapi, ia menghentikan niatnya saat ia mengingat betapa keras kepalanya Pelangi untuk mendapatkan cintanya.

"Tidak! Aku tidak ingin dia salah paham, dia tidak pantas jadi istriku, dia pantasnya menjadi anakku," gumam Awan yang melihat Pelangi dari kejauhan.

Sementara Pelangi yang tangannya di tapakkan pada tanah, ia merasa telapak tangannya menyentuh sesuatu yang aneh, hingga ia memutuskan untuk mengangkat tangannya, lalu mencium sesuatu yang menempel di telapak tangannya tersebut.

"Ih ... kotoran kucing .... !" teriak Pelangi seraya menjulurkan lidahnya seperti orang yang mual-mual.

Awan yang memperhatikan gadis tersebut hanya tersenyum-senyum sendiri dengan tingkah Pelangi yang menurutnya sangat konyol.

"Dasar Gadis Bodoh!"

"Om Awan ... tolong aku!" teriak Pelangi dengan wajah manjanya.

Awan yang mendengar teriakan Pelangi, ia langsung beranjak meninggalkan tempat tersebut dengan Pelangi yang mencoba bangkit sendiri dengan wajah yang dipenuhi kekesalan.

"Om Awan sangat menyebalkan!" Pelangi mengehentak-hentakkan kakinya ke tanah layaknya anak kecil.

"Untung sekarang aku benar-benar cinta, kalau tidak, pasti sudah aku tinggalkan sejak lama!" gerutu Pelangi seraya menatap langkah Awan yang kini mulai menjauh.

...❤️❤️❤️❤️❤️...

...TBC...

Sweety Girl

"Hay, Sweety girl!" ucap Langit yang tiba-tiba menghentikan mobilnya di hadapan Pelangi yang kini berada di halaman rumah sakit.

"Katanya mau pulang sama Om Awan, tapi Om Awannya mana? Dicuekin lagi nih ceritanya?" ejek Langit yang melihat wajah Pelangi cemberut.

"Kamu kenapa masih di sini sih? Bukankah tadi sudah ku suruh pulang?" Pelangi kini berdiri di samping mobil Awan serta manatap pria itu dengan wajah malas.

Langit tersenyum. "Sebagai sahabat yang baik, aku hanya ingin memastikan kamu ditolak lagi atau tidak?" Langit mengedipkan sebelah matanya.

"Cih ...!" umpat Pelangi seraya memutar bola matanya malas.

"Sudah ayo masuk! Mending kamu pulang sama aku saja, dibandingkan nunggu pria yang nggak mau sama kamu!" ajak Langit tanpa mengalihkan tatapannya dari Pelangi.

"Sudah ayo masuk! Aku nggak bakal ngapa-ngapain kamu kok!" ucap Langit yang melihat Pelangi masih berdiam diri di samping mobilnya.

"Okay aku masuk! Tapi awas aja kalau kamu macem-macem!" Pelangi menatap Langit dengan wajah tajamnya.

"Iya, aku nggak bakal macem-macem, paling satu macem!" gumam Langit pelan.

"Apa kamu bilang?" Pelangi menatap Langit tajam.

"Apa? Nggak bilang apa-apa!" ucap Langit untuk menghindari pertanyaan sahabatnya tersebut.

Pelangi masih berdiri tanpa berniat untuk ikut mobil Langit.

"Ya sudah, masuk!" ucap Langit yang menatap wajah Pelangi malas.

"Tunggu dulu!" ucap Pelangi.

"Apa lagi sih Sweety Girl?" tanya Langit dengan wajah frustasi.

"Sekarang kamu turun!" titah Pelangi sambil meletakkan tangan di pinggangnya.

"Ngapain aku turun? Bukankah kita akan pulang?" tanya Langit dengan wajah bingung.

Pelangi menarik sebelah sudut bibirnya. "Iya, kita pulang. Tapi aku yang nyetir!" ucap Pelangi seraya menatap Langit dengan wajah malas.

Langit pun pasrah dan turun dari mobilnya, meskipun ia dapat menebak bahwa Pelangi pasti punya rencana aneh untuknya.

"Mana kunci mobilnya?" Pelangi mengulurkan tangannya pada Langit.

"Tapi janji dulu, kamu tidak akan membuang kunci mobilku seperti kemaren!" Langit menatap gadis itu dengan wajah ragu.

Pelangi memutar bola matanya malas. "Iya aku janji! Kamu tenang saja, aku tidak akan membuang kunci mobilnya kok! Lagi pula ini sudah sore, kalau telat nanti papa marah!" ucap Pelangi dengan wajah meyakinkan

Dengan wajah ragu Langit hendak memberikan kunci mobilnya, namun pria itu menariknya kembali sebelum Pelangi menggapainya.

Pelangi pun menatap Langit tajam. "Kamu niat nggak sih ngajak aku pulang bareng?" tanya Pelangi kesal.

"Tapi aku takut kamu membuang kunci mobilku lagi," ucap Langit dengan wajah penuh keraguan.

Pelangi yang sudah lelah berdebat dengan Langit akhirnya wanita itu memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.

Namun, saat Pelangi akan melangkahkan kakinya, Langit memegang pergelangan tangan Pelangi dan menyerahkan kunci mobilnya.

"Ini!" Langit menyerahkan kunci mobilnya pasrah.

Pelangi yang sudah mendapatkan kunci mobil Langit, ia menarik sebelah sudut bibirnya, dan ia pun langsung mendorong tubuh Langit hingga Pria itu membentur tong sampah.

Pelangi pun tersenyum puas, dan langsung melompat ke kursi kemudi mobil, lalu menghidupkan mesin dan melajukan mobil Langit serta meninggalkan pria tersebut.

Langit yang tubuhnya dijatuhi sampah, ia langsung bangkit dan mencoba mengejar mobilnya yang dibawa Pelangi.

"Sial!" umpat Langit yang sudah ngos-ngosan mengejar gadis tersebut.

Sementara Pelangi tertawa terbahak-bahak melihat kesengsaraan sahabatnya, lalu wanita itu menutup atap mobilnya yang sebelumnya terbuka.

Sementara Langit kini memesan taksi Online untuk pergi ke rumah sahabatnya tersebut karena ingin menjemput mobilnya.

"Kalau bukan Pelangi yang bawa, pasti aku sudah memberinya pelajaran yang tak kan terlupakan," ucap Langit kesal.

"Lagi pula kenapa aku sangat bodoh sih, padahal aku sudah sering dibodohi sama dia!" ucap Langit yang masih menahan kekesalan.

...♥️❤️♥️❤️♥️...

...TBC...

Monyet?

Pelangi kini sudah tiba di rumahnya, Gadis itu mengembangkan senyum saat menoleh ke belakang yang belum ada tanda-tanda Langit akan segera tiba di rumah tersebut.

"Aku tinggalkan mobil ini di sini saja! Lagi pula siapa yang akan berani mencuri mobil dari keluarga Galaxy?" Pelangi langsung turun dari mobil tersebut dan meninggalkan mobil itu di depan pintu gerbang rumahnya.

Saat gadis itu akan masuk, ternyata pintu gerbang rumahnya itu di kunci. Wanita itu melihat pos satpam kosong, akhirnya gadis itu memutuskan untuk menaiki pagar dan langsung melompat seperti seorang pria.

"Akhirnya aku tiba juga di rumah." Pelangi bernafas lega. Lalu, gadis itu hendak melangkah menuju pintu utama.

Akan tetapi, langkahnya terhenti saat melihat mobil sang Papa yang kini terparkir sempurna di bagasi.

"Hah? Tumben papa pulang cepat, mampus gue!" Pelangi langsung mencari cara supaya Sky tidak melihatnya pulang telat.

Setelah lama berpikir, gadis itu pun menarik kedua sudut bibirnya setelah menemukan ide untuk mengelabuhi sang papa.

"Kamarku 'kan di kunci, jadi papa tidak mungkin masuk ke kamarku, dia pasti belum tau kalau aku belum pulang," ucap Pelangi dengan senyum yang mengembang.

Gadis itu pun lari ke arah taman, ia mencari sebuah tangga di sekitar taman itu, untuk manjat ke arah balkon kamarnya yang berada di lantai dua.

Sesampainya di balkon, gadis itu tersenyum puas. "Aku pindahin tangganya nanti saja, lagi pula ini sudah malem, pasti nggak akan ada yang lihat kalau aku masuk lewat sini," gumam Pelangi yang masih menatap ke bawah untuk memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya.

Gadis itu melangkah mundur menuju jendela kamarnya. Akan tetapi, ia terkejut saat ia menoleh dan melihat Sky yang duduk di jendela kamarnya tersebut.

"Dari mana saja kamu?" tanya Sky tanpa menatap putrinya tersebut

"Mampus gue!" batin Pelangi.

Gadis itu mengalihkan tatapannya dari sang papa sambil mengerutkan kening untuk mencari alasan yang tepat agar Sky tidak curiga padanya.

"Aku habis kerja kelompok, Pa!" ucap Pelangi dengan nada suara yang meragukan.

Sky menoleh untuk menatap wajah putrinya tersebut. "Kamu tidak sedang berbohong 'kan?" tanya Sky menatap putrinya lekat.

Pelangi tersenyum kaku, lalu ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk meyakinkan sang papa.

"Kamu pulang sama siapa tadi?" tanya Sky menatap putrinya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Aku ... aku ... aku pulang sama Langit!" jawab Pelangi tersenyum cengengesan.

"Jangan coba-coba, bohongi Papa!" ucap Sky seraya beranjak dan berdiri di hadapan putrinya tersebut dengan bersedekap dada.

Pelangi memejamkan matanya erat, mencari cara agar Sky tidak memarahinya. Gadis itu pun menoleh pada pagar, dan seketika ia mengembangkan senyum saat melihat pria itu turun dari taksi Online.

"Lihat saja, Pa. Tuh Langit! Kalau Papa tidak percaya, Papa bisa tanyakan padanya," ucap Pelangi dengan jari telunjuk mengarah pada Langit yang masih berdiri di samping mobilnya.

"Baiklah, kali ini Papa maafkan, tapi awas kalau kamu sampai ketahuan bohong!" ucap Sky penuh penekanan.

"Lagian kamu ada-ada saja! Kelakuan kamu itu sangat mencurigakan, makanya saat papa lihat tangga yang lurus ke arah balkon kamarmu, papa langsung ambil kunci cadangan untuk memastikan siapa yang berani masuk ke kamarmu lewat balkon," ucap Sky.

"Tadi Papa sempat berpikir kamu memasukkan seorang pria ke kamarmu diam-diam, tapi ternyata kamu sendiri yang hobinya seperti monyet!" ucap Sky dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Monyet?" Pelangi membelalakkan matanya.

"Iya, monyet! Hobimu dari kecil suka manjat, makanya papa heran, kamu itu perempuan, tapi tingkahmu seperti anak lelaki, seharusnya kamu itu lebih kalem!" ucap Sky seraya menatap putrinya jengah.

"Maaf ... Pa!" ucap Pelangi seraya memanyunkan bibirnya.

"Ada apa ini?" tanya Rainy yang tiba-tiba muncul di kamar gadis tersebut.

"Mama ... !" Pelangi melewati sang papa dan langsung menghambur memeluk mama tirinya dengan Rainy yang membalas pelukan gadis tersebut.

Rainy tersenyum, lalu ia melerai pelukan Pelangi seraya menuntunnya untuk duduk di sisi tempat tidur.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Rainy sambil menatap wajah pelangi yang cemberut.

"Papa menyebalkan, Ma!" ucap Pelangi.

"Papa menyebalkan kenapa sih sayang?" tanya Rainy seraya membelai rambut gadis itu.

"Pelangi dimarahi karena masuk lewat balkon! Masak Pelangi disamakan seperti Monyet?" Pelangi mengadu pada mama tirinya tersebut berharap dapat pembelaan dari wanita itu.

"Apa? Kamu lewat balkon, Sayang? Kenapa lewat balkon? Apa kamu tadi naik menggunakan tangga?" tanya Rainy dengan wajah terkejut.

"Iya, tadi putri kesayanganmu itu mengunakan tangga, aku tidak sengaja melihatnya tadi saat aku ingin mengambil susu untuk Star," ucap Sky yang melangkah dan melewati Rainy dan Pelangi untuk keluar dari kamar gadis tersebut.

Sementara Pelangi tersenyum cengengesan dan memamerkan deretan gigi putihnya pada Rainy.

"Lain kali tidak boleh seperti ini lagi ya, Sayang! Kamu lewat pintu depan saja, jangan lewat balkon bahaya!" Rainy membelai lembut gadis tersebut.

"Makasih ya, Ma! Karena Mama menyayangiku sama seperti Mama menyayangi star."

"Meskipun aku tidak terlahir dari rahim Mama, tapi aku sangat ... menyayangi Mama!" ucap Pelangi dengan senyum yang mengembang.

Rainy pun memeluk tubuh gadis itu penuh ketulusan, ia memejamkan matanya dengan kebahagiaan tak terhingga.

"Aku juga sangat menyayangimu, Sayang! Terima kasih juga karena kamu menyayangi Mama sama seperti kamu menyayangi Mama kandungmu," ucap Rainy dengan air mata yang menetes karena rasa haru.

"Aku sangat menyayangimu, Ma! Hingga aku rela memaksakan diri mencintai Om Awan, meskipun Om Awan tidak mau padaku. Rasanya aku ingin menyerah saat melihat penolakannya, tapi setiap melihat kasih Sayang Mama padaku, aku memutuskan untuk terus mengejarnya hingga akhirnya akulah yang akan jadi pemenang, aku mengaguminya karena dia merelakan Mama untuk Papa hanya karena permohonan ku dulu, dan selamanya aku tidak akan pernah melupakan itu, meskipun aku tahu, di hati Om Awan hanya ada Mama. Hanya Mama," batin Pelangi dengan senyum sendunya.

...♥️♥️♥️♥️♥️...

...TBC ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!