NovelToon NovelToon

BadBoy Sholeh

Chapter 1. Prolog

Kisah ini hanyalah menceritakan tentang anak sekolah. Bukan tentang CEO dingin dengan sekretaris nya, bukan tentang mafia arogan ataupun psikopat kejam dan mangsanya, bukan pula tentang perjodohan paksa. Namun, ini hanyalah menceritakan tentang cowok berandal yang selalu di pandang buruk oleh masyarakat sekitar. Yang siapa sangka ternyata kelakuannya di luar yang di pandang buruk, berbanding terbalik dengan aslinya. Dunia ini sangat kejam baginya, terdapat banyak alasan yang membuatnya seperti ini.

 🥀🥀🥀

Matahari yang malu-malu perlahan muncul dari persembunyian nya. Sinarnya menyilau terang, pagi hari ini sangat cerah sekali. Di sebuah sekolah SMA pancadarma.

Suara bel berbunyi menandakan jika sudah waktunya masuk. Semua siswa-siswi SMA Pancadarma berhamburan masuk ke dalam kelas, bahkan yang baru datang pun berlarian masuk agar tidak di hukum karena telat.

Lima menit berlalu, seorang pria menghentikan motornya di depan gerbang sekolah yang seperti biasa sudah di tutup.

"Telat terus! Mau sampai kapan kayak gini?" sindir Pak satpam yang berjaga gerbang.

Pria itu melirik sekilas tak peduli, lalu ia kembali melajukan motornya ke belakang sekolah. Menaruh motornya di tempat biasa dan mulai memanjat ke tembok yang lumayan tinggi.

"Abyan!!"

Brugh!

"Aw!"

Baru saja ia sampai di atas tiba-tiba dikagetkan oleh teriakan seseorang yang sudah tak asing baginya. Abyan yang kaget pun refleks terjatuh di hadapan seorang gadis.

Ya, dia adalah Abyan Zavier El Zein. Seorang siswa kelas XII MIPA 3 yang memiliki paras wajah tampan itu adalah seorang Most wanted sekolah. Yang di kenal ketua gang motor Renjana. Selain itu Abyan juga dikenal dengan kenakalannya, dirinya yang sering membuat masalah membuat semua siswa-siswi SMA Pancadarma tak heran melihatnya di hukum.

Abyan mendongak menatap gadis cantik di hadapannya yang terlihat menatapnya tajam sambil berkacak pinggang. Bukannya takut, Abyan malah tersenyum sambil terus menatap gadis tersebut. Wajahnya yang cantik alami dengan bulu mata yang lentik, lensa mata berwarna hitam pekat membuat Abyan selalu kagum. Tambah hijab yang selalu membuatnya semakin adem melihatnya.

Dia adalah Arumi Razifa Quennara seorang ketua osis sekaligus wakil ketua rohis, yang dikenal baik dan sholehah. Namun tidak dengan Abyan, dia sangat galak jika kepada pria itu.

"Bangun!" pekiknya yang membuat Abyan tersadar.

Pria itu mulai berdiri dari posisinya sambil memegang pinggangnya yang terasa nyeri. Sedangkan Arumi hanya menatapnya datar, ia benar-benar sudah capek menghukum pria itu. Rambut yang acak-acakan, baju di keluarin dengan dasi berantakan yang membuat Arumi muak melihatnya.

"Ikut Aku!"

Abyan hanya menurut tanpa ada bantahan. Ia mulai mengikuti gadis itu sambil terus tersenyum. Gila, gadis itu benar-benar membuatnya semakin gila jika melihatnya.

Sampai di depan toilet umum. Arumi melirik Abyan sekilas lalu berkata, "Bersihkan toilet ini sampai benar-benar bersih, jangan pergi jika belum selesai! Aku ke kelas dulu, Assalamu'alaikum."

Abyan hanya terdiam dan menjawabnya di dalam hati. Ia masih terus menatap gadis di depannya yang perlahan mau pergi.

"Eh tunggu!"

Arumi membalikkan badannya lalu menatap pria itu sambil mengernyitkan dahinya. "Ada apa? Mau membantah?"

Pria itu tidak menjawab, ia membuka tasnya lalu mengeluarkan sesuatu dan menyodorkan pada gadis itu. "Ini untukmu."

Arumi hanya menatap kotak Tupperware yang di sodorkan Abyan. Lalu perlahan ia mulai mengambilnya.

"Di makan! Jika tidak mau berikan kepada orang lain, jangan di buang mubazir!" perintah Abyan.

"Hm, thanks."

Gadis itu kembali melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang kebetulan tidak jauh dari toilet. Abyan hanya menatap kepergiannya sambil tersenyum tipis.

Pria itu mulai menjalankan hukuman yang di berikan Arumi. Mau tidak mau dia harus menjalankan hukumannya karena ini memang kesalahannya yang datang terlambat.

Waktu terus berputar hingga tak terasa jam sudah menunjukkan waktunya istirahat pertama.

Kringgggg!

Abyan telah menyelesaikan hukumannya. Ia mulai pergi menuju ke kantin, yang kebetulan perutnya dari tadi sudah keroncongan meminta makan. Pria itu berjalan menuju ke salah satu meja yang sudah ada keempat temannya di sana.

"Darimana?" tanya salah satu temannya yang bernama Leo.

"Biasa," jawabnya singkat.

"Telat lagi?" sambung Revan.

"Hm."

"Mau sampai kapan sih kayak gini terus? Orang lain malah semakin mandang Lo itu buruk, padahal mereka tidak tau yang sebenernya," ujar Xiel.

Byan hanya melirik sekilas, ia meneguk segelas air yang ada di tangannya. Lalu berkata, "Gw emang udah buruk di mata mereka."

Keempat pria yang di kenal sahabat sekalipun anak buahnya hanya bisa menghela nafas. Memang di luaran sana menganggap jika Byan bukan cowok baik-baik. Namun mereka tidak tahu yang sebenarnya dia orangnya gimana.

Mereka pun memilih diam dan melanjutkan makannya. Begitupun dengan Byan yang sudah di pesankan makanan dan mulai memakannya.

Selesai makan, Byan berdiri dari duduknya. Ia melirik teman-temannya sekilas, menatap Revan dan Leo. "Seperti biasa gw bakal telat masuk kelas."

Teman-temannya hanya menganggukkan kepalanya. Mereka sudah tahu temannya itu mau kemana. Memang Abyan sering ketinggalan banyak pelajaran dan mereka sudah tahu alasannya.

Abyan mulai melangkah kakinya pergi meninggalkan kantin. Tak sedikit siswi-siswi yang melihatnya dengan tatapan kagum. Tas ransel yang di gendong sebelah tangan, rambut sedikit acak-acakan dengan dasi berantakan dan dua kancing bajunya yang terlepas membuat siapapun yang melihatnya pasti terpesona.

Abyan tidak memperdulikan tatapan mereka, ia hanya fokus berjalan dengan sambil memainkan permen Hop pop di mulutnya.

Namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat berpapasan dengan gadis yang di sukai nya. Gadis itu tidak sendiri, di sampingnya terdapat seorang pria yang katanya adalah ketua rohis (Rohani Islam).

Abyan menatap pria di depannya tak suka. Begitupun dengan pria itu menatapnya dengan tatapan sengit dan tersirat dari matanya penuh kebencian.

Males meladeni, Byan memilih melangkahkan kakinya pergi dari hadapan mereka.

"Abyan! Mau kemana kamu? Bentar lagi masuk!" seru Arumi yang tak di gubris oleh Abyan.

Arumi hanya menghela nafasnya pelan. Benar-benar pria itu membuatnya pening.

"Huh, bener-bener maunya apa sih."

"Mau di nasehatin gimana pun jika orangnya susah di atur tidak akan berubah," ujar Azzam pria yang di samping Arumi.

Abyan yang belum jauh masih mendengarnya. Ia menghentikan langkahnya sejenak, lalu mengepalkan tangannya erat.

Ya, dia adalah Azzam Narandra pria kelas XII MIPA 1 yang selalu di kagum-kagumkan Arumi karena ke aliman nya. Seorang ketua rohis yang pintar dan jago ngaji. Siapa sih yang gak kagum dengan pria itu? Selain sopan santun, baik dan murah senyum pria itu juga memiliki wajah berparas tampan.

Sikap Azzam juga yang berbanding terbalik dengan Abyan, membuat Arumi selalu mengagum-ngagumkan dan sering membanding-bandingkan pria itu. Namun Arumi tidak tahu, mana yang sebenernya cowok baik-baik dan tidak baik.

Apa yang sebenernya terjadi? Apa alasan-alasan Abyan menjadi cowok berandal, cowok nakal yang selalu di pandang buruk oleh orang-orang sekitar?

Semua jawabannya hanya ada di sini, di kisah ini. Kisah yang berjudul 'BadBoy Sholeh'. Kata demi kata sederhana yang akan terukir indah di sini, yang akan menuliskan semua kisah mereka. Perlahan rasa penasaran kalian akan terjawab, satu persatu semuanya akan terungkap.

'Jadilah seburuk-buruknya di mata manusia, tetapi luhur di mata Allah.' ~Abyan

Chapter 2

Waktu sudah semakin sore. Bel berbunyi menandakan jika sudah waktunya pulang sekolah. Semua murid berhamburan keluar dari kelas menuju gerbang keluar.

Perlahan halaman sekolah sudah semakin sepi. Hingga beberapa puluh menit kemudian. Seorang gadis berjalan tergesa-gesa menuju halte bis.

"Yah bis nya udah berangkat ..." lirihnya pelan.

Dia adalah Arumi. Gadis itu pulang telat karena ada sesuatu yang harus di selesaikan di osis. Arumi manatap sekelilingnya sudah sepi. Lalu ia beralih menatap langit yang mulai mendung.

"Duh gimana dong mau hujan," ucapnya cemas.

Brum-brumm! Tin-tin!

Suara klakson motor mengagetkan dirinya. Arumi mendongak, menatap pria di depannya.

"Ayo naik," ucap pria itu yang tak lain adalah Abyan.

"Gak usah, makasih. Aku nunggu bis aja," tolaknya.

"Bis udah berangkat dan akan datang bis selanjutnya sejam lagi. Ayo nanti keburu hujan," tutur Abyan.

Arumi terdiam lalu menatap langit yang sudah semakin mendung. Ia menghela nafas pelan dan perlahan mulai menghampiri pria itu dengan terpaksa.

Abyan tersenyum tipis, ia menatap gadis didepannya yang hanya terdiam. Lalu berkata, "Ayo naik."

Arumi pun menurut, ia mulai menaiki jok belakang motor pria itu dengan sedikit menjaga jarak.

"Pegangan!" pinta Abyan mulai melajukan motornya.

Arumi hanya diam lalu memilih memegang pegangan belakang. Selama perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka. Keduanya sama-sama terdiam tanpa ada yang berbicara.

"Pulang telat, abis ngapain?" tanya Abyan mencoba memecahkan keheningan.

"Penting kah?" Arumi balik bertanya.

"Aku hanya bertanya," sahut Abyan.

"Gak usah sok asik."

"Sebegitu bencinya padaku?"

Arumi hanya terdiam tak menjawab. Entah kenapa pria itu selalu membuatnya kesal dan sedikit sensi. Mungkin karena keseringan membuat masalah membuatnya sudah capek berurusan dengannya. Di tambah Arumi yang sangat membenci anak geng motor seperti Abyan.

Suasana kembali hening, ingin sekali rasanya Abyan mengajak ngobrol gadis itu agar membuatnya semakin dekat. Namun nyatanya tidak semudah itu, Arumi benar-benar tidak menyukainya.

Zresshh

Seakan semesta berpihak pada Abyan. Hujan tiba-tiba turun, tidak ingin gadis yang di boncenginya kehujanan Abyan mulai menghentikan motornya di salah satu ruko kosong. Mereka memilih berteduh hingga hujannya reda.

Abyan menatap Arumi yang sedang menggosok-gosok tangannya kedinginan. Lalu ia mulai melepaskan jaketnya dan memasangkan pada gadis itu.

Arumi terdiam sambil menatap pria di depannya intens. Ia tertegun melihat ketampanannya. 'Jika di lihat-lihat dia tampan juga. Tapi sayangnya dia--.'

"Ngapain bengong? Terpesona yah lihat ketampananku?" goda Abyan sambil tersenyum yang membuat Arumi tersadar dari lamunannya.

"Gak usah kepedean, cowok berandal sepertimu tidak ada apa-apanya bagiku!" seru Arumi sambil mengalihkan pandangan nya.

Selain tidak menyukai karena kenakalannya, Arumi pun tidak menyukai karena pria itu selalu mengejar-ngejarnya yang membuatnya merasa risih.

Keduanya sama-sama terdiam, hanya ada keheningan diantara mereka. Entah kenapa sekarang Abyan lebih banyak diam tidak seperti biasanya.

Ting!

Suara pesan masuk dari ponsel Abyan. Pria itu merogoh saku celananya lalu menatap layar ponselnya.

💌 Nanti malam datanglah ke tempat biasa. Ada yang menantangmu dan kalau menang hadiahnya lumayan besar.

"Hm hadiahnya lumayan besar?" gumamnya pelan.

"Dari siapa? Balapan liar lagi?" tanya Arumi datar. Memang gadis itu tau jika pria di depannya selalu balapan liar.

Abyan menoleh dan hanya terdiam. "Kamu itu mau jadi apa sih? Udah suka buat masalah di sekolah, selalu datang telat, jarang masuk kelas dan di luar sekolah ikutan balapan liar? Buat apa? Itu membahayakanmu, bukan hanya kamu bahkan masyarakat sekitar!"

"Mending kamu diam deh, gak usah ikut campur urusanku! Aku seperti ini karena punya banyak alasan!" pekik Byan tanpa sadar meninggikan suaranya.

Arumi terdiam, tak nyangka pria itu membentaknya. Ia mengalihkan pandangan sambil berkata, "Jika tidak suka aku mengatur, ngomong baik-baik."

Abyan terdiam, ada rasa bersalah pada dirinya. Ia memejamkan matanya sambil menghela nafas berat. Jujur dia gak sadar membentak gadis yang di sukainya itu.

 ------

Suara binatang malam terdengar, bersahutan dengan keras seakan tak membiarkan penghujung hari ini sunyi dan sepi. Sinar rembulan yang semu diiringi kencangnya hembusan angin, tak membuat kedua sosok yang tengah mengendarai motornya kedinginan sedikitpun. Suara derungan motor saling bersahutan dengan teriakan ricuh penonton.

"Abyan! Abyan!" teriakan ricuh penonton yang mendukung.

Abyan menatap motor di depannya yang berhasil memimpin. Ia hanya tersenyum smrik membiarkannya memimpin. Dalam hitungan detik pria itu sudah mengejar lawannya dan kini dia yang memimpin.

Balapan semakin sengit hingga lima menit kemudian balapan telah di menangkan oleh Abyan. Para fans dan teman-temannya mengucapkan selamat atas kemenangannya.

"Selamat bro, Lo memang hebat!" ucap Revan sambil menepuk bahu Abyan yang di ikuti oleh temannya yang lain.

"Congrats, gw bangga sama Lo!" ucap Xiel yang membuat Abyan tersenyum tipis.

Hanya mereka, hanya teman-temannya yang selalu membanggakannya. Mereka yang selalu memberikannya semangat, mereka juga adalah salah satu alasan dia bisa bertahan sampai sejauh ini.

Seorang pria turun dari motornya sambil melepaskan helm nya. Ia mulai melangkahkan kakinya menghampiri mereka.

"Gw akui Lo jago, congrats! Uangnya akan gw transfer ke rekening Lo," ujar pria itu yang tak lain adalah lawan Abyan tadi.

Abyan menerima jabatan tangannya sambil tersenyum. "Thanks."

'Alhamdulillah, akhirnya Kakak dapat uangnya Lala. Kakak akan terus berusaha demi kalian.'

Setelah selesai mengucapkan selamat kepada Abyan. Kini area balap semakin sepi, sebagian penonton sudah pada bubar dan kini hanya tersisa Abyan bersama teman-temannya dengan sebagian anggota gang motor nya.

"By!" seseorang menepuk pundaknya pelan yang membuat Abyan tersadar dan langsung menoleh. "Ke markas gak?" lanjut Revan menatap temannya yang malah ngelamun.

"Gak dulu deh gw mau pulang aja pen istirahat," Byan memijat pelipisnya, kepalanya terasa sedikit pusing maybe karena tadi kehujanan pulang nganterin Arumi.

"Ya udah gapapa, kayaknya lu emang bener-bener butuh istirahat."

"Beneran gapapa nih gw gak ikut?" tanya Abyan merasa tak enak.

"Sans aja, kita tahu lu pasti capek banget."

Abyan hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, teman-temannya memang paling pengertian.

"Eh gw juga gak ke markas dulu deh, cewek gw minta jemput," tutur Leo yang membuat semuanya langsung mendelik kecuali Abyan.

"Si paling bucin akuttt. Patah hati tau rasa lu," nyirnyir Revan.

"Iri bilang jomblo," Leo mendelik ke arah Revan.

"Yey lebih baik jomblo daripada pacaran malah nambah dosa! Benar gak pak ustadz?" Abyan hanya tersenyum tipis tak meladeni sambil geleng-geleng kepalanya pelan.

Revan dan Leo terus adu mulut karena masalah yang tak berpaedah. Semuanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya gedeg melihat tingkah mereka yang selalu bertengkar hanya karena hal-hal konyol.

Abyan melirik Jam tangannya menunjukan pukul 21.15 malam. Ia pun memilih segera pulang karena merasa kepalanya terasa semakin pusing.

"Gw cabut duluan," semua temannya hanya mengangguk.

"Hati-hati Bro."

Abyan mengangguk, ia mulai menaiki motornya dan perlahan pergi meninggalkan mereka. Di sepanjang perjalanan ia hanya mengendarai motornya pelan karena merasa tidak enak di kepalanya.

Abyan semakin memelankan laju motornya. Mata sipitnya memicing kala melihat seorang gadis yang tak asing baginya. Ia semakin menyipitkan matanya mencoba memastikan, dan ternyata ia tidak salah lihat.

"Arumi!" pekiknya kaget melihat apa yang terlihat di matanya.

Chapter 3

Suara teriakan lantang seorang gadis mengalahkan lantangnya suara binatang malam yang saling bersahutan. Ia memberontak tak kala kedua orang bertato ingin menyentuhnya.

"Tolong!!" teriaknya sangat kenceng.

Tak jauh dari sana, seorang pemuda sedang mengendarai motornya pelan. Ia semakin memelankan motornya tak kala melihat ada keributan di depan sana. Terlihat seorang gadis yang ketakutan saat ingin di sentuh oleh kedua preman. Namun gadis itu terlihat terus menghindar dan menjauh.

Pria itu memicingkan matanya merasa tak asing. Matanya semakin menyipit mencoba memastikan.

"Arumi!" pekiknya kaget melihat apa yang sedang terjadi pada gadis itu.

Tanpa aba-aba Abyan langsung mengencangkan laju motornya menghampiri mereka. Ia tiba-tiba memutar-mutar mengelilingi kedua preman itu yang terus berusaha menyentuh miliknya.

"Heh, siapa lo!" teriak salah satu preman sambil terus memutar melihat apa yg Abyan lakuin.

"Abyan ..." lirih Arumi.

"Arumi menjauh dari sana!" teriak Abyan yg langsung di turuti oleh Arumi.

"Berhenti Lo! Jangan sok jadi pahlawan!" teriak preman yang membuat Abyan langsung menghentikan motornya.

Pria itu membuka helm dan langsung turun dari motornya. Berjalan menghampiri mereka dengan wajah datar. "Berani nya ngepung perempuan!"

"Gk usah banyak bacot Lo!!"

Bugh! Bugh!

Tanpa aba-aba salah satu dari mereka langsung menghantam perut dan wajah Abyan hingga sudut bibirnya berdarah.

"Abyan!" pekik Arumi kaget.

Abyan hanya terkekeh, pukulannya sama sekali tak terasa sakit baginya. Tak mau kalah pria itu pun mulai melawan dan terjadilah saling baku hantam antara mereka, dua lawan satu.

Bugh! Bugh! Bugh!

Pertarungan masih berlanjut hingga beberapa menit kemudian. Kedua preman itu kalah dan memilih pergi dari sana. Arumi yang sedari tadi terlihat panik, perlahan mulai berlari menghampiri Abyan tak kala kedua penjahat itu sudah pergi.

"Abyan, kamu gapapa kan?" tanya Arumi khawatir melihat wajah pria itu sudah babak belur.

"Shtt ..." Abyan meringis pelan karena merasa kepalanya semakin pusing.

"Kenapa? Apakah sakit?"

Abyan menatap gadis di depannya yang terlihat cemas. Ia hanya tersenyum tipis, apakah sekhawatir itu sama dia?

Arumi menatap wajah pria itu yang malah tersenyum menatapnya. Merasa tersadar gadis itu langsung merubah ekspresi nya.

"Emm jangan ge'er, aku khawatir karena kamu begini gara-gara menolongku. Dan sebelumnya terimakasih banyak, aku gak tau apa yang akan terjadi jika kamu gak ada," ucapnya sambil menatap Abyan sendu.

"Mau ngapain perempuan malam-malam begini keluar sendirian?" tanya Abyan penuh penekanan.

Arumi mendongakkan kepalanya menatap pria di depannya. "Ada sesuatu yang harus ku beli dan sangat penting."

"Kan bisa besok?"

"Tidak bisa Abyan, ini sangat pentin---"

"Ayo pulang, sudah malam!" ajak Abyan sambil menaiki motornya nya.

Arumi menatap wajah Abyan yang sedikit pucat dengan sudut bibir yang masih berdarah.

"Kamu baik-baik aja kan?"

"I'm fine. Ayo naik atau ku tinggal."

Arumi hanya menurut dan mulai menaiki jok belakang. "Udah?" tanya Abyan yang hanya di balas deheman oleh gadis di belakangnya.

Abyan pun mulai menjalankan motornya, sepanjang perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka.

"Kamu abis balapan liar lagi?" tanya Arumi.

"Hm."

"Aku sedang tidak ingin mendapatkan nasehat, aku sudah muak mendengarnya!" ujar Abyan membuat Arumi yang ingin berbicara memilih mengurungkan niatnya.

Setelah beberapa menit akhirnya motor yang Abyan kemudi pun telah sampai di sebuah halaman rumah. Terlihat kedua orang tua Arumi yang sedang menunggunya dengan perasaan cemas.

"Assalamualaikum Abi umi, " ucap Arumi sambil menyalami tangan kedua orang tuanya yang di ikuti oleh Abyan.

"Nak kenapa lama sekali? Kamu bilang hanya sebentar dan siapa pria ini?" tanya Umi nya.

"Afwan Umi, Abi tadi di jalan Rumi di cegat preman dan mau di lecehin ..." lirih Arumi.

"Innalilahi, kan umi sudah bilang nanti aja besok. Tapi kamu gapapa kan?" tanya Umi khawatir.

"Alhamdulillah Rumi baik-baik saja Umi. Untung saja tadi ada Abyan yang menolong Rumi. Dia teman sekolah Rumi," jelas Arumi sambil memperkenalkan pria di sampingnya.

Kedua orang tua Arumi menatap pria di hadapannya dari atas sampai bawah. Rambut acak-acakan, wajah yang sudah babak belur dengan pakaian berantakan. Abyan memakai jaket gang motor Renjana dengan celana jeans bolong bolong di bagian lututnya.

"Saya Abyan," ucapnya singkat sambil tersenyum tipis.

"Ekhem, terimakasih sudah menolong anak saya," ucap Abi nya.

"Sama-sama Om Tante, kalau begitu saya izin pamit karena ini sudah malam. Saya permisi, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam warohmahtullah wabarokatuh."

"Eh Abyan tunggu!" Abyan menoleh saat Arumi memanggilnya, "L-luka kamu ...."

Pria itu hanya tersenyum, "Gapapa nanti saya obatin lukanya di rumah saja."

"Saya permisi."

Arumi dan kedua orang tuanya hanya mengangguk sambil menatap kepergian Abyan.

"Jauhi dia!" Arumi menoleh menatap Abinya yang tiba-tiba berbicara seperti itu membuatnya mengernyit dahi bingung.

"Abi lihat dia bukan cowok baik-baik," Arumi hanya terdiam, membuat keheningan di antara mereka.

"Sudah-sudah ini udah malam, ayo masuk!" ajak Umi memecahkan keheningan.

Pukul 11.20 malam hari, Abyan baru saja sampai rumahnya. Sehabis menghantarkan Arumi ia berhenti dulu di pinggir jalan karena merasa kepalanya sangat sakit.

Abyan berjalan perlahan memasuki rumahnya, di bukanya pintu pelan.

Cklek!

Suara pintu terbuka yang ternyata tidak di kunci. Ia mulai masuk ke dalam rumah yang ternyata gelap, ruangan pertama yang ia masuki gelap.

Pria itu hanya menghela nafas, merogoh saku celana mengambil hp nya berniat menyalakan senter. Namun ...

Ctak!

Prok-prok-prok

Lampu tiba-tiba menyala, dan terlihat sepasang suami istri berjalan menghampiri nya sambil bertepuk tangan meremehkan.

"Bagus-bagus, jam segini baru pulang!? Balapan liar lagi?" tanya seorang pria paruh baya yang masih terlihat muda.

"Tumben pulang? Kenapa gak sekalian tinggal aja di markas gubuk geng motormu itu?" lanjutnya.

Abyan mengepalkan tangannya erat, ia menatap kedua orang di depannya penuh rasa benci. Orang yang dikenal sebagai orang tuanya.

Zayn tiba-tiba menarik wajah anaknya yang terluka dengan sedikit kasar. "Berantem lagi?! Tawuran lagi?!"

"Sstt ..." Abyan mencoba menepis tangan Papahnya.

"Mau sampai kapan?! Mau sampai kapan kayak gini terus?!" bentak Papahnya sambil mengeratkan cengkraman di dagunya, membuat Abyan meringis pelan.

"Lihat tuh Az--"

"CUKUP!" Abyan menepis tangan pria itu kasar lalu menatap keduanya dengan mata memerah dan rahang mengeras. "Cukup kalian perlakuin Abyan seperti ini!" bentaknya tanpa sadar dengan nada tinggi.

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Byan yang terluka hingga membuat wajah pria itu tertoleh. Abyan memegangi pipinya yang terasa panas dan perih, ditambah luka di wajahnya yang kini membuat sudut bibirnya kembali berdarah.

Abyan menatap kedua orang tuanya dengan mata yang semakin memerah menahan tangis.

"Abyan capek Pah, Mah! Byan capek di banding-bandingin terus! Byan capek selalu di pandang buruk, padahal kalian gak tau diluar sana Byan gimana!" ujarnya yang membuat keduanya terdiam.

"Yang kalian lihat Byan itu anak berandalan, suka urak-urakan, pembuat onar, tukang bikin masalah yang nyusahin kalian. Tapi ... Apa gak ada sedikitpun kebaikan Byan yang kalian lihat?" tak terasa air matanya mulai menetes membasahi pipinya.

"Ka--"

"Cukup! Byan sedang tidak membutuhkan nasihat. B-byan hanya haus Pah, Mah. Byan haus akan kasih sayang kalian, Byan butuh perhatian dari kalian."

"By, hidung kamu berdarah?!" pekik mamahnya.

Abyan melihat darah yang menetes di lantai, lalu memegang hidungnya perlahan. Mengusapnya pelan sambil tersenyum masam. Ia menatap kedua orang tuanya yang masih terdiam. Namun tidak bohong, terlihat wajah khawatir dari mereka.

"Lanjutkan nanti saja marahnya, Byan capek ingin istirahat," ucapnya lalu berlalu pergi dari hadapan mereka.

Keduanya hanya menatap punggung putra semata wayangnya. Entah apa yang mereka rasakan, ada rasa bersalah dan khawatir padanya. Namun ada rasa kecewa juga karena mereka merasa gagal mendidik anaknya hingga jadi cowok nakal seperti sekarang.

"Pah, apa selama ini kita salah?"

"Kita gak salah, memang anak itu sangat keras kepala, susah di atur!"

Dari balik tembok ada seseorang yang sedari tadi mengintip perdebatan antara anak dan kedua orang tuanya. Ia hanya tersenyum smrik melihat semua yang terjadi.

🥀🥀🥀

'Terkadang tak semua rumah itu seperti rumah.' ~Abyan

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!