Yuhuyyyyy!!!
Ketemu lagi dengan saya tentunya di novel baru 👏👏👏👏👏
Yuk mampir dulu, di baca dan jangan lupa like komennya, siapa tahu cocok di hati anda 🤭🤭🤭
AWAS ⚠️
Dilarang keras Boomlike ⚠️
No Plagiat 🙅
Dan jika tidak suka ceritanya, jangan di beri rating di bawah B5 karena hanya akan merugikan author ⚠️🙅
Udah deh, itu aja...
Silahkan di nikmati ceritanya 😊😊😊
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Dasar cupu!"
Prak!
Prak!
Prak!!
Tidak terhitung berapa banyak telur yang melayang mengenai penutup di kepalanya, namun dia tetap saja berjalan masuk ke area kampus dengan tatapan fokus tertuju pada buku di tangannya.
Setiap hari ia selalu mendapat perlakuan buruk seperti itu dari teman-teman kampusnya, seolah mereka tak jenuh terus mengganggunya sepanjang hari.
Jaket Hoodie nya yang berwarna hijau army terlihat sudah di penuhi noda telur yang terus di lempari oleh barisan para perusuh di kampus sejak dia datang, sampai ia terlihat masuk ke dalam kelas.
Ia hanya acuh saja, sejujurnya dia tak terlalu terkejut mendapati hal seperti ini. Setiap hari dia memang harus selalu di hadapkan oleh masalah seperti ini, jadi tidak mudah baginya untuk terkejut.
Dengan langkah santai, masuklah dia ke dalam kelas. Tatapan matanya masih tertuju pada buku di tangannya, tanpa teralihkan sedikitpun dari sana.
Ya!
Dari pada memikirkan seberapa sialnya dia di kampus ini, lebih baik memfokuskan diri kepada buku sebagai tempat dia mengacuhkan mereka semua.
Karena itulah dia menjadi salah satu siswa terbaik di kampus tersebut, mampu mendapat nilai rata-rata A sungguh membuat dia merasa puas.
Tak sia-sia memang usahanya mengabaikan para perusuh dan melampiaskannya pada sebuah buku, ia jadi mendapat banyak pengetahuan dari sana.
Aish!
Membosankan sekali awalan ini, baiklah, lebih baik kita melihat bagaimana kelanjutan si gadis saat masuk ke dalam kelasnya pagi itu.
Brak!
Baru saja dia terduduk di bangkunya, terlihat satu kaki berada di atas mejanya, padahal dia baru saja ingin meletakkan bukunya di sana.
Hahh!
Bukankah mejanya sekarang jadi kotor?
Huhh!
Merepotkan sekali kaki seseorang ini.
Dia terlihat membuang nafasnya dengan kasar. Malas sekali saat melihat sepatu ini, sudah pasti dia, gadis itu, ya, gadis yang seolah tak lelah terus mengganggu dia setiap harinya.
Dia membuka penutup kepalanya, dan memingkis rambutnya, masih mengalihkan muka tak ingin menatap mata gadis perusuh di depannya.
"Hei..."
"Cupu..."
"Hei, menghadaplah kemari! kau malu padaku? hey! tatap mataku, dasar cupu!"
Dan gadis itu terdengar memanggilnya.
Berkali-kali, bahkan mungkin sampai mengira dirinya tuli karena tak menjawab satu panggilan pun dari gadis itu.
Tak ada gerakan apapun darinya, hanya matanya yang biru terlihat terus menatap kaki gadis di depannya yang entah bagaimana bisa naik ke atas mejanya, sungguh tak tahu sopan santun.
Ya, benci sekali memang saat melihat perlakuan dari seorang gadis yang terkenal dari kalangan keluarga berpunya, terlebih lagi ayahnya adalah seorang jenderal kepolisian, mengapa punya anak bisa tidak tahu sopan santun begini?
"Alexa?" panggil gadis di depannya satu kali lagi, "apa kau sungguh tuli?"
Mendengar panggilan yang menyebut namanya itu, si gadis akhirnya mendongak, dan menatap gadis di depannya yang telah terlihat marah.
"Ya? kau memanggilku?" tanya Alexa dengan datar.
Mendengar jawaban menyedihkan dari sosok Alexa, membuat gadis yang bernama Muba itu geram.
Di turunkan kakinya, dan beralihlah untuk menendang meja Alexa sampai terasa tubuh Alexa ikut tergeser.
"Berani kau padaku? apa kau lupa siapa kamu di tempat ini? kau hanya sampah bagi kami semua! masih berani kau rupanya setelah tahu kau hanya sampah!" ucap Muba pada Alexa, dan memang menohok pada satu gadis bernama Alexa.
Mungkin sejak awal kedatangan Alexa, Muba sudah tidak menyukainya. Sejak awal Alexa datang memang hanya Alexa yang tidak menghormati geng Black sweet pimpinannya, jadi seluruh mahasiswa wanita di kampus itu pun ikut membencinya, bagaimanapun, geng Black sweet adalah yang paling populer dan paling di takuti oleh semua wanita di kampus tersebut.
Tapi tidak bagi seorang Alexa, entah satu rombongan Black Sweet, atau pada pemimpinnya, Muba, ia sama sekali tak takut, juga tak lagi peduli.
Ia berpikir semua manusia di muka bumi ini adalah sama, berasal dari cairan kental yang hina, lalu terbentuk menjadi darah dan daging, sama-sama tercipta dari bahan yang sama, kenapa harus di takuti?
Aish!
"Kau sungguh gadis yang menyedihkan! si cupu saja sekarang sudah tak cukup, kau lebih pantas di juluki si angkuh!" ucap Muba berkali-kali membuat Alexa tersudutkan.
Gadis yang sedang di rundung itu tak bergeming dari tempatnya, tak melihat pula ke arah Muba. Ia malah fokus mengusap muka mejanya dengan pergelangan Hoodie nya, dan kemudian meletakkan bukunya di sana.
Tak!
Membacanya kembali.
Melihat si gadis sombong yang satu ini, Muba menjadi semakin geram saja. Ia bahkan tak menyangka kalau semua ucapan yang keluar dari mulutnya sejak tadi sungguh di acuhkan oleh Alexa.
Ia melarak buku Alexa dengan sangat marah, merebut buku novel berisi 126 bab dengan tebal tak seberapa, dan kemudian melemparnya pada seorang pria yang juga sedang di sibukkan dengan buku di mejanya.
Prak!!
"Dasar si cupu yang songong!!"
Prakkk!!
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Alexa yang memiliki rambut pirang agak panjang itu.
Pipi Alexa yang putih terlihat mulai ternoda dengan warna merah akibat tamparan dari Muba yang lumayan keras memang.
Jika gadis lain yang terkena pukulan itu pun sudah pasti akan menangis dan memilih untuk out dari kampus tersebut. Ya, sejauh ini lebih sering begitu, sekali cari masalah pada Muba, dua hari kemudian dia pasti sudah memilih pergi dari kampus itu.
Alexa masih terdiam. Semua mahasiswa di kelas itu terlihat memusatkan perhatian mereka pada pertengkaran asik ini.
Meski asik, semua orang hanya bisa terdiam dan menyaksikan saja pada Alexa dan Muba. Sejujurnya ada sedikit rasa iba di hati mereka, hanya saja, kebanyakan lebih mendukung Muba di banding Alexa.
Wohooooo!!
Terlihat seorang laki-laki berkulit putih dengan rambut di biarkan urak-urakan mengabadikan momen ini dengan asik.
Ponselnya menjadi saksi sebuah perundungan Muba pada Alexa yang di siarkan secara langsung olehnya.
Dan kini semua orang pun lebih membela Muba di banding Alexa. Di dukung saja pemimpin geng itu oleh mereka, karena mereka meyakini, gadis bernama Alexa itu hanya akan kalah lalu menangis sambil keluar dari kampus dengan kekalahannya.
"Muba!"
"Muba!!
"Muba!!"
Teriak semua orang menyoraki Muba yang kini terlihat menguasai pertandingan. Meski mungkin hanya untuk sementara...
TOS!
Semua pun sudah menduga kalau Alexa hanya akan berakhir dengan kekalahan. Namun, satu hal yang tak pernah mereka tahu, wanita yang diam terkadang memiliki sebuah kejutan.
Alexa mengepalkan kedua tangannya, lalu tanpa basa-basi lagi, kakinya bergerak membangkitkan tubuhnya, hingga akhirnya....
Brak!!!
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Blam!!
Meja terbang dan menuju ke arah Muba dengan cepat.
Bukk!
"Aw!!"
Muba memekik saat meja Alexa terbang dan mengenai keningnya dengan keras, membuat sebuah luka yang dari sana keluar lah darah mengucur dengan segarnya.
"Ssshhhh!!" gadis itu terlihat menyapu darahnya dengan lembut, dan menatapi tangannya yang merah akibat darahnya itu.
Melihat hal itu, Muba menjadi sangat kesal. Kesal pada Alexa yang entah mengapa bisa menjadi semakin berani, bahkan gadis itu tak segan menendang kursi ke arah wajahnya.
"Keterlaluan!!"
Wosh!!
Tangan Muba melayang, mencoba menuju ke arah wajah Alexa untuk menonjoknya, namun mendadak datanglah sebuah tangan yang menghalangi tangan Muba saat tinggal satu senti saja jarak antara pipi Alexa dan kepalan tangan Muba.
Plak!
Muba tertegun, di tatapi wajah laki-laki tampan yang berdiri menghalangi Alexa dari pukulannya. Laki-laki itu juga menatap Muba dengan penuh kekesalan, tatapan dingin dan menusuk yang berhasil menciutkan nyali Muba.
"Shaga?" Muba terlihat terpaku oleh laki-laki tampan berkulit putih dan berambut cokelat di depan matanya.
Mata laki-laki itu berwarna hijau zamrud, sementara wajahnya adalah perpaduan sempurna dua keturunan dari timur dan barat, dan bersatu membentuk sebuah ketampanan yang luar biasa dari laki-laki itu.
"Kau tak punya hak untuk memukulnya!" ucap Shaga dengan lirih tapi tentu saja bisa menohok hati dan perasaan Muba yang sejak dulu sudah jatuh cinta padanya.
"Shaga kau membela dia?" tanya Muba dengan kekecewaan.
"Aku hanya tidak suka caramu mengusiknya!" ucap Shaga dengan lirih.
Tangan Muba di paksa lepas oleh pemiliknya dari cengkeraman tangan Shaga. Wanita itu terlihat kesakitan kali ini, bukan hanya wajah di bagian kening saja yang mengeluarkan darah, tangannya juga terlihat merah akibat kekangan tangan Shaga.
Ketiga sahabat karibnya mendekat, dan kemudian membawa Muba lari dari sana, sebelum keadaan jauh lebih buruk lagi.
Di sisi lain, Alexa masih setia dengan diam dan dunianya sendiri. Ia tak menggubris apapun lagi di sampingnya, meskipun semua tatapan mata kini benar-benar berpusat pada wajahnya.
Ia meninggalkan posisi di belakang Shaga, dan membenarkan kursinya kembali. Duduklah dia dengan tenang, di tutup kembali kepalanya dengan cindung Hoodie hijau army nya menjadi seperti semula.
Gadis itu kembali duduk di kursinya, dan membaca bukunya kembali. Huhh, andai saja tidak ada laki-laki tampan ini, mungkin Alexa sudah langsung mengirim Muba ke rumah sakit tanpa bantuan ambulans.
Aish!
Geram sekali dengan gadis bernama Muba itu. Karena anak jenderal kepolisian itu Alexa harus mendapat hal sekejam ini di setiap harinya, bukankah tak heran kalau Alexa mulai merasa kesal?
Semua orang kembali duduk di tempat masing-masing, dan mulai kembali di sibukkan oleh kegiatan mereka seperti semula, sebelum terjadinya pertengkaran antara Alexa dan Muba.
Namun anak laki-laki tampan yang di panggil Shaga barusan terlihat tidak kembali ke tempat duduk semula yang berada di pojok bagian depan.
Ia memilih untuk terduduk di depan Alexa sekarang. Entah karena memang ingin menggapai kursi yang jauh lebih dekat dari posisi berdirinya, atau memang dia punya pemikiran lain soal posisi duduk di depan Alexa itu.
"Hai.." Ya, benar saja, Shaga dengan canggung menyapa Alexa. Mungkin ini adalah tujuan utamanya kenapa memilih untuk duduk di depan Alexa.
Alexa tak bergeming dari posisinya, jangankan bergeming, matanya saja bahkan tak pernah lepas dari tatapan ke bukunya. Dasar gadis dingin yang acuh.
Shaga hanya bisa terdiam, memikirkan harus berkata apa lagi setelah dia menyadari sapaan hangatnya di acuhkan oleh gadis ini.
"Umm, aku Shaga, kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanya Shaga sangat hangat.
Tapi Alexa tetap saja tak bergeming dari tempatnya, justru gadis itu semakin di buat sibuk dengan lembaran baru di buku novelnya yang baru saja ia buka.
Astaga! dia seperti kutub Utara yang beku!
Ucap hati Shaga penuh dengan kekesalan di hatinya, tentu saja karena sikap acuh dan dingin yang di tunjukan oleh Alexa padanya.
"Ummm, semua orang akan mengucapkan terima kasih setelah dia mendapat pertolongan dari orang lain, em, maksud aku, apa kamu..."
"Thanks!" dan ucapan Alexa yang lirih, singkat, padat, pun juga jelas itu akhirnya terdengar juga di telinga Shaga, membuat hati laki-laki itu terasa meleleh.
Benar sekali, saat itu, setelah kejadian pertengkaran antara Alexa dengan Muba, entah mengapa ada sebuah dorongan di hati Shaga untuk membantu Alexa.
Dia merasa terpesona dengan sikap Alexa yang dingin, tak terlalu banyak berbicara, dan parahnya lagi, Alexa tak punya teman, huhh! sungguh gadis idaman buatnya.
"Baiklah, aku terima ucapan terima kasih darimu," ucap Shaga sambil menyimpulkan senyum canggungnya, "tapi aku perlu tahu nama gadis yang baru saja mengucapkan terima kasih buatku, sebagai tanda balas budimu untukku.." Shaga benar-benar ahli dalam mencari celah.
Aish, mengapa mendadak jadi kesal dengan sikap Shaga yang hangat ini? apa karena kepribadian Alexa yang tak pernah mendapat perhatian sejak kecil? jadi saat mendadak ada orang lain yang memberi dia perhatian, ia menjadi risih?
Huhh!
Tidak, laki-laki ini tidak memukul atau menamparmu, Lex, jadi jangan berpikir untuk meninju perutnya sampai terbang bebas ke langit biru.
Tenangkan diri dan juga hatimu, buat kamu merasa lega, dan setelah itu, kau tidak akan merasa terganggu akan kehadirannya.
"Alexa, namaku Alexa!" jawab Alexa sedikit lebih baik, ya, tak terlalu dingin.
"Alexa, nama yang bagus," puji Shaga dengan menganggukkan kepalanya menunjukkan kekaguman, entah pada nama yang baru saja dia dengar, atau pada pemilik namanya yang cantik itu, "bolehkah aku minta kita untuk berteman?" tanya Shaga sekali lagi.
Huhh!
Alexa menarik nafasnya dengan perlahan, tanpa di sadari oleh Shaga di depannya, lalu kembali menghembuskannya lagi dengan cara perlahan yang sama pula.
Tenang, Alexa, dia tak bermaksud mengusikmu!
Ucap benak Alexa.
"Aku tidak pernah punya teman," jawab Alexa, berharap bisa mengusir laki-laki ini dengan nada ucapannya yang sedikit keras.
"Baiklah, kalau kau berubah pikiran, kau bisa mendatangi aku dan kita bisa membicarakan hal itu kelak," ucap Shaga yang tahu maksud hati Alexa.
Shaga berbalik, mencoba menatap papan tulis di depannya, dan kemudian kembali beralih ke arah bukunya, lalu membacanya lagi.
Gadis yang aneh!
Ya! sejauh ini cerita gadis bernama Alexa ini memang terkesan aneh. Entah apa yang terjadi pada gadis dingin itu, tapi semua orang menganggap Alexa adalah gadis yang di penuhi oleh misteri, pun juga teka-teki.
Lalu siapa Shaga yang sebenarnya!? apa dia laki-laki yang akan menjadi pelabuhan cinta Alexa di kehidupan masa depan kelak?
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Alexa masih dengan penampilan yang sama, mengenakan jaket hijau army dengan cindung besar menutupi daerah kepalanya.
Ia tak menggantinya meski telah terkena serangan puluhan butir telur dari semua orang. Benci? siapa juga yang tak benci, hanya saja, Alexa telah terbiasa dengan hal semacam itu, pun tak ingin membuat masalah hanya karena hal sepele seperti ini.
Ia terlihat mulai berjalan keluar dari kelas setelah menyelesaikan kelas paginya, dan terlihat mulai melipir ke arah kantin.
Ya, menghabiskan waktu selama kurang lebih enam jam berada di dalam kelas akan terasa jenuh dan berhasil membuat perutnya lapar.
Kini tubuhnya pun telah berada di area kantin, mengambil porsi makan siang di atas meja prasmanan, dan memilih menu sesuai yang ia inginkan.
Ia mengambil satu lauk daging ayam yang sudah di goreng dan di temani sayur bening kesukaannya, tak lupa juga tahu dan tempe favoritnya.
Dia memang selalu memakan makanan itu, karena dia berasal dari keluarga miskin, dan baginya bisa makan daging ayam di sekolah pun sudah sangat beruntung.
Tangannya membawa satu nampan berisi makan siang penuh untuknya, sementara tangan satunya di fokuskan dengan buku novel yang sama seperti pagi tadi.
Pada mulanya dia nampak biasa saja, berjalan tanpa mengalami hambatan, dia pun tak di pedulikan oleh semua orang, sampai akhirnya terlihat langkah kaki jin cantik berkulit hitam manis menghadang langkah kakinya.
Ia pun terpaksa berhenti, dan diam mencoba untuk tidak peduli. Ia memilih untuk berbalik dan menuju tempat duduk yang lain.
Namun apalah daya, seolah semua orang yang ada di sana sudah di rancang untuk menjalankan sebuah misi menjatuhkan dirinya tanpa ampun.
Terlihat dua gadis dengan rok mininya menghalangi tempat duduk yang ia tuju sebagai pelabuhan dan juga pilihan terakhir. Ia diam menghela nafas. Kesal sekali saat merasa lapar tapi masih harus berhadapan dengan orang-orang seperti mereka.
Fuhhh!!
Nafasnya yang di hembuskan secara kasar agaknya terdengar di telinga Muba. Wanita yang tengah asik mengemut permen di mulutnya itu nampak kesal sekali pada Alexa.
Jidatnya di tempel perban dan wajahnya terlihat penuh dendam pada Alexa. Alexa bisa melihatnya dari jauh, meskipun matanya sedikit tertutup cindung dan rambutnya.
"Tidak baik menganggu orang untuk makan, jadi beri dia tempat duduk.." ucap Muba dengan lembut, sebenarnya Alexa tahu ini hanya akal-akalan Muba saja.
Ia tahu apa yang menjadi akhir dari makanan di atas nampan miliknya ini. Jadi dia tak ingin gegabah melewatkan makan siangnya.
Di ambillah paha ayam dari atas nampannya, lalu dia makan dengan tenang sambil bertahan dalam posisi berdiri.
"Ouhhhh..." Muba berekspresi tak senang melihatnya.
Namun Alexa terus saja mengunyah paha ayam gorengnya sampai kini, terlihat tinggal tulang saja yang tersisa.
Ck!
"Dia sungguh tidak sopan!" ucap Muba, dan mendadak dari belakang Alexa seorang wanita nampak mengangkat tinggi-tinggi kakinya, bersiap untuk menyerang Alexa.
Hiyaaaaaa!!
Namun Alexa bukan gadis biasa. Dia memiliki insting yang sangat kuat sejak lahir, mampu mendengar dari jarak seratus kilometer, dan mampu merasakan getaran dari perut bumi.
Matanya memicing, merasakan kaki wanita itu yang semakin dekat padanya, hingga akhirnya, dia mengejutkan wanita itu dengan tendangan dari kakinya ke belakang.
Bukk!?
Brak!
Tendangan kaki Alexa mengenai perut wanita itu, dan karena itulah tubuh wanita itu tumbang, jatuh mengenai meja yang terdapat banyak makanan.
"Aish! aku bosan melihat kamu berpura-pura, jika kau menang jagoan, kenapa tidak mau melawan aku? atau kau hanya seorang gadis yang bersikap sok jagoan, padahal sebenarnya cupu?" ledek Muba pada Alexa.
Alexa kembali bersikap normal, mengambil nasi dengan sendoknya, dan kemudian memakannya dengan sayuran.
Hap!
Melihat sikap arogan yang di tampilkan oleh Alexa membuat Muba semakin geram. Bisa-bisanya di tengah-tengah perseteruan semacam ini Alexa masih bisa makan dengan tenang?
"Dasar sombong!!"
"Heng! aku hanya ingin makan dengan tenang, tapi kalian sungguh tidak mengizinkan aku.." jawab Alexa sambil tersenyum miring.
Dan kembali memakan nasi beserta lauk tahu, tempe, dan sayurannya dengan lahap.
"Orang miskin, tapi sok paling kuasa di sini! baiklah, kalau itu yang kamu mau, mari kita lihat, siapa yang pantas berkuasa di sini!" ucap Muba menantang.
"Meskipun kau kaya, bukankah tetap saja yang berkuasa bukan kamu? ish! agaknya kau sudah lupa diri.." sekarang Alexa menjawabnya dengan percaya diri.
Dan kembali makan, melahap dan mengunyah.
"Apa kau sudah kenyang? gadis miskin?"
Muba terlihat mengangkat tangannya, dan dua jarinya mengarah ke depan tepatnya di hadapan Alexa, membentuk sebuah pistol manual dari sana.
"Buat dia menyesal!" ucap wanita itu dengan lirih.
Hiyaaaaaa!!!
Terlihat lima atau bahkan enam gadis maju ke depan, memberi serangan demi serangan untuk Alexa.
"Heng!"
Namun Alexa bukan gadis yang bisa di remehkan. Ia tersenyum miring, saat tinggal beberapa meter saja keenam gadis itu hendak memukulnya dari segala arah.
Ia masih sibuk melahap nasi dan sisa lauknya di atas nampan, tak ingin menyia-nyiakan makanan yang sudah ada di tangannya.
Hingga akhirnya, semuanya sudah tiba di hadapannya, mulai menghujani dia dengan puluhan serangan dari segala sisi, kanan kiri, depan belakang, bagian kepala dan kaki, sayangnya, dia pandai menangkis semua serangan dari mereka, tanpa menunjukkan kekalahan telak di hadapan semua orang.
Ia berhenti dari mengunyah makannya, dan bertarung melawan gadis-gadis pemberontak di kampus dengan satu tangan dan dua kakinya, lalu dengan kehebatannya dalam menghindari serangan.
Sampai akhirnya, satu per satu gadis terjatuh bergelimpangan karena serangannya, tanpa menjatuhkan nampan berisi sisa nasi miliknya itu.
Nasinya pun akhirnya bisa termakan. Sisa dua suapan dia habiskan setelah berhasil mengakhiri pertandingan seru antara dirinya dan keenam gadis itu.
Semua orang melongo melihatnya yang tengah asik menghabiskan sisa makanannya di atas nampan, tanpa di sadari semua orang, ada satu wanita lagi yang akan menjatuhkannya.
Hiyaaaaa!!
Kluk! menelan makanan terakhir.
Di belakang sana, terlihat seorang wanita tengah berlari sambil mengumpulkan tenaganya untuk menghajar Alexa tanpa ampun.
Namun Alexa yang tenang tak akan pernah mengabaikannya. Di balikkan tubuhnya sambil ia lempar nampan kosong miliknya ke arah gadis itu, hingga ciuman menyakitkan dari nampan istimewanya itu mampu mengenai jidat si gadis dengan bunyi yang sangat nyaring.
Trang!!!
Blam!!
"Ouch...." semua orang menatap gadis yang terjatuh di atas lantai itu dengan tatapan ngeri.
Apa lagi Muba, gadis itu bahkan hanya bisa melongo setelah melihat anak buah setianya satu per satu berhasil di jatuhkan oleh Alexa.
"What??!"
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!