Dita baru saja keluar dari restoran tempat dimana dia bekerja sebagai tukang kebersihan,dia keluar bergegas karena hari ini dia ada janji dengan Irwan,lelaki dia kenal tiga bulan yang lalu.
"Dita kamu mau kemana kerjaan mu masih banyak nanti nyonya Melati marah baru tau rasa kamu." Panggil seorang temannya yang juga bagian dapur.
"Sori kamu bereskan dulu itu semua besok aku akan mengerjakan semuanya." Jawab Dita,lalu segera meninggalkan restoran karena dia malas melisa akan sibuk memanggilnya.
"Dasar...Teman sialan selalu saja alasannya ada urusan,padahal dia pasti mau menemui Arga lelaki playboy sialan itu." Omelnya.Lalu mengambil semua peralatan kebersihan dan mulai bekerja sendirian.
Melisa adalah sahabat Dita dari kecil,mereka sudah lama berteman dan mereka juga satu kontarakan.Mereka sama-sama merantau ke kota ini.
Dita tidak sabar ingin bertemu dengan Arga,sudah tiga hari mereka tidak bertemu membuat Dita sangat merindukan pria idamannya itu.
Arga seorang pria playboy,dia mendekati Dita tiga bulan yang lalu karena dia sangat tergoda dengan kepolosan Dita dan sebenarnya dia tidak mencintai Dita dengan tulus.
"Hai...Kamu sudah lama menunggu?" Tanya Dita sambil menepuk pundak Arga yang sedang duduk di taman bunga yang tidak jauh dari kontrakannya.
"Kamu sudah datang sama siapa kesini?"
"Sendiri saja mas." Ucap Dita malu-malu.Dita sangat mencintai Arga seiring berjalannya waktu apalagi Arga pria yang sangat menggombal dan mempermainkan wanita,dia memanfaatkan wajahnya yang lumayan tampan untuk menggaet wanita-wanita.
Arga sendiri bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik dan gajinya yang cukup lumayan membuatnya mampu membeli berbagai baju yang pas untuknya membuatnya semakin tampan.
Dia mendekati Dita memiliki tujuan tertentu,melihat kepolosan Dita dia sangat yakin kalau Dita masih gadis yang polos dan suci,selama pacaran dengan banyak wanita tidak sekalipun dia mendapat gadis suci dan itu membuatnya penasaran.
"Kamu sudah selesai kerja ya?" Tanya Arga penuh basa-basi.
"Sebenarnya aku sangat malu duduk berduaan dengan wanita jelek seperti dia,mana orang-orang melihat kami dari tadi sial memang besok-besok kalau mau ketemu dia lebih baik malam saja." Ucapnya nya dalam hati.
"Sudah mas,kamu juga sudah selesai bekerja ya. mas?" Dita balik bertanya kepada Arga dan di balas dengan anggukan.
Bagi Dita bisa bertemu seperti ini saja Dita sudah sangat senang walaupun Arga jarang sekali mengajaknya makan seperti orang pacaran pada umumnya.
Arga kehabisan bahan omongan,dia selalu merasa bosan jika bertemu dengan Dita karena tidak ada sedikit sesuatu yang di kandang indah dari tubun Dita menurutnya.
Pada saat Arga ingin mencari topik lain tiba-tiba tiga orang temannya datang menghampiri mereka,Arga sangat kaget dan malu karena sampai saat ini belum ada satu pun temannya yang tau kalau dia pacaran dengan gadis burik seperti Dita.
"Woooiii...Apa yang kamu lakukan disini? ternyata buru-buru pulang mau main kesini terus siapa wanita ini,jelek sekali dia pengemis yang kamu temui di jalanan ini?" Tanya seorang temannya tanpa memikirkan perasaan Dita sedikit pun.
Mendengar itu wajah Dita langsung berubah wajahnya memerah dan air matanya hampir jatuh tapi tidak ingin membuat Arga malu di hadapan teman-temanya.
"Mas...Maaf ya aku harus pergi ada urusan soalnya." Ucap Dita lalu segera berlalu dari tempat itu.
"Belum jauh dia mendengar suara tawa mereka semua,Dita semakin minder selama ini dia selalu minder jika bertemu dengan Arga tapi karena Arga selalu memberinya nasihat perlahan rasa malu itu hilang begitu saja.
"Siapa dia Arga,tidak mungkin kan kamu pacaran dengan wanita jelek itu,gila kalau kamu pacaran sama dia siapa juga yang mau sama wanita seperti itu,sudah jelek,gendut,gigi maju di tambah tubuhnya yang pendek dan rambut bergelombang membuatnya semakin jelek saja." Ucap temannya menghina Dita habis-habisan.
Dita menghentikan langkahnya,dia penasaran mendengar jawaban dari Arga dia penasaran apakah Arga mengakuinya sebagai pacar.
"Tidak mungkin lah,mana mungkin aku pacaran dengannya." Jawab Arga.Hati Dita benar-benar sakit mendengar jawaban Dita dia tidak menyangka kalau Arga tidak mengakuinya harus dia akui kalau Arga dan dirinya memang beda jauh.
Dita berlari kecil meninggakan taman itu,dia tidak bisa menahan air matanya dia menangis sambil berlari hingga tidak memperhatikan jalannya.Sakit sekali perasaanya dibully sudah hal yang biasa bagianya dari SMP dia sudah biasa mendengar bully dari teman-temannya bahkan tidak ada yang mau berteman kepdanya karena dia sangat jelek dan juga miskin.
Melisa sudah berdiri di depan pintu,dia menatap heran kepada Dita karena pulang-pulang temannya malah menangis sedih.
"Kenapa kamu menangis? Arga memutuskan cintamu atau ada yang mengolok mu,katakan segera." Tanya Melisa dia sudah sangat kenal dengan temannya itu,dia tidak akan menangis sekali pun dia tidak punya uang tapi dia akan sangat terluka jika ada yang menghina atau mengoloknya.
Dita tidak peduli dengan pertanyaan sahabatnya,dia langsung masuk kedalam rumah dan tidur tengkurap sambil menangis.
Melisa menghela napas panjang,jika mereka sedang berjalan bersama dan kebetulan ada yang menghinanya Melisa tidak segan-segan memaki orang itu.
"Dita....Kamu kenapa,Arga menyakitimu,aku tau kamu sedih pasti ada yang menghina mu.Kamu tidak usah berbohong tampa kamu cerita pun aku tau kalau kamu sedih pasti karena kamu di hina orang lain." Ucap Melisa dia duduk di pinggir tempat tidur sambil mengusap kepala Dita yang masih menangis sesenggukan.
Setelah puas menangis,Dita lalu duduk di atas tempat tidur dan menyeka sisa air mata di wajahnya.
"Melisa kita makan bakso ya..Aku lapar sekali." Ajaknya.Melisa tersenyum mendengar ucapan Dita seperti biasa Dita akan mengobati luka hatinya dengan makan bakso super pedas.
Mereka lalu keluar dari rumah kontrakan dan mengunci rumah setelah itu pergi ke tukang bakso langganan mereka yang ada di depan gang.Tempat itu adalah tulang bakso kesukaan Dita dia tidak akan pernah bosan makam bakso disana terkadang uangnya yang tidak ada hingga harus puasa makan bakso.
Melisa memesan bakso dua porsi untuk mereka berdua,sebelum pesanannya datang Melisa kemabli menanyakan hal yang membuat Dita sampai menangis tadi.
"Katakan dengan jujur apa yang membuatmu sampai sedih seperti itu,siapa yang menghina mu tadi?" Tanya Melisa menunggu jawaban dari Dita.
"Aku sedih,sepertinya Arga malu memiliki kekasih seperti ku,bahkan dia tidak mau mengaku kepada teman-temannya kalau aku ini pacarnya." Jawab Dita dengan wajah sedih.
💗💗💗bersambung 💗💗💗
Melisa meraih tangan Dita lalu menggenggamnya ,dia sebenarnya tidak tega melihat sahabatnya dari dulu sampai hari ini dia selalu di bully orang lain.
"Dari dulu aku sudah bilang Arga itu bukan pria baik-baik,tapi kamu percaya saja dengan omongannya dari wajahnya saja aku sudah bisa lihat kalau dia bukan pria baik-baik."
Dita tersenyum kecil,benar apa yang di katakan oleh Melisa,rasanya tidak logika pria setampan Arga jatuh cinta dengan wanita jelek sepertinya,bahkan dari segi mananya pun rasanya tidak ada alasan bagi Arga untuk mencintainya dia yang terlalu berharap tampa berkaca terlebih dahulu.
"Benar apa yang kamu bilang,aku yang terlalu bodoh untuk mempercayai kata-kata Arga tampa sadar diri terlebih dahulu." Ucapnya.Terlihat raut sedih di wajah Dita yang membuatnya merasa iba.
"Sudahlah lebih baik kita makan bakso,ini jauh lebih baik dari pada membahas masalah pria." Ucap Melisa.Keduanya menyantap bakso yang sudah ada di depan mereka,Dita langsung menikmatinya dia selalu makan banyak jika banyak beban pikiran seperti saat ini.
Mereka berdua keluar dari warung bakso,lalu kembali pulang setelah menikmati bakso kesukaan Dita.Setelah sampai di lontarkan mereka berdua langsung tidur dan istrahat karena mungkin pekerjaan sudah menanti mereka esok pagi.
Keesokan harinya,mereka berdua berangkat bersama di saat hari masih sangat pagi,sudah biasa mereka datang lebih cepat karena harus membersihkan semua peralatan dapur dan juga piring-piring kotor.
Sebenarnya,Melisa diijinkan untuk menjadi pelayan di depan melayani setiap para pelanggan karena dia memiliki wajah yang lumayan cantik dan bodynya juga lumayan bagus,tapi karena merasa kasihan dengan Dita akhirnya dia menolak dan memilih bekerja bersama dengan Dita.
Keduanya mulai membersihkan semua piring dan juga peralatan dapur yang kotor,menyapu semua lantai dan membersikan seluruh meja yang ada di restoran.
"Dita...Mulai hari ini jika ada orang yang mengolok atau menghina pisik mu,jangan diam kamu harus melawan dan kalau bisa maki mereka,jangan menjadi wanita lemah apalagi kalau orang perantauan seperti kita ini harus mandiri dan berani jangan dikit-dikit nangis." Ucap Melisa menasehati Dita di sela-sela mereka sedang mengelap semua meja makan.
Dita hannya diam,dia harus mengakui kalau dirinya tidak sehebat Melisa,dari semua hal dia memang kalah sama Melisa baik dari wajah,kepintaran dan juga keadaan orang tua,Melisa lebih dari segalanya tapi dari dulu Melisa selalu baik dengannya bahkan dia menganggap Melisa sebagai kakaknya apalagi umur melisa lebih tua dua bulan darinya.
Melisa setiap bulan,menyisihkan gajinya untuk perawatan dan membeli scancare,selebihnya dia bisa menabungnya,sementara Dita gaji yang dia hasilkan setiap bulan harus dia kirim kepada orang tuanya untuk membiayai seorang adik dan papanya yang sudah sakit struk.
Terkadang sesekali timbul rasa putus asa di hatinya,sudah setahun bekerja dia sama sekali tidak punya simpanan,berbeda dengan Melisa,orang tuanya minta uang jika benar-benar mereka membutuhkan,sementara dirinya belum menerima gaji saja mamanya sudah sibuk menghubunginya untuk meminta uang.
Melisa menatap Dita yang sedang duduk di atas kursi yang baru saja dia turunkan,sepertinya Dita sedang memikirkan nasibnya yang kurang beruntung dari orang-orang.
Melisa kadang juga merasa bingung,dia merasa heran kenapa tampang Dita sangat buruk sementara kedua orang tuanya tidak terlalu jelek bahkan ibunya juga sangat cantik diusianya yang sudah setengah abad.
"Apa sih yang kamu pikirkan Dita? masih pagi-pagi kamu sudah melamun seperti ini,kalau tuan bagus melihatmu aku yakin dia sudah mengomeli mu terus menerus." Ucap Melisa.
"Aku hannya memikirkan masa depan ku saja Mel,kapan yah aku bisa bahagia,umur sudah sudah sedikit dewasa pria datang malah hannya untuk main-main.Aku sangat takut jika aku menjadi perawan tua,seandainya aku punya uang cukup banyak aku akan melakukan operasi."Jawab Dita panjang lebar.
"Sudahlah sayang...Jodoh itu sudah ada yang atur kamu jangan patah semangat,mana tau suatu saat kamu dinikahi pria kaya,siapa yang tau jodoh seseorang." Ucap Melisa memberikan semangat untuk Dita berharap sahabatnya itu tidak putus asa.
"Hahaha....Kamu bisa saja...Jangankan yang kaya raya,pria miskin saja sekarang banyak tingkah.Kamu tidak usah memberikan semangat yang berlebihan aku tidak percaya itu."Ucap Dita setelah menghentikan suara tawanya.
Melisa terdiam mendengar ucapan sahabatnya,sebenarnya dia juga kasihan dengan temannya itu tapi apa boleh buat dia tidak punya cara apa pun untuk bisa membantu temannya itu.
Pada saat keduanya sudah selesai membersihkan semua dapur dan ruangan,para kariawan sudah mulai datang dan beberapa chef juga sudah datang mereka akan segera membuka restoran.
Seorang chef baru keluar dari dalam kamarnya lalu berjalan menuju dapur mungkin karena dia masih lelah atau masih mengantuk tiba-tiba dia menabrak tubuh Dita hingga Dita terdorong beberapa langkah.
Pria itu lansung menatapnya dengan sinis,bahkan beberapa kali dia mengibaskan tangannya ke bajunya seakan dia sedang menyenggol sampah.
"Ehh...Mas kamu itu sangat sombong,kamu pikir teman saya ini sampah,mesti sekali kamu mengibaskan tanganmu seperti itu." Melisa datang menghampirinya.
Dita langsung meninggalkan mereka berdua,pria itu memang tampan,dan juga manis mungkin merasa jijik dengan Dita.
"Kenapa kamu yang marah,wanita jelek itu teman mu ya,harus wanita dengan wajah jelek seperti itu lebih baik cari kerjaan di luar sana." Ucap pria itu dengan senyum menghina membuat Melisa semakin kesal.
"Dasar laki-laki mulut ember setidaknya dia jauh lebih punya etika dari pada kamu,tempat mu memang tidak layak disini tapi layak mengumpulkan sampah,karena sampai lebih layak dengan sampah." Ucap Melisa lalu meninggalkan chef Juna dengan perasan yang sangat emosi.
"Heran deh...Sama orang kota,kenapa sih mereka tidak pernah memikirkan perasan orang lain,apa orang kota tidak pernah menjaga perasaan sesama manusia ya?" Ucapnya lalu mengambil kain lap dan membersikan kaca yang sudah mulai kotor.
Juna yang chef baru yang sangat sombong,sangat kesal mendengar ucapan Melisa dia merasa tersinggung karena disamakan dengan sampah.
"Alah....Hannya pegawai dapur saja dia sombong,memang benar yang aku katakan wanita tadi sangat jelek apa yang salah dari kata-kataku, lihat aku akan membuat perhitungan dengan kalian berdua,berani sekali kamu menghinaku." Ucap Juna lalu dia mulai bekerja.
Dia memang chef baru,dan kebetulan dia keponakan pemilik restoran dia baru saja menyelesaikan kuliahnya dari singapura makanya dia sangat angkuh dan sombong.
💗💗💗bersambung 💗💗💗
Semua pegawai restoran tampak sibuk semuanya,karena para pelanggan sudah mulai berdatangan untuk sekedar menikmati berbagai sajian yang sangat lezat di restoran itu.
"Dita...Apa kamu sudah memikirkan,perasaan mu kepada arga apa kamu masih punya keinginan untuk melanjutkan hubungan dengan dengan pria brengsek itu?" Tanya Melisa saat mereka sedang istrahat siang.Restoran itu selalu memberikan waktu setengah jam untuk istrahat.
Dita tampak berfikir sejenak ,kalau di pikir-pikir dia masih sangat mencintai Arga tapi mengingat kata-katanya beberapa hari yang lalu membuatnya ragu untuk melanjutkan hubungan mereka berdua.
"Aku memang menyukainya,tapi aku tidak mau menjadi wanita bodoh hannya karena seorang lelaki apalagi kamu tahu sendiri aku tulang punggung keluarga bagaimana kalau nanti dia tau kalau aku selalu mengirim uang untuk orang tua ku sudah pasti semakin tidak menyukai aku,lucu memang tidak ada satu alasan apa pun bagi seorang pria untuk mencintaiku." Ucap Dita.Dia seperti orang yang sedang patah hati.
Sore harinya tiba jam pulang Dita dan Melisa pulang dengan jalan kaki mereka,pada saat di tengah jalan seorang pria yang membawa sepeda motor berhenti tepat di hadapan mereka.
Melisa dan Dita menghentikan langkah mereka lalu menoleh ke arah pria yang membawa motornya.Arga yang memaki helem sulit di kenali Melisa dan juga Dita.
"Minggir kenapa menghalangi jalan kami?" Tiba-tiba Melisa membentak Arga, dia kesal karena sudah berani menghalangi jalan mereka.
"Hahaha apa kalian tidak kenal dengan aku?" Arga tertawa lepas lalu membuka helem nya hingga membuat Melisa semakin kesal karena merasa sudah dipermainkan.
"Hei bajingan kenapa menghalangi jalan kami,untuk apa kamu cari perhatian dihadapan kami,kamu pikir kamu sudah terlalu tampan ya hingga kamu pamer?" Sungut Melisa.Wajah Arga lansung menegang padahal dia hannya bercanda dengan mereka berdua tapi Melisa langsung sensi begitu.
"Dita...Baik lah aku akan mengantar mu pulang." Ucap Arga saat keduanya meninggalkannya sebenarnya Arga kesal melihat sikap Melisa yang sedikit kasar dan tidak bisa di ajak kerja sama.
"Makasih mas aku jalan kaki saja lagian kontrakan kami sudah dekat kok." Jawab Dita.Tampa menunggu jawaban dari Arga keduanya langsung bergegas meninggalkan tempat itu.
Arga menarik napas berat,dia mengira karena wajah Dita yang sangat jelek akan mudah mendapatkan cintanya nyatanya semuanya tidak semudah yang dia bayangkan.
Arga membiarkan keduanya pergi begitu saja dia mengira Dita menolak ajakannya itu karena dia sedang bersama temannya,mungkin segan meninggalkan temannya jalan sendirian.
Setelah merasa keduanya sampai di kontrakan mereka,Arga langsung menyusul benar saja Melisa sedang membuka pintu rumahnya.
"Dita...kita keluar sebentar aku ingin bicara empat mata dengan mu." Ucap Arga.Dita langsung menatap ke arah Melisa seakan meminta persetujuan.
Melisa menarik tangan Dita masuk kedalam rumah mereka setelan itu dia menasehatinya sedikit berharap Dita mengakhiri hubungannya.
"Pergilah tapi kamu harus hati-hati ikuti kata hatimu,jika kamu memang cinta dan dia bisa memberikan kebahagiaan untukmu aku tidak punya hak untuk melarang mu." Ucap Melisa.
"Baiklah,aku tidak akan menerimanya lagi aku hannya ingin mengakhiri hubungan kami saja." Jawab Dita dengan wajah yang serius.Dia memang masih mencintai Arga tapi mengingat kata-katanya beberapa hari kemarin langsung membuatnya sadar kalau Arga tidak serius untuknya dan dia takut Arga memiliki niat lain untuknya karena dia sadar pria kota sangat pintar untuk menyakiti perasaan orang-orang desa.
Dita menaiki sepeda motor Arga setelah dia memakai masker,entah kenapa setelah mendengar ucapan Arga yang beberapa hari yang lalu dia semakin tidak percaya diri terhadap laki-laki.
****
Sementara itu disebuah mobil mewah sepasang wanita dan pria sedang berantem hebat keduanya saling membentak dan memaki dan sama sekali tidak mau kalah.
"Sudahlah Aurora mulai hari ini hubungan kita sudah berakhir,aku sudah muak berpacaran dengan wanita seperti mu." Ucap Aksa.Dia seorang pria yang sangat kaya yang memilliki banyak bisnis dan papanya juga seorang pejabat penting di negara ini.
Aksa berpacaran dengan Aurora,seorang gadis yang sangat cantik mungkin karena dia blasteran jadi dia memiliki wajah yang sangat cantik dan bodi yang sangat seksi seperti impian semua wanita.
Aurora gadis yang memiliki tempramen yang sangat buruk,dia selalu merasa dirinya paling hebat dan cantik apalagi dia memiliki karir yang sangat cukup sukses di dunia model.
Aksa Pratama memutuskan hubungan mereka karena sudah sangat bosan dengan sikap Aurora yang tidak mau kalah dan egois apalagi selalu merasa dirinya paling hebat.
"Apa kamu bilang putus...Hahaha...Kamu tau Aksa belum ada satu pun pria di dunia ini yang berani memutuskan hubungan dengan ku,kamu memutuskan hubungan kita?"
"Iya aku memutuskan hubungan kita,mulai hari ini hubungan kita putus. Kamu cari pria hebat di luar sana pria pemuja kecantikan." Ucap Aksa dengan nada sinis.
Hubungan mereka terjalin bukan karena Aksa mencintai Aurora,tapi karena dia kalah permainan di meja billiar dan pada saat itu Mario temannya yang sedang bermain billiar membuat perjanjian siapa yang kalah harus memiliki Aurora dan bahkan harus bisa mengajaknya bermain panas di atas ranjang.
Aksa yang merasa sudah mendapatkan hati dan tubuh Aurora dengan cepat lansung memutuskan hubungan mereka berdua yang akhirnya membuatnya sulit karena ternyata Aurora jatuh hati dengannya.
Aksa keluar dari dalam mobil sportnya,berharap Aurora juga keluar berpacaran tiga Minggu dengan Aurora membuatnya sangat frustasi walaupun selama tiga minggu itu dia sudah menikmati tubuh Aurora beberapa kali.
"Benar saja setelah dia keluar Aurora juga keluar dan menghampiri Aksa dia ingin meminta maaf kepada Aksa untuk tidak memutuskan hubungan dengannya.
Pada saat dia sudah keluar tiba-tiba Aksa kembali masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan Aurora menunju klub tempat dimana dia mangkal dan menghabiskan malam dengan wanita-wanita malam.
"Sialan sekali berani sekali dia memutuskan hubungan sepihak,jangan berharap aku mau menerima semua ini." Sungut Aurora lalu menghubungi seseorang untuk menjemputnya.Beberapa kali Aurora memaki Aksa dia merasa semua ini tidak adil dan sudah melukai harga dirinya karena semudah itu Aksa Pratama memutuskan hubungan dengannya.
Sementara itu di pinggir jalan yang lumayan sepi Arga menghentikan sepeda motornya,sebenarnya dari tadi Dita sudah mengingatkan Arga untuk berhenti dia merasa mereka sudah sangat terlalu jauh pergi tapi Arga mengabaiakan ucapannya.
"Mas kenapa kita berhenti di tempat sepi seperti ini,aku takut mas." Ucap Dita.Perasaanya sudah mulai tidak enak apalagi malam sudah semakin larut.
💗💗💗bersambung 💗💗💗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!