NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Yang Kupilih

Kesedihan Yang Mendalam

"Bangun, Bim! Kamu kenapa? Bangun! Hiks hiks hiks!" Tangis gadis bernama Keisha Yunia Putri gadis berusia 23 tahun seketika pecah di hadapan jasad seorang laki-laki yang tidak lain dan tidak bukan adalah kekasihnya sendiri.

Dia mengguncangkan tubuh Abimanyu Wibowo yang sudah terbujur kaku tidak bernyawa. Wajahnya nampak seputih susu, sekujur tubuhnya pun sedingin es. Kekasih yang sudah dia kencani selama lebih dari 5 tahun lamanya itu benar-benar meninggalkan dirinya untuk selamanya. Mereka bahkan sudah berencana untuk menikah dalam waktu tiga bulan ke depan.

"Sabar, sayang. Bima sudah tenang di alam sana. Kamu harus ikhlas, Nak," seorang wanita paruh baya nampak menenangkan juga mengusap punggung wanita yang akrab di sapa Kei itu.

"Tidak, Tante. Bima semalam baik-baik saja. Mana mungkin tiba-tiba dia meninggal seperti ini, gak mungkin, Tante. Bima pasti hanya sedang tidur lelap, bangun Bima sayang. Ini aku. Kita akan menikah 3 bulan lagi, banguuuun! Hiks hiks hiks!" Tangis Keisha semakin pecah, dia bahkan menjerit secara berkali-kali, jiwanya benar-benar merasa terguncang.

Tidak ada yang mampu mengatakan apapun lagi di rumah duka tersebut. Semua yang ada di sana nampak ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Keisha. Suara tangis pun terdengar saling bersahutan, baik dari pihak keluarga maupun dari Keisha sendiri.

Tidak ada yang mampu menghibur kesedihan karena kehilangan orang yang kita cintai untuk selamanya. Apalagi, di saat kita sedang sayang-sayangnya kepada orang tersebut. Keisha Yunia Putri, harus merelakan laki-laki yang dia cintai itu pergi untuk selama-lamanya tanpa sebab yang jelas.

* * *

Waktu berlalu dan hari berganti, setiap detik, setiap menit, bahkan setiap jam Keisha lewati dengan kehampaan. Tiga 3 tahun berlalu tanpa terasa dan Keisha masih saja meratapi nasibnya yang harus di tinggal untuk selamanya oleh kekasih tercinta.

Gadis itu bahkan hanya menghabiskan waktunya di kamar tanpa melakukan apapun ketika dia sedang berada di rumah kecil miliknya. Dia hanya seorang yatim piatu tidak punya siapapun untuk dijadikan sandaran. Kei bangkit dari tidurnya. Dia pun turun dari atas ranjang dan berjalan ke arah dapur hendak mengisi perutnya dengan makanan. Namun, gadis itu pun harus menelan rasa kecewa karena tidak ada satupun makanan yang tersedia atas meja makannya.

"Sial, kenapa aku sampai lupa membeli persediaan makanan," gumamnya berbicara sendiri.

Terpaksa, Kei yang sehari-hari bekerja sebagai kasir di sebuah Swalayan itu pun harus pergi bekerja tanpa mengisi perutnya terlebih dahulu. Gadis itu pun bersiap-siap untuk berangkat kerja dengan keadaan perut yang kelaparan.

* * *

Tut ... Tut ... Tut ...

Suara mesin kasir terdengar nyaring. Kei melakukan pekerjaannya dengan wajah pucat pasi juga ekspresi wajahnya yang terlihat datar seperti biasanya. Tidak ada senyuman ramah, apalagi menyapa pelanggan dengan ucapan sopan. Bibir Keisha benar-benar rapat serapat-rapatnya di hadapan pelanggan.

"Semuanya 357.000,00 Nyonya," ucap Kei masih dengan ekspresi wajah yang sama.

"Jutek banget, Mbak. Seharunya ramah sedikit kek sama pelanggan," ketus sang pelanggan terlihat kesal.

"Maafkan saya," jawab Keisha hanya membungkukkan sendiri tubuhnya, tapi raut wajahnya masih terlihat sama.

"Heuh ... Kok bisa wanita kayak kamu bekerja di sini? Dasar!" ketus sang pelanggan lagi sesaat setelah transaksi selesai, dia pun pergi begitu saja meninggalkan meja kasir dengan wajah kesal.

Keisha hanya bisa menghela napas berat. Ucapan seperti itu sudah sering dia dengar dari banyak orang. Semenjak kehilangan kekasihnya 3 tahun yang lalu, semangat hidup Kei pun hilang saat itu juga.

"Keisha, ikut ke ruangan saya sekarang juga," pinta Supervisor Swalayan terlihat kesal.

"Baik, Pak."

Kei terpaksa meminta rekannya untuk menggantikan posisi kasir, sementara dirinya mengikuti sang bos ke dalam ruangan dengan perasaan enggan sebenarnya.

Ceklek!

Pintu pun di buka, Kei masuk ke dalam ruangan lalu berdiri tepat di depan meja atasannya tersebut.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini, Kei? Kalau kamu kayak gini terus, pelanggan kita bisa-bisa pada lari nanti. Wajah kamu itu lho, emangnya gak bisa apa senyum sedikit aja? Padahal kamu itu cantik lho," tegur Sang atasan, Fredy laki-laki berusia 35 tahun yang telah mengenal Kei dari semenjak wanita itu bekerja di sana.

"Maafkan saya, Pak." Hanya itu yang diucapkan oleh Kei, wajahnya masih saja terlihat sama.

"Mau sampai kapan kamu meratapi pacar kamu yang sudah meninggal itu, Kei? Sudah 3 tahun lho. Selama 3 tahun ini kamu benar-benar berubah. Masa lalu biarlah berlalu, Bima bakalan sedih kalau melihat kamu seperti ini. Saya mengatakan hal ini karena saya sudah menganggap kamu seperti adik saya sendiri, kamu juga sudah lama berkerja di sini,'' lemah Fredy mencoba untuk menasehati.

"Saya akan segera resign dari sini, jika Anda merasa keberatan dengan sikap saya selama ini.''

"Astaga, Kei. Saya tidak memecat kamu sama sekali, saya hanya ingin kamu membuka diri dan membuka hati kamu. Mau sampai kapan kamu berlarut-larut dalam kesedihan kayak gini, saya kasihan melihat kamu seperti ini?''

Keisha diam tidak menjawab apapun. Dia hanya bisa menunduk sedih. Kesedihan yang tak pernah usai, kesedihan yang terasa begitu menyiksa jiwanya selama 3 tahun ini.

'Bima, bawa aku pergi bersama kamu. Aku mohon, aku gak sanggup lagi menjalani hari-hariku dengan begitu kesepian kayak gini,' (batin Keisha).

"Sekarang kembali ke tempat kamu bekerja. Kalau kamu gak bisa tersenyum tulus kepada pelanggan, setidaknya pura-puralah untuk tersenyum agar pelanggan kita itu gak pada kabur nantinya,'' ujar Fredy kemudian.

"Baik, Pak. Saya permisi," jawab Kei, membungkuk hormat lalu berbalik dan hendak meninggalkan ruangan.

"Tunggu, Kei."

Kei sontak menghentikan langkah kakinya. Dia pun menoleh dan menatap wajah Fredy kemudian.

"Kamu harus ingat satu hal, Kei. Bima ingin kamu terus menjalani hidup dengan bahagia. Kalau kamu terus saja seperti ini, dia akan merasa kecewa dan gak akan pernah tenang di atas sana," pesan Fredy dan hanya ditanggapi dengan senyuman kecil. Senyuman yang dipaksakan tentu saja.

Ceklek!

Pintu ruangan di buka lebar, Kei keluar dari dalam ruangan kemudian.

Fredy hanya menatap kepergian Keisha dengan tatapan iba. Gadis itu sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.

''Saya harap kamu mendengarkan apa yang saya katakan tadi, entah sudah berapa kali saya mengatakan hal seperti itu,'' gumam Fredy kemudian.

BERSAMBUNG

...****************...

Devano Winoto

Sepulang kerja, Keisha duduk di halte bis seperti biasanya. Menunggu kendaraan yang akan membawa dirinya pulang ke rumahnya yang memang lumayan jauh dari tempatnya bekerja. Lama menunggu, tidak ada satupun bus yang lewat, tapi Kei sama sekali tidak merasa khawatir sama sekali. Dia masih bisa pulang dengan berjalan kaki, tidak peduli meskipun harus membutuhkan waktu yang lumayan lama untuknya sampai di kediamannya itu.

Hal tersebut benar-benar dia lakukan. Gadis itu bangkit lalu berjalan menyusuri trotoar benar-benar akan pulang dengan berjalan kaki. Semilir angin malam terasa dingin menyentuh kulit wajahnya. Dinginnya bahkan terasa menembus blazer hitam yang dikenakannya saat ini. Namun, lagi-lagi Kei sama sekali tidak memperdulikan hal itu.

Gadis bernama lengkap Keisha Yunia Putri itu pun bahkan mengabaikan perutnya yang sebenarnya terasa lapar. Seharian ini dirinya sama sekali belum mengisi perutnya dengan makanan apapun sedikitpun.

Tiba-tiba saja, otaknya benar-benar berhalusinasi. Bima berjalan beriringan dengannya kini. Kekasihnya itu bahkan menggenggam erat jemarinya juga menoleh dan tersenyum kepadanya. Seperti orang yang telah hilang akal, Kei pun balas tersenyum juga berbicara dengan Bima seolah dia benar-benar nyata.

"Kamu lama sekali datangnya. Apa kamu tahu, aku selalu menunggu kamu selama ini," tanya Kei menatap lekat wajah Abimanyu Wibowo yang sebenarnya sama sekali tidaklah nyata itu.

"Maafkan aku, Kei. Aku harus pergi tanpa pamit. Kematian setiap manusia itu sudah di tentukan dan di takdirkan oleh yang maha kuasa. Termasuk kematian aku yang mendadak itu. Aku harap kamu bisa tetap hidup dan bahagia. Lupakan aku, Kei. Sudah saatnya kamu membuka lembaran baru dan memulai hidup yang baru.''

Keisha seketika menghentikan langkah kakinya. Dia pun semakin lekat menatap wajah Bima, laki-laki yang sangat dia cintai. Bersama laki-laki ini dia benar-benar merasa bahagia, bersama dia pula, dirinya yang yatim piatu merasa memiliki sandaran dan benar-benar membuat setiap hari yang dia lewati terasa berharga.

Sampai akhirnya, Bima harus menghadap ilahi 3 tahun yang lalu membuat Keisha merasa patah, bukan hanya patah hati, tapi juga patah arah, semangat hidupnya pun telah hilang saat itu juga.

"Bawa aku bersamamu, Bim. Aku benar-benar gak sanggup hidup sendiri seperti ini. Kamu terlihat bahagia, tapi kenapa aku merasa sangat menderita di sini? Kenapa kamu ninggalin aku, Bim! KENAPAAAAAA!" teriak Kei histeris.

Perlahan, bayangan Bima pun kian memudar dari pandangan matanya kini. Kei sontak semakin menangis histeris menatap wajah Bima yang perlahan mulai menghilang di telan kegelapan. Jiwa seorang Keisha benar-benar merasa terguncang.

Sedetik kemudian.

Bruk!

Gadis itu ambruk di atas trotoar. Keisha benar-benar tidak sadarkan diri di tengah kegelapan malam yang sebenarnya terasa mencekam. Seharian ini Kei sama sekali tidak mengisi perutnya dengan makanan sedikit pun, membuat tubuhnya benar-benar drop di tambah jiwanya yang memang sudah tidak stabil sejak awal.

* * *

3 jam kemudian.

Keisha mengedipkan kedua mata saat sinar lampu terasa menyilaukan matanya kini. Perlahan dia pun menarik pelupuknya pelan seraya menahan rasa pusing di kepalanya. Sampai akhirnya kedua mata gadis itu pun terbuka sempurna dan seketika merasa heran karena dia bangun di tempat yang asing.

"Aku dimana? Kepalaku pusing sekali," gumam Kei memijit pelipisnya pelan.

Dia menatap sekeliling kamar mewah dan megah. Bahkan ruangan tersebut terlihat seperti sebuah istana baginya. Luas, ruangan tersebut bahkan lebih besar dari ukuran rumahnya lengkap dengan perabotan mewah yang mengisi kamar tersebut.

Ceklek!

Pintu kamar pun di buka, seorang laki-laki masuk ke dalam kamar tersenyum menatap wajah Kei. Keisha nampak menatap wajah pemuda tersebut dengan tatapan mata sayu merasa tidak percaya. Apakah dirinya sedang berhalusinasi seperti sebelumnya? Atau, dia sudah berapa di surga dan di pertemukan dengan Bima, kekasih yang telah lama berpulang ke alam sana?

Kei mengusap kedua matanya kasar. Dia hanya ingin memastikan apakah yang sedang dilihatnya ini nyata atau hanya khayalannya semata. Pemuda yang saat ini sedang berjalan menghampirinya itu benar-benar mirip sekali dengan Abimayu Wibowo kekasihnya tercinta.

"Kamu sudah bangun?" tanya pemuda tersebut berdiri tepat di tepi ranjang.

"Bima? Kamu Bi-ma 'kan?" tanga Keisha dengan nada suara terbata-bata.

"Bi-ma? Hahahaha! Maaf, saya bukan Bima. Saya tidak sengaja melihat kamu pingsan di pinggir jalan tadi,'' jawab pemuda tersebut tertawa ringan.

"Tidak, wajah kamu mirip sekali dengan Bima. Kamu pasti Bima 'kan? Ini aku Keisha pacar kamu.''

"Maaf, Keisha atau siapa pun nama kamu itu, saya Devano bukan Bima. Rumah kamu dimana? Biar saya antar kamu pulang sekarang,'' ujar Devano penuh penekanan.

Kei mencoba untuk bangkit dan duduk tegak. Apa yang dia lihat bukanlah sebuah khayalan ataupun sebuah fatamorgana seperti yang dia lihat sebelumnya, tapi dia tetap saja merasa kecewa karena pria ini bukanlah Abimanyu Wibowo kekasihnya tercinta.

Akan tetapi, bagaimana bisa wajah laki-laki bernama Devano ini sangat mirip dengan Bima? Sangat mirip bak saudara kembar indentik padahal dari yang dia tahu selama ini, Bima adalah anak tunggal. Dia sama sekali memiliki kakak ataupun adik, apa lagi saudara kembar.

"Jika kamu memang bukan Bima, bolehkah aku memegang wajahmu? Kamu benar-benar mirip dengan Bima kekasihku yang telah tiada,'' pinta Kei dengan nada suara berat. Kedua matanya pun mulai berkaca-kaca kini.

Devano hanya menganggukkan kepalanya samar. Dia pun duduk tepat di tepi ranjang agar Kei tidak perlu berdiri hanya untuk meraba wajahnya tersebut. Perlahan, Kei mulai meletakkan kedua telapak tangannya di kedua sisi rahang laki-laki itu.

Mengusap setiap inci bagian wajahnya tidak ada satupun yang dia lewatkan. Dari mulai kedua alis, mata, hidung bahkan bibirnya tidak luput dari jemari lentik gadis itu. Buliran air mata pun seketika membasahi wajahnya kini, bahkan membanjiri hampir seluruh wajah cantik seorang Keisha.

"Bagaimana bisa wajah kalian sama persis? Ya Tuhan, kamu persis seperti Bima, tapi kamu bukanlah Bima. Bagaimana bisa seperti ini, hiks hiks hiks hiks ...'' tangis Keisha seketika pecah memekikkan telinga.

"Apakah pacar kamu benar-benar memiliki wajah seperti saya?"

Keisha menganggukkan kepalanya seraya mengigit bibir bawahnya keras. Suara isakan pun masih terdengar meskipun agak sedikit di tahan.

"Tapi aku bukan Bima. Aku Devano, dan aku sama sekali tidak mengenal laki-laki bersama Bima itu."

Keisha seketika menundukkan kepala, dia pun menurunkan kedua telapak tangannya juga menahan rasa getir di hatinya kini. Tidak masalah meskipun laki-laki ini bukanlah Bima, dengan menatap wajahnya saja sudah bisa mengobati rasa rindu yang selama ini dia pendam.

"Saya akan mengantarkan kamu pulang," ucap Deva kemudian.

"Tapi ini tengah malam lho, apa kamu tega mengantarkan seorang wanita pulang tengah malam? Lagi pula aku lapar sekali, dari pagi aku belum makan apapun. Bolehkah aku minta makanan? Tubuhku lemas sekali,'' lemah Keisha memelas.

BERSAMBUNG

...****************...

Sangat Mirip

Pemuda bernama Devano Winoto menatap wajah Keisha yang saat ini sedang menyantap makanan yang dia berikan. Wanita tersebut terlihat begitu menikmatinya padahal dia hanya membuatkan mie rebus di tambah telur juga sepiring nasi putih.

Gadis itu terlihat kurus dengan pipi tirus, dan penampilannya yang sepertinya sengaja tidak di urus. Padahal jika gadis ini memakai pakaian yang layak juga wajahnya di poles dengan make natural, Deva yakin betul wajah gadis yang dia ketahui bernama Keisha itu akan terlihat lebih cantik dari yang dia lihat saat ini.

Keisha bahkan meneguk habis sisa kuah mie rebus tersebut sampai mangkuknya benar-benar terlihat kosong, begitu pun dengan piring yang semula berisi nasi kini kosong tidak bersisa sebutir nasi pun di atasnya.

"Memangnya sudah berapa hari kamu gak makan? Kamu kayak orang yang kelaparan tau,'' ucap Devan menatap lekat wajah Kei, membuat gadis itu seketika merasa salah tingkah tentu saja.

"Hah? Eu ... Sebenarnya dari pagi aku belum makan," jawab Keisha tersenyum cengengesan, mungkin ini adalah senyuman pertamanya setelah 3 tahun lamanya. Tidak masuk akal bukan?

"Kamu pasti bercanda 'kan? Dari pagi kamu belum makan?"

Keisha menganggukkan kepalanya.

"Sedikit pun?"

Keisha kembali menganggukkan kepalanya.

"Hmm ... Gadis aneh. Setelah matahari terbit saya akan mengantarkan kamu pulang, Keisha."

Kei lagi-lagi hanya menganggukkan kepalanya. Matanya tidak luput dalam menatap wajah tampan seorang Devano yang sangat mirip dengan mendiang Abimanyu kekasihnya.

"Kamu bisa istirahat di kamar yang tadi, sementara saya akan tidur di lantai dua.'' Deva berdiri dan hendak pergi.

"Tunggu!"

Pemuda itu pun seketika mengurungkan niatnya dan kembali duduk di kursi makan.

"Apa lagi?'' tanya Deva kemudian.

"Apa kamu benar-benar tidak mengenal Bima? Nama lengkapnya Abimanyu,'' tanya Kei merasa sangat penasaran.

"Siapa itu Abimanyu? Saya sama sekali tidak kenal sama dia, sepertinya kamu salah orang."

"Tapi wajah kalian mirip sekali, Dev. Sumpah, kalian seperti kembar identik. Aku yakin itu."

"Dasar gadis aneh. Sekali lagi saya tegaskan, nama saya Devano, Deva bukan Bima. Oke?"

Keisha hanya bisa menghela napas berat. Ternyata dia benar-benar bukan Bima. Sebenarnya dia tahu betul hal itu sejak awal, tapi hatinya tetap saja menolak hal tersebut. Otaknya pun memaksanya untuk percaya bahwa dia benar-benar Bima.

"Akh ... Sudahlah, saya lelah. Jangan lupa piringnya di cuci, saya gak suka kalau meja makan saya berantakan seperti ini," tegas Deva lalu benar-benar meninggalkan Keisha di ruang makan.

'Dasar gadis aneh. Mana mungkin saya punya seorang kembaran jika saya sendiri hanya seorang anak tunggal,' (batin Deva).

'Tidak masalah kamu bukan benar-benar Bimo. Yang jelas aku senang bisa menemukan pemuda yang wajahnya miring dengan Bimo. Apakah dia adalah laki-laki yang dikirimkan oleh Tuhan untuk mengobati kesedihan aku ini?' (batin Keisha).

Setelah kepergian Deva, Keisha benar-benar merapikan meja makan. Dia pun mencuci piring bekas dirinya makan, bahkan piring kotor yang semula berada di sana pun dia cuci bersih.

Tidak hanya itu saja, Kei seperti orang yang baru saja menemukan semangat di dalam dirinya. Dengan begitu antusiasnya Keisha membersihkan seluruh dapur, dari mulai menyapu, mengepel lantai juga mengelap apapun yang menurutnya kotor, tidak peduli meskipun sudah hampir dini hari. Dapur tersebut benar-benar bersih mengkilat kini. Bahkan terlihat berkilau.

Bruk!

Gadis itu duduk kembali di kursi makan. Dia pun menyadarkan kepalanya di atas meja makan seraya membayangkan wajah Devano, betapa dirinya sangat bersyukur karena di sisa kesedihannya dia dipertemukan dengan pemuda bernama Devano yang memiliki wajah sama persis seperti Bima.

"Apa mungkin kalau sebenarnya Bima itu punya saudara kembar? Jika tidak, mana mungkin wajah mereka bisa sangat mirip? Di dunia ini memang terdapat beberapa orang yang memiliki wajah yang hampir mirip meskipun tidak memiliki hubungan darah sekalipun, tapi mereka berdua berbeda, Bima dan Deva benar-benar mirip indentik," gumam Keisha kemudian.

Dia pun duduk tegak seraya berfikir keras. Sepertinya dirinya harus mendatangi tempat tinggal orang tua Bima dan menanyakan hal ini secara langsung kepada mereka.

Bruk!

Kei kembali menjatuhkan kepalanya di atas meja makan. Perlahan dia pun mulai memejamkan kedua matanya dan terlelap seketika itu juga.

* * *

Keesokan harinya.

"Astaga, gadis ini?" gumam Deva menatap tubuh Keisha yang saat ini tertidur dengan menyadarkan kepalanya di atas meja makan.

Dia pun berjalan menghampiri dan berdiri tepat di samping tubuh Kei. Deva menatap lekat wajah Keisha. Setelah itu pemuda itu pun mengalihkan pandangannya menatap sekeliling dapur yang terlihat bersih tanpa noda sedikit pun. Laki-laki itu pun seketika tersenyum menyeringai.

''Kebetulan sekali saya sedang mencari asisten rumah tangga. Dia pasti mau jika saya minta untuk bekerja di sini,'' gumam Devano kemudian.

BERSAMBUNG

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!