NovelToon NovelToon

LUKA

Restoran

Ini adalah hari yang sangat indah dimana aku seorang gadis yang masih belia tengah memulai Bisnisku dalam bidang kuliner, karena aku sangat suka memasak aku selalu membuat banyak menu baru di restoran yang baru aku buka satu Minggu ini, ibuku selalu mendukung apa yang aku sukai sedangkan ayahku telah lama pergi meninggalkan aku dan ibu sejak dia meninggal karena sebuah tumor ganas di otaknya yang terus menggerogoti dirinya selama ini.

Semenjak ayah meninggal dunia, hanya ibu yang bekerja menghidupi aku sampai aku bisa lulus di universitas terbaik tahun ini selain itu aku juga bisa membuka bisnis dalam bidang kuliner berkat uang yang aku kumpulkan dengan ibu selama ini, bahkan hari ini aku sangat senang karena melihat banyak sekali pengunjung yang datang ke restoran yang baru aku buka ini.

"Sayang kamu memang putri terbaik ibu, ibu sangat bangga kepadamu karena kamu sudah berhasil mewujudkan mimpi ayahmu untuk membuka restoran sebesar ini" ucap sang ibu sambil memegangi kedua tanganku dengan lembut,

"Ibu, semua ini juga berkat do'a dan dukungan yang selalu kamu berikan untukku, jika bukan karenamu mungkin aku juga belum tentu akan berada di titik ini" balasku sambil tersenyum senang dengan ibu.

Kami berdua pun sibuk menyambut para tamu yang datang dan aku segera kembali ke dapur untuk memasak dan membantu salah satu teman kecilku David, dia juga dengan senang hati mau membantu aku ikut mengembangkan dan memajukan restoran ini, disini dia membantu aku untuk memasak karena aku masih belum sanggup untuk mempekerjakan chef ataupun pelayan di restoran ini, sehingga hanya ibu dan aku yang mengurus semuanya berdua.

Aku pikir kami masih belum memerlukan karyawan sebab aku dan ibu masih bisa menangani restoran kecil kami berdua saja, selain itu pendapat kami juga masih belum seimbang jika harus menggaji karyawan.

Sedangkan David dia sudah meneruskan perusahaan peninggalan ayahnya, dia sama sepertiku kita berdua sama-sama kehilangan ayah di usia kami yang masih kecil, namun bedanya David terlahir dari keluarga yang mampu dan dia tinggal dengan sang nenek yang selalu baik serta mendukung putranya itu, sehingga meski dia tidak memiliki kedua orang tua, dia masih memiliki Omanya yang selalu melindungi dia dengan sigap, sedangkan aku juga memiliki ibuku yang selalu membela aku kapanpun aku membutuhkannya.

Semua ibu dan wanita di dunia ini memang yang terbaik, mereka sanggup membesarkan anak-anak mereka hanya dengan seorang diri, dan mereka semua bisa mewujudkan semua mimpi anaknya dengan cara apapun yang tidak pernah di sangka-sangka sebelumnya.

Aku datang ke dapur dan segera menggantikan posisi David untuk memasak karena aku tahu dia hanya memiliki sedikit waktu karena harus kembali ke kantornya lagi kali ini.

"David sini biar aku yang lanjutkan, kau kembali saja ke kantormu" ucapku sambil mengambil alih bahan makanan yang ada di tangannya,

"Anna kamu masih saja seperti ini kepadaku, aku kan temanmu sejak kecil aku bisa memberikan seluruh waktuku kepadamu, sudah biar aku saja, aku bisa izin untuk tidak ke kantor sekarang" balas David yang memang selalu bersikap terlalu baik kepadaku, sampai aku sering kali merasa tidak enak terhadapnya,

"David jangan membuat aku merasa terus berhutang Budi kepadamu, sebaiknya kau cepat kembali saja ke kantormu sebelum aku akan melaporkanmu pada Oma" ucapku yang terpaksa harus mengancamnya.

Karena jika tidak begitu dia pasti akan tetap berada disini menemani aku, mungkin dia tidak akan merasa keberatan ataupun bermasalah meski dia tinggal disini dan membantuku sepanjang hari, namun akulah yang merasa bersalah karena menyia-nyiakan waktu yang dia punya, meski Oma juga sangat baik kepadaku dan ibuku, aku tetap tidak enak hati kepada mereka, sebab hanya mereka yang selalu memperhatikan kami selama ini, dan aku tidak ingin menjadi benalu dalam hidup mereka ataupun menyusahkan mereka terus menerus.

Setelah aku melemparkan ancaman kepadanya baru David mau pergi dari sana dan dia segera berpamitan kepada aku juga pada ibuku, dia pergi dengan cepat dari sana dan aku segera melanjutkan pekerjaan yang dia tinggalkan, aku terus memasak seperti biasanya hingga suara dering ponselku berbunyi begitu keras.

Aku segera mencuci tangan dan mengangkat panggilan telpon tersebut.

"Hallo dengan siapa disana?" Tanyaku begitu saja sebab sebelumnya melihat itu adalah nomor tidak dikenal yang memanggilku.

"Hallo, apakah ini benar dengan mbak Anna?" Tanya seorang wanita dari sebrang sana,

"Iya ini saya sendiri, dengan siapa yah?" Balas ku dengan ragu dan sedikit merasa cemas,

"Selamat mbak, anda memenangkan lomba yang anda ikuti satu pekan yang lalu, silahkan ambil hadiah anda di kantor pusat kami dan anda akan langsung menjadi perwakilan lomba mewakili perusahaan kami ke luar negeri" ucap seorang wanita di balik telpon itu.

Aku langsung terdiam membisu dan segera menutup mulut dengan salah satu tanganku saking senangnya mendengar kabar tersebut.

"Apa?.... Mbak apa ini serius?" Tanyaku menanyakannya lagi untuk memastikan karena aku takut itu sebuah kebohongan atau penipuan.

"Benar mbak, anda adalah pemenangnya dan akan menjadi perwakilan dari perusahaan makanan siap saji kami, untuk mengikuti lomba di luar negeri melawan perwakilan lainnya dari perusahaan lain, dan jika nanti anda menang anda akan mendapatkan hadiah yang lebih besar lagi sekaligus menjadi brand ambassador produk makanan dari perusahaan kami" balas wanita itu lagi.

Aku sangat senang sekali mendengarnya bahkan setelah panggilan itu sudah berakhir aku langsung berjingkrak kegirangan dan langsung berlari keluar mencari ibuku lalu langsung memeluknya dengan sangat erat.

"Aaahhh.... Ibu aku sangat senang sekali, ibu aku menang lomba kita akan mendapatkan tambahan modal dan bisa mempekerjakan karyawan, aaahhh aku senang sekali" teriakku sambil memeluk sang ibu dengan sangat erat.

Sedangkan ibuku hanya menatap dengan bingung kepadaku dan dia segera meminta aku untuk melepaskan pelukan darinya.

"Aduduh.... Anna ada apa denganmu ibu hampir kehabisan nafas karena kamu memeluk terlalu erat" ucap ibu sambil menepuk tanganku pelan,

"Ehehe ... Maaf ibu tadi habisnya aku terlalu senang jadi sedikit kehilangan kendali" balasku langsung melepaskan pelukan,

"Ya sudah ayo katakan ada apa kamu tiba-tiba memeluk ibu seperti tadi, apa yang membuat putri ibu ini menjadi sangat bahagia?" Tanya ibu sambil menangkup kedua wajahku dengan lembut,

"Itu loh Bu, aku terpilih menjadi pemenang di lomba memasak makanan cepat saji sebelumnya, aku memenangkan hadiah itu" balasku memberitahunya.

Ibu langsung turut senang bahkan sampai membelalakkan matanya sangat lebar, dan kini justru inilah yang memelukku lebih dulu hingga kami berdua berpelukan sangat bahagia satu sama lain.

Sebelumnya satu pekan ke belakang aku mengikuti sebuah lomba memasak makanan cepat saji yang diadakan oleh sebuah perusahaan yang cukup terkenal secara terbuka di media sosial, aku iseng-iseng mengikuti lomba itu dan hingga akhirnya lolos ke tahap penyeleksian, aku juga kembali mengikuti lomba itu dengan sepenuh hatiku karena tergiur oleh hadiahnya yang cukup menjanjikan karena saat ini aku sungguh tengah membutuhkan cukup banyak uang untuk biaya dan modal pembesaran restoranku terlebih aku juga ingin mempekerjakan seorang karyawan di cafe setidaknya untuk menjadi pelayan yang bisa membantu aku untuk menyajikan makanan juga membantu di dapur jika hanya memasak menu yang ringan.

Atau menggantikan aku disaat aku ada keperluan maupun sakit, dan akhirnya keinginanku itu dapat terkabul karena berhasil memenangkan lomba tersebut, namun yang membuat aku sedikit gelisah adalah aku harus kembali mengikuti satu kali lagi lomba sebagai perwakilan perusahaan tersebut di luar negeri sedangkan aku merasa berat sekali untuk meninggalkan ibuku disini dan mengurus restoran sendirian disaat aku tidak ada disini nantinya.

Karena aku juga tahu pasti butuh beberapa hari untuk aku berlatih disana dan mempersiapkan beberapa hal untuk perlombaan itu terlebih jarak yang cukup jauh tentu saja menjadi penghalang yang sangat berat untukku.

Memberitahu David

Aku langsung diam termenung mengingat hal tersebut, dan ibu juga nampak menatapku dengan tatapan yang heran lalu ibu mengajakku untuk duduk terlebih dahulu.

"Anna ada apa denganmu, kenapa kamu tiba-tiba saja terdiam seperti itu, ayo duduk dulu dan ceritakan semuanya pada ibu" ujar ibu dengan lembut.

Ku duduk menghadap ke arah ibu dengan perasaan yang tidak menentu dan aku sangat bingung bagaimana caranya harus menjelaskan kepada ibuku tentang keresahan yang ada di dalam diriku saat ini. Namun karena aku melihat itu yang sudah dengan setia menunggu aku untuk berbicara kepadanya aku pun tetap mengungkapkan semua itu.

"Bu.... Karena aku menang lomba disini mereka bilang aku harus menjadi perwakilan lomba perusahaan mereka ke luar negeri dan jika aku memang aku akan menjadi brand ambassador mereka nantinya" balasku dengan nada yang pelan,

"Woohhh...bagus dong sayang, itu adalah hal yang sangat luar biasa, lalu kenapa kamu harus memasang wajah sedih seperti itu?" Tanya ibuku yang terlihat bahagia,

"Aku memang senang mendengarnya Bu tapi, karena hal itu tentu saja aku akan pergi ke luar negeri untuk beberapa hari, dan aku tidak ingin meninggalkan ibu disini sendirian, aku merasa tidak enak hati Bu" balasku kepadanya.

"Sayang, kamu tidak perlu mencemaskan ibu, pergilah kemanapun kamu harus pergi kamu harus mewujudkan mimpimu sebagai chef terkenal dan jika kamu berhasil memenangkan lomba lagi tentu namamu akan dikenal banyak orang dan kami juga bisa memulai kehidupan yang lebih baik lagi kedepannya, ibu selalu ingin yang terbaik untukmu jadi jangan mencemaskan soal ibu, ibu bisa menjaga diri ibu sendiri" balas ibuku sambil menggenggam tanganku memberikan aku sebuah kekuatan.

Aku tersenyum senang karena ibu masih mendukungku sepenuhnya, hingga aku memutuskan untuk menerima tawaran tersebut dan ke esokan paginya aku segera pergi ke perusahaan tersebut, aku membawa hadiah dan piala penghargaan yang aku menangkan dalam lomba sebelumnya, mereka juga memberikan aku sebuah kontrak kerjasama, dan aku segera menandatangani kontrak tersebut.

Aku pulang dan menghubungi David secepatnya untuk merayakan keberhasilan diriku ini.

"Halo David, bisakah kau datang ke resto malam ini, aku ada kabar bahagia untukmu" ucapku kepadanya,

"Baik, aku akan kesana nanti" balas David langsung menyetujuinya.

Aku pun pulang dengan perasaan yang sangat senang dan berbunga-bunga, rasanya menyenangkan sekali bisa pulang membawa banyak uang di dalam tabunganku juga piala yang sudah aku inginkan sejak lama, saat aku berjalan sambil berjingkrak aku tidak sengaja menabrak seorang pria yang berpakaian begitu rapih dan mengkilap.

"Brukkk......aduhhhh" suaraku yang menabrak tubuh seseorang secara tidak sengaja.

Aku langsung meminta maaf kepada orang tersebut karena sudah menabraknya seperti itu.

"Aahh....maaf, aku tidak sengaja maafkan aku" ucapku menunduk dan meminta maaf.

Namun orang tersebut justru malah terus berjalan melewati aku begitu saja bahkan aku hanya menatap wajahnya sekilas dan tidak bisa melihatnya dengan jelas seperti apa wajah orang yang sangat tidak sopan dan cukup menyebalkan tersebut.

"Eeehh....kemana orang itu, aishh... Dia benar-benar tidak sopan, aku meminta maaf dengan tulus padanya tapi dia malah meninggalkan aku begitu saja memang orang yang aneh" gerutuku sambil segera melanjutkan jalanku.

Aku sampai di restoran dan segera mempersiapkan untuk acara nanti malam bahkan aku sengaja menutup resto saat menjelang malam karena aku ingin merayakan semua ini secara khusus dan lusa aku sudah harus terbang ke luar negeri untuk mempersiapkan diri dahulu dan memulai lombanya.

Tidak lama akhirnya David tiba di restoran dan aku juga ibu langsung menyambutnya dengan ramah.

"Ahh... Davi akhirnya kamu tiba juga, aku sudah menunggumu cukup lama, ayo masuk ke dalam" ajakku sambil menarik tangannya untuk masuk ke dalam,

"Eh...eh...eh... Ada apa ini? Kamu terlihat sangat bersemangat" ujar David dengan wajahnya yang keheranan.

Aku langsung mempersilahkan dia untuk duduk dan segera aku membawa kue juga ibu yang mempersilahkan minuman untuknya.

"Wah....wah... Ada acara apa ini, Tante ayo beri aku bocoran" ujar David lagi sambil menatap ke arah ibuku,

"Maaf David tapi Tante tidak bisa mengatakannya jika tidak ada izin dari Anna" balas ibuku yang memang satu pemikiran denganku.

David terlihat sedikit kesal namun aku segera duduk bersama merasa dan mulai mengatakan informasi yang membahagia ini kepadanya.

"David tenang saja aku akan mengatakannya, sebenarnya aku memenangkan lomba di perusahaan Go Food itu, aku berhasil mendapatkan piala ini tadaaa.... Bagus kan?" Ungkapku sambil menunjukkan piala yang aku dapatkan tadi siang,

"Wahhh.... Anna kamu luar biasa, aku tidak menyangka dari banyaknya orang yang mengikuti lomba ternyata kamu yang menjadi juara satunya, aku rasa pihak perusahaan itu keliru deh dalam menilai makanannya" balas David yang langsung mendapatkan tepukan dari ibuku.

"Aishh....kau ini, harusnya kau senang jika melihat temanmu berhasil mewujudkan mimpinya, setidaknya ini sudah selangkah lebih baik" ujar ibuku sambil menepuk tangan David cukup keras,

"Aduh....ahaha... Iya tanteku yang tersayang tentu saja aku sangat senang melihat Anna bisa memenangkan lomba itu, tadi aku hanya bercanda" balas dia dengan senyumnya yang selalu membuat kami semua tertawa bahagia.

Kami pun menikmati kue yang sudah aku buat dengan ibu sebelumnya, aku dan David saling menyuapi satu sama lain dan kami terlihat seperti pasangan yang serasi.

Meski kami seorang sahabat sejak kecil namun aku sudah memutuskan tidak akan mencintai David melebihi seorang sahabat karena aku tidak ingin kehilanganny dan aku sudah nyaman seperti ini bersama dia, aku merasa sangat bahagia memiliki sahabat pengertian seperti David dan selalu ada disaat aku membutuhkannya selama ini.

Malam itu di penuhi dengan kebahagiaan dan David juga sudah pulang ke rumahnya sedangkan aku segera beristirahat untuk mulai latihan esok pagi.

Tidak lupa sebelumnya aku juga sudah meminta bantuan David untuk mencarikan aku seorang pelayan yang bisa memasak untuk menggantikan aku membantu ibu mengurusi restoran selagi aku berada di luar negeri nantinya.

Belum lagi mulai besok aku akan mulai mengikuti pelatihan dahulu di perusahaan Go Food tersebut selama tiga hari sebelum langsung di berangkatkan ke luar negeri dan siap untuk mengikuti lomba nantinya.

Untungnya David memang selalu bisa diandalkan belum juga dia puluh empat jam dia sudah bisa menemukan pelayan yang bisa bekerja denganku dan membantu aku mengurusi restoran, hingga besok pagi dia akan membawa wanita tersebut padaku.

"Ahhh...benarkah, kenapa kamu bisa secepat ini mendapatkan pelayan untukku?" Tanyaku kepadanya,

"Tentu saja akukan David, aku bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan hanya dengan menjentikkan jari hehe" balas David sambil bercanda,

"Aishh....kau ini memang tidak pernah berubah, ya sudah kau bawa saja orangnya besok dia harus bekerja secepatnya karena aku harus memulai latihan di perusahaan untuk persiapan lomba" balasku kepadanya,

"Baik bos" balas David yang memicu tawa dariku.

Panggilan telpon pun terputus.

Sebelum Keberangkatan

Ke esokan paginya David benar-benar langsung membawa seorang wanita yang akan bekerja denganku, dia pun memperkenalkan wanita yang dia bawa kepada aku dan ibu dan nampak wanita itu terlihat ramah juga bersahabat saat diajak bicara dan mengobrol sejenak oleh ibuku.

"Anna kenalkan ini Mika dia sebelumnya adalah karyawan di sebuah cafe tapi dia juga bisa memasak, atau membuat minuman, dan Mika kenalkan ini adalah wanita cantik yang akan menjadi bos mu dia juga sahabat saya namanya Anna aku titip dia padamu yah jangan biarkan dia dekat dengan pria lain" ujar David yang selalu saja bicara seperti itu kepada semua orang saat memperkenalkan aku dengan orang baru,

"David apa sih, kau ini selalu saja membuat semua orang tertekan dengan ucapanmu itu" balasku sambil mencubit pelan perutnya itu.

"Ahaha... Maafkan dia yah, dia memang seperti itu, ayo kamu bisa mulai bekerja hari ini juga, aku senang kamu mau bekerja denganku dan nanti biar ibuku yang akan menjelaskan semuanya, aku ada urusan saat ini" ucapku kepada wanita bernama Mika tersebut,

"Bu aku minta bantuanmu untuk ajarkan Mika yah, aku harus pergi sekarang" tambahku kepada ibu.

Aku dan David berpamitan dan dia selalu memaksa aku agar dia yang mengantarkan aku ke perusahaan Go Food tersebut, padahal aku sudah menolaknya dengan tegas berkali kali karena aku tidak ingin mengganggu waktu kerjanya, namun dia tetap saja memaksaku bahkan menarik tanganku secara paksa untuk tetap masuk ke dalam mobilnya tersebut, sehingga aku pun terpaksa menuruti keinginannya itu.

"Sudah Anna ayo cepat masuk saja, kau akan aman jika denganku dan akan tiba disana tepat waktu, ayo masuk" ucap David mendorong tubuhku terus ke dalam mobilnya dan dia langsung menutup pintu mobilnya dengan cepat,

"Aishh..... Dasar kau ini, kenapa sih kau selalu memaksaku terus aku bisa pergi kesana sendirian, kau juga harus bekerja bagaimana jika oma memgomelimu lagi" ujarku kepadanya,

"Tenang saja Anna, Oma tidak akan pernah memarahi aku jika aku mengatakan kepadanya bahwa aku mengantar gadis cantikku ini, bukankah dia juga menyukaimu, atau kau lupa tentang itu?" Balas David yang memang selalu merasa benar.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya tersebut dan hanya bisa pasrah membiarkan dia mengantarku sampai tiba di depan gedung perusahaan go food yang terkenal tersebut.

Aku segera masuk ke dalam setelah melihat mobil David pergi dari sana, ku tarik nafas dalam dan membuangnya perlahan untuk menguatkan mentallu dan aku bisa percaya diri di dalam, aku masuk dan mulai menemui staf disana hingga aku mulai diarahkan ke ruang latihan, saat itu aku lihat disana juga ada seorang pria yang begitu tidak familiar di pandanganku.

"Ahh... Pria itu bukankah itu seperti pria yang kemarin aku tabrak yah? Ternyata dia tampan juga" gumamku memikirkan.

Aku langsung diminta untuk pergi ke sana dan mulai memasak dengan pria tersebut, awalnya aku pikir dia juga peserta lomba sepertiku jadi aku memutuskan untuk mengajak dia berkenalan saat itu.

"Hey.... Kamu peserta lomba juga yah, kenalkan namaku Anna siapa namamu?" Ujarku mengajaknya bersalaman.

Dia hanya menatap datar ke arah wajahku juga beralih sesaat pada tanganku hingga dia malah memalingkan pandangannya begitu saja dan kembali mengiris sayuran di hadapannya.

Aku menatapnya dengan heran dan bingung karena dia terlihat begitu dingin dan bersikap terlalu acuh kepadaku namun walau begitu aku tetap berusaha untuk bisa bicara dan berkenalan dengannya karena aku ingin memiliki teman agar tidak seorang diri nantinya.

"Hey.... Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya, kemari aku tidak sengaja menabrakmu, aku sudah meminta maaf tapi kau malah pergi begitu saja, kenapa kau seperti itu kemarin?" Tambahku bicara lagi kepadanya.

Pria itu tetap tidak memberikan respon apapun dan dia hanya dia saja sambil terus fokus memotong sayuran tersebut, aku merasa sedikit kesal dan tidak fokus saat mengupas kentang di tanganku hingga membuat jariku teriris oleh pisau.

"Aaaww....." Ringis ku merasa sakit.

Yang tidak aku sangka pria dingin itu langsung berbalik ke arahku dan dia langsung menarik tanganku dengan cepat lalu berbicara mengomeli aku namun tetap mengisap darah yang keluar dari hatiku itu hingga dia membantu aku memasangkan plester di jariku yang terluka itu.

"Heh, apa kau bodoh.... Sini tanganmu" ucap pria itu yang langsung mengisap tanganku tersebut.

Rasanya memang sedikit sakit tapi entah kenapa aku merasa sangat senang disaat pria itu memberikan perhatian kecil seperti itu kepadaku, sejujurnya dia memang tipe idealku dia tinggi dan tampan, berpakaian rapih dan bisa memasak, aku sejak dulu ingin sekali memiliki pasangan sepertinya, apalagi di saat dia mengusap jariku dan memarahi aku seperti tadi jantungku terasa terus berdetak sangat kencang, dan dia terlihat begitu tampan dimataku.

"Sepertinya aku jatuh cinta padanya" gumamku sambil tersenyum menatapnya,

"Hey... Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa kau gila karena teriris sebuah pisau? Aishh.... Kau tidak boleh jadi gila dahulu kau harus memenangkan lombanya, baru kau boleh menjadi gila" balas pria itu kembali memarahiku.

Aku tidak perduli meski pria itu terus menghinaku, mengejekku dan membentakku, dimataku dia tetap saja tampan dan mempesona. Mungkin bukan hanya aku satu satunya wanita yang merasakan hal aneh seperti ini, semua orang akan merasa jatuh cinta pada pandangan pertama kepada lawan jenis bukan, apalagi pria itu sangatlah tampan dia seperti malaikat walaupun tidak tersenyum.

"Aaahhh....aku rasanya ingin pingsan saat melihat dia membalut lukaku dengan plester" gumamku dalam hati yang tidak bisa terkendali.

Selama ini hanya dia lah pria yang berhasil membuat jantungku berdegup kencang setiap kali aku memandangnya, aku merasa diriku akan melayang setiap kali melihat wajahnya tersebut, dia begitu mempesona untukku.

Hingga setelah dia selesai membalut lukaku aku tetap saja memeluk jari tanganku itu dan terus terpesona dengannya.

Namun pria itu pergi begitu saja entah kemana, aku kehilangan jejaknya lagi disaat terlalu senang dengan jari tanganku yang di balut olehnya, cukup menyebalkan karena aku tidak berhasil mengetahui siapa namanya, namun aku tetap melanjutkan tugasku berlatih membuat makanan cepat saji yang sudah aku persiapkan.

*****

Sampai tiga hari sudah berlalu dan aku tetap tidak pernah melihat pria itu lagi padahal aku pikir dia akan mengikuti lomba sepertiku namun aku tidak pernah melihatnya lagi di sekitar kantor itu, sampai hari dimana aku harus pergi ke luar negeri sudah tiba, setelah berpamitan kepada ibu dan David aku segera masuk ke dalam mobil yang sudah di siapkan oleh perusahaan tersebut.

"Anna jaga dirimu baik-baik disana yah, jangan lupa kabari ibu jika kamu sudah sampai" ucap ibu sambil mengelus kepalaku dengan lembut,

"Iya Bu, aku akan langsung menghubungi ibu jika aku sudah sampai disana, jangan terlalu mencemaskanku" balasku sambil memeluknya.

Bukan hanya ibu yang terlihat sedih dengan kepergianku namun David juga menatapku dengan tatapan yang aneh dia tidak terlihat seperti biasanya dan aku langsung saja memeluknya karena aku tahu pasti sulit untuk dia mengijinkan aku pergi ke tempat yang jauh.

"David aku juga akan menghubungimu, aku titip ibu kepadamu yah" ujarku kepadanya,

"Anna, bisakah kamu tidak jadi pergi, tiba-tiba aku merasa tidak enak hati aku tidak ingin terjadi apapun kepadamu, atau aku bisa mengantarmu kesana agar kau aman" ujar David kepadaku.

Aku tahu dia memang selalu mengkhawatirkan aku dan dia selalu saja seperti itu sehingga aku langsung berusaha meyakinkan dia agar dia tidak mencemaskan aku secara berlebihan seperti itu.

"David aku berangkat dengan tim perusahaan jadi aku akan baik-baik saja mereka sudah mempersiapkan semuanya bahkan aku juga terbang menggunakan jet pribadi milik perusahaan ini, aku akan aman" balasku kepadanya,

"Tapi Anna aku tetap saja merasa sangat cemas" balas David dengan wajahnya yang begitu khawatir.

Sampai tiba-tiba saja dari belakang ada seseorang yang berbicara dengan tegas hingga ketika aku menoleh ke belakang rupanya itu adalah pria idamanku yang sudah aku cari-cari keberadaannya selama beberapa hari belakangan ini.

"Tenang saja, dia ada di bawah naungan perusahaan dan saya adalah CEO perusahaan ini, saya akan bertanggung jawab penuh atas keselamatannya" ujar pria itu yang membuat aku kaget dan langsung terperangah.

"A... Apa....dia....jadi pria itu adalah seorang CEO? Aaahh.... Bagaimana ini aku memalukan sekali sebelumnya karena bersikap santai kepada pria itu" gumamku merasa malu dan bingung,

"Oh baguslah jika kau CEO nya jadi jika nanti terjadi sesuatu kepada Anna aku akan langsung mendatangi dirimu" ucap David dengan tatapan wajahnya yang sangat sinis,

"Tenang saja dia akan aman dengan kami" balas pria itu sambil menepuk pundak David pelan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!