Happy Reading 🌹🌹
Dering alarm dipagi hari memekakkan telinga penghuni mansion, sedangkan penghuni kamar terlihat acuh dengan suara bising tersebut.
"Mikaylaaaa!" Teriak Luis dengan membuka pintu kamar adiknya kasar.
Dengan langkah lebar dan hati kesal, Luis berjalan kearah jam beker yang masih berdering.
Suara hantaman benda tumpul terdengar di kamar yang luas tersebut, membuat penghuni cantik itu terbangun kaget.
"Hah! Kakak, ap- astaga jamku!" Pekik Mikayla yang langsung turun dari ranjangnya.
"Apa kau tuli, suara jam bekermu sampai masuk kekamarku! Awas saja kamu pergi membeli jam beker lagi akan aku remukkan." Ancam Luis kepada kembarannya.
Mikayla mendengus kesal dengan berdiri, meskipun mendongak tetapi wajah galaknya tidak hilang dari wajah cantiknya.
"Kenapa kakak mengatur-ngaturku! Sumpal saja telinga kakak, dasar perusak." Jawab Mikayla dengan bibir mengerucut.
"Bocil, aku bisa menenggelamkanmu di inti bumi jika aku mau. Cepat mandi dan bersiap-siap berangkat sekolah atau aku akan tinggal kamu." Kata Luis dengan mencapit bibir mungil Mikayla.
"Cih, hanya beda lima menit saja sombong." Umpat Mikayla yang segera berlalu dari hadapan Luis.
Luis tidak menggubris ucapan saudaranya, dia juga sudah jengah setiap pagi harus bertengar dengan Mikayla hanya karena jam beker sejak kecil.
Mikayla dan Luis sama-sama tengah membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat sekolah.
"Di mana anak-anak, Hon?" Tanya Jackson yang berjalan menuju meja makan.
"Sebentar lagi juga turun." Jawab Bintang dengan menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.
Jackson memeluk istrinya dari belakang dan mencium pipinya, "Semakin hari semakin tambah cantik dan sexy." Ucapnya yang terakir dengan berbisik di telinga Bintang.
Bintang hanya memutar bola matanya jengan dengan siku yang menyikut perut sang suami, "Malu di lihat anak-anak, dasar tidak tahu tempat." Omel Bintang yang di iringi tawa Jackson.
Luis yang turun terlebih dahulu langsunh duduk di kursi tanpa memperdulikan ke uwuan yang terjadi di depan matanya.
"Bisakah Daddy dan Mommy tidak mencemari udara di pagi hari." Ucap Luis frontal.
Jackson hanya berdehem sedangkan Bintang tersenyum simpul ke atah suaminya, seakan mengatakan "Itulah turunanmu."
"Di mana adikmu, Son?" Tanya Jackson yang sudah duduk dengan mengambil koran paginya.
"Mati tenggelam dalam bath up mungkin." Jawab Luis tanpa di filter.
"Astaga! Jangan bicara sembarangan Luis," Omel Bintang dengan memukul punggung putranya.
Mendengar langkah kaki menuruni anak tangga membuat Bintang tersenyum lebar, terlebih wajah jutek dan imutnya turun pada Mikayla.
"Morning, Dad ... Mom ...." Sapa Mikayla dengan mencium kedua pipi orang tuanya.
"Cepat duduk dan segera sarapan, nanti kalian terlambat." Ucap Jackson dengan melipat koran paginya.
Bintang melayani Jackson dengan telatem begitu juga kepada anak-anaknya. Memberikan sepotong sandwitch yang sudah dia siapkan sejak pukul enam pagi.
Keluarga kecil tersebut makan dengan tenang, "Anak-anak nanti sore kalian harus berada di mansion, kita akan makan malam bersama rekan kerja Daddy." Bintang memulai obrolan agar Luis yang biasa pulang malam tidak keluyuran.
"Luis tidak janji, Mom." Jawan Lucas yang sudah dapat di tebak oleh mereka.
"Mikayla juga, hari ini ada pertandingan basket jadi Mikayla sudah janjian dengan teman-teman." Timpal Mikayla jujur.
"Sayang, bisa menonton basketnya lain waktu. Sedangkan makan malam ini sangat penting." Jawab Bintang dengan lembut.
"Tapi ...."
"Dia tidak menonton pertandingan tapi kapten basketnya. Dasar otak modus." Ejek Luis tanpa belas kasihan.
"Ck, gausah sok tahu! Aku hanya ingin menyemangati tim sekolahku lagipula pertandingan juga dengan sekolahmu. Huh, gausah marah kalau tidak terpilih jadi tim basket." Jawab Mikayla tidak mau kalah.
Luis dan Mikayla saling menatap tajam, membuat Jackson dan Bintang hanya dapat menghela nafas panjang.
"Sudah, hentikan! Jadi kamu akan ada pertandingan basket Luc?" Tanya Bintang kepada putranya.
Luis mengangguk, tetapi Mikayla menyaut "Benar, Ma. Kak Langit juga akan main dia terpilih jadi ketua basket sedangkan pria kasar di sampingku ini pemain cadangan." Katanya dengan di akhiri tawa.
Luis beranjak dari duduknya dengan kasar, menyambar tas, dan berpamitan kepada orang tuanya.
Mikayla yang tahu jika Luis tengah merajuk mulai panik, "Kakak! Tunggu Mika," Serunya dengan berlari setelah mengambil tas punggungnya.
Mikayla Anderson, gadis berusia 17 tahun yang saat ini tengah duduk di bangku SMA kelas 2. Sifatnya sangatlah berbanding terbalik dengan wajah yang di turunkan oleh Mommynya Bintang.
Terkesan wajah garang, dingin, dan kejam. Terlebih Daddynya yang orang bule menambah aura dinginnya semakin menguar.
"Mika! Jangan berlari." Seru Bintang dengan khawatir.
Luis yang mendengar teriakan Mommynya, menghentikan langkah kakinya agar Mikayla tidak berlari.
"Cepat! Kau sangat lambat." Ucap Luis dengan menarik pegangan tas bagian atas Mikayla.
Mikayla berjalan menuju motor gede seakan dia tengah di gantung, dengan cepat Luis memasangkan helm full face kepada adiknya.
"Hih, kasar begini keturunan siapa sih." Umpat Mikayla kepada sang Kakak.
"Cepat naik atau kamu hanya akan mengoceh saja." Ucap Luis dengan menatap kedua mata adiknya.
Dengan segera Mikayla naik ke atas motor gede milik sang Kakak, motor berjalan perlahan meninggalkan mansion Wiratama.
Seakan sudah terbiasa Luis yang ugal-ugalan di jalan raya, Mikayla duduk tenang di belakang dengan memeluk erat tubuh kembarannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Luis telah sampai di depan gerbang sang adik. Mikayla turun dan menyerahkan helm full face kepada Luis.
"Nanti pulang tunggu aku selesai bermain." Ucap Luis sebelum meninggalkan Mikayla.
Mikayla hanya mengangguk dan berjalan memasuki gerbang sekolahamnya, keduanya tidak satu sekolahan karena Mikayla tidak ingin terus menerus menjadi tukanh pos untuk Lucas.
Gedung sekolahan dengan empat lantai, terdiri dari tiga bangunan utama. Beberapa lapangan yang luas juga harus Mikayla lewati sebelum masuk ke gedung.
Lapangan sepak bola, lapangan voli, langan basket, lapangan lari jarak jauh, area kolam renang, dan masih banyak lagi.
Namun, dari semua tempat yang harus Mikayla lewati. Dia lebih senang melewati area lapangan basket karena di sana ada pria yang diam-diam dia cintai.
"Aku tidak bisa menerima lamaranmu, Nat. Kamu tahu sendiri kita masih SMA dan sebentar lagi ujian. Aku ingin mengejar cita-citaku dulu sebagai seorang pianis sebelum memutuskan menikah." Ucap seorang gadis yang sayup-sayup terdengat dari luar.
Mikayla menghentikan langlahnya karena mendengar nama pria yang familiar di telinganya, dengan melihat kondisi yang aman dia melihat ke dalam.
Pria dan wanita tengah duduk bedampingan, terlihat wajah muram sang pria sedangkan sang wanita menggenggam erat tangan pria yang Mikayla gilai.
"Kak, Nathan melamar siapa?" Gumam Mikayla dalam hati.
...🐾🐾...
Happy Reading 🌹🌹
"Nathan!" Seru seorang wanita yang baru saja masuk melewati gerbang sekolahan.
Nathan yang berjalan seorang diri menghentikan langkah kakinya mendengar suara gadis yang sangat familiar.
"Kamu baru sampai, sayang?" Tanya gadis itu kepada kekasihnya.
"Seperti yang kamu lihat." Jawab Nathan dengan menyingkirkan rangkulan tangan Laura.
Nathan Wijayakusuma, laki-laki berusia 18 tahun yang saat ini tengah duduk di bangku kelas 3 SMA. Memiliki sifat yang dingin dan to the point, tetapi tidak peka terhadap dirinya sendiri.
Nathan bersekolah di salah satu SMA swasta terkenal di ibu kota, ingin sekali dia bersekolah di luar negeri tetapi ada seseorang yang harus dia jaga. Gadis kecil pembuat onar, yaitu Kinan Wijayakusuma adiknya yang hanya selisih satu tahun darinya.
Laura menjadi masam, setiap ingin mengumbar kemesraan di sekolahan selalu saja Kenan mengagalkannya.
"Di mana adikmu? tumben dia tidak berangkat bersama kamu say." Tanya Laura dengan nada manjanya.
"Masih di dalam mobil, sebentar lagi juga akan menyusul." Jawab Kenan jujur.
Laura menganggukkan kepalanya paham, mereka berjalan menuju kelas yang kebetulan satu arah. Keduanya sama-sama kelas tiga tetapi beda kelas, Nathan kelas 3A sedangkan Laura kelas 3C.
Hening menyelimuti keduanya, hingga Nathan berhenti melangkah membuat Laura juga ikut berhenti.
"Aku ingin berbicara denganmu, serius." Ucap Nathan dengan wajah yang selalu datar tanpa ekspresi.
Laura hanya berkedip dan mengangguk, dia berjalan mengikuti Nathan yang masuk ke dalam lapangan basket.
Keduanya duduk di salah satu bangku di dalam gedung itu, saling berhadapan.
"Laura, aku tidak akan berbasa basi. Apa kamu mau menikah denganku? Anu, makhsudku bertunangan dulu." Ucap Nathan dengan serius.
Laura yang mendengarkannya tentu saja senang, dia sangat mencintai Nathan. Tetapi, jika menikah bagaimana dengan cita-citanya lagipula mereka masih muda dan masa depan yang panjang.
"Aku tidak bisa menerima lamaranmu, Nat. Kamu tahu sendiri kita masih SMA dan sebentar lagi ujian. Aku ingin mengejar cita-citaku dulu sebagai seorang pianis sebelum memutuskan menikah." Jawab Laura dengan menggegam eratbtangan Nathan.
Kecewa? Tentu saja, Nathan berfikir jika Laura langsung setuju dengan permintaannya.
"Kamu masih bisa mengejar cita-citamu, kita hanya bertunangan meskipun menikah aku tidak akan melarangmu Laura." Kata Nathan yang masih belum puas mendengar jawaban dari kekasihnya.
"Nat, aku sangat bahagia saat ini tetapi aku juga berfikir rasional. Benar, kamu bisa mengatakan tidak masalah lalu jika di tengah hubungan kita berubah fikiran bagaimana? Aku tidak ingin kita saling menyakiti Nat, paling tidak biarkan aku kuliah terlebih dahulu dan kamu juga menata masa depanmu." Jelas Laura dengan lembut.
"Kamu menolakku?" Tanya Nathan dengan serius.
Laura tampak ragu untuk menjawab tapi dia mengangguk pelan, "Iya."
"Baiklah tidak apa-apa, aku harap kamu tidak menyesal." Jawab Nathan dengan ambigu membuat Laura bingung.
Tanpa keduanya sadari sejak tadi ada tiga orang yang tengah menguping pembicaraan keduanya, selain Mikayla ada dua orang yang selalu berbuat onar.
"Yang benar saja, kakaku menikah dengan gadis red flag itu." Cibir Kinan dengan kesal.
"Red Flag? Siapa?" Tanya Mikayla yang melihat ke arah Kinan.
"Tentu saja Laura, siapa lagi. Kekasih kak Kenan hanya dia." Jawab Kinan yang kini sudah menegakkan tubuhnya.
"Kekasih? Kak Laura?" Beo Mikayla.
Tak!
Tak!
"Dasar anak kecil, kalian menguping pembicaraan orang dewasa mau jadi apa kalian. Admin lambe nyinyir!" Ucap Dean dengan tajam.
Mikayla dan Kinan hanya mengaduh kesakitan, sedangkan Nathan dan Laura yang mendengar ribut-ribut di luar gedung olahraga segera berjalan keluar.
Terlihat Dean seperti induk bebek tengah memarahi dua gadis yang berdiri di depannya.
"Ada apa ini?" Tanya Nathan dengan suara dinginnya.
"Mereka me-"
"Tidak apa-apa, Kak. Kak Dean ingin meneraktir kami." Jawab Kinan dengan cepat membekap mulut Dean.
Mikayla hanya memasang wajah dingin seperti Nathan dan berlalu begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Wah, dia sungguh tidak sopan." Ucap Laura dengan wajah rasa tidak percaya.
"Kenapa?" Tanya Nathan yang masih melihat punggung Mikayla berjalan mengikuti Dean dan Kinan.
"Kamu tahu, Nat. Dia itu adik dari Luis anak SMA sebelah. Gadis itu sangat arrogant dan kasar bahkan aku dengar dia pindah ke sekolah ini karena pernah membully temannya." Jawab Laura dengan kebencian yang berapi-api.
"Luis?" Beo Nathan dengan rasa tidak percaya.
Laura mengangguk, "Ayo kita ke kelas." Laura menggandeng tangan Nathan berjalan ke kelas 3.
Sedangkan Mikayla dan Kinan di gedung yang sama hanya berbeda lantai, Mikayla terdiam dengan memikirkan sesuatu.
"Apa yang aku lewatkan." Gumamnya dalam hati.
"Kin," panggil Mikayla kepada sahabatnya.
"Hem, apa?" Jawab Kinan yang sibuk dengan ponselnya.
"Sejak kapan Kak Nathan berpacaran dengan Kak Laura?" Tanya Mikayla dengan serius.
"Mungkin satu tahun yang lalu, entahlah. Aku tidak peduli dengan mereka." Jawab Kinan yang langsung mendahului masuk kelas.
"Heih, kamu tidak peduli tapi aku peduli Kinan!" Teriaknya dalam hati.
...🐌🐌...
Bel sekolah berbunyi nyaring, para siswa segera berhambur keluar kelas begitu guru mereka pergi.
"Mika, kita pergi jalan kaki atau naik kendaraan online?" Tanya Kinan yang menghampiri meja sahabatnya.
"Grab saja, aku lelah hari ini." Jawab Mikayla dengan lesu.
Kinan segera mengakses aplikasi pemesanan kendaraan online. Keduanya berjalan dengan mengobrol ringan, Kinanti begitu berbeda dari Mikayla.
Dia akan dingin di saat tidak menyukai seseorang sedangkan Mikayla suka dan tidak suka tetap sama saja wajahnya.
"Aku tidak sabar melihat Kak Luis bermain!" Seru Kinan dengan gemas.
Mikayla hanya memasang wajah malas saja, entahlah sejak duduk di bangku SMP. Luis begitu populer, bahkan banyak anak perempuan yang Mika pikir berteman dengannya ternyata hanya menjadikannya alat agar lebih dekat dengan Lucas.
Karena itu, saat pindah ke Indonesia Kinan memutuskan untuk berbeda sekolah dengan kembarannya.
Saat menunggu pesanan online, kedua mata Mikayla melihat sosok Nathan berjalan keluar bersama Laura. Keduanya berjalan masuk ke dalam mobil, yang Mikayla tahu jika itu bukan milik Nathan.
"Kamu tidak ingin pergi bersama kakakmu?" Tanya Mikayla kepada Kinan.
"Huh, tak sudi. Lebih baik aku mengesot saja." Jawab frontal Kinan membuat Mikayla tertawa pelan.
Dari balik kaca mobil, Nathan melihat Mikayla tersenyum untuk pertama kali dari semua pertemuan mereka.
"Gadis itu bisa tersenyum juga." Ucapnya pelan.
"Gadis, siapa?" Tanya Laura yang kaget mendengar Nathan memuji gadis lain.
"Kinan, dia bahkan tidak pernah tersenyum di depanku tetapi di depan gadis judes itu dia bisa tertawa." Jawab Nathan berbohong.
"Adiknya Luis, lebih baik suruh Kinan tidak dekat-dekat dengannya."
...🐾🐾...
Happy Reading 🌹🌹
Hari yang cerah kini berganti petang, para siswa berbondong-bondong keluar dari lapangan basket di salah satu SMA swasta yang menjadi lawannya.
Luis mengusap keringatnya dengan handuk kecil yang di berikan oleh Mikayla, dengan telaten Mikayla merawat Luis dan sepupunya Langit.
"Kita makan malam di luar, yuk!" Ajak Langit yang bersiap pulang.
"Tidak bisa, Kak. Mommy mengajak kami makan malam dengan rekan kerja Daddy." Jawab Mikayla jujur.
Langit hanya ber oh saja, "Yasudah, kalau begitu aku duluan." Ucap Langit dengan memeluk tubuh Mikayla.
"Hih, basah keringat." Omel Mikayla dengan jijik.
Langit tidak menanggapi ocehan sang sepupu, dia berlalu dengan menyalami beberapa temannya dan juga tim yang menjadi lawannya hari ini termasuk Nathan.
"Ayo kita pulang, takut Mommy menunggu." Ajak Luis yang sudah berdiri dari duduknya.
Mikayla mengangguk dan berjalan bersama saudara kembarnya, banyak para siswa pria dan wanita yang kagum kepada keduanya.
Satu cantik dan tampan, tetapi tidak ada berani yang mendekat akibat sebuah rumor yang entah darimana asalnya.
Nathan hanya melihat dari kejauhan dengan meneguk habis air minumnya, hingga suara gadis bermulut tajam datang menghampiri.
"Kak ayo pulang! Atau mau tidur di lapangan?" Tanya Kinan dengan bersedekap dada.
"Hey, Kinan. Aku dan Nathan ada janji makan malam hari ini, kamu ikut bergabung saja dengan kami." Sapa Laura yang menjawab ucapan Kinan.
"Jangan lupa kita ada janji malam ini dengan keluarga, aku duluan." Kinan tidak menjawab jawaban Laura melainkan mengingatkan kepada sang kakak.
Helaan nafas kasar keluar, Nathan mengambil tasnya, dan segera beranjak dari kursi pemain.
"Nathan! Kita mau makan malam di mana?" Tanya Laura dengan suara mendayu-dayu.
"Next time, aku ada pertemuan keluarga." Jawab Nathan tanpa menghentikan langkahnya.
"Apakah aku boleh ikut?" Tanya Laura tanpa malu.
Nathan berhenti mendadak dengan alis yang menukik tajam, "Untuk?"
"Yah, sebagai kekasihmu." Jawab Laura kikuk.
"Akan aku pikirkan." Ucap Nathan yang meninggalkan Laura begitu saja.
...🐌🐌...
Jackson dan keluarganya kini sedang dalam perjalanan menuju salah satu restoran yang sudah disepakati untuk makan malam hari ini.
Luis dan Mikayla duduk di kursi belakang tanpa bersuara, keduanya sibuk dengan gawai masing-masih. Bahkan mereka tidak menanyakan kolega mana yang akan di temui.
Biasanya kedua anak kembar itu akan mencari tahu siapa kolega yang akan mereka temui, Bintang dan Jackson saling melirik.
Mereka beruntung kali ini, hingga tiga puluh menit menempuh perjalanan akhirnya telah sampai di salah satu restoran mewah bergaya clasik.
Restoran VIP yang berada di dalam gedung Mariot menjadi pilihan pertemuan hari ini,
"Anak-anak, ayo kita turun." Ucap Bintang yang membuyarkan konsentrasi kedua anaknya.
Luis segera turun dari mobil begitu juga Mikayla dari pintu sebelahnya, keluarga Jackson begitu sangat memukau malam ini.
"Mom aku ke toilet sebentar ya." Pamit Mikayla yang langsung berlari mencari toilet.
Bintang yang ingin menjawab di urungkan karena putrinya sudah berlari, "Sudahlah, Mom. Mikayla baik-baik saja." Ucap Luis.
"Mommy hanya khawatir," Jawabnya.
Dua pria yang paham bagaimana perasaan Bintang hanya dapat bersabar, "Ayo, Honey. Takut mereka sudah menunggu lama." Ajak Jackson merangkul pinggang istrinya.
Sedangkan Luis yang sudah terbiasa kedua matanya tercemar hanya menulikan telinganya saja, ketiganya masuk ke dalam lift menuju restoran VIP.
Salah satu meja seorang wanita yang masih sangat cantik meski usianya hampir sama dengan Bintang, melambaikan tangannya.
Binta tersenyum dan berjalan menuju ke arah meja tersebut, "Sudah lama?" Tanya Bintang.
"Tidak baru saja kami sapai." Jawab Alice lembut.
"Halo Tuan Jackson," Sapa Alice dengan menyalami.
"Baik Nyonya." Jawabnya.
Jackson dan yang lainnya juga menyapa Kenan dan juga Kinan.
"Halo, Kak Luis." Sapanya dengan malu-malu.
Luis hanya berdehem saja menjawab sapaan Kinan, membuat Jackson dan Bintang menghela nafas saja.
"Maaf ya, jeng. Luis memang seperti itu." Ucap Bintang menjelaskan karena tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, kami sudah terbiasa dengan sikap pria sedingin salju di Gunung Himalaya." Jawab Alice dengan kelakarnya.
"Di mana anak pertamamu? Aku ingin melihatnya secara langsung bukan di foto lagi." Tanya Bintang kepada Alice.
"Tadi dia izin ke kamar mandi, lalu di mana Mikayla. Apa dia tidak ikut?" Jawab Alice yang kembali bertanya.
"Sama dia juga ke kamar mandi saat kami sampai di lobby." Jawab Bintang.
Kedua keluarga tampak saling mengobrol ringan berbeda dengan Luis dan Kinan, Kinan hanya curi-curi pandang sedangkan Lucas acuh saja.
"Ah, lega." Mikayla berkata bersamaan terdengar suara air closed.
Gadis remaja itu keluar setelah menuntaskan di dalam kamar mandi, berdiri di depan wastafel untuk cuci tangan.
Melihat sejenak wajahnya, apakah berantakan atau ada sesuatu yang membuat dirinya malu.
"Aku harus segera menyusul mereka, pasti sudah terlalu lama menunggu." Ucap Mikayla pelan.
Mikayla segera masuk ke dalam lift, beruntung Lucas memberitahunya di mana posisi mereka sekarang membuat dia tidak bingung.
"Maaf semuanya." Ucap Mikayla yang baru saja sampai di meja makan.
Semua orang yang tengah duduk menoleh ke arah Mikayla, Mikayla yang sedang menunduk agak bingung karena sepi tidak ada jawaban apapun.
Hingga dia menegakkan tubuhnya dan pandangan matanya bersibobrok dengan seorang pria muda nan tampan yang tengah menatapnya tajam.
"Mikayla? Astaga, cantik sekali." Ucap Alice yang bangkit dan memeluk anakndari rekan kerja suaminya.
"Tante juga cantik." Jawab Mikayla tanpa ekspresi.
Mikayla duduk di saming Luis dan berhadapan langsung dengan Nathan, mata Mikayla melirik ke arah Kinan yang tampak acuh kepadanya.
Kenapa kamu tidak bercerita kepadaku jika akan makan malam dengan keluargaku.
Memangnya untuk apa bercerita, kamu juga akan tahu sendiri.
Membaca balasan pesan dari Kinan membuat Mikayla kesal, tanpa sadar dia meminum air putih hingga tanda tak tersisa.
"Kamu tidak apa-apa, Mika?" Tanya Bintang dengan wajah khawatir.
"Eh, tidak apa-apa Mom. Hanya haus saja." Jawab Mikayla berbohong.
Kinan hanya menahan tawanya karena selaku berhasil membuat sahabatnya marah. Seorang pelayan datang dengan troli mereka menyajikan semua makanan yang sudah Alice pesan sebelumnya.
"Kita makan dulu sebelum membicarakan tujuan dari pertemuan ini." Ucap Kenan.
Semuanya makan dengan sesekali berbincang, Mikayla merasa tremor karena Nathan terus melihat setiap gerak-geriknya. Hingga sumpit yang di pegang Mikayla terhenti.
"Makan yang lain." Ucap Luis.
Mikayla melihat piring yang akan dia ambil, segera dia mengambil lauk yang lain seperti perintah kakaknya.
"Tidak perlu berbasa-basi, kami ingin melamar Mikayla untuk Nathan." Ucap Kenan dengan tegas dan pasti.
...🐾🐾...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!