Hari Bahagia Jinie dan Ran.
Keluarga Kimie dan keluarga besar Ang sampai pada hari upacara pernikahan kedua putra dan putri mereka.
Putra nomor dua dari keluarga Kimie yang akan mempersunting putri nomor pertama dari keluarga Ran.
Saat ini mereka telah berkumpul disebuah rumah peristirahatan milik keluarga Ang, disebuah kaki bukit di Selatan.
Rumah nyaman dan asri yang kerap dipakai untuk beristirahat oleh keluarga Ang itu, memiliki sebuah taman yang sangat cantik dan indah.
Ini adalah tempat untuk prosesi pernikahan. Sedangkan resepsi sendiri akan diadakan disebuah gedung megah milik keluarga ningrat.
Hara sendiri yang menawarkan gedung tersebut sebagai hadiah pernikahan untuk kedua mempelai, Jinie hanya terkekeh geli saat merasa pernikahannya seperti ajang endorse bagi para sahabat mereka.
Seperti pakaian pernikahan yang disediakan gratis oleh sahabat sesama desainer Ran.
Tiket bulan madu ke New York, yang lagi-lagi dipersiapkan oleh Hara, sahabat Jinie sekaligus pemilik dekor wedding.
Taman disisi kanan Villa kecil itu sudah dihiasi dengan sangat cantik nan indah. Ada ribuan bunga-bunga cantik berwarna putih sebagai dekorasi beserta pita-pita putih.
Tema dekorasinya adalah Beautifui in White.
Seperti Ran yang memakai gaun putih panjang menjulang, dengan mahkota bunga cantik berwarna putih dan pink diatas kepalanya.
Membuat wajahnya tak hanya manis tapi juga terlihat sangat cantik.
Jinie terlihat serasi bersama sang suami, dimana Ran juga mengenakan pakaian putih putih.
Mereka para wanita sudah kompak dalam acara pernikahan ini, akan mengenakan pakaian putih-putih.
Sedangkan para laki seragam dengan Ran berwarna hitam.
Jinie merona malu, ia ingat dengan hari pernikahannya dan Ran di Kanada, ia merajuk tidak mau keluar sama sekali dari ruangan kamar rias tersebut.
Jinie dan Ran memang sama-sama menolak saat itu, makanya Jinie melakukan aksi ngambek diruang rias.
Papanya bahkan harus menggendongnya sampai didepan ruang pernikahan.
Ran terkekeh mengingat semua itu, itu hal yang sangat memalukan bagi Ran selama hidupnya, malah sekarang Jinie sudah mencintai sang suami tampannya itu.
"Aihhh, Appa jangan mengungkit masa lalu, itu sangat tidak baik, Appa!" ucap Jinie, seraya merangkul lengan sang suami tampannya tersehut.
Ran mengusak rambut sang istri dan mengecup pucuk kepala sikecil itu. Membuat Jinie terkekeh kecil.
Disisi yang lain nampak, Ros dan Kris asyik dengan dunia mereka sendiri, ia adalah adik adik Ran yang saat ini melihat kemesraan pengantin muda.
"Appa, nanti selepas SHS apa kita kuliah dulu atau langsung menikah saja ya?"
Pertanyaan Ros tersebut membuat Kris tersipu malu.
"Apa kau bersedia menikah denganku baby?" tanya Kris, dengan bersemangat.
"Jika Appa melamarku, maka aku mau menikah denganmu, tapi jika tidak, mungkin aku bisa memikirkan menerima lamaran orang lain atau aku yang akan melamar seseorang!"
Smirk Ros membuat Kris bergidik ngeri, Kris masih tidak menyangka dengan kelakuan sang kekasihnya itu hanya karena sang kakak baru saja menikah beberapa belasan jam lalu.
"No baby, aku akan segera magang di perusahaan Papa sembari kuliah, aku akan berusaha menjadi mapan dahulu seperti kak Ran dan Jinie, agar aku bisa memilikimu seutuhnya dan hidup kita sejahtera!"
Jawaban Kris membuat wajah Ros bersemu merah. Semu merah yang sangat jarang mampir di wajah manis si cantik tsundere tersebut.
"Akhirnya kita berdua menjadi ipar sungguhan Nena ya, ah aku sangat bahagia sekali dan masih tidak menyangka dengan hari ini!"
Kedua ibu paruh baya yang terdiri dari ibu mertua dan besan tersenyum sampai kedua matanya menyipit.
"Ne, aku juga tak kusangka jika Ran ku akan jatuh cinta pada semanis Jinie, mereka terlihat sangat serasi sekali!" ucap Yeo ibu Jinie.
"Ah ya Nena ya, dimana Anna?" tanya Yeo.
"Anna harus meminta ijin kesekolah nya terlebih dahulu, sebab hari ini sebenarnya mereka ada latihan drama, jadi Daddy nya mengantarkan kesana terlebih dahulu," jawab Nena.
Lalu kedua wanita cantik tersebut terlibat obrolan panjang, selagi menunggu sang mempelai satunya keluar dari dalam villa.
Ada Hara yang juga baru tiba ditempat tersebut, mencari teman-temannya dan menemukan Kris dan yang lain duduk di bangku disudut kiri taman.
"Ah, kalian disini, dimana yang lainnya?" tanya Hara, sambil celingukan.
"Di ruang rias." ujar Kris pada Hara, sahabat Jinie.
Hingga pernikahan sempurna yang di idamkan Jinie saat ini benar benar keren dan sangat terlihat mewah, dimana jika di bayangkan terkesan mirip film luar yang romantis dan bak ratu dan raja yang sempurna.
Di luar Villa.
Pak Kimie baru saja sampai ditempat pemberkatan Nikah bersama putri pertamanya, sedangkan anak keduanya dirumah keluar.
Saat akan melangkah memasuki halaman, tiba-tiba ponsel pria tampan berdarah Inggris korea tersebut berbunyi.
"Anna. Daddy harus menerima telepon, kau masuk saja kedalam cari Mommy okay!"
Ucap pria tampan itu pada sang anak yang tampak mengangguk paham tersebut. Bocah manis yang sudah duduk dibangku sekolah dasar Grade 4 tersebut, segera melangkah menjauhi sang ayah, yang sudah asyik berbicara ditelepon. Mencari sang kakak padahal ia disuruh mencari Sang mama, dimana Anna sangat dekat pada kak Jinie.
Disisi lain.
Jinie berdecak sangat kesal.
Seharusnya ia meminta sopir pribadinya tadi mengantarkan masuk sampai kedalam.
Tak mengira jika jalan memasuki halaman samping villa ini cukup menanjak dan ada sebuah gundukan ditengah jalan.
Jinie memang sudah mampu berdiri sendiri, tapi untuk berjalan kedua kakinya masih belum kuat.
Maka saat kedua tangannya tak mampu menahan lagi, kursi rodanya berputar mundur kebelakang.
Jinie nyaris turun dari kursi rodanya, saat tiba-tiba kursinya berhenti mundur kebelakang dan terdorong maju kembali ke depan.
"Kenapa kak Jinie tidak minta bantuan orang lain?"
Sebuah suara cempreng, tapi lembut terdengar disisi telinga Jinie.
Menoleh ke sisi kanannya dan mendapatkan wajah imut nan cantik seorang anak kecil.
Wajahnya terlihat tidak seperti anak orang Korea kebanyakan, karena ia blasteran mirip sang dady.
"Anna .. kenapa kamu disini, ini itu tempat rahasia. Kelak kamu akan tahu nanti setelah dewasa, aku tidak boleh memberitahumu kenapa aku tidak meminta bantuan siapapun."
Penampilannya sangat elegan dan cantik dengan gaun berwarna serba putih, ia terus mendorong kursi, Jinie sampai kedalam areal taman, yang sudah didekorasi dengan indah dan cantik dengan bunga serba putih.
Anna yang melihat tempat acara pernikahan itu, sangat takjub dengan dekorasi yang menurutnya sangat indah dan sempurna ini.
Anna sangat yakin, pasti dekorasi acara ini pasti usulan dari Ran dan kak Jinie.
"Kak, dekornya indah sekali. Inikah yang kakak bilang pernikahan sempurna?" tanya bocah itu membuat Jinie malu.
Sedangkan Jinie memang mereka sudah menyerahkan masalah dekorasi seperti ini dengan sang kekasihnya pada Hara dan tidak lama sudah menjadi istri sahnya tersebut.
TBC.
Di pertengahan, banyak tamu undangan bertemu dan saling menyapa berbincang.
Kehadiran Jinie, sebenarnya cukup menarik perhatian orang-orang terutama anggota inti keluarga dua belah terutama Ari.
Tapi karena kehadiran pria itu adalah atas undangan secara langsung oleh Ran, maka mereka hanya mampu mengikuti kemauan mempelai saja.
"Anna ya, siapa yang kau bawa heum?"
Nyonya Kimie mendekat pada cucu pertamanya tersebut.
"Ah, Han, aku bertemu Oppa ini didepan sana, kasihan kakinya masih sakit sepertinya, karena dipukul oleh Arse Oppa dan Feli Oppa tempo hari,"
Kalimat panjang Anna membuat baik Yin maupun Nyonya Kimie terpana.
Nyonya Kimie tersenyum pada Yin, yang menundukan kepalanya sopan pada ibu dari Arse tersebut.
"Selamat datang Yin ah, silahkan bergabung dengan yang lain," tawar Nyonya Kim.
Yin hanya tersenyum lembut.
Nyonya Kim sempat tertegun menatap senyum itu.
Dalam hati berpikir, kenapa anak muda dengan wajah malaikat seperti ini, pernah berbuat sangat keji dimasa lalu?
Yin masih duduk ditempatnya tadi, tidak berniat bergabung dengan kelompok Arse dan yang lain.
la tahu, ia tak akan diterima disana, bisa-bisa acara pernikahan Jinie dan Ran yang masih dicintainya itu, akan berantakan jika ia menghampiri mereka.
Dilihatnya anak kecil yang tadi membantunya, tampak sedang berbincang dengan seorang wanita cantik.
Mungkin itu ibunya.
Terlihat bocah itu menunjuk padanya, membuat Yin menebak-nebak apa yang dibicarakan oleh kedua orang didepan sana.
Tak lama bocah itu kembali menghampirinya.
"Oppa, kata Mommy ayo bergabung disana, Oppakan tamunya Ran uncle dan Jinie Eonnie," ucap Anna, terdengar sangat riang.
Yin terkekeh geli mendengar cara bocah ini memanggil para pamannya, ada uncle, ada pula Oppa. Sepertinya bocah ini tidak terpaku pada aturan baku tentang tata krama, dalam memanggil anggota keluarga di Korea, mungkin karena pengaruh dua kebudayaan yang dianutnya.
"Tapi sebaiknya Oppa disini saja!" ucap Yin, sangat pelan.
"Jangan Oppa, kau tampak mengkhawatirkan jika sendirian disini, ayo ku temani,"
Tanpa menungga jawaban Yin Oppa, lagi-lagi sibocah manis nan cantik, sudah mendorong kursi Yin mendekat pada ibunya serta yang lain.
Yin tak berani menatap wajah siapapun disana.
Pukkk.
Pundak Yin ditepuk seseorang.
Wajah tampan seorang pria blasteran itu juga hadir dipenglihatannya.
"Putriku tidak gampang dekat dengan seseorang, apalagi orang asing, sepertinya dia menyukaimu Yin Si!" ucap pria itu, Yin menatap bingung pada pria blasteran disampingnya ini.
Mata Yin menatap interaksi dua bocah didepan sana.
Bocah yang tadi mendorong kursi rodanya dan juga seorang bocah remaja yang diketahuinya adalah pasangan dari Kim Arse.
Keduanya tampak asyik berbincang sambil sesekali tertawa terbahak-bahak, entah apa yang mereka bicarakan.
"Namanya Anna, Anna Sander, nah ya aku, suami dari kim Nani, putri sulung keluarga Kimie,"
Alex mengulurkan tangannya pada Yin yang terperangah, setelah pria bule ini memperkenalkan dirinya dan putrinya.
Yin menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya erat.
"Saya pernah mendengar tentang anda langsung, senang bertemu dengan anda," ucap Yin, yang sangat tulus. Hanya tersenyum menangapi.
"Tentang putri anda, dia anak yang manis nan cantik dan baik, anda dan istri anda mendidiknya dengan sangat baik," ucap Yin.
Kemudian.
"Sebenarnya, ia nyaris setipe dengan Arse, tidak mudah perduli dan tidak gampang dekat dengan orang lain, karena itu sifatnya dan Arse kerap berbenturan, tapi hari ini untuk pertama kalinya, aku melihat putriku perduli dengan seseorang selain Cloe Kim," ucap, panjang lebar.
"Cloe Kim?" ujar Yin.
"Ah, istri Ran kecil Arse, dia adalah teman dekat Anna dan orang pertama yang di perdulikan dan selalu diingat Anna dan sepertinya kau orang kedua," ucap Alex, memberitahu terhadap pria dihadapannya.
Yin tersenyum sangat tulus.
"Anna itu masih belia, masih bocah mengapa jadi di jodoh jodohkan." ujar Kimie sang ibu dari Jinie, si keluarga pengantin yang menatap satu bocah pria dan perempuan, yakni Anna putrinya dan Alex putra dari rekan tamunya.
***
Alunan piano dari permainan seorang Kris mengalun sangat indah lembut, disudut taman disisi air mancur kecil, dengan patung malaikat berwarna putih ditengah-tengahnya.
Kim berdiri dengan memegang microphone ditangannya. Menatap empat puluh meter kedepan.
Diatas karpet merah yang digelar diatas rumput hijau, dihiasi taburan jutaan kelopak mawar merah.
Jinie melihat kearah Ran yang sebentar lagi menjadi istrinya dari kejauhan, sempat terpaku melihat kecantikan yang dipancarkan hari ini. Ran masih tidak menyangka bisa mendapatkan Jinie untuk menjadi istri sahnya ini.
Sedangkan Jinie yang melihat Ran yang sebentar lagi menjadi suami sahnya, sempat tersipu malu melihat ketampanan dari sang calon suaminya itu, apa lagi pipi Ran bersemu merah disaat menatapnya seintens itu.
Ran melangkah digandeng sang Ayah.
Tuan Park Ying.
Para tamu undangan berdiri.
Sembari menatap kagum pada sosok pengantin wanita, yang sedang memasuki areal pesta pernikahan.
Ada yang menyanyikan sebuah lagu yang sangat romantis menggambarkan perasaannya, kepada orang yang sedang berjalan pelan menujunya tersebut.
Tiga puluh meter didepan sana.
Ran berjalan sembari tersenyum manis.
Pria tampan yang akan menjadi pendamping hidupnya, sedang menyanyikan sebuah lagu penuh cinta dengan lembut untuknya.
Jika seandainya seluruh bunga diseluruh dunia ini dikumpulkan, keindahannya masih tak mampu menandingi indahnya perasaan seorang Ran saat ini.
Dan masih melanjutkan nyanyian yang begitu merdu ditelinga para tamu, Ran yang mendengar suara dari Jinie sempat dibuat melting.
Ran menatap lembut wanita cantik, yang berjarak dua puluh meter didepan sana. Pada sepasang mata indah tersebut. Pada kedipan lucunya. Pada senyum polos dan tawa lugunya.
Inilah pendamping hidupnya, hari ini adalah hari yang spesial, dimana pasangan akan memulai hidup yang barunya segera dimulai, hidup bersama wanita cantik pemilik hatinya ini.
Jinie masih melanjutkan nyanyian yang begitu merdu ditelinga Ran maupun para tamu hadirin.
Ran akan selalu menjaganya, hidup untuk membahagiakannya, remaja cantik yang saat ini berdiri didepannya, lima meter disana.
Akan terus mencintainya sampai hembusan nafas terakhirnya.
Jinie mengulurkan tangannya, yakni si cantik didepannya.
Tuan Sanders melepaskan putri kesayangannya, sembari mengangguk mantap pada Ran.
Raut lega terpancar diwajah pria paruh baya tersebut.
Lega karena telah melepaskan putri kesayangannya kepada orang yang tepat.
Alunan musik diruangan itu masih mengalun sangat indah dan romantis, membuat Cloe yang mendengarnya tersenyum kearah depan, dimana Jinie dan Ran sebentar lagi akan menjadi suami istri yang sah.
Jinie menyambut uluran tangan pria tampan itu.
Cinta pertama dimasa remajanya.
Cinta sejati didalam hidupnya.
Tes.
Tes.
Setetes air mata menetes disudut mata indahnya itu, Ran sesak akan kebahagiaan hari ini, Ran masih tidak menyangka dengan ini semuanya.
Jinie sangat meyakini cintanya pada pria manis ini, Ran adalah jawaban dari doa-doanya, ketika ia meminta seseorang pendamping yang sanggup mengimbanginya.
Pendamping yang akan selalu bersamanya dalam segala hal.
Pendamping yang selalu ada sampai maut memisahkan mereka berdua.
Bagi Ran sendiri. Jinie adalah mimpi indahnya yang menjadi kenyataan.
TBC.
Karya ini adalah imajinasi kehaluan oppa oppa eouni ya, jadi mohon maaf jika masih banyak salah all.
Author sedang jenuh drama poligami dan ikut tema sesuai lomba. Hiks, selow update ya.
Impian masa mudanya yang tak pernah di duganya saat ini tengah menggenggam erat tangannya dan menyanyikan lagu cinta untuknya.
Mulai saat ini selama aku hidup.
Aku akan mencintaimu.
Aku berjanji ini.
Tidak ada yang tidak akan kuberikan.
Mulai saat ini.
Aku akan mencintaimu selama aku hidup.
Mulai saat ini.
Jinie membawa Ran menghadap pemimpin pernikahan.
"Saudara Jinie saya bertanya kepada anda, apakah anda mengambil saudara dengan Ran sebagai pendamping hidupmu? Selalu setia dalam suka maupun duka, dalam untung maupun malang, tak terpisahkan sampai akhir hayat? Jika iya katakan ya saya sangat bersedia!" ucap pria paruh baya di hadapan keduanya.
"Ya, saya mengatakan bersedia!" ucap Jinie, dengan suara lantangnya dan mantap.
"Saudara Ran saya bertanya kepada anda, apakah anda senang menerima Jinie sebagai pendamping hidupmu, selalu setia suka maupun duka, dalam untung maupun malang, tak terpisahkan sampai akhir hayat? Jika iya katakan Ya saya bersedia!" ucap pria paruh baya di hadapan keduanya.
"Ya, saya bersedia menerima Jinie sebagai suami saya," ucap Ran, terdengar lembut dan sedikit malu.
"Dengan ini saya nyatakan anda berdua sah sebagai pasangan hidup sampai maut memisahkan!"
Ucapkan pemimpin pernikahan tersebut begitu lantang dan memberikan sebuah cincin pernikahan.
Suara tepuk tangan para tamu undangan dan sahabat serta kerabat keduanya terdengar bergemuruh di seluruh penjuru taman cantik tersebut.
Jinie mengecup lembut jari manis berhiaskan cincin putih pernikahan mereka tersebut, membawa rona indah wajah manis Ran.
Jinie menunduk untuk meraup bibir merekah di depannya itu.
Chuuuuup.
Kecupan lembut mendarat di bibir seksi Ran menciptakan rona merah samar di wajah manis berfitur feminin tersebut.
Saatnya pelemparan buket bunga.
Ini adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang belum menikah maupun belum menemukan jodohnya sampai detik ini, kedua pengantin yang baru menikah berdiri memunggungi para tamu yang hadir hari ini dan di sebuah taman begitu indah.
Tiga.
Dua.
Satu.
Kyaaaaaaaaaaa.
Horeeeeeeeeeee.
Yahhhhhhhhhhhhh.
Kyaaaaaaaaaaaaaa.
Jung terdiam terpaku saat buket bunga berada di dalam pelukannya dan di pandang begitu banyak ekspresi membuat pipinya merona seketika.
"Aishhhh, Jung oppa akan menjadi pengantin berikutnya eohhh dan kita semua bakal menunggunya,"
Celetuk tiga seorang gadis anggota kerabat mereka.
"Iya, Jung oppa tak lama lagi akan menyusul seperti pasangan Jinie nona dan Ran oppa!"
Lisa tersenyum jahil di sisi Jung oppa dan menatap tiga gadis di depannya dengan wajah tidak suka.
Pria di samping Lisa menatap sangat gemas pada yeoja di sampingnya itu dan menggelengkan kepalanya dengan kejahilan Lisa.
"Bukannya kau Lisa yang akan segera menikah dengan kekasihmu itu, eohh!"
Jung mencubit hidung mancung milik Lisa dengan gemasnya, sehingga yeoja manis itu meringis kesakitan dan berusaha melepaskan cubitan tersebut dari tangan Jung oppa.
"Lagi pula aku menikah dengan siapa? Pacar saja tidak punya gimana mau nikah dan satu hal lagi sampai detik ini belum ada calon sedikitpun,"
Celetuk Jung membuat Lisa terkekeh geli sehingga memegangi perutnya yang mulai sakit itu dan berusaha menahan diri di keramaian.
"Konon kata orang zaman dulu Oppa, jika kau mendapatkan satu buket bunga dari pengantin pesta pernikahan ini dan maka orang selanjutnya yang akan menikah adalah kau Oppa, tak perduli kau itu single ataupun memiliki pasangan, yang terpenting kau adalah orang selanjutnya menikah secepatnya!" ujar Lisa, penuh semangat hingga membara di hatinya.
Jung tercengang mendengar penuturan dari Lisa sehingga terbengong awalnya, tapi kemudian ia tertawa geli sambil memegangi perutnya terasa seperti di kelitikin.
"Astaga Lisa ya, itu hanya mitos dari orang zaman dulu dan sekarang udah zaman modern, kau masih percaya dengan ucapan itu?"
Jung mencubit pipi gembul milik Lisa dan sang empu memekik kesakitan ditimpali tawa riang Jung dan tidak lupa dengan dimpelnya terlihat semakin manis dan indah di lihat.
Interaksi keduanya membuat terpana dan terkagum dua orang pria tampan di depan mereka, baik Jung dan Lisa tidak menyadari bahwa mereka berdua telah di perhatikan secara intens.
Feli merasa gemas melihat tingkah jahil Lisa tunangannya itu dan terkekeh geli melihat dari kejauhan dan Hara yang entah kenapa saat melihat wajah Jung hatinya selalu berdebar dan merasa sangat nyaman dengan kedamaian di wajah Jung itu.
Menatap dalam diam dari kejauhan tanpa menghampirinya.
"Hara, ada hal yang aku ingin bicarakan padamu secara empat mata dan nanti saat di pulau Bali," ucap Feli, di samping pemuda tampan tersebut yang masih memandang Jung dengan serius.
"Apa itu Feli Hyung? Kenapa tidak sekarang saja dan bikin penasaran aja!" tanya Hara, merasa sangat penasaran dengan ucapan Feli Hyung barusan itu.
"Belum saatnya aku menjelaskannya sekarang dan nanti saja saat di pulau Bali," jawab Feli.
Feli segera berlalu meninggalkan Hara seorang diri dan menghampiri tunangan mungilnya di sana bersama Jung.
Menggenggam tangan mungil milik kekasihnya Lisa yeoja tercantik di muka bumi ini dan terkadang membuat Feli tak mampu menahan diri saat memandang wajah Lisa.
Meraih tubuh ramping itu dan membawa ke dalam dekapannya, membuat hati Lisa berdebar tidak karuan saat berdekatan dengan Feli Oppa.
'Ya ampun, ini hati kenapa gak bisa kerja sama sihh,' batin Lisa, sedikit menggerutu saat debaran-debarannya muncul begitu saja dan sehingga tangan Lisa memegang sesak.
Jung melihat Lisa sedang salah tingkah hanya bisa terkekeh geli dan menahan diri supaya tidak tertawa di depan dua orang yang sedang kasmaran, Jung segera berlalu meninggalkan pasangan Lisa dan Feli.
"Oppaaa, aku sudah tidak sabar lagi menunggu hari pernikahan kita dan rasanya ingin cepat-cepat hari H nya," ujar Lisa, sudah tidak sabar dengan pernikahannya itu dan membuat Feli Oppa sedikit gemas.
Mencubit hidung mancung milik tunangannya tersebut, mengelus rambut pajang milik Lisa dan mengecup singkat di keningnya.
"Oppaa, ayoo kita temui Jinie dan Ran, ada yang ingin aku sampaikan dan katakan ke mereka berdua," ujar Lisa, mengajak tunangannya untuk menemui kedua mempelai pria dan wanita.
Di sudut lain ujung kanan ada pasangan Cloe dan Arse sedang bergandengan tangan dengan sangat mesra, membuat sekitarnya merasa sangat iri dan menggemaskan.
"Oppa, kita temuin Jinie, ada yang ingin aku katakan," ujar Cloe, dan entah kenapa perasaan Arse jadi tidak enak dan merasa was-was saat istrinya mempunyai sesuatu yang di luar nalarnya itu.
Arse dengan sangat sabar mengekori istri mungilnya mengikuti langkah kaki jenjang milik Cloe sang pemilik hatinya tersebut.
"Selamat Jinie dan Ran, akhirnya kalian berdua menikah juga, semoga kalian berdua bahagia dan segera mempunyai calon baby dan satu lagi selalu di lindungi tuhan!" ucap Cloe, dengan semangat dan di belakang mereka berdua ada pasangan Lisa dan Feli yang sedang menunggu gilirannya.
Jinie dan Ran tersenyum bahagia dan senang, saat mendengar ucapan selamat dari bocah yang sedang mengandung itu dan tidak menyangka dengan Cloe sebentar lagi bakal menjadi ibu.
TBC.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!