NovelToon NovelToon

Langit Dan Jingga

Surprise Ultah

Selepas jam kuliah, Jingga berencana untuk pergi ke mall. Menyiapkan kado ulang tahun buat tunangannya.

Tunangan yang menjadi pacar Jingga semenjak kelas dua sekolah menengah atas.

Meski selisih usia lima tahun, Jingga merasa sangat nyaman dengan Kenzo.

Karena kedekatan masing-masing orang tuanya makanya diputuskan mereka berdua untuk tunangan.

Jingga Ariana, mahasiswi semester awal di sebuah perguruan tinggi swasta jurusan hukum. Dia mengikuti Kenzo untuk berkuliah di kampus yang sama meski beda jurusan. Kenzo di fakultas ekonomi jurusan managemen.

Kenzo sekarang semester akhir dan hanya menunggu sidang skripsi.

Kaki Jingga menuju barisan etalase jam tangan .

"Hhhhmmmm, sepertinya bagus yang ini. Cocok untuk kak Kenzo" gumam Jingga.

"Kak, tolong yang ini" tunjuk Jingga ke arah jam yang dimaksud.

"Berapa nih?" tanya Jingga.

"Itu ada di label harga kak" bilang penjualnya.

"Hhhmmmm...pas di kantong" senyum Jingga tersungging.

"Oke kak, aku ambil yang ini. Tolong bungkusin sekalian buat kado" beritahu Jingga.

Jingga menyerahkan kartu ATM miliknya untuk membayar. Jingga rela menabung beberapa bulan untuk membelikan kado buat Kenzo.

Sengaja Jingga tak memberitahu Kenzo jika dirinya akan datang.

Dengan bersenandung riang, Jingga melangkah menuju tempat kost tunangannya.

"Jingga, mau ke tempat bang Kenzo kah?" sapa Firman teman satu angkatan Jingga yang menjadi tetangga kost Kenzo.

"Yaaappppp" kata Jingga dengan senyum lebarnya.

"Tapi sepertinya bang Kenzo nggak ada dech. Sedari tadi aku belum ketemu" imbuh Firman.

"Nggak apa-apa. Aku tungguin aja" jawab Jingga.

"Oke lah. Aku duluan. Mau cari makan" kata Firman berlalu dari hadapan Jingga.

"Oke Firman" tukas Jingga.

Jingga melanjutkan langkah nya menuju kamar Kenzo.

Sebagai mahasiswa yang datang dari luar kota, bisa nge kost di tempat ini sudah lumayan bagus. Tempat nya luas dan bersih. Masing-masing kamar ada kamar mandinya.

Apalagi Kenzo dan Jingga bukan berasal dari keluarga kaya raya, yang notabene semua fasilitas terlengkapi.

Jingga duduk di kursi lusuh depan kamar Kenzo. Biasalah kalau yang tinggal para lelaki, tempat agak rusuh sudah menjadi pemandangan biasa.

"Kok kak Kenzo belum datang ya?" tanya Jingga sembari melihat ke arah jam tangannya.

Hampir setengah jam dia menunggu di sana.

"Kok seperti ada suara dari dalam?" gumam Jingga menajamkan pendengarannya.

"Apa kak Kenzo di dalam?" Jingga beranjak dari duduk dan hendak mengetuk pintu.

Belum sampai tangannya mencapai daun pintu, pintu sudah terbuka dari dalam.

"Eh, Jingga. Kok kamu di sini?" tanya seorang wanita cantik dengan baju seksi, sepupu dan kakak tingkat Jingga di kampus yang sama.

Dia keluar dengan make up berantakan dan tak sengaja mata Jingga melihat lehernya.

'Alamak, wanita polos pun tahu jika itu sebuah gigitan' batin Jingga.

"Siapa sayang?" tanya Kenzo yang memang belum melihat kedatangan Jingga.

'Sayang? Dia panggil kak Rima sayang? Apa yang sebenarnya terjadi Tuhan' segala tanya ada di benak Jingga sekarang.

"Kamu dicariin Jingga nih" jelas Rima.

Kenzo buru-buru ke depan. Air mata Jingga sudah mau luruh saja.

"Sayang aku pergi dulu. Bantuin tuh Jingga, kali aja dia kesulitan untuk tugas kuliahnya" pamit Rima.

Kenzo memandang Jingga dengan rasa bersalah.

"Kenapa tak beritahu kakak kalau mau ke sini. Tau gitu aku jemput tadi" ucap Kenzo dengan sabar.

"Kak Rima ngapain ke sini kak?" telisik Jingga. Wajar kan seorang tunangan cemburu lihat calon suaminya berdua sekamar dengan seorang wanita.

"Owwhhh pinjam buku catatan punya aku" jelas Kenzo.

"Emang kalau beda jurusan, catatannya bisa sama?" Jingga mengejar tanya ke Kenzo.

"Dikit-dikit ada yang sama lah" kata Kenzo tanpa rasa bersalah.

"Tapi kok kamu panggilnya sayang ke kak Rima?" tanya kembali Jingga.

"Aaahhh, kamu salah dengar kali" elak Kenzo.

'Aneh, padahal aku nyata-nyata dengar dia panggil sayang ke kak Rima. Apa telingaku yang salah ya?' ragu Jingga.

"Sudahlah jangan dipikirin. Ayo masuk" ajak Kenzo untuk masuk ke ruang depan kamar kost nya.

Melihat sekilas kasur yang berantakan, Jingga hendak ke sana dan merapikan seperti yang dia lakukan.

"Nggak usah sayang, ntar kurapiin sendiri aja. Ntar mau kuganti kok" tolak Kenzo.

Jingga pun akhirnya duduk. Kenzo ikutan.

"Nih, selamat ulang tahun ya kak. Semoga panjang umur, sehat dan apa yang dicita-citakan kakak segera terlaksana. Aamiin" Jingga memeluk Kenzo.

Dan Jingga juga melihat hal yang sama di leher Kenzo.

"Apa yang mereka lakukan di belakang aku?" pikir Jingga.

"Makasih sayang" balas Kenzo dan membuka kado yang barusan disodorkan oleh Jingga.

"Waaoooowwww.Tau aja kalau aku ingin ini" kata Kenzo antusias membuat Jingga terlupa akan kejadian barusan.

Jingga beranjak, "Kak, aku pulang" ujarnya.

"Aku anterin. Tunggu bentar, aku ambil kunci mobil dulu" meski bukan mobil mewah, Kenzo dibekali itu oleh orang tua nya.

"Nggak usah kak, nih aku sudah pesan taksi online" tunjuknya ke arah layar ponsel miliknya.

"Oke lah kalau begitu" sahut Kenzo menimpali.

Kenzo mengantar Jingga sampai ke depan gerbang, dan memastikan Jingga sudah naik kendaraan.

"Bye kak Kenzo" pamit Jingga.

Perjalanan hampir setengah jam Jingga baru teringat jika catatan tugas kuliah ketinggal di kamar Kenzo.

"Pak, tolong putar balik. Nanti kutambahin dech biayanya. Ada yang ketinggalan" terang Jingga.

Sopir taksi online itu memutar balik laju kendaraan untuk menuju tempat yang sama saat start orderan dimulai.

"Tunggu bentar pak, aku nggak lama kok" ujar Jingga sambil terburu turun dari mobil.

Jingga langsung menuju kamar Kenzo dan buru-buru membuka pintu kamar, karena yakin jika Kenzo masih berada di dalam. Waktu dirinya pergi dan datang kembali tak memerlukan waktu lama, makanya Jingga merasa yakin.

Tapi pandangan di depannya sungguh tak disangka oleh Jingga.

Di depan matanya, Kenzo yang juga tunangannya malah sedang asyik bercumbu dengan wanita yang sebelumnya juga bertemu dengannya.

Lutut Jingga berasa lemas dan tak mampu berjalan lagi. Syok dengan apa yang ada di depan mata.

Bahkan secara tak sadar, Jingga menghisap sisa sigaret menyala yang ada disampingnya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

CERITA BARU NUANSA LAMA

Sebelum singgah mampir dulu ke 'wanita itu ibu anakku' dan 'tulisan tinta tania' 💝🤗

Tapi ada beberapa tokoh baru yang hadir .

Selamat menikmati

Bestie

Lutut Jingga berasa lemas dan tak mampu berjalan lagi. Syok dengan apa yang ada di depan mata.

Bahkan secara tak sadar, Jingga menghisap sisa sigaret menyala yang ada disampingnya. Yang mungkin itu kepunyaan Kenzo yang belum habis dia hisap.

Jingga yang balik untuk mengambil sesuatu yang tertinggal setelah memberi kado ulang tahun Kenzo, malah dia sendiri yang terkejut bukan kepalang.

Kenzo dan Rima dibuat terkejut oleh kedatangan Jingga.

Mereka dengan cepat menarik selimut untuk menutupi tubuh polos nya. Sementara Jingga menghembuskan asap rokok yang telah dihisapnya beberapa kali.

Bulir mata bening menetes di netra Jingga yang sekarang duduk menyandar di kursi.

"Sudah saat nya kita berterus terang Kenzo" kata Rima memulai pembicaraan.

"Nggak usah mengatakan apapun. Aku sudah tahu apa yang akan kalian bicarakan. Aku akan pergi setelah rokok ini habis" bahkan Jingga sampai terbatuk karena belum pernah sekalipun dia mengenal barang itu.

Kenzo mencoba melarang, tapi tangannya keburu ditepis Jingga saat dirinya berusaha merebut puntung rokok itu.

Jingga melempar cincin tunangan yang melingkar di jarinya, tepat mengenai muka Kenzo.

"Makasih, telah membukakan mataku" kata Jingga sambil berlalu. Tepat di pintu kamar, sopir taksi online yang sedang mencarinya berpapasan dengan Jingga.

"Nona ini kemana aja sih? Lama banget. Nih Non, ponsel kamu sedari tadi bunyi terus" beritahu nya.

"Iya pak. Makasih" jawab Jingga dan berlalu ke arah mobil yang dipesannya tadi dengan pak sopir yang mengikuti langkahnya.

Bahkan Kenzo tak berusaha lari mencegah kepergian Jingga.

Kebetulan Jingga kembali berpapasan dengan Firman.

"Firman, besok kutunggu kamu di kantin ya setelah mata kuliah jam pertama. Ada yang mau kutanyakan hal yang tak kupahami padamu" ucap Jingga.

Firman mengusap tengkuknya kasar. Melihat Jingga yang sepertinya habis menangis, Firman bisa menebak kalau Jingga sudah tahu semuanya.

"Oke" jawab Firman mengiyakan permintaan Jingga.

"Siipp. Makasih ya. Bye" kata Jingga meninggalkan keberadaan Firman yang masih berada di gerbang kost-kost an.

"Lanjut ke alamat yang di aplikasi pak" kata Jingga setelah naik mobil.

"Baik" jawab pak sopir singkat, seakan tahu suasana hati penumpang nya sedang tidak baik-baik saja.

.

Keesokan hari, selepas jam mata kuliah pertama. Jingga berjalan ke arah kantin.

"Jingga, loe mau ke mana?" tanya Mega yang menjadi sahabatnya di kampus ini.

Mega adalah cewek tenar di jurusan hukum.

Meski dari keluarga terpandang, dia tak pernah tebang pilih dalam memilih teman.

Jingga dan Mega mulai akrab kala kegiatan masa orientasi mahasiswa.

Jingga yang pendatang dari kota lain, sangat dibantu akan keberadaan Mega di sampingnya.

Sering juga mereka berdua mengerjakan tugas kelompok bersama di kost Jingga yang sederhana.

"Eh, kamu Mega. Mau ke kantin nih" bilang Jingga.

"Tumben loe istirahat pertama sudah ke kantin, biasanya juga ke perpustakaan kampus" tukas Mega bercanda.

"Belum sarapan" imbuh Jingga beralesan.

Tujuan yang sebenarnya Jingga ingin bertemu dengan Firman.

"Ikut" ujar Mega manja.

"Kamu belum sarapan juga? Aneh. Apa nggak diomelin bunda Mutia?" sahut Jingga. Meski baru beberapa bulan, Jingga juga pernah bertemu dengan bunda Mega. Bunda yang sangat cantik dan keibuan menurut Jingga.

"Sudah dong. Tapi nggak tahu kenapa, denger kamu mau ke kantin kok jadi lapar lagi" kata Mega dengan gurauannya.

Di tengah jalan, Kenzo berusaha menghadang mereka.

Mega yang belum pernah ketemu tunangan Jingga itu berusaha menghalangi kala Kenzo memaksa Jingga untuk ikut dengannya.

"Siapa loe? Beraninya cuman sama wanita" kata Mega mencelos.

"Nggak usah ikut campur, ini urusan gue sama tunangan gue" kata Kenzo kasar.

Jingga menepis pegangan erat Kenzo.

"Siapa bilang aku tunangan loe? Apa kurang jelas kata-kataku semalam?" ucap Jingga sengit.

Jadi bener dia tunangan Jingga? Pikir Mega.

"Aku tak mau, kita tetap akan melanjutkan tunangan kita" kata Kenzo ngotot.

"Cih, tak sudi aku dengan penjahat kelamin macam kamu" nada suara Jingga pun mulai naik.

Kalau tak ingat ini kampus, Jingga sudah menampar laki-laki tak tahu malu di depannya ini.

Kenzo kembali memegang erat tangan Jingga dan memaksa Jingga untuk ikut dengannya.

"Jika aku tak mendapatkan kamu, laki-laki lain pun tak akan kubiarkan mendekatimu Jingga" kata Kenzo. Bahkan tindakan Kenzo kali ini cenderung brutal.

Mega yang melihat tindakan anarkis di depannya, dan kebetulan melihat Langit dan Bintang melintas berteriak.

"Kakak...kakak...tolong" teriak Mega sekuat tenaga.

Sementara Langit dan Bintang yang terburu hendak menemui dosen pembimbing sama-sama menengok ke arah suara yang sangat dikenalnya. Apalagi kalau bukan suara cempreng sang adik.

"Ngapain tuh Mega teriak minta tolong?" ujar Langit dengan wajah cool nya.

"Kita ke sana aja" tukas Bintang.

"Heemmm" Langit menyetujui usulan sepupu yang usianya sebaya dengannya.

"Kak, tolongin teman Mega" harap Mega ke sang kakak.

Langit dan Bintang menoleh ke arah Jingga yang ditarik paksa oleh Kenzo.

"Hei, beraninya jangan sama wanita dong" olok Bintang yang biasanya memang banyak bicara daripada Langit.

"Jangan ikut campur. Ini urusan gue sama tunangan gue" kata Kenzo.

"Cih, masih tunangan aja kelakuan loe sudah seperti itu. Gimana kalau sudah menikah bung? Kejadian KDRT pasti meningkat" Bintang meneruskan oloknya.

"Jangan salahin gue, kalau loe kuhajar karena mulut lamis kamu" ujar Kenzo mulai emosi.

Kenzo melepas pegangan Jingga dan mulai menyerang Bintang.

Dengan sekali tepis Bintang menghindar. Serangan Kenzo mengenai tempat kosong. Bintang yang juga jago taekwondo seakan mendapatkan lawan yang tak seimbang.

"Kak, bantuin kak Bintang dong" suruh Mega ke Langit yang malah menyilangkan tangan dan tak bergerak dari tempatnya.

"Untuk apa, tuh lihat" tukas Langit dengan mata ke arah Bintang.

Dilihatnya Kenzo jatuh tersungkur dengan bibir yang sudah mengeluarkan darah.

"Lain kali hati-hati lah pilih lawan" kata Bintang dengan posisi jongkok menghadap telinga Kenzo.

Sementara Kenzo diam tak berkutik sembari mengepalkan tangannya erat.

"Makasih kak Bintang" dan seperti biasa gadis manja anak tuan Sebastian itu merangkul kakak sepupunya tersayang, sementara Jingga hanya menunduk.

"Issshhh lebay" seloroh Langit dan berlalu meninggalkan mereka semua.

"Langit, tungguin" Bintang pun berlalu mengejar Langit yang terlebih dulu meninggalkannya.

"Sudah jangan dipikirin kedua lelaki dingin itu. Jadi nggak nih ke kantin?" kata Mega.

Sejenak Jingga melirik Kenzo yang babak belur melawan Bintang tadi. Ada rasa kasihan terselip di hati Jingga.

"Jangan buang energi untuk memikirkan laki-laki kasar macam dia" ucap Mega yang seakan tahu akan arah pemikiran Jingga.

"Heemmmm, makasih ya" ulas Jingga.

"Sama-sama. Itu lah gunanya bestie macam aku" ujar Mega menimpali. Sesungging senyum tampak terlihat di sudut bibir Jingga.

Sampai di kantin Firman telah menunggu kedatangan Jingga.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

to be continued, happy reading

Cerita Jingga

Jingga dan Mega melangkah menuju kantin.

Jika Mega hanya berniat menemani Jingga yang katanya sedang lapar. Sementara Jingga datang ke kantin karena ingin bertemu dengan Firman.

Firman yang duduk di pojokan kantin melambaikan tangannya ke arah Jingga.

Jingga pun melakukan hal yang sama.

"Hah? Jadi loe janjian sama si sotoy itu?" tanya Mega.

"Iyah..." tukas Jingga merasa biasa aja.

"Terus apa kabar mantan tunangan loe tadi. Dia terlanjur terkapar di sana loh" imbuh Mega merasa tak senang jika sababatnya itu bermain-main dengan laki-laki lain.

"Makanya ikut aku dulu biar semua jelas" tukas Jingga menimpali.

Jingga mengajak Mega untuk duduk semeja dengan Firman.

"Lama amat sih. Keburu masuk lagi, jam istirahat aku bisa hilang loh" bilang Firman.

"Issshhhh...diam loe" Mega yang malah sewot menanggapi.

"Firman, kenapa nggak bilang sih kalau loe tahu semua" tatap Jingga serius.

"Kalau ku kasih tau apa loe akan percaya. Loe pasti nuduh gue jadi kompor kan?" celetuk Firman.

"Heemmm bener juga sih" Jingga menanggapi.

"Sejak kapan mereka berhubungan?" kejar Jingga dengan tanya.

Firman mengangkat bahu, "Sejak gue kos di situ, mereka berdua sudah begitu. Itu tandanya mereka sudah bersama kala kamu belum kuliah di sini" terang Firman.

"Heemmmmm...lama juga ya mereka ngadalin gue" sambung Jingga sembari tersenyum kecut. Ada luka tersirat di kata-kata yang diucapin oleh Jingga.

Firman diam. Sementara Mega, "Lah loe mau aja dikadalin Jingga" tukas Mega.

"Loe bisa diam nggak sih, sudah tahu teman lagi susah" olok Firman.

"Sekali-kali perlu juga ngadalin mereka. Jadi cewek jangan lugu-lugu amat Jingga" Mega terus saja jadi kompor sekarang.

Jingga nampak berpikir.

"Benar juga apa kata kamu Mega. Untuk apa meratapi kadal macam mereka" tukas Jingga.

"Nah, itu baru sahabat gue...ha...ha..." Mega terbahak.

Alhasil mata para mahasiswa yang berada di kantin menengok ke arah meja mereka bertiga.

Meja di mana dua mahasiswi cantik nan populer berada di sana.

Jingga dan Mega tak perduli atas sematan julukan buat mereka.

Tak jarang banyak para mahasiswa menggoda mereka.

Kalau Jingga menjaga hati untuk Kenzo sebelumnya, tapi kalau Mega takut akan tatapan tajam kak Langit yang selalu mengawasinya bagai elang selama di kampus.

Hanya Jingga yang tak pernah diusik oleh kak Langit. Jadi wajar saja persahabatan mereka menjadi dekat.

Firman beranjak, "Gue duluan, sudah jam masuk nih. Dosen killer jadwal gue" pamit Firman.

"Loe nggak masuk Jingga?" sambungnya.

"Males gue" jawab Jingga.

"Jangan karena putus loe jadi patah semangat. Harusnya itu jadi motivasi loe. Buktiin dong, kalau loe bisa hebat tanpa kak Kenzo" saran Firman.

"Harusnya sih. Tapi loe pernah nggak sih berada di posisi aku sekarang?" sela Jingga.

"He...he...amit-amit. Mendingan jadi posisi kak Kenzo aja gue" canda Firman.

"Sialan" umpat Jingga dan sebuah box tisu di meja tepat mengenai kepala Firman. Lemparan Mega sungguh tepat sasaran.

"Kalian mau nganiaya gue ya? Awas saja" sungut Firman meninggalkan Jingga dan Mega.

"Beneran loe nggak masuk di jam mata kuliah nih?" tanya Mega sepeninggal Firman.

Jingga mengangguk pasti. Rona sedih masih nampak di wajah Jingga.

"Gue ikutan ah" celetuk Mega menimpali.

Tapi Mega merasa ada yang menyentil bahu nya dari belakang.

Mega menoleh, dan didapatinya Langit dan Bintang sudah berdiri tegak menjulang di belakangnya.

"Ngapain kalian di sini?" sungut Mega.

Kalau mereka berdua di sini pasti tak akan berujung baik.

"Jingga ayo pindah aja" ajak Mega.

"Heemmmm, mau ke mana kalian? Ngapain jam segini masih di kantin. Bukannya ada jam kuliah sekarang?" telisik Bintang.

"Huh, banyak omong" ujar Mega sewot.

"Dad...." suara Langit terdengar sembari memegang ponsel.

Mega langsung menggandeng Jingga untuk menjauh dari keberadaan dua laki-laki itu.

"Siapa sih mereka? Belagu banget" umpat Jingga.

Mega langsung menutup mulut Jingga agar semakin tak banyak bicara.

Jingga menarik tangan Mega yang berada di mulutnya. "Apaan sih?"

"Husssttt...jangan keras-keras. Telinga mereka berdua ada di mana-mana" suara Mega pelan.

"Siapa sih mereka? Seperti hantu cenayang saja buat kamu" Jingga masih saja berceloteh.

"Mereka kakak-kakak gue. Kak Langit kakak kandung, kak Bintang kakak sepupu gue" bisik Mega.

"Owwwhhh, bisa kena masalah kamu sekarang?" Jingga menutup mulutnya karena tersadar setelah mengajak Mega bolos mata kuliah yang ini.

"Makanya, ayo masuk aja. Daripada kena omelan Dad Tian, lebih baik kena omelan dosen killer itu" ujar Mega.

"Wah, daddy kamu ngeri banget dech Mega" ujar Jingga.

"Banget. Jangan keras-keras" suruh Mega.

"Takut sama kak Langit?" seloroh Jingga.

"Pasti lah" Mega tengok kanan tengok kiri melihat situasi.

Di bawah pohon dilihatnya Langit tengah bersedekap menyilangkan lengannya di dada dengan fokus mata ke arah Mega dan Jingga.

"Ayo buruan. Bismillah, semoga dosen killer itu belum datang" kata Mega sambil mulutnya komat kamit baca doa dan menarik lengan Jingga untuk masuk ke kelas.

Situasi sedih yang dirasa Jingga hilang sudah, karena ulah konyol Mega.

Dan mereka berdua telah berdiri di depan kelas, karena telat datang. Bahkan dengan teganya dosen itu menghukum mereka berdiri di depan kelas dengan berdiri satu kaki dan tangan memegang daun telinga.

"Ini hukuman pertama buat kalian. Saya pastikan kalau tak ada efek jera, hukuman kalian pasti akan lebih berat" ujar dosen senior itu.

"Oh ya, sebutkan nama lengkap kalian" suruh dosen yang bernama pak Hakam itu.

"Jingga Ariana" sebut Jingga.

"Heemmmm...Kamu!" tatap pak Hakam ke arah Mega.

"Mega, kalau bapak nama lengkapnya?" tanya Mega konyol.

"Sebutkan nama lengkap kamu?" suruh pak Hakam lagi dan tatapan mata nya tetap ke arah Mega.

Firman yang sedang duduk dengan posisi di belakang pak Hakam sedang mengolok membuat Mega melotot ke arahnya.

"Ngapain kamu melotot? Nama lengkap kamu!" tutur pak Hakam dengan nada mulai menaik.

"Mega Putri Ramadhani Baskoro" jawab Mega lengkap.

"Sekarang duduk kalian. Nama lengkap kalian sudah kucatat, jika ada telat-telat lagi. Tak ada ampun buat kalian" kata pak Hakam tegas.

Jingga dan Mega mengambil duduk paling depan, karena hanya itu kursi yang tersisa.

"Sial...sial...duduk depan lagi" umpat Mega.

"Berasa mahasiswa teladan kalau seperti ini" imbuh Jingga.

Dengan duduk di depan, maka berulang kali Jingga dan Mega tak bisa mengelak dari soal-soal yang diberikan oleh pak Hakam.

Jingga dan Mega menghela nafas panjang setelah dosen killer itu keluar ruangan, "Huh...akhirnya. Selesai juga"

"Jingga selesai kuliah, ikut aku yuk" ajak Mega.

"Ke mana?" tanya Jingga.

"Ke tempat bunda" bilang Mega.

Jingga mengiyakan aja, daripada mikir nyari alesan buat orang tuanya kenapa putus dengan Kenzo.

.

"Hhhhmmmm enak juga ya punya kakak yang selalu perhatian" gumam Jingga kala sudah berada dalam mobil Mega menuju Mutia Bakery.

"Kata siapa? Gue malah berasa dikuntitin kemana-mana" seru Mega.

"Oh ya, cerita juga dong tentang loe?" sambung Mega.

***🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

To be continued, happy reading***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!