NovelToon NovelToon

Suamiku Bukan Suamiku

Bab. 1

"Saya terima nikah dan kawinnya Aidah Izzati Jasmin binti Abdul Khaliq Aziz dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucapnya Fahri dengan lantang.

"Bagaimana para saksi, apa kah sah?" Tanyanya Pak penghulu sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan masjid Baiturrahman yang dijadikan tempat pelaksanaan akad nikah dan ijab kabul antara Aidah Izzati Jasmin dengan Fahri Hamzah Noel.

"Sah!" Teriak mereka yang menjawab pertanyaan dari Pak penghulu.

Semua orang yang turut hadir di acara tersebut merasakan kebahagiaan yang tidak terkira. Mereka ikut bahagia dengan apa yang dirasakan oleh kedua mempelai pengantin pria dan wanita tersebut.

"Makasih banyak sayang, kamu sudah bersedia untuk menerima pinangannya Abang," ucapnya Fahri seraya mengecup dengan lembut punggung tangannya Aidah perempuan yang baru saja dia nikahi beberapa menit yang lalu.

"Saya yang seharusnya berterima kasih kepadamu Abang karena, Abang sudah bersedia menikahi gadis yatim piatu seperti saya, ini suatu kebahagiaan tersendiri untukku," pungkas Aidah.

"Alhamdulillah laki-laki mana yang tidak akan bahagia mendapatkan istri yang memiliki kelebihan-kelebihan yang menurut Abang banyak banget, seperti kamu sayang, sudah cantik, baik hati, sholeha, pintar masak lagi," pujinya Fahri.

"Selamat Mbak akhirnya kalian menikah juga, saya sama Mama sangat bahagia karena kalian akhirnya bersatu juga padahal usia pacaran kalian yang cukup lama hampir sepuluh tahun loh," ujarnya Aysiah Agnia Noel.

"Benar sekali Nak, Mama sangat senang karena kalian sudah resmi menjadi suami istri juga, setelah penuh dengan ujian dalam hubungan kalian," timpalnya Bu Mariana Alia Noel mama kandungnya Fahri. "Saya juga loh Mbak ikut bahagia dengan kehidupan barunya Mbak,kami selalu mendoakan yang terbaik untuk pernikahan kalian berdua semoga langgeng hingga kakek nenek maut memisahkan cinta kalian berdua dan juga sakinah mawadah warahmah," sahutnya Atiyah Afsana Rosemalia Aziz adik kedua Adeeva.

"Mbak ayah sama ibu pasti sangat bahagia jika, mereka berada di sini tapi saya mohon sama kak Fahri jangan sekali-kali menyakiti perasaannya mbakku jika sampai terjadi sesuatu pada kakakku, kakak akan berurusan denganku," tuturnya Fariz adik bungsunya Aida yang hanya terpaut tiga tahun darinya itu.

"Insya Allah… saya tidak akan mengecewakan kepercayaan kalian," ucapnya dengan mantap Fahri.

Kedua pasangan pengantin baru itu sudah berada di dalam kamarnya setelah melaksanakan resepsi pesta pernikahan yang cukup lama itu. Karena tiba-tiba membludak tamu undangan yang berdatangan meramaikan pesta pernikahan keduanya itu.

Fahri baru saja ingin meminta haknya pada istrinya itu, tapi karena Aida baru saja datang tamu bulanannya itu. Sehingga keinginannya itu tertunda karena keadaan Istrinya yang tidak memungkinkan untuk melakukan apa yang hendak ia minta.

"Abang maaf, aku lagi M jadi malam ini belum bisa serahkan seutuhnya untuk Abang," ucapnya Aida dengan penuh penyesalan seraya menundukkan kepalanya itu.

Fahri tersenyum canggung karena, keinginannya terpaksa terpending dan tertunda beberapa hari kedepannya. Dia cukup kecewa karena,waktu libur cuti yang diberikan perusahaan tempat ia bekerja hanya lima hari hingga kedepan.

Raut wajah kecewa tersirat dari wajahnya Fahri, ia tidak menyangka jika apa yang sudah ia cita-citakan dan impikan itu harus tertunda hingga enam bulan kemudian. Adeeva yang melihat hal itu,ia segera meraih tangannya Fahri.

"Maafkan saya yah Abang, ini semua bukan keinginanku untuk menunda memberikan seutuhnya untuk Abang tapi, karena keadaan yang memaksaku untuk…," ucapannya Aidah terpotong karena Fahri segera menarik tengkuk lehernya Aidah hingga Aidah awalnya kaget saking terkejutnya dengan apa yang dilakukan oleh suaminya itu hingga keduanya lambat laun mereka beeer ciiiu maann.

Aidah yang baru pertama kali melakukannya langsung terkejut dengan perlakuan suaminya hingga, pasokan udaranya di dalam pangkal tenggorokannya stoknya hampir habis, Hingg nafasnya ngos-ngosan.

"Maaf, Abang tidak bisa menahannya," ucapnya Fahri dengan penuh penyesalan.

Mimik wajahnya Aida langsung berubah drastis, ia sangat malu untuk menatap langsung wajahnya Fahri suaminya itu. Wajahnya memerah merona seperti buah apel segar blushing saking malunya diperlakukan seperti itu.

Mereka kemudian berbaring saling berpelukan dalam kehangatan cinta kasih yang suci dibawah naungan pernikahan yang sakral.

Lima hari kemudian…

Fahri harus kembali ke Kalimantan Selatan tepatnya di Banjarmasin, karena selama ini ia bekerja sebagai abk kapal sebagai seorang kapten kapal.

"Hati-hati yah Abang, kalau sudah sampai di Banjar telpon aku yah," pintanya Aidah seraya mengecup punggung tangannya Fahri.

Fahri pun memeluk tubuhnya Aida dengan penuh kelembutan dan kehangatan. Ia juga berpamitan kepada kedua adiknya dan mamanya.

"Selamat jalan Abang, semoga kita kembali dipertemukan lagi dalam suasana yang berbeda, insha Allah… aku akan memberikan semuanya jika Abang nanti pulang," batinnya Aida sambil menyeka air matanya itu.

Tiga bulan kemudian…

Aida yang sedang membersihkan ruangan kamarnya, tanpa sengaja menyenggol figura bingkai foto pernikahannya yang terletak di atas meja.

Prang!!!

Suara benda terjatuh itu cukup besar hingga menimbulkan kebisingan di pagi hari itu. Atiyah dan Fariz segera berlari ke arah kamar kakaknya itu setelah mendengar bunyi benda jatuh.

"Mbak Aida,apa yang terjadi?" Tanyanya Fariz yang sangat khawatir melihat kondisi dari kakaknya itu.

"Saya tidak apa-apa kok dek, hanya saja tanpa sengaja aku nyenggol figura ini," jawab Aida sambil membersihkan serpihan pecah beling tersebut.

"Atiyah ambil cepat sekop sampah untuk mengambil pecahan kaca ini yang sudah berserakan, berbahaya jika dibiarkan lama," perintahnya Fariz kepada kakak kembarnya itu.

Fariz dan Atiyah saudara kembar tak seiras. Mereka kembar tapi, wajah mereka tak identik.

"Baik kak," balasnya Atiyah.

Tangannya Aida teriris sedikit pecahan beling itu," auuhh!" keluhnya Aida yang segera menghisap jari telunjuknya yang tanpa sengaja teriris kaca.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di ibu kota Banjarmasin. Terjadi kecelakaan maut yang mengakibatkan dua mobil yang saling bertabrakan di kilometer 20 tol. Kondisi mobil dari keduanya ringsek dan hancur.

Mobil balap yang berwarna merah itu dengan merk Lamborghini Huracan super tropeo itu terbakar, untungnya penumpangnya sempat diselamatkan sebelum meledak. Sedangkan mobil yang satunya, dengan Honda jazz berwarna putih itu pun tidak jauh berbeda dengan mobil yang ditabraknya.

"Cepat, ada dua orang yang terjepit di dalam badan mobil seorang perempuan dan pria!" Teriak polisi yang sedang kebetulan berjaga di lokasi kejadian.

Ambulans segera membawa ketiga korban kecelakaan tersebut ke rumah sakit terdekat. Ketiga pasien segera di tangani dengan baik.

"Dokter, pasien yang perempuan itu mengalami keguguran usia kehamilannya sudah tiga bulan dan harus segera dioperasi secepatnya sedang pria yang bersamanya sudah meninggal dunia," ujarnya perawat tersebut yang menangani kondisi Fahri dan perempuan yang bersamanya di dalam mobil.

Beberapa orang berpakaian serba hitam yang berjumlah sekitar lima orang itu," maaf suster, apa ada pasien tabrakan yang bernama Fatih Safiq Akmal Himawan?" Tanyanya Fadli Sadana.

"Ada dia dalam penanganan dokter tapi,kondisinya sangat mengkhawatirkan," jawabnya Suster itu.

Fadli dan beberapa anak buahnya segera berjalan ke arah unit gawat darurat UGD berada. Fadli sudah bertemu dengan seorang dokter yang menangani keadaannya Fatih.

"Kondisi wajahnya sulit untuk disembuhkan seperti semula Pak, operasi plastik satu-satunya jalan yang terbaik harus dilakukan secepatnya sebelum terlambat," ungkap Dokter.

"Bagaimana ini, apa saya pakai wajah orang lain saja karena selama ini untuk menutupi jati dirinya Tuan Muda Fatih saja agar terhindar dari kejaran pamanya Tuan Haris Maulana Yusuf sendiri yang selalu memaksanya untuk menikahi putrinya demi harta," gumam Fadli.

Keduanya pun sepakat untuk melakukan operasi secepatnya. Fadli mengatur semuanya dengan baik dan rapi. Hingga pihak pewarta berita mengumumkan bahwa pewaris tunggal dari perusahaan AW cooperation meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.

"Maafkan kami yang terpaksa mengambil identitas Anda untuk sementara waktu," batinnya Fadli Sadana Yuzril.

Fadli segera menghubungi nomor hp Aida untuk menyampaikan berita duka tersebut, setelah sambungan teleponnya terhubung, "Dengan Bu Aida istri dari pria yang bernama Fahri Hamzah Noel?" Tanyanya Fadli.

Aida yang beristirahat setelah selesai membersihkan seluruh kamarnya itu, "Iya pak dengan saya sendiri,maaf Anda siapa yah?" Tanyanya balik Aida yang tiba-tiba perasannya tidak enak.

"Maaf kami dari pihak rumah sakit ingin mengabarkan jika suami Anda mengalami kecelakaan yang cukup fatal, harap segera datang ke rumah sakit," jelas Fadli.

"Apa! Itu tidak mungkin!?" Teriaknya Aida yang langsung berdiri dari posisi duduknya semula.

Mampir baca novel baru aku judulnya "Terpaksa Menjadi Orang ketiga"

give away kecil-kecilan khusus pembaca yang rajin" Caranya hanya baca, Like dan komentar.

Bab. 2

Atiyah Afsana Rosemalia dan Fariz Siddiq Aziz penasaran melihat reaksi dari kakaknya itu. Mereka saling berpandangan satu sama lainnya, Fariz mengangkat bahunya tandanya tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Mbak kenapa, Mbak baik-baik saja kan?" Tanyanya Atiyah seraya memegang lengannya Aida.

Aida menyeka air matanya itu lalu menatap ke arah adik bungsunya itu,"Abang Fahri mengalami kecelakaan," jawabnya Aida yang mengeraskan suara tangisannya ketika selesai berbicara.

"Apa! Kenapa bisa terjadi seperti itu!?" Tanyanya Fariz.

"Mbak juga tidak tahu, Atiyah tolong pesankan Mbak tiket sekarang juga, Mbak akan berangkat ke Banjarmasin," pintanya Aida yang segera bangkit dari duduknya itu lalu berjalan ke arah lemari.

"Innalilahi wa innailaihi rojiun, yang sabar yah Mbak kami selalu bersamamu," imbuhnya Fariz yang berusaha untuk menguatkan hati dan perasaannya Aida Izzatih Jasmine.

"Coba kamu hubungi nomor hpnya Tante Mariana katakan padanya jika Abang Fahri Hamzah kecelakaan,apa dia juga bersedia ikut bersama Mbak ke Banjar atau enggak," ujarnya Aidah sembari mengambil koper besar dari atas lemarinya itu.

"Assalamualaikum Tante,saya Fariz mau berikan kabar, tapi saya harap Tante harus sabar," tuturnya Fariz Siddiq Aziz.

"Waalaikum salam, maksudnya Nak?" Tanyanya balik Bu Mariana.

"Bang Fahri mengalami kecelakaan,dia tabrakan di tol dan katanya perawat dari sana kondisinya Abang cukup parah dan harus dioperasi," imbuhnya Fariz.

"Astagfirullah aladzim, ya Allah… apa yang telah terjadi kepada putraku," pungkasnya Ibu Mariana.

Fariz tak lupa mengeraskan volume suara telponnya itu kemudian menatap ke arah kakaknya itu, "Katanya Mbak Aida apa Tante juga pengen ikut bareng Mbak Aida,"

"Iya Tante harus ikut bareng Mbak mu, tolong jemput Tante yah saya akan bareng Aysiah juga," tuturnya Ibu Mariana.

"Baik Tante akan saya sampaikan kepada Mbak Aida,"

Sambungan telpon pun putus, Fariz segera meminta kepada Atiyah untuk menambah tiketnya menjadi tiga. Atiyah dan Fariz tidak ikut bersama mereka, karena mereka harus kuliah sehingga mereka tidak ikut berbeda dengan Aysiah yang sudah lulus kuliah.

Berselang beberapa jam kemudian, Aida dan adik iparnya serta Ibu mertuanya sudah berangkat ke Banjarmasin Kalimantan Selatan. Air matanya sesekali menetes membasahi pipinya Aida dengan mulutnya yang selalu komat kamit membaca beberapa ayat suci Al-Quran agar jiwa, pikiran dan perasaannya itu bisa tenang.

"Ya Allah… hidup dan mati kami ada dalam genggaman tanganmu maka bantulah kami ya Allah… berikanlah umur yang panjang dan kesembuhan terhadap suamiku, jangan Engkau panggil suamiku secepat ini ya Allah yah Rahman yah Rohim," gumamnya Aida yang tidak bisa memejamkan matanya di dalam pesawat selama dalam perjalanan berbeda dengan kedua orang yang bersamanya yang masih sanggup untuk mendengkur halus malah.

Kurang lebih satu jam lebih perjalanan yang mereka tempuh hingga sampai di bandara di Banjar. Aida segera dijemput oleh salah satu rekan kerjanya Fahri di kapal.

"Apa Anda Istrinya Kep, Fahri Hamzah Noel?" Tanyanya seorang pria yang kira-kira seumuran dengan Fahri yang pandangan matanya selalu tertuju pada Aysiah Agnia Noel adik satu-satunya Fahri.

"Benar sekali, apa Anda Pak Farid Aksay Hardja?" Tebaknya Aida yang sebelumnya mereka sudah saling berkenalan lewat telpon.

"Iya betul Bu,mari ikut saya kita langsung ke rumah sakit saja," imbuhnya Farid Aksay yang tersenyum tipis ke arah Aysiah.

Mereka segera meninggalkan parkiran bandara, menuju rumah sakit. Fatih sudah selesai dioperasi plastik dan beberapa luka dibagian tubuhnya pun sudah diobati. Aida tanpa menunggu mama mertua dan iparnya segera berlari ke arah dalam rumah sakit. Ia tidak ingin terlambat walau sedikitpun.

Hingga ia hampir saja tabrakan dengan seseorang yang berjas serba hitam itu yang baru saja keluar dari salah satu pintu ruangan perawatan icu.

"Maaf Pak saya tidak sengaja," ucapnya Aida yang meminta maaf kepada pria yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Tidak apa-apa Bu," jawab Fadli Sadana Emier.

Aida segera meninggalkan Fadli yang berjalan ke arah ICU. Aidah semakin menetes membasahi pipinya itu ketika melihat kondisi dari Fahri yang masih tidak sadarkan diri itu. Fadhli menatap ke arah Aidah dengan tatapan matanya yang cukup tajam itu bak elang yang siap menerkam mangsanya.

"Perempuan yang cukup cantik,apa Tuan Muda Fatih akan tertarik padanya nanti? Semoga Tuan Muda mengerti dan menerima semua yang sudah aku rencanakan ini karena, Alhamdulillah semuanya cukup berjalan lancar," gumamnya Fadli lalu memakai kacamata hitamnya.

Aida belum diijinkan langsung untuk mengunjungi Fahri yang baru saja keluar dari masa kritisnya. Jam tangan dipergelangan tangannya menunjukkan pukul sembilan malam.

"Ibu, sebaiknya ibu pulang saja ke hotel, biarkan saya saja yang menjaga Abang Fahri," usulnya Aida.

Bu Mariana memeluk tubuh anak satu-satunya menantu perempuannya itu, "Kamu jaga diri baik-baik, ingat kesehatanmu juga harus kamu jaga Nak, insya Allah… Mama sama adikmu Aysiah akan balik dulu," ujarnya Bu Mariana Alia Noel.

"Pak Farid saya minta tolong untuk diantarkan mama dengan adikku kasihan mereka sama sekali tidak tahu jalan di Banjar entar kesasar lagi, kasihan gadis cantik seperti ipar ku ini, jika harus kesasar," candanya Aida yang melihat dan mengetahui gerak gerik sahabat dari suaminya itu sudah memperlihatkan apabila ada sesuatu yang tersembunyi dan terselubung dari setiap tatapannya Farid Emier Hardja.

"Ish… ish Mbak Aida bisa saja deh," tukasnya Aysiah yang tersenyum simpul yang senang dengan perkataan dari kakak iparnya itu.

"Cepat lah jalannya Aysiah, Mama sudah mengantuk Nak," teriaknya Bu Mariana yang melihat anaknya bukannya berjalan malahan saling tatap-tatapan dengan pria yang baru dalam hitungan detik itu lihatnya.

Aida berjalan kembali ke kaca pemisah antara pasien dengan anggota keluarga yang menjaga. Aida menyentuh kaca itu yang kembali menangis tersedu-sedu meratapi nasib malang suaminya itu.

"Abang saya yakin Abang akan segera sembuh total dari penyakitnya Abang dan semoga wajahnya Abang tidak apa-apa dan bisa kembali normal seperti sebelumnya," lirihnya Aidah.

"Hemmm," deheman seseorang membuat Aidah mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.

Aidah tersenyum manis menanggapi seruan dari seorang pria yang berusaha Aidah Ingat.

"Anda laki-laki yang tadi sore aku senggol itu kan?" Terkanya.

"Benar sekali Bu, perkenalkan saya adalah Fadli Sadana Khalid perwakilan dari perusahaan yang ditempati pak Fahri bekerja selama ini," ujar Fadli sambil mengulurkan tangannya ke arah depannya Aidah Izzatih Jasmine.

Aidah tanpa ragu menyambut uluran tangannya Fadli untuk berjabat tangan," saya Aidah Izzathi Jasmin Aziz istrinya Kapten Fahri," sembari tersenyum ramah.

Mereka berbincang-bincang santai hingga tengah malam. Aida pamit kepada Fadli Sadana Khalid, karena sudah waktunya adzan shalat Subuh berkumandang dari musholah rumah sakit. Aida berjalan menyusuri koridor rumah sakit, hingga tanpa sengaja sudut ekor matanya melihat seorang perempuan yang terbaring lemah di atas salah satu bangkar rumah sakit yang kebetulan didorong oleh beberapa perawat.

Perasaan penasaran dan kepo ingin mengetahui apa yang terjadi pada pasien tersebut," maaf suster apa yang terjadi dengan pasiennya?" Tanyanya Aida.

"Pasien baru saja mengalami kecelakaan maut di kilometer 20 tol, bersama dengan suaminya tapi, sayangnya suaminya meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit dan calon anak mereka harus keguguran kandungannya," ungkap suster tersebut yang segera meninggalkan Aydah yang spontan berdiri dengan berbagai macam pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam benaknya hingga ia melupakan niat dan tujuan awalnya untuk melaksanakan shalat subuh.

"Ya Allah… kalau gak salah itu kan tempat kecelakaannya juga Abang Fahri suamiku seperti yang dijelaskan oleh Farid tadi," gumamnya Aida.

Bab. 3

"Apa yang terjadi denganku setelah melihat pasien korban kecelakaan itu entah kenapa serasa aku mengenalnya, andaikan saja dia sadar mungkin aku bisa saja bertanya padanya tentang kecelakaan maut yang menimpanya," batinnya Aida.

Aida Izzathi Jasmine kembali melanjutkan perjalanannya menuju musholla rumah sakit. Ia segera melaksanakan shalat subuh dua rakaat dan tak lupa mendoakan yang terbaik untuk suaminya Fahri Hamzah Noel yang sudah terbaring lemah akibat kecelakaan tabrakan mobil.

Fadli Emier Sadana hanya menggelengkan kepalanya," istri yang setia dan penyayang sayangnya tidak mengetahui keburukan dan kebusukan suaminya sebelum meninggal dunia, saya berharap semoga kenyataan pahit itu selamanya akan terkubur bersamanya hingga akhir waktu," gumamnya Fadli asisten pribadinya Fatih Shafiq Akmal Himawan.

Tiga hari kemudian, Bu Mariana Alia Noel mama kandungnya Fahri Hamzah Noel meminta ijin kepada anak menantunya untuk pulang ke ibu kota Jakarta. Sedang putrinya anak keduanya masih tinggal bersama Aidah untuk menjaga Fahri yang belum sadarkan diri dari komanya setelah kecelakaan tragis tersebut yang merenggut satu korban nyawa.

Hubungan Aisyah Agnia Noel dan Farid Ali Rasyid hubungan mereka semakin akrab dan dekat saja. Itulah alasan utamanya sehingga ia tidak ikut pulang bersama dengan mamanya. Kondisi kesehatan Fahri pun setiap saat mengalami perkembangan yang cukup signifikan dan mengalami kemajuan peningkatan yang bagus.

Sudah lima hari berlalu, sejak Fahri dinyatakan koma setelah melakukan berbagai serangkaian operasi di tubuhnya terutama wajahnya itu. Tengah malam, Aida terbangun dari tidurnya ia melirik ke arah jam dinding sudah pukul tiga dini hari.

"Syukur Alhamdulillah, aku sebaiknya shalat sunah tahajjud dulu, mumpung masih ada waktu," gumamnya Aida.

Apa yang dilakukannya dari mulai bangun hingga selesai shalat dengan membacakan beberapa ayat suci Al-Quran itu membuat seseorang cukup terkagum-kagum melihat kegiatan dan aktifitas wanita cantik dalam balutan mukenah itu yang kesehariannya memakai hijab di kepalanya.

"Cantik," lirih seseorang yang sudah tersadar dari komanya itu.

Hingga pagi hari menjelang, pria itu masih bertahan dalam kepura-puraannya masih tidak sadarkan diri, padahal semua yang dilakukan oleh Aida terekam jelas d dalam mata dan ingatannya itu.

Jam delapan, barulah Fadli datang membesuk Fahri betapa terkejutnya dan bahagia setelah melihat dan mengetahui bjika, Tuan Mudanya sudah sadarkan diri.

Fadli segera berjalan terburu-buru ke arah bangkar ranjang rumah sakit, "Tuan Muda Fatih eeehh Tuan Fahri Hamzah Noel Anda sudah sadarkan diri?" Teriaknya Fadli Emier Sadana.

Fadli yang saking bahagia dan gembiranya hingga dia melupakan tujuan sebenarnya yang hampir saja membuka fakta yang terjadi.Aida yang samar-samar mendengar perkataan dalam teriakannya Fadli segera berjalan ke arah suaminya berada.

"Maaf tadi Anda ngomong Tuan Muda Fatih, maksudnya?" Tanyanya Aida penuh dengan selidik.

Fahri menatap tajam ke arah Fadli seraya mengerutkan keningnya itu karena, cukup bingung dengan suasana yang terjadi.

"Saya dimana, kenapa perempuan itu berada di dalam ruangan ini bersamaku dan juga kenapa Fadli Emier Sadana memanggilku dengan sebutan Fahri Hamzah Noel, apa sebenarnya yang telah terjadi?" Fatih membatin.

Fadli salah tingkah dan mulai panik," ehh mungkin Anda salah dengar Bu saya tadi bahagia karena melihat ada pergerakan dari tangannya Pak Fahri," kilahnya Fadli yang mulai grogi dan nerfeus karena hampir saja keceplosan untungnya, dia pintar untuk segera mengalihkan pembicaraan.

"Syukur Alhamdulillah… kalau sudah ada pergerakan,saya sebaiknya mencari dokter dan suster untuk memeriksa keadaan suamiku," imbuhnya Aidah yang tergesa-gesa memakai hijabnya tanpa melepas terlebih dahulu mukenah yang dipakainya itu.

Aidah berjalan tergesa-gesa menuju ke ruangan dokter saking bahagianya mengetahui jika, Fahri suaminya sudah mendapatkan perubahan yang sangat bagus melalui perkembangan kesehatannya setelah koma karena, banyaknya operasi yang dilakukannya untuk menyelamatkan nyawanya.

Setelah merasa aman Fadli Emier Sadana baru bisa bernafas lega," Alhamdulillah hampir saja ketahuan," cicitnya Fadli yang masih mampu suaranya kedengaran hingga ke telinganya Fatih.

"Fadli katakan padaku apa yang terjadi disini, kenapa aku bisa bersama seorang perempuan yang sama sekali aku tidak kenal?" Tanyanya dengan raut wajahnya yang keheranan dan kebingungan dengan situasi di dalam kamar perawatan tersebut dengan sedikit gaya bicaranya yang terbata-bata.

Fadli pun mulai menjelaskan semua kronologis kejadian hingga ia sampai terbaring lemah, hingga hampir seluruh tubuhnya mendapatkan perban untuk menutupi beberapa luka habis operasi dan jahitannya.

Fatih menggenggam erat kepalan tangannya itu," untuk sementara waktu kita pakai identitas pria ini," pungkasnya Fatih.

"Tapi, sesuai informasi yang aku dapatkan Fahri Hamzah Noel sudah memiliki istri dan bukan hanya seorang tapi dua sekaligus, satu istri sah yang Tuan Muda lihat tadi dan satu istri simpanan yang berada di Banjarmasin Kalimantan Selatan ini,"

"Pria yang sungguh rakus, tidak apa-apa aku akan menyamar sebagai pria itu asalkan hidupku bisa tenang dari kejaran pria tua bangka itu dan kamu pulanglah ke Jakarta untuk melanjutkan pekerjaanku dan awasi gerak gerik mereka dan segera sampaikan padaku apa saja yang terjadi di perusahaanku tanpa terkecuali," pintanya Fatih.

"Siap Tuan Muda, ini ada beberapa kartu kredit milik Anda dan juga sebuah hp yang bisa Anda pakai, aku sudah mengatur semuanya dengan baik jadi kemungkinannya besok Anda akan dipindahkan ke Jakarta untuk mendapatkan pengobatan yang lebih bagus dari sini," jelasnya Fadli.

"Jadi pria itu dimana sekarang?" Tanyanya Fatih.

"Dia sudah meninggal dunia dan saya sudah pulangkan ke Jakarta untuk dimakamkan secara layak tidak jauh dari tempat tinggal kedua orang tuanya itu," jawab Fadli.

Mereka terdiam sesaat sambil meresapi dan menghayati fakta-fakta yang baru teringat itu.

Berselang beberapa menit kemudian, Aidah sudah kembali bersama dengan dokter dan beberapa perawat. Mereka segera memeriksa kondisi kesehatan Fahri dengan detail. Aida sama sekali tidak mengjauh dari suaminya.

Aida sesekali tersenyum manis ke arahnya Fahri, jika suaminya itu menatapnya dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan maksud tatapannya. Fahri kadang salah tingkah jika, pandangan mata mereka saling bersirobot satu sama lainnya.

"Dokter bagaimana dengan perkembangan kemajuan kesehatan suamiku?" Tanyanya Aida yang sangat penasaran.

Dokter perempuan itu tersenyum simpul, dokter yang disewa khusus oleh Fadli Emier Sadana yang sengaja khusus untuk menangani kondisinya Fatih.

Dokter Amel tersenyum tipis ke arah Fadli terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Aida," Alhamdulillah kondisi pasien sangat bagus dan jika anda berniat untuk memindahkan ke Jakarta,besok pagi sudah bisa dipindahkan,tapi maaf Nyonya ada beberapa ingatan pasien terlupakan karena, akibat dari benturan yang cukup keras ketika kecelakaan terjadi padanya," ungkap dokter Aulia Alvi Damayanti.

Aidah tersentak terkejut mendengar perkataan dari mulutnya dokter, ia menutup mulutnya saking tidak percayanya dengan kenyataan itu.

Dokter Aulia Alvi Damayanti adalah salah satu sahabat dekatnya Fadli yang kebetulan bekerja di rumah sakit tersebut. Tapi, sesuai dengan permintaan khusus dari Fadli, Aulia Alvi Damayanti akan kembali ke Jakarta dan kelak kedepannya akan menjadi dokter pribadinya Fatih untuk menangani kondisi kesehatannya.

"Jadi ceritanya suamiku mengalami amnesia dokter, apa dia juga melupakan aku sebagai istrinya?" Tanyanya Aida yang spontan keluar dari mulutnya itu.

"Kita lihat saja kedepannya Nyonya, insya Allah… suami Anda tidak melupakan itu semua," ujar dokter.

Raut wajahnya Aida sedikit berubah dari sumringah bahagia menjadi sulit untuk diartikan dengan kata-kata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!