“Di mana gadisnya?” Seorang pria paruh baya berdiri di depan Kamar VIP Hotel bersama dengan Jenar. Dia adalah Pak Qomar yang mencari gadis muda untuk bos besarnya.
“Sebelum saya tunjukkan gadisnya, saya mau Pak Qomar tanda tangani dulu dokumen kerja sama kita. Saya sudah mengubah isinya seperti yang Pak Qomar inginkan.” Jenar menyodorkan dokumen yang sejak tadi ia siapkan untuk Pak Qomar.
Pak Qomar menghela nafas kasar karena sebenarnya ia tidak senang bekerja sama dengan Keluarga Gundawan tapi ia tidak punya pilihan selain setuju karena ia memang sudah berjanji pada Jenar untuk bekerja sama jika Jenar berhasil memberikannya gadis muda yang masih perawan.
“Sekarang di mana gadis itu?” tanya Pak Qomar setelah menyerahkan kembali dokumennya yang sudah ia tanda tangani.
“Ada di dalam Pak. Dia sejak tadi menunggu bapak masuk. Sepertinya gadisku itu sudah tidak sabar ingin bermanja-manja dengan Pak Qomar.” Senyuman diwajah Jenar terus terlihat karena begitu senang dengan keinginannya yang terwujud. Akhirnya ia bisa memenuhi permintaan kakaknya dan hal itu juga akan membuatnya dipuji semua orang dikeluarganya karena berhasil mendapat kerja sama dari Pak Qomar-perusahan yang bergerak di bidang fhasion.
"Oke. Sekarang kau bisa pergi!” titah Pak Qomar dingin.
Jenar pun pergi dengan perasaan senang karena mendapatkan apa yang ia inginkan meski harus mengorbankan keponakan kecilnya yang umurnya hanya berkisar lima tahun lebih muda darinya.
“Tolong buka pintunya!” Gadis di dalam kamar, tiba-tiba menggedor pintu kamar keras-keras disertai seruannya yang membuat Pak Qomar terganggu hingga menyuruh salah satu anak buahnya membuka pintu itu.
Gadis itu seketika jatuh ke lantai setelah pintu dibuka. Tubuhnya yang lemah berusaha ia gerakkan sampai akhirnya berdiri di depan Pak Qomar tapi gadis itu tetap memegang tembok agar tidak ada terjatuh kembali. Matanya membulat ketakutan melihat Pak Qomar dan juga pria berbadan besar berdiri di depannya.
“Tolong jangan sakiti saya Tuan! Saya ada di sini karena dijebak orang. Saya tidak ingin berada di sini, Tuan.” Gadis bernama Lovely, memohon dengan sangat agar Pak Qomar melepaskannya, bahkan gadis yang masih berumur delapan belas tahun itu, menangis di depan pria tua itu.
Namun, Pak Qomar tidak ingin rugi karena sudah menandatangani dokumen milik Jenar. “Aku tidak peduli, kau dijebak atau tidak. Yang jelas, kau harus menurutiku.”
Dengan tegas, Pak Qomar menyuruh bawahannya memegang Lovely lalu memaksa gadis itu meminum obat perangsang dosis tinggi.
“Lepaskan!” berontak Lovely.
“Kau harus menelannya brengsek!” Dengan kasar, Pak Qomar membuka mulut Lovely, dan memaksa Lovely minum alkohol miliknya agar obat itu bisa tertelan masuk ketenggorokan gadis itu.
“Dasar pelacurr kecil! Menyusahkanku saja. Kalau aku belum tanda tangan dokumen, aku sudah membunuhmu sejak kau memohon di depanku!”
Lovely terus menangis dengan tubuhnya yang semakin kepanasan. Pak Qomar sangat marah mendengar tangisan gadis itu hingga ia menampar wajahnya. Dan setelah melakukan hal kasar itu pada Lovely, Pak Qomar menyuruh bawahannya menggendong Lovely masuk ke kamar. Akal sehat Lovely berangsur menghilang, dan seluruh tubuhnya begitu lemas sehingga tak bisa bergerak bebas lagi. Ia yang dilempar ke kasur pun tidak merasakan sakit apapun kecuali hawa panas ditubuhnya.
Di tempat lain, Pak Qomar mendatangi Kamar President Suite milik Alister Sandero. Ia masuk ke dalam setelah seorang asisten membuka pintu kamar. Pak Qomar melangkah perlahan mendatangi pria yang tengah duduk menyilangkan kedua kakinya di sofa sembari menikmati anggur yang membuat pria itu mabuk, dan pria tua itu langsung membungkuk hormat di depan pria yang bernama Alister tanpa berani menatap langsung wajah Alister.
“Gadis yang Tuan Alister mau, sudah saya siapkan. Dia masih muda dan masih perawan Tuan Alister. Anda mau, saya bawa kemari atau Tuan Alister mau datang ke kamar yang sudah saya pesan untuk Anda.”
Alister tersenyum smirk seolah meremehkan Pak Qomar. “Aku minta wanita malam tapi yang belum disentuh oleh siapapun. Ternyata kamu benar-benar mendapatkannya. Jangan-jangan kamu cuma mau menipuku.”
Beberapa hari lalu, Alister meminta wanita malam tapi yang masih muda dan juga yang belum disentuh. Ia mengira Pak Qomar yang sudah berjanji untuk memberikannya wanita seperti itu, tidak berhasil mendapatkannya, karena untuk mendapatkan wanita malam yang masih muda dan masih perawan, sangat susah.
“Saya tidak menipu Tuan Alister. Dia memang masih muda dan masih perawan. Saya mendapatkannya dari seorang teman yang bekerja sebagai mucikari. Katanya gadis itu baru masuk minggu lalu dan belum tidur dengan pelanggan, makanya saya minta gadis itu untuk Tuan Alister. Tenang saja Tuan Alister. Gadis itu sukarela melakukan apapun yang Anda mau. Dia cuma butuh uang banyak katanya.” Pak Qomar sengaja berdalih karena ia tidak ingin Alister tahu bahwa gadis yang diambilnya dipaksa.
“Aku tidak mau pelacurr kecil itu, mengotori kamarku. Jadi aku yang akan datang ke sana.” Alister berdiri dari kursinya setelah ia meneguk habis anggurnya lalu melangkah keluar dari kamar mewahnya itu.
Alister Sandero adalah direktur Sandero Corporotion yang baru saja dikhianati oleh kekasihnya yang tiba-tiba menolak lamarannya. Wanita itu pergi meninggalkannya bersama pria yang ternyata sudah berhubungan selama dua tahun. Ia tidak ingin larut dalam kesedihan dan kesakitannya atas perempuan itu hingga ia ingin melampiaskannya dengan bersenang-senang bersama perempuan lain yang sesuai dengan keinginannya.
Alister kini masuk ke dalam kamar yang hanya bercahaya remang-remang. Dan pria itu sengaja tidak menyalakan lampu di kamar karena tidak ingin jika perempuan itu melihat wajahnya yang bisa membahayakan nama baiknya. Takutnya perempuan itu mendatanginya di kantor atau membeberkan di media tentang apa yang sudah mereka lakukan. Ia yang seorang direktur sukses yang selalu menjaga nama baik perusahaan serta nama baik keluarganya, tentu tidak ingin orang tahu bahwa ia malah bermain perempuan di luar.
“Pelacurr kecil. Saatnya kita bersenang-senang malam ini.” Alister berucap sembari membuka satu persatu kanci kemejanya di depan kasur. Matanya menatap seorang gadis yang berbaring terlentang di hadapannya tapi karena ruangan gelap sehingga ia tidak bisa melihat jelas wajah gadis itu. Meski begitu, kulitnya mulus seperti kulit bayi ketika ia menyentuh tubuh gadis yang menggeliat di depannya.
Alister mulai mencium bibir gadis itu lalu mencium setiap jengkal kulitnya. Aroma harum ditubuh gadis itu membuat Alister semakin berhasrat.
“Ah, ughh!” Suara erangan pria itu pun terdengar ketika senjata miliknya masuk semua ke intim gadis itu. Untuk pertama kalinya, Alister berhubungan intim dengan seorang perempuan. Itu sungguh membuatnya tak ingin berhenti. Begitu nikmat sampai ia merasa dirinya berada di surga kenikmatan yang luar biasa.
Ini adalah malam bagai surga bagi kedua orang yang baru pertama kali melakukan hubungan seperti itu.
Lovely membuka matanya perlahan-lahan sembari memegang kepalanya yang amat berat. Ia menatap langit-langit kamar itu. Namun, ia belum sadar dengan keberadaannya saat ini hingga ketika ia menggerakkan tangannya ke samping kanan dan menyentuh tangan seseorang, ia terkejut. Seketika pula kepalanya menoleh untuk memastikan yang ia sentuh, dan matanya membulat kala ia melihat sosok pria berbaring di sebelahnya dengan posisi tengkurap tapi Lovely tidak melihat wajahnya karena wajah pria itu menghadap ke sebelah kanan.
Lovely panik dan ketakutan melihat situasinya sekarang, terlebih ketika ia melihat tubuhnya tak memakai sehelai pakaian apapun kecuali selimut yang menutupi area intimnya. Bahkan tubuhnya sakit seolah habis dipukuli beberapa orang ketika ia menggerakkannya untuk menjauh dari pria itu. Dengan susah payah, Lovely bangun dan ingin langsung berdiri tapi pinggangnya tiba-tiba tak bisa ia gerakkan hingga ia duduk sebentar di tepi kasur sembari memegang pinggangnya itu.
“Ya tuhan! Kenapa aku berakhir seperti ini?” gumam Lovely yang berusaha bicara pelan agar pria itu tidak mendengar suaranya.
Tanpa membuang-buang waktu, Lovely mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai lalu memakainya kembali. Ia malu berada lama-lama di tempat yang membuatnya jijik dengan tubuhnya sendiri hingga wanita berumur delapan belas tahun itu, buru-buru meninggalkan kamar, bahkan ia tidak ingin melihat wajah pria brengsek yang tega merenggut kesuciannya meski sebenarnya semalam Lovely tidak memberontak.
Lovely kini sampai di rumahnya dengan taksi yang mengantarnya kembali. Sesaat ia berdiri di depan pagar rumahnya dengan perasaan takut tentang ayahnya yang pasti memarahinya karena pulang pagi. Apalagi jika ayahnya sampai tahu ia bermalam bersama dengan pria tak dikenal. Bisa-bisa ayahnya yang mementingkan nama baik keluarganya itu, akan membunuhnya.
Disaat Lovely memikirkan tentang dirinya dan ayahnya, tiba-tiba sebuah mobil datang dari belakang, dan mobil itu membunyikan klaksonnya hingga Lovely yang tadinya melamun, memutar tubuhnya melihat mobil itu. Mobil itu berhenti dan Jenar turun dari mobil dengan raut wajahnya yang seolah khawatir dengan Lovely.
Bahkan Jenar langsung memegang kedua bahu Lovely, dan menatapnya penuh kekhawatiran. “Lovely, kamu dari mana saja, hah? Bibi Kecil cari-cari kamu semalam di pesta, kamu tidak ada!”
Lovely memang sejak kecil memanggil Jenar Bibi Kecil karena Jenar adalah adik Pak Arman Gundawan-ayah kandung Lovely. Namun usia Jenar hanya terpaut lima tahun dari usia Lovely. Mendiang kakek Lovely, ayah kandung Jenar, memiliki dua istri dan ibu kandung Jenar adalah istri muda yang seumuran dengan ibu kandung Lovely hingga usia Lovely dan Jenar pun tidak terpaut sangat jauh.
Seketika pula Lovely menangis. “Bibi Kecil, hiks, hiks, hiks!”
Jenar menarik Lovely ke dalam pelukannya dan mengusap punggung keponakannya dengan lembut. Ia tidak bisa mengabaikan Lovely yang menangis di depannya karena bagaimanapun juga, Lovely masih kecil dimatanya, mengalami hal seperti semalam adalah hal yang sangat menakutkan bagi gadis yang masih remaja. Namun Jenar sendiri tidak punya pilihan. Demi memulihkan perusahaan yang dibangun orang tuanya, ia harus mengorbankan Lovely tanpa sepengetahuan semua orang kecuali dirinya saja. Bahkan Lovely yang masih lugu dan polos tidak tahu apa-apa.
“Sudah Lovely. Jangan menangis! Kamu sudah aman. Bibi kecil sudah ada di depanmu. Sekarang tidak ada orang yang akan menyakitimu.” Jenar melepaskan pelukannya lalu beralih menatap lebih lekat pada Lovely yang masih menangis tapi Lovely sudah tidak mengeluarkan suaranya lagi.
“Semalam di pesta bibi kecil. Ada orang yang memukul leherku sampai pingsan, dan aku dibawa ke kamar hotel. Saat bangun, aku sudah tidak pakai baju dan ada pria tua di sebelahku. Pria itu menodaiku bibi.” Lovely sangat mempercayai bibi mudanya karena sejak dulu, hanya Jenar yang selalu memberikannya perhatian bahkan membelanya jika sang ayah memarahinya. Oleh sebab itu, Lovely tidak pernah menyembunyikan apapun dari Jenar. Rahasia kecil atau besar, semuanya ia katakan pada Bibi Kecilnya itu.
“Bibi Kecil, kenapa bisa ada orang yang kejam begitu padaku?”
Jenar tampak kasihan melihat ekspresi sedih Lovely hingga ia mengusap air mata yang masih membasahi pipi Lovely. “Bibi Kecil minta maaf Lovely. Semalam di pesta ulang tahun bibi kecil, bibi hanya peduli dengan teman-teman bibi sampai kamu dapat musibah. Lain kali Bibi Kecil tidak akan begitu lagi.”
Meski tidak bicara tapi Lovely mengangguk.
“Dan untuk masalah yang kamu alami semalam, kamu jangan kasih tahu papa dan mamamu. Siapapun itu. Cukup Bibi Kecil saja yang tahu karena kalau sampai mereka tahu, bibi yakin, papamu bakal marah besar dan nggak tahu apa yang bakal dia lakukan padamu, Lovely. Kamu paham yang bibi omongin kan?”
Lovely kembali mengangguk. “Paham Bi.”
“Oke. Sekarang hapus air matamu. Jangan pasang muka sedih begitu. Kamu harus ceria kayak biasanya supaya papamu nggak curiga!” Jenar pun memegang tangan Lovely dan menarik ponakannya masuk setelah Lovely sudah tenang dan sudah bisa tersenyum kembali.
Sementara Alister masih berada di kamar hotel itu, tapi pria itu sudah bangun, bahkan sudah membersihkan tubuhnya, juga sudah berpakaian rapi dengan kemeja putih, celana panjang coklat tuanya, serta sepatu pentovel coklatnya. Ia duduk santai di sofa dengan beberapa macam makanan di depannya tapi Alister sama sekali tak menyentuh sarapannya itu. Ia malah melamun, memikirkan wanita semalam. Tubuh mungil yang ia rengkuh, yang ia peluk semalam, ia ingat dengan jelas meski lampu kamarnya tidak ia nyalakan. Aroma wanita itu bahkan masih tertinggal dalam tubuhnya.
“Wanita itu pergi gitu aja. Padahal aku belum kasih dia uang. Atau dia sudah terima uangnya dari si Qomar.”
Pak Qomar masuk bersama Asil yang memang diperintahkan oleh Alister untuk memanggil Pak Qomar. Pak Qomar langsung membungkuk di depan Alister yang duduk bersandar, menyilangkan kakinya. Raut wajah Pak Qomar tampak takut dan khawatir dengan Alister yang mungkin saja tidak menyukai pemberiannya semalam hingga ia tidak berani mengungkit tentang hal itu.
“Silahkan katakan yang Anda butuhkan Tuan Alister!”
“Bawakan wanita semalam ke hadapanku. Aku mau booking wanita itu malam ini,” ujar Alister yang membuat Pak Qomar sedikit kaget.
“Baiklah Tuan. Saya akan bawakan gadis itu lagi, tapi mungkin butuh uang dua kali lipat dari semalam.” Pak Qomar adalah pria yang tidak ingin rugi. Jika ada kesempatan mendapatkan keuntungan maka tentu ia pergunakan sebaik mungkin, seperti saat ini.
“Mau tiga kali lipat atau sepuluh kali lipat sekalipun, aku bayar. Asal wanita itu kau bawa ke hadapanku,” jelas Alister dengan tegas.
“Oke Tuan Alister.”
Alister sudah mengatakan maksudnya memanggil Pak Qomar. Ia pun melambai-lambaikan tangannya-menyuruh Pak Qomar keluar dari ruangannya.
Dua bulan kemudian.
“Ini sudah dua bulan. Masa kamu tidak bisa menemukan wanita itu untukku. Bukannya, dia bekerja di club malam?” Alister membentak Pak Qomar yang berdiri di hadapannya karena sejak dua bulan ini, Pak Qomar tidak berhasil membawa wanita malam itu.
“Maaf Tuan Alister! Saya sudah berusaha mencarinya tapi gadis itu seolah ditelan bumi. Informasi tentang dia pun tidak ada. Bahkan saya sudah mencari informasi dari teman saya yang mengenalkan gadis itu tapi dia juga tidak tahu mengenai keberadaan gadis itu, seolah ada orang yang sengaja menghilangkan informasi tentangnya.”
Pak Qomar sudah menanyakan tentang Lovely pada Jenar. Namun, Jenar tidak memberitahu keberadaan Lovely pada Pak Qomar. Jenar berpura-pura tidak tahu, bahkan demi menjauhkan Pak Qomar dari Lovely, Jenar sengaja menghilangkan informasi tentang Lovely yang bisa ditemukan Pak Qomar. Pak Qomar sudah menawarkan harga lima ratus juta untuk Jenar jika berhasil membawa gadis itu. Namun, bagi Jenar, uang lima ratus juta tidak ada apa-apanya dibanding dirinya yang akan ketahuan jika kembali membawa Lovely ke Tuan Qomar. Kerja sama dengan Tuan Qomar sudah cukup untuk Jenar menstabilkan kembali perusahaan keluarganya.
“Jadi maksudmu, aku tidur dengan makhluk halus, begitu?” kata Alister kesal pada Pak Qomar.
Pak Qomar takut melihat amarah Alister hingga ia seketika menundukkan kepalanya tapi ia tetap menjawab atasannya itu. “Bukan seperti itu maksud saya, Tuan Alister.”
“Tuan Alister, Pak Qomar sudah ketakutan. Jangan membuatnya semakin takut. Lagipula, Pak Qomar sudah berusaha mencari tahu tentang wanita itu. Hanya saja, dia tidak berhasil membawanya karena wanita itu memang susah ditemukan. Saya juga sudah coba bantu cari wanita itu tapi hasil yang saya dapatkan, seperti yang didapatkan Pak Qomar,” imbuh sang asisten membantu Tuan Qomar menjelaskan semuanya karena pria paruh baya itu tidak berbohong sama sekali. Apalagi ia sudah berusaha menuruti perintah Alister.
Alister yang duduk menenggelamkan tubuhnya di sofa dengan kedua kakinya saling menyilang, menyandarkan kepalanya sampai wajahnya menghadap ke atas. Nafas kasar berhasil lolos dari mulut Alister yang sedang kesal karena tidak bisa mendapatkan keinginannya. Padahal wanita itu hanya wanita malam untuk memuaskan hasratnya saja, tapi kenapa susah sekali mendapatkannya.
“Bagaimana kalau saya kasih gadis lain yang modelnya sama seperti gadis itu, Tuan Kebetulan saya menemukan gadis perawan yang masih muda, dan bentuk tubuhnya sama dengan gadis itu. Tuan tidak akan kecewa kalau bersenang-senang dengan pilihan saya, karena walau baru melakukannya tapi gadis itu sudah terlatih.” Qomar tidak ingin Alister memutus hubungan kerja sama kedua perusahaan mereka hanya karena kemarahan Alister yang tidak bisa bersenang-senang dengan seorang gadis muda hingga Qomar kembali mengusulkan gadis lain agar Alister senang dengannya.
“Aku nggak mau. Kau keluar saja sana!” Alister tak bisa melupakan aroma gadis malam itu, bahkan tubuh mungilnya yang ringan diangkat oleh Alister, masih terbayang-bayang dalam ingatan Alister meski tak bisa melihat jelas tubuh mungil gadis itu. Ia sudah terhanyut dengan kejadian malam itu hingga ia tidak mau menggantinya dengan gadis lain yang belum tentu membuatnya senang seperti malam itu.
“Dasar brengsek! Sebenarnya gadis itu ke mana? Apa jangan-jangan dia sudah dibooking oleh pria lain!?” Membayangkan gadis itu bersama dengan pria lain, membuat Alister kesal sendiri, tapi mau bagaimana lagi. Qomar tidak bisa menemukannya, bahkan asistennya tidak berhasil mendapatkan gadis itu. Sungguh membuat Alister jengkel setengah mati.
Sementara itu, Lovely berada di rumah sakit. Ia dirawat di sana setelah ditemukan pingsan di sekolahnya oleh temannya dan gadis itu dinyatakan hamil muda oleh dokter. Tuan Arman Gundawan-ayah Lovely dan semua keluarga Lovely, tahu tentang kehamilan Lovely. Tentu mereka sangat marah setelah mendengar putri sulungnya hamil. Terutama Pak Arman, bahkan ia berencana mengusir Lovely pergi.
“Dasar anak sial, kamu! Kamu sudah mempermalukan keluarga dengan perbuatan zinamu itu. Sekarang, kau malah tidak tahu siapa ayahnya!” Pak Arman yang berdiri di depan Lovely yang duduk di atas kasur dengan pakaian pasiennya, menghina anaknya dengan suara kerasnya.
“Hiks, hiks, hiks!” Lovely yang dirangkul oleh Jenar, hanya bisa menangis dengan kepala menunduk di depan ayahnya dan istri mudanya.
“Katakan Lovely, siapa pria itu?” bentak Tuan Arman yang tak sabar ingin tahu pria yang sudah menghamili putrinya.
“Lovely nggak tahu, Yah. Lovely dijebak sama orang. Lovely nggak lakuin itu dengan sengaja. Tanya saja sama Bibi Kecil.” Selama ini, Lovely selalu mendapat pembelaan dari Jenar jika dimarahi oleh ayahnya hingga ia sudah terbiasa meminta perlindungan pada Bibi Kecilnya itu.
Pak Arman beralih melihat Jenar lalu bertanya, “Jenar, apa yang dibilang Lovely, benar?”
“Ini kesalahanku Kak. Aku tidak jaga Lovely dengan baik, sampai aku kehilangan dia di malam ulang tahunku. Aku terlalu asyik menikmati pesta itu. Maafkan aku Kak!” Meski Jenar yang sudah menjebak Lovely tapi ia tetap kasihan pada Lovely yang ternyata hamil, padahal ia sudah memberitahu pada Qomar agar memakai pengaman. Jika saja ia tahu pria tua itu, ia akan memberikan Lovely obat pengaman, dan tentunya tanpa diketahui Lovely sendiri.
Tuan Arman kembali melihat Lovely. “Jangan menyalahkan bibimu, Lovely. Yang terjadi padamu adalah kesalahanmu. Dan ayah yakin, kamu tidak dijebak tapi kamu sendiri yang bersedia tidur dengan pria itu, bahkan mungkin kamu sudah sering tidur.”
Amerta yang merupakan ibu kandung Jenar selalu mengatakan pada Tuan Arman bahwa Lovely sering jalan dengan seorang pria, bahkan sedang berpacaran dengan banyak pria hingga Tuan Arman beranggapan buruk tentang putrinya. Padahal, nyatanya Lovely hanya berteman dengan para pria itu karena Lovely lebih nyaman berteman dengan mereka ketimbang perempuan yang mendekatinya dengan maksud lain.
Di Sekolahnya dulu, Lovely adalah gadis cantik yang populer dikalangan para cowok-cowok. Namun, para cowok di sekolahnya mendekatinya bukan karena kecantikannya saja melainkan karena Lovely sangat baik, tidak suka membeda-bedakan orang. Ia gadis yang tulus hingga para pria itu lebih senang dekat dengannya meski hanya berteman saja. Akan tetapi, para perempuan di sana malah beranggapan buruk tentangnya hingga tak ada yang mau mendekatinya. Lovely pun tidak mau berteman jika mereka hanya memanfaatkannya saja.
“Nggak Ayah. Lovely nggak mungkin melakukan itu. Ini karena Lovely dijebak orang,” bantah Lovely.
“Memang siapa yang mau menjebakmu? Apa selama ini kau punya banyak musuh sampai beranggapan begitu?” tanya Tuan Arman.
Lovely diam karena ia pun tidak tahu siapa orang yang sudah berbuat jahat kepadanya. Dan ia masih menangis di depan ayahnya yang tidak percaya kepadanya.
“Ayah sangat malu dengan perbuatanmu Lovely. Kalau sampai orang-orang tahu kamu hamil diluar nikah, mau taruh di mana muka ayah. Kalau kita Cuma berdua tidak masalah tapi ada nama baik keluarga yang akan hancur karena kamu yang murahan. Sekarang, ayah akan mengirimmu ke luar negri. Mau tidak mau, kau harus pergi sendiri ke sana. Aku malu punya anak sepertimu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!